Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Gingiva adalah bagian mukosa ronga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi,
periodonsium dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi
melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan
rongga mulut.

Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi terhadap


perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari
saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan
dapat dianggap sebagai lingkungan yang relatif ramah.

Sulkus Gingiva

Sulkus gingiva (gingiva sulcus) merupakan celah dangkal disekeliling gigi


yang pada sisi sebelah dalam didindingi oleh permukaan gigi, pada sisi sebelah
luar didindingi oleh epitel sebelah dalam dari gingiva bebas. Bentuk sulkus adalah
seperti huruf V. pada sulkus gingiva terdapat suatu cairan yang dinamakan GCF
(Gingiva Cleficular Fluid) yang banyak mengandung leukosit dan berfungsi
dalam pertahanan tubuh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian cairan sulkus gingiva

Carrnza JR menyatakan bahwa CSG adalah suatu produk filtrasi fisiologis


dari pembuluh yang termodifikasi. 1 Menurut Goldberg dan cimasoni CSG adalah
eksudat peradangan. Alfano menyatakan bahwa kedua teori tersebut benar.
Hipotesa Alfano membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari jaringan gingiva
yang sehat, melalui mekanisme perubahan tekanan osmosis sebab adanya
makromolekul.

Cairan sulkus gingiva (CSG) adalah cairan yang keluar dari sulkus gingiva dalam
keadaan sehat maupun meradang, cairan tersebut berupa serum darah .

Cairan sulkus gingiva berasal dari jaringan ikat gingiva yang keluar melalui
dinding sulkus yang tipis dan dalam sulkus gingiva terdapat serum darah baik
gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Cairan tersebut berisi protein
plasma yang dapat memperbaiki perlekatan epitelium dengan gigi sehingga dapat
membersihkan material sulkus dan di dalamnya terdapat aktivitas antibodi untuk
pertahanan gingiva sebagai proses antimikrobial. Cairan ini terbentuk dari
mikrosirkulasi gingiva, masuk ke ruang interstisial gingiva, bergerak melalui
jaringan epitel sulkus dan akhirnya keluar di sulkus gingiva.

Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel perlekatan yang
terletak pada celah gusi dalam bentuk cairan sulkus gingiva. Cairan tersebut
mengalir secara terus-menerus melalui epitel dan masuk ke sulkus gingiva dengan

2
aliran yang larnbat, 0.24-1.56 ul/menit pada daerah yang tidak mengalami
inflamasi. Aliran cairan ini akan meningkat bila terjadi gingivitis atau
periodontitis

Fungsi Cairan Sulkus Gingiva

Fungsi cairan sulkus gingiva adalah membasahi daerah leher gingiva,


mengeluarkan sel-sel epitelial yang terlepas, leukosit, bakteri, kotoran lainnya
seperti protein plasma sehingga dapat memperbaiki perlekatan epitelial ke gigi
juga mengandung agen anti mikrobial misalnya lisosom dan mengandung leukosit
polimorfonuklear dan makrofag yang dapat membunuh bakteri. Cairan sulkus
gingiva juga mengandung immunoglobulin IgG, IgA, IgM dan fakto-faktor lain
dari sistem imun, sehingga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan
perubahan-perubahan sistemik karena mempunyai komposisi yang mirip dengan
plasma.

Pengukuran Cairan Sulkus Gingiva

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur CSG, salah satunya
dengan menggunakan paper strips yang diletakan di pada bagian atas dari sulkus
untuk membuat iritasi minimum, biarkan selama 30 detik lalu ukur paper strips
dengan periotron (alat elektronik pengukur paper strips yang lembab) lalu dengan
cepat merubahnya menjadi angka-angka digital dan volume. Dengan angka 0-20
mengindikasi jaringan dalam keadaan sehat dan tidak ada radang, angka 20-60
mengindikasi radang ringan tapi bukan periodontitis, angka 60-150 mengindikasi
radang sedang, sedangkan angka >150 mengindikasi radang sangat berat.

3
Komponen Penyusun Cairan Sulkus Gingiva

1. Materi Darah
Komponen utama dalam CSG adalah materi darah yang didalamnya terdapat
polimorfonuklear leukosit, neutrofil, monosit, makrofag dan limfosit.

- Polimorfonuklear leukosit bermigrasi secara teratur dan terus-menerus dari


pembuluh darah ke dalam epitel perlekatan, menembus ke sulkus gingiva
dan keluar ke ruang mulut. Polimorfonuklear leukosit merupakan sel
paling aktif yang keluar dari pembuluh darah melalui epitel perlekatan
masuk ke dalam sulkus gingiva.1
- Neutrofil bermigrasi melalui epitel perlekeatan ke sulkus gingiva. Pada
sulkus, neutrofil membentuk rintangan diantara epitel dan plak yang
mungkin mencegah invasi bakteri pada epitel dan jaringan ikat
dibawahnya. Oleh karena itu, neutrofil dapat memperkecil efek merusak
dari plak bakteri. Sekitar 92 % leukosit yang ditemukan di dalam sulkus
gingiva sehat berupa neutrofil.3
- Monosit merupakan sel imatur yang sedikit kemampuan untuk melawan
agen-agen yang menyebabkan infeksi.4 Konsentrasi sel monosit ini di
dalam darah antara 5-10%. Sel monosit ini menetp dalam darah hanya 24
jam, selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan berubahmenjadi
makrofag. Makrofag mempunyai kemampuan menelan lima kali lebi besar
dari neutrofil.5
- Limfosit (leukosti kedua terbanyak setelah neutrofil) dengan jumlah 25-
35% dari jumlah leukosit yang ada.5

2. Elektrolit

Konsentrasi elektrolit di CSG lebih banyak daripada elektrolit di plasma yakni


mencakup sodium, potasium, kalsium, dan megnesium. Konsentrasu ion-ion
tersebut akan meningkat pada keadaan gingiva meradang.

3. Protein

Protein plasma dalam CSG merupakan molekul-molekul kecil yang secara terus
menerus menembus lamina propria dinding pembuluh darah masuk ke sulkus
gingiva.1 Ditemukan IgG, IgA, IgM, beberapa komponen komplemen C3, C4, C5
dan C3 proaktivator.6 Pada penelitian secara histokimia didapatkan adanya
konsentrasi protein plasma total yang sama dengan yang ada dalam serum yakni

4
sebanyak 62-80 g/l. 1 Beberapa penelitian mengatakan bahwa protein akan
meningkat seiring terjadinya keparahan periodontitis. 2

4. Sistem Fibrinosis

Gustafsson dan Nilson mendeteksi produk sistem fibrinolis pada CSG. Sistem ini
adalah suatu sistem penghancuran fibrin yang merupakan salah satu faktor perekat
epitel ke jaringan gigi. Inflamasi menyebabkan pendarahan gingiva sehingga
mempengaruhi sistem pembekuan darah dan beberapa bakteri seperti
Porphyromonas gingivalis mampu mengikat dan menurunkan fibrinogen.1

5. Endotoksin bakteri

Dinding sel bakteri gram jenis tertentu memproduksi enzim cysteine


desulfhydrase yang membentuk H2S dalam CSG. Level endotoksin berhubungan
dengan jumlah bakteri gram negatif dan mempunyai korelasi positif dengan
inflamasi gingiva. Hasil penelitian Horowitz dan Folke menyatakan bahwa H2S
pada CSG meningkatkan keparahan dari inflamasi gingiva.

6. Sel Epitel Deskuamasi

Sel epitel deskuamasi adalah sel-sel epitel perlekatan terluar yang terletak dekat
sulkus gingiva dan menyusun pertahanan setempat (host) yang terbentuk secara
terus menerus terlepas kedalam sulkus gingiva dan diganti dengan sel yang
bergerak ke koronal dari area dasar epitel. Kecepatan pertukaran sel epitel ini
berhubungan dengan mekanisme pertahanan dalam rongga mulut.

7. Urea

Klaven, Tylman dan Malone menemukan urea didalam CSG. Belum ada

penelitian pasti fungsi urea dalam CSG, namun jumlah urea menurun seiring

terjadi peradangan setempat. Urea hadir dalam saliva dan CSG 3-10 mM pada

individu sehat. Urea mungkin sumber nitrogen yang paling berlebihan pada

rongga mulut.

5
Mekanisme Pembentukan Cairan Sulkus Gingiva

Komponen seluler dan humoral dari darah dapat melewati epitel


perlekatan yang terletak pada celah gusi dalam bentuk CSG.6 Hipotesa Alfano
membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari jaringan gingiva yang sehat, melalui
mekanisme perubahan tekanan osmosis sebab adanya makromolekul.1 Pendapat
yang banyak dianut saat ini adalah pada keadaan normal CSG yang mengandung
leukosit ini akan melewati epitel perlekatan menuju ke permukaan gigi.6

Cairan mengalir dari kapiler menuju ke jaringan subepitel, terus ke epitel


perlekatan. Dari sini cairan disekresikan dalam bentuk CSG bercampur dengan air
liur di dalam rongga mulut (Gambar 5). Beberapa ahli berpendapat bahwa cairan
ini berasal dari mikrosirkulasi jaringan gingiva.7 Kehadiran plak didalam sulkus
gingiva dan difusi dari molekul besar kearah membran dasar cenderung
menimbulkan pebentukan tekanan osmosis sepanjang cairan berjalan dan muncul
sebagai transudat/eksudat pada celah gusi (Gambar 6).

6
Leukosit dalam cairan sulkus gingiva

Leukosit berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh, adapun


pembentukannya di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit)
dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk,
sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan.
Selanjutnya, sebagian besar akan ditranspor secara khusus ke daerah yang
terinfeksi dan mengalami peradangan, untuk menyediakan pertahanan yang cepat
dan kuat terhadap setiap agen. Penggolongan leukosit dibagi menjadi 2 yaitu
sebagai leukosit granular dan leukosit nongranular (agranular), tergantung ada
tidaknya granul spesifik dalam sitoplasmanya. Leukosit granular mencakup
eosinofil, basofil, dan neutrofil (disebut juga leukosit polimorfonuklear),
sedangkan leukosit non garanular mencakup limfosit dan monosit. Dalam cairan
sulkus gingiva, leukosit yang paling banyak adalah jenis polimorfonuklear yang
berasal dari pembuluh darah jaringan ikat pada dasar sulkus yang keluar melewati
epitel menuju sulkus gingiva dan merupakan materi darah yang paling banyak
masuk ke dalam sulkus gingiva. Biasanya dijumpai pada semua lesi radang,
khususnya pada radang akut. Konsentrasi leukosit polimorfonuklear pada jaringan
periodontal lebih tinggi bila dibandingkan dalam darah, terutama ketika terjadi
gingivitis. Setelah bermigrasi dan keluar dari jaringan menuju daerah sulkus
gingiva atau poket gingiva, leukosit berperan dalam fagositosis dengan tujuan
membunuh bakteri. Proses fagositosis berlangsung setelah leukosit
polimorfonuklear mengenali bakteri plak. Bakteri plak yang telah terfagositosis
kemudian dibunuh dengan kerjasama enzim proteolitik, hidrolitik dan bahan sel
pembunuh lainnya seperti hidrogen peroksida dan asam laktat. Meskipun proses
fagositosis dapat berlangsung tanpa adanya antibodi, keberadaan imunoglobulin
dan komplemen dapat mempercepat proses tersebut. Interaksi antara bakteri plak
dengan leukosit polimorfonuklear dapat menghasilkan kematian mikroorganisme,
kematian leukosit dan autolisisneutrofil disertai pelepasan enzim lisosom seperti
hialuronidase, kolagenase, dan elastase. Walaupun fungsi utama leukosit
polimorfonuklear adalah perlindungan, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan kemungkinan mekanisme pengrusakan jaringan oleh adanya
interaksi leukosit polimorfonuklear dan bakteri. Substansi yang diproduksi oleh
mikroorganisme dalam plak mempunyai pengaruh sitotoksik langsung terhadap
komponen gingival.
7
BAB III

KESIMPULAN

Cairan sulkus gingiva (CSG) merupakan serum darah yang terdapat


dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Pada
gingiva yang meradang menyebabkan perubahan komposisi CSG seperti jumlah
polimorfonuklear leukosit, makrofag, limfosit monosit, ion elektrolit protein
plasma, dan endotoksin bakteri bertambah banyak, sedangkan jumlah urea
menurun. Hal tersebut diketahui dengan menggunakan paper strips untuk
mengumpulkan CSG dan periotron untuk mengukur paper strips lalu merubahnya
dalam bentuk angka.

Cairan sulkus gingiva memiliki fungsi yang baik bagi rongga mulut,
seperti sifat antimikroba yang ditiliti dapat digunakan sebagai indikator untuk
menilai keadaan jaringan periodontal secara objektif. Beberapa penelitian telah
menunjukan hubungan yang berarti antara volume CSG dan beratnya radang
periodontal dihubungkan periodontitis atau gingivitis. Pada keadaan meradang
aliran CSG akan bertambah besar karena adanya permeabilitas pembuluh
vaskular.

8
Daftar Pustaka
1. Nurul DMK. Peranan Gingival Crevicular Fluid dalam Kedokteran Gigi. Dalam : Forum
Ilmiah Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Ed. Buku Kumpulan Naskah Ilmiah. 1984 :
409-13, 415-6, 418, 420

2. Castro CE, Koss MA, Lopez ME. Biochemical Markers of the Periodontal Ligamen. Med
Oral. 2003; 8: 325-6

3. Gammel E, Yamazaki K, Seymor GJ. Destuctive Periodontitis lesions are determined by


the nature of the lympocytic response. Crit Rev Oral Biologi Med. 2002; 13: 19,20

4. Arthur C, Guyton MD. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbitan Buku
Kedokteran EGC, 1995: 67,69

5. Sadikin M. Biokimia Darah. Jakarta : Penerbit Widya Medika, 2002 : 50-1

6. Roeslan BO. Respon Imun di dalam Rongga Mulut. M.I. Kedokteran Gigi 2002; 49:112-6

7. Roeslan BO. Imunologi Oral kelainan dalam rongga mulut. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia, 2002: 112, 116-7

8. Periniti G, Spoto G. The Use of Iso Endodontic Paperpoints in determining small fluids
volume. Journal of Aplied Research in clinical Dentistry. 2004; 1 : 7

9. Sarra E. 2010. Cairan Sulkus Gingiva Sebagai Indikator Keadaan Periodontal. FKG UI
ISBN : 1978-0206

10. Dewi Vindani : Cairan Sulkus Gingiva Dan Peranannya Dalam Bidang Kedokteran Gigi,
2007. USU e-Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai