0
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “A”
Pekerjaan : IRT
7. Diangnosa Medik
c. - Tgl/Bln/Thn
2. Alergi
3. Imunisasi
6. Pola Nutrisi :
2.
3.
4.
Pola Nutrisi:
-Berat badan
-Tinggi badan
-Nafsu makan
-Jenis
-Frekuensi
-Jumlah
Cairan :
-Jenis
-Frekuensi
-Jumlah
Pola Eliminasi
Eliminasi BAB:
Frekuensi
-warna
-konsistensi
Eliminasi BAK:
-Frekuensi
-Warna
-Bau
Istirahat (tidur):
-siang
-Malam
-jenis olaraga
64,4 Kg
176 cm
Baik
3x sehari
Air putih
6x sehari
2500 cc/hari
2x sehari
Kuning kecoklatan
Padat
Tidak teratur
Kuning
Amoniak
Tidak ada
Tidak ada
Mengurus keluarga
istirahat
Berkurang
Nasi,sayur,ikan
3x sehari
4x sehari+
2000 cc/hari+
1x sehari
Kuning kecoklatan
Padat
Tidak teratur
Merah
Amoniak
Tidak ada
Tidak ada
Genogram :
Keterangan :
: Laki-Laki : Kawin
Komentar :
Generasi I :
Generasi II :
Generasi III :
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
2. Persepsi sendiri
3. Suasana hati :
Rentang perhatian :
4. Hubungan / komunikasi
a. Tempat Tinggal.
( ) Sendiri
b. Bicara
( ) Relevan
c. Kehidupan Keluarga.
5. Kebiasaan seksual
( ) Libido ( ) Kehamilan
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan.
( √) Sendiri
( √) Pemecahan ( ) Makan
( ) Cari pertolongan
( ) Lain (diam/marah/dll) :
8. Tingkat perkembangan.
Usia Karakteristik
P : 22 x/menit S : 36,5o C
2. Kepala :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Lain – lain : -
Fungsi Penglihatan :
§ Operasi : -
§ Lain-lain : -
4. Hidung :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Lain-lain :
Kesulitan menelan : -
6. Leher
a. Inspeksi :
- Bentuk/kesimetris :simetris
b. Palpasi:
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
- Nyeri tekan : Normal (tdk ada nyeri tekan) Massa tumor : -
c. Auskultasi :
Gallop :
8. Abdomen :
a. Inspeksi : simetris
b. Auskultasi :
c. Perkusi :
d. Palpasi :
Refleks Patologis : Kernig sign (+ /-) Laseq Sign (+ /-) Brusinsky (+ /-)
11. Ekstremitas :
1. Laboratorium
Hasil Normal
MCV 75 80 / 99
MCH 25,6 27,0 / 31,0
Tulang-tulang intak
Obat – obatan :
- NACL infus
PATOFISIOLOGI :
No.R.M :
KLASIFIKASI DATA
Skala nyeri 5
infus
TTV
TD : 140 mmHg
N : 98 x/menit
S : 36,50 C
P : 20 x/menit
ANALISA DATA
2.
kriteria subjektif:
Kriteria Objektif
Skala nyeri 5
TTV
TD : 140 mmHg
N : 98 x/menit
S : 36,50 C
P : 20 x/menit
Kriteria subjektif:
Kriteria objektif
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
Defisiensi insulin
Hiperglikemia
↓ pembetukan ATP
↓ berat badan
Kelemahan
Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal dengan kriteria:
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
Observasi TTV
Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan
Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
CATATAN PERKEMBANGAN
1.
2.
1.
2.
2.. selasa
3/01/2012
Selasa
3/01/2012
Rabu
04/01/2012
Rabu
04/01/2012
Jumat
06/01/2012
Jumat
06/01/2012 21.15
21.20
21.30
22.00
21.20
21.45
10.00
10.15
10.30
Hasil :
-skala nyeri 5
Mengobservasi TTV
Hasil:
Hasil :
-kekuatan otot klien adalah 2 yaitu mengangkat tapi tdk mampu melawan gravitasi.
Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien.
Mengobservasi TTV
Hasil:
Hasil :
Hasil :
Memberi penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Hasil :
Hasil :
-skala nyeri 5
Mengobservasi TTV
Hasil:
Hasil :
Memberi penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Hasil :
-klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
P=lanjutkan intervensi
P=lanjutkan intervensi
P=lanjutkan intervensi
P=lanjutkan intervensi
P=lanjutkan intervensi
P=lanjutkan intervensi
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama : Ny. T
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Sejak 3 hari yang lalu klien mengeluh pipi bengkak sebelumnya klien mengeluh pilek, hidung tersumbat serta pusing.
Klien mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus dan akhirnya klien berobat ke Rumah Sakit Mahasehat dan
diputuskan untuk menjalani perawatan di Ruang Pearwatan VIII RS MAHASEHAT.
Klien mengeluh pipi bengkak, pilek dan hidung tersumbat serta pusing.
Menurut keterangan klien, bahwa dalam keluarganya ada yang menderita penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus
yaitu Ayahnya.
1. Struktur Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Tinggal Serumah
1. Data Biologis
Sebelum Sakit/ di
Rumah
1. 3 x sehari 3 x sehari
NUTRISI
2. MB, lauk, sayur dan buah Diet DM 1700 kalori
1. Makan
3. Tidak ada Makanan tinggi kadar gula dan lemak
- Frekuensi
4. 1 porsi Satu porsi habis + snack
- Jenis makanan
5. Tidak ada Peningkatan nafsu makan
- Pantangan
1400 cc 1200 cc
- Porsi
- Masalah Air putih Air putih
- 750 cc 1000 cc
Frekuensi
Kuning muda jernih Kuning muda jernih.
-
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
KEBERSIHAN DIRI
A a. Mandi
C. Gosok Gigi
d.Gunting Kuku
AKTIVITAS
1. Pemeriksaan Fisik
2. Keadaan Umum
Penglihatan
Bentuk mata simetris, kornea jernih, lensa keruh fungsi penglihatan : penglihatan buram seperti ada bayangan, klien
dapat membaca nama papan perawat dengan lambat karena penglihatan kurang jelas klien dapat menggerakan bola
mata.
Pendengaran
Bentuk telinga simetris, artikula sejajar dengan bola mata rateral ki- ka tidak terdapat serumen di telinga dan tidak ada
nyeri tekan fungsi pendengaran baik.
Pengecapan
Replek menelan baik, masih dapat membedakan rasa manis, pahit, pendengaran baik lidah bersih warna merah muda
Penciuman
Hidung simetris, mukosa hidung lembab,sputum nasi di tengah dapat membedakan bau dengan baik
Perabaan
Dapat membedakan rasa panas dan dingin serta dapat merasakan sentuhan
3. Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum hidung di tengah, frekuensi napas 24 kali/menit, iramanya reguler, tidak terdapat
pernapasan cuping hidung, pergerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi dada,compliance paru maksimal, tidak
terdapat suara-suara napas tambahan.
4) Sistem Cardiovaskuler
Konjungtiva tidak pucat (ananemis), sklera tidak ikhterik, tidak terjadi peningkatan JVP, KGB tidak teraba, bunyi jantung
reguler.
5) Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa lembab, gigi lengkap, reflek kunyah dan menelan baik, tidak terdapat iritasi pada mulut,
abdomen datar tidak teraba, bising usus 10x menit. Nafsu makan meningkat. Pada daerah anus tidak terdapat
keluhan, terjadi penurunan BB, saat masuk RS 59 Kg : 10 hari yang lalu : 55 Kg
6) Sistem Persyarafan
Nervus VI : Klien dapat menggerakkan mata kanan dan kiri mengikuti jari telunjuk perawat.
Nervus VII: Fungsi pengecapan baik, ditandai dengan klien mengatakan tidak ada keluhan pada waktu makan dan
napsu makan baik. Klien dapat tersenyum.
Nervus VIII : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan perawat dan lingkungannya.
Nervus X : Fungsi menelan baik, pada saat diinstruksikan mengatakan “ aaa.aaa “ uvula terangkat dan tetap berada
di median.
b) Sistem Motorik
c) Sistem Motorik
Klien mampu berespon terhadap rangsangan dapat mengidentifikasi benda dan pantulan
d) Sistem Serbral
Klien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi, komunikasi klien dengan menggunakan bahasa verbal
e) Replek – Replek
Pada saat palpasi kandung kemih teraba tidak tegang/penuh, tidak ada nyeri tekan pada palpasi dan perkusi ginjal.
Klien BAK 3x/ hari,250 cc ; warna kuning muda jernih, ginjal tidak teraba, tidak terpasang kateter. Genetalia tidak di
periksa karena klien merasa malu.
8) Sistem Muskuloskeletal
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid. Klien mempunyai riwayat Hipertensi dan DM type 2
Akral hangat, suhu 36,5 C, , kulit kering terutama di ekstremitras bawah, terdapat beberapa bekas luka-luka kecil dan
kulit berwarna kecoklatan, rambut tampak kusam.
f. Data Sosial
1) Pendidikan :
2) Hubungan Sosial :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, antara perawat, dokter, keluarga maupun pasien lainnya serta klien
berhubungan baik dengan lingkungan tempat tinggal.
3) Gaya Hidup
Klien terlihat sederhana, klien mampu berespon sesuai dengan rangsangan yang di berikan.
4) Pola Interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan sesama pasien, keluarga dan tim kesehatan.
1. Data Psikologis
1) Status Emosi
Stabil, Klien tampak tenang dalam menghadapi penyakitnya ini walaupun terkadang klien merasa kesal dengan
keadaannya.
2) Konsep Diri
Klien merasa kurang mampu melakukan aktivitas karena keadaan tubuhnya yang lemah.
b) Ideal Diri.
c) Harga Diri.
Klien merasa tidak malu sehubungan dengan kondisi fisiknya saat berhubungan dengan orang lain.
d) Identitas Diri
Klien menyadari bahwa dirinya adalah seorang perempuan dan sebagai seorang Ibu rumah tangga. Klien pun dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
e) Peran.
Klien merasa perannya sebagai Ibu rumah tangga terganggu karena keadaannya sekarang.
3) Gaya Komunikasi
Klien mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia, bicara lembut, terbuka dan mau menerima
saran dari orang lain.
4) Pola Interaksi
1. Data Spiritual
Klien adalah seorang muslim yang taat beribadah, selama sakit ia tetap melakukan shalat. Klien menerima penyakitnya
sebagai suatu ujian dari Tuhan dan tetap akan berusaha untuk kesembuhan penyakitnya.
1. Data Penunjang
Data Penunjang
1. Pemeriksaan
Darah
2.
Gula darah 2 J PP
Haemaglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
SGOT
SGPT
Urea N.
Kreatinin
Asam Urat
Kolesterol
Urinelisa
Glukosa Puasa
Glukosa 2 J PP
Leukosit
Epitel
Eritrosit
249
264
8.2
187
+++
++++
437
10.9
10.5
34.4%
169
16
16
46
2.4
9.4
137
2-3
3-4
10-12
162
28
1.5
5.2
183
152
<110 mg/dL
80-110 mg/dL
<200 mg/dL
11-14 gr %
5 rb – 10 rb/mm3
36-45%
150-440 k/ul
0-35 U/l
0-35U/l
1.5-6 mg/dL
<1.5 mg/dL
1.5 – 6 mg/dL
120-160 mg/dL
negatif
negatif
j. Pengobatan
Diet DM 1700 kalori
Cyifroplokal : 3 x 500
Glukolien : 3 x 500
Fladex : 3 x 500
ANALISA DATA
Nama : Ny. T
Ruang : VIII
1.
2.
3.
DS:
- Klien mengatakan berat badannya turun dari 59Kg menjadi 55 Kg sejak 10 hari yang lalu
DO:
DS:
- Klien mengatakan kurang pengetahuan yang lebih jelas tentang perawatan penyakitnya
DO:
DS:
- Klien mengatakan selama sakit dia tidak lagi mampu bekerja dan beraktivitas seperti biasanya.
- Klien sering merasa pusing.
DO:
- Selama di rumah sakit klien terlihat hanya berbaring dan duduk-duduk di tempat tidur.
DM Tipe II
¯ ¯
Merangsang Penururnan
¯ ¯
¯ adekuat
Perubahan pola ¯
Nutrisi Gangguan
¯ pemenuhan
Polipagia nutrisi
Kurangnya informasi kurat/terbatasnya pengetahuan klien tentang penyakit, penyebab, gajala, komplikasi, pengobatan
(pemberian insulin,diet DM dan obat-obatan oral), perawatan kaki dan latihan.
¯
Terjadi katabolisme protein di dalam otot
Kelelahan
Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan penyakitnya
No Diagnosa Perencanaan
1. Berikan
pengobatan
insulin
(actrapid)
sesuai
program .
1. Pantau tanda-
tanda
hiperglikemi,
seperti
penurunan
tingkat
kesadaran,
kulit lambab,
dingin, denyut
nadi cepat,
lapar, peka
rangsang,
sakit kepala,
pusing,
sempoyongan
.
1. Dapat
Mengk
aji
pemas
ukan
makan
an
yang
adeku
at
(terma
suk
absorb
si dan
utilisas
inya.
2. Dapat
Mengi
dentifi
kasi
kekura
ngan
dan
penyi
mpang
an dari
kebutu
han
terape
utik.
5. Pantau tanda-
tanda hiperglikemi,
seperti penurunan
tingkat kesadaran,
kulit lambab, dingin,
denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang,
sakit kepala, pusing,
sempoyongan.
3. Gangguan rasa aman Pengetahuan klien Memberikan 1. Dapat Menjadi tolak ukur dan
cemas berhubungan bertambah dengan penjelasan kepada patokan pemberian Health Education
dgn kurangnya kriteria :Jangka keluarga dan klien (HE).
pengetahuan ttg pendek : mengenai penyakit, 1. Adanya perubahan perilaku
perawatan penyebab, gejala, yang mendukung usaha
penyakitnya di tandai Klien dan keluarga komplikasi, perawatan.
denganDS : mengerti tentang pengobatan
penyakit, (pemberian insulin 1. Dengan memberikan penyuluhan
klien sering bertanya penyebab, gejala, dan obat-obatan oral), klien mengerti dan memahami
kepada perawat komplikasi, perawatan meliputi tentang penyakitnya
tentang penyakitnya pengobatan diet, Memberikan
(pemberian pemahaman yang
insulin,diit DM dan sederhana tapi
obat-obatan oral), memadai kepada
perawatan dan klien dan keluarga
latihan. mengenai penyakit,
penyebab, gejala,
Jangka panjang : komplikasi,
pengobatan
Adanya perubahan (pemberian insulin
perilaku yang
dan obat-obatan oral),
mendukung usaha perawatan meliputi
perawatan. diet, dan latihan.
Ruang : VIII
WAKTU DP
19 Mei 1.2. 1. Memberikan makanan sesuai S : Klien merasa cukup
2004 dengan program diet yaitu kenyang, tidak terjadi
3 1700 kalori. keluhan-keluhan
19 Mei 1. Memberikan injeksi hiperglikemi dan
2004 actrapid 8 u SC dengan hipoglikemi.O :Klien
daerah injeksi di M. menghabiskan porsi
19 Mei deltoideus kiri sudut makanan yang
2004 injeksi 45 O. disediakan.
2. Kolaborasi dengan
dokter tentang A : Masalah teratasi
pemberian terapi yang sebagian.
di berikan
P : Intervensi di
1. Menggali pengetahuan klien dan lanjutkan.
keluarga tentang penyakit DM,
penyebab, gejala, komplikasi, S : Klien dan keluarganya
pengobatan dan perawatannya. tampak menyimak materi
penyluhan dengan
2. Memeriksa TTV klien dan seksama dan
memeriksa perkembangan kondisi mengajukan beberapa
klien pertanyaaan.
O : TD :120/70 mmHg
N : 84 x/mnt,
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. T
Ruang : VIII
WAKTU DK PARAF
CATATAN PERKEMBANGAN
18 Mei 04 4 S : Klien mengatakan karena pusingnya ini dia belum bisa mulai
beraktivitas seperti berjalan-jalan di sekitar rumah.O : Klien tampak
lemah.
P : Intervensi dilanjutkan.
TD : 100/70 , N : 88x/mnt.
P : Intervensi dilanjutkan.
19.10 3 Istri klien mampu mengambil 8 u insulin dari vial dengan steril.
3
1 tindakan injeksi kepada klien.
1 telah dipergunakan.
O : Tes sensasi benda halus dan tajam (+), tes sensasi suhu (+).
P : Intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
P : intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
R : Tujuan tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dilanjutkan.
O : Luka sudah tampak lebih bersih, tes sensasi suhu dan nyeri
(+).
P : Intervensi dilanjutkan.
I : Mengganti balutan luka, mengompres dengan larutan PK dan
memasase kaki klie.
P : Intervensi dilanjutkan.
P : Intervensi dimodifikasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Like this:
Tinggalkan Balasan
o artikel
o laporan pendahuluan
o contoh askep
yang baru!!
MIGRAIN JUNI 13, 2013
MANFAAT DIBALIK STRESJUNI 4, 2013
Contoh askep DMDESEMBER 21, 2012
HHD (Hipertensi heart disease) DESEMBER 21, 2012
DM (Diabetes Melitus)DESEMBER 21, 2012
cari
my tweet
tapi saya yakin saya bisa selamanya. . :) 1 week ago
temen pada jauh, leptop rusak, KTI mesti ngulang dri awal, kamera sama motor juga. Dan skarang orang yg paling d butuhkan
malah? Ah~1 month ago
bagus. Sekarang semua yg saya butuhkan sudah tidak ada. Bagus yoga bagus, bodoh!! 1 month ago
RT @Deddy_Mizwar_: Selamat kpd film Selendang Sintren yg tlh mengndapatkn Ungkara Award sbg Film Trbaik Fstival Film
Rmaja Ungkara Award ht… 1 month ago
like yo
saya
yogasaepulhaq
my tweet
o tapi saya yakin saya bisa selamanya. . :) 1 week ago
o temen pada jauh, leptop rusak, KTI mesti ngulang dri awal, kamera sama motor juga. Dan skarang orang yg paling d
butuhkan malah? Ah~1 month ago
o bagus. Sekarang semua yg saya butuhkan sudah tidak ada. Bagus yoga bagus, bodoh!! 1 month ago
o RT @Deddy_Mizwar_: Selamat kpd film Selendang Sintren yg tlh mengndapatkn Ungkara Award sbg Film Trbaik Fstival
Film Rmaja Ungkara Award ht… 1 month ago
Sign me up
Powered by WordPress.com
BANY
SENIN, 03 OKTOBER 2011
ASKEP Diabetes Melitus
JAKARTA 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat
dan anugrahnya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
keperawatan pada klien Tn. K dengan Diabetes Melitus. Di Ruang Mawar 107/2 di Rumah Sakit Sukmul
Sisma Medika Jakarta Utara. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian akhir.
Dalam penyesunan makalah ini penulis menyadari banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Ibu Nesti Sinaga Mks. Skep, selaku Ketua STIKes Dr. SISMADI sekaligus pembimbing makalah
2. Ns. Hernida Dwi Lestari Skep. Spd. Selaku koordinator mata ajar KMB
Akhirnya dengan satu harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat begi penulis dan pembaca
sekalian sehingga dapat membantu meningkatkan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2.Tujuan Khusus.......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup............................................................................. 3
D. Metode Penulisan......................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan................................................................... 4
: TINJAUAN TEORITIS.................................................................... 5
A. Pengertian..................................................................................... 5
1. Etiologi..................................................................................... 6
2. Patofisiologi............................................................................. 7
3. Manifestasi Klinis.................................................................... 8
4. Komplikasi............................................................................... 9
5. Penatalaksanaan Medis............................................................ 9
C. Asuhan Keperawatan.................................................................. 13
1. Pengkajian keperawatan.......................................................... 13
2. Diagnosa Keperawatan........................................................... 14
3. Perencanaan Keperawatan...................................................... 15
4. Implementasi Keperawatan..................................................... 20
5. Evaluasi Keperawatan............................................................. 20
: TINJAUAN KASUS........................................................................ 22
A. Pengkajian.................................................................................... 22
1. Identitas Klien......................................................................... 22
2. Riwayat Keperawatn............................................................... 22
3. Pengkajian Fisik...................................................................... 26
4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 28
5. Resume................................................................................... 28
6. Data Fokus............................................................................. 29
7. Analisa Data........................................................................... 30
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 32
: PEMBAHASAN............................................................................ 39
A. Pengkajian................................................................................. 39
B. Diagnosa Keperawatan............................................................. 40
C. Intervensi Keperawatan............................................................ 41
D Implementasi Keperawatan....................................................... 42
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................. 43
: PENUTUP..................................................................................... 44
A. Kesimpulan............................................................................... 44
1. Penggkajian Keperawatan.................................................... 44
2. Diagnosa Keperawatan......................................................... 44
3. Perencanaan Keperawatan................................................... 44
4. Implementasi Keperawatan.................................................. 45
5. Evaluasi................................................................................ 45
B. Saran......................................................................................... 45
1. Bagi Mahasiswa.................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami
tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti :
makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar
lemak dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun
mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi
kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik,
Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah
Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus
yang tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan
persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe
II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes
mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset, penderita diabetes
mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita
mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di
dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap
diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14
juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang
berobat teratur.
Berdasarkan dari data Rumah Sakit Sukmul Tnjung Priok Jakarta Utara yang menjalankan penobtan rawat
inap dari bulan januari sampai dengan juni 2010 berjumlah 3.555 jiwa, lima penyakit dengan penderita
terbesar adalah Febris 245 jiwa (6,9%), DHF 223 jiwa (6,3%), GE 150 jiwa (4,2%), Demam Tipoid 148
jiwa(4,1%), dan Diabetes Mellitus sendiri berada pada posisi ke-5 dengan jumlah 84 jiwa (2,4%).
Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah
komplikasi akut seperti ketoasidosis dan sindromkoma hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat
menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti penyakit
makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan penyakit oftamologi lainnya. Penyakit Diabetes mellitus perlu
mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh perawat. Secara Promotif seperti memberikan
penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Mellitus, kemudian dengan preventif yaitu dengan cara menerapkan
gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok. Selain itu perawat juga berperan
secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula darah, melakukan perawatan luka dan
mengatur diet makanan yang harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula darah.
Berdasarkan data diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Tn.K yang
dirawat di ruang rawat inap Pavilun Mawar kamar 107/2, rumah sakit Sukmul Jakarta utara Rumusan
masalah ; bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. K dengan Diabetes mellitus di ruang
rawat inap Paviliun Mawar kamar 107/2, Rumah sakit sukmul Jakarta utara.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan medical bedah dengan
masalah kesehatan diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
c. Merencanakan diagnosa keperawatn pada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah esehatan diabetes mellitus.
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan Tn. K dengan
diabetes mellitus diruang rawat inap pavilion mawar kamar107/2 rumah sakit sukmul Jakarta utara yang
dilaksanakan pengkajian pada tannggal19-21 juli 2010.
D. Metode Penulisan
1. Metode dengan pendekatan studi kasus mengambil suatu kasus dan diberikan asuhan, dalam pengunpulan
data-data dan metode penulisan melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik klien.
2. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari dan membaca buku-buku ilmiah yanag berhubungan dengan
kasus.
E. Sistematika Penulisan
Laporan makalah ilmiah ini disusun sistematis yang terdiri dari 5(lima) bab sebagai berikut; BAB I:
pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, sistematika
penulisan, BAB II : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yaitu terdiri dari pengertian, etiologi,
patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi
keperawatan.BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
inervensi, implementasi, evaluasi keperawatan. BAB IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan. BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa
darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Dari ke empat pengertian diatas penulis menyimpulkan suau keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
tinggi, yang diakibatkan kurangnya produksi insulin sehingga dapat menimbulkan suatu kumpulan gejala.
DM Tipe lain.
1. Etiologi
a. Diabetes tipe I:
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
2) Obesitas;
3) Riwayat keluarga;
4) Gaya hidup.
2. Patofisiologi
Insulin pada DM tipe I tidak ada, karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya
peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA
(Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan
hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie,
rubella, CMV, herpes dan lain0lain. Yang diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan
delta tetap utuh.
Pada DM tipe II jumlah insulin normal, mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit,
sehingga sel akan kekurangan bahan bakar ( glukosa ) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe I. Perbedaannya adalah DM tipe II disamping
kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Pada DM
tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60 % dari normal.
Baik pada DM tipe I maupun DM tipe II kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar itu melewati batas
ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga
penyakit kencing manis.
3. Manifestasi klinis
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk
mengimbangi klien lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk
memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
5. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pada hasil pemeriksaan diagnostik yang harus diperhatikan adalah Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 jam PP,
Gula Darah Sewaktu (GDS), Laju Endap Darah (LED), hemoglobin, leukosit, albumin, elektrolit.
b. Edukasi.
Pada dasarnya tujuan edukasi/penyuluhan diabetes adalah perawatan mandiri, sehingga seakan-akan
penderita DM menjadi “dokternya” sendiri dan juga mengetahui kapan harus pergi ke dokter atau anggota tim
perawat lainnya untuk medapatkan pengarahan atau pengobatan lebih lanjut. Dengan demikian dapat
dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi
penderita DM, yang diperlukan untuk merawat diri sendiri, mengatasi krisis, serta mengubah gaya hidupnya
agar dapat menangani penyakitnya dengan baik.
Ada beberapa tindakan penyuluhan tentang pelaksanaan DM yang dapat dilakukan dengan pendekatan
keluarga antara lain :
1) Persiapan tindakan
Menerangkan kepada pengguna jasa/penderita dan keluarga perihal keadaan, gejala, hasil yang ditemukan
dan alternatif tindakan yang akan diambil disesuaikan dengan stadium penyakit DM.
Menerangkan pengobatan atau tindakan yang lain tergantung dari stadium dan tipe DM bisa berupa :
pembuatan agenda pemantauan diet yang diawasi anggota keluarga lain yang terkait, memberikan jadwal
latihan jasmani/kebugaran yang sesuai dengan stadium dan resiko penyskit, penggunaan obat DM atau obat
hipoglikemik oral dan insulin, memberikan konseling hidup sehat yang bisa dimengerti juga oleh anggota
keluarga yang terkait dalam pengobatan dan pencegahan cacat lebih lanjut.
3) Pemulihan
Dapat berupa sosialisasi dalam kehidupan, pemantauan gula darah dan keluhan, perihal budaya kehidupan
yang sehat, pola makan terkendali, pemanfaatan waktu luang yang intensif yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik dan sosial serta usia dari penderita DM.
4) Pembinaan keluarga
Tindakan ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan membina peran serta anggota
keluarga untuk kehidupan yang sehat.
c. Pengaturan diet
Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan
olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk mecapai atau mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai, menghindari dan menangani komplikasi baik akut maupun kronis serta meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Perencanaan diet bagi penderita DM, harus difikirkan tentang kepatuhan dalam menjalankan diet. Cara
terbaik adalah dengan penyesuaian aktifitas, pola makan dan keadaan ekonomi penderita. Komposisi energi
adalah 60-70 % karbohidrat, 10-15 % dari protein dan 20-25 % dari lemak. Makanan dengan jumlah kalori
yang telah dihitung dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20 %), siang (30 %) dan sore (25 %) serta
2-3 porsi makanan ringan (10-15 %)
Dianjurkan untuk latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30 menit, yang
sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training).
1) Latihan Kontinyu, latihan yang dilakukan berkesinambungan, dilakukan terus menerus. Contoh : jika jogging
30 menit maka selama 30 menit penderita harus melakukan jogging tanpa istirahat.
2) Latihan Ritmis, latihan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara
teratur. Contoh : jalan kaki.
3) Latihan Interval, latihan olahraga yang dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh : jalan
cepat diselingi jalan lambat.
4) Latihan Progresif, latihan yang dilakukan berangsur-angsur dari ringan ke latihan yang lebih berat, secara
bertahap.
e. Farmakologis
Untuk pengobatan penderita DM dapat diberikan OAD seperti :
(iii) Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot dan
jaringan lemak.
(iv) Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin, pada otot dan sel lemak.
b) Golongan biguanid :
(i) Metformin :
(d) Menghambat absorpsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan.
(ii) Diabex
(iii) Glukophage
(iv) Acarbose :
2) Insulin
a) menghambat glikogenolisis.
4. Komplikasi
a. Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak.
C. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sestematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien.
(Nursalam, 2001)
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana
cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
c, Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e. Integritas Ego
Stress, ansietas.
f. Eliminasi
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
j. Pernapasan
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah kesehatan aktul, potensial dan resiko
tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperwatan klien sesuia
dengan kewewenagan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatn klien antra lain : analisa data, perumusan
masalah, perioritasa masalah.
Analisa data adalah setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya dilakukan analisa
data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsif yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien, cara analisa data
adalah validasi data yaitu meneliti data kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian,
mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual memebandingkan dengan standar
membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
Langkah berukutnya seteleh analisa data adalah perumusan masalah, rumisan masalah keperawatan klien
dapat diarahkan kepada sasarean indivdu atau keluarga, komponendiagnosis keperawatan klien meliputu
problem, etiologi, dan symptom.
Dilihat dari prioritas masalahnya diagnosa di golongkan menjadi tiga yaitu: aktual, resiko tinggi dan potensial.
Aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh klien dan memerlukan bantuan dari petugas
kesehatan denga cepat. Resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk
menjadi masalah keperawatan, actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
dari petugs kesehatan. Potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika klien telah mamapu
memenuhi kebutuhan kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan (suprajitno, 2004).
Adapun diagnosa keperawatan pada klien dengan Diabetas Melitus menurut Doenges, Marilyn E, Rencana,
2000 yatu:
a. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubunugan dengan outpu yang berlebih.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
d. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi sehingga kebutuhan
dasar klien terpenuhi. Tujuan tindakan keperawatan baik tujuan umum maupun khusus dan penetapan
kriteria dan standar penulis sesuaikan dengan kondisi dan keadaan klien binaan dengan tetap
memperhatikan klie binaan yang berpedoman untuk menetapkan intervensi seperti rencana tindakan yang
dibuat berorientasi pada pemecahan masalah, daalm tahap ini yang dilakukan yaitu membuat rencana sesuai
dengan prioritas masalah.ada empat kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam menetukan prioritasa
masalah yaitu sifat masalah yang terdiri atas aktual dengan nilai 3, resiko tinggi dengan nilai 2, potensial
dengan nilai 1, kemingkina masalah untuk diubah : mudah dengan nilai 2, sebagian dengan nilai 1, tidak
dapat dengan nilai 0, potensial masalah untuk dicegah : tinggi dengan nilai 3, cukup dengan nilaia 2, rendah
dengan nilai 1, menonjol masalah : segera diatasi dengan nilai 2, tidak segara diatasi dengan nilai 1, tidak
dirasakan dengan 0, pembobotan sifat masalah dengan nilai 1, pembobotan pembuatan masalah unuk
diubah dengan nilai 2, potensial maslahuntuk dicegah dengan nilai 1, menonjolnya masalah dengan nilai 1
(Darmawan, 2008).
a. Diagnosa keperawatan I:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebih
Tujuan: Masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasi:
2) Turgorkulit elastis.
Intervensi keperawatan :
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor kulit, dan membran mukosa
Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidraasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Rasional: memberikan perkiraan akan cairan pengganti fungsi ginjal dan keefektifan terapi yang diberikan.
e. Berikan terapi cairan selama dengan indikasi, seperti normal salin atau setengah normal salin dengan atau
tanpa dextrosa.
Rasional: tipe dan jumlah dari cairan terganung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara
individu
f. Berikan belum atau elektrolit lain melalui IV atau melalui oral sesuai indikasi
b. Diagnosa keperawatan II
Perubahhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional: hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan menurunkan fungsi lambung.
c. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
Rasional: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dengan fungsi gastrointestinal baik.
d. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH, dan HCO3
Rasional: gula darah akan menurunkan perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Kriteria Hasil:
Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoaasidosis
atau dapat mengalami inveksi nosokomial.
Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
Rasional: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit
Rasional: untuk mengidentifikasi mikroorganisme sehingga dapat menentukan pemberian trapi antibiotik yang
terbaik.
d. Diagnosa keperawatan IV
Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
Kriteria Hasil:
2) Orientasi baik
Intervensi keperawatan:
Rasional: Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih, dandapat memperbaiki daya pikir.
3) Pelihara aktivitas rutin klien sekonsisten mungkin, dorong klien untuk melakukan kegiatan sehari-hi=ari
sesuai kemampuannya.
Rasional: Meningkatkan raasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena rasa panas.
6) Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang ditetukan untuk mengatasi DKA sesuai inddikasi.
Rasional: Gangguan dalam prosespikir terhaadap aktifitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiper
osmolaritas.
e. Diagnosa keperawatan V
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan motivasi, mekipun pasien mungkin
masih lemah.
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang fositif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleraansi pasien.
f. Diagnosa keperawatan VI
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional: Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu klien untuk memecahkan masalah dan
mencapai bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: Mengkomunikasikan pada klien bahwa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
5) Berikan dukungan pada klien untuk ikut berperanserta dalamperwatan diri sendiri.
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan sesalalu ada buat pasien
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
proses belajar.
2) Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
Raional: partisipasi dengan perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-
prinsip yang di pelajari.
Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan penyerapan pada
indifidu yang belajar.
4) Diskusikan topik-topik utama, seperti apakah kedar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebu
dibandingkan dengan kadar gula darah pasien, tipe DM yang di alami pasien .
Rasional: memberikan pengatahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih
gaya hidup.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang
telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatn agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi teraupetik serta penjalasan untuk setiap tindakan yang
diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,
interdependent. Tindakan keperawatan secaraindependen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
perawatn tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya, kemudian dependent adalah
tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Sedangkan interdependent adalah tindakan keperawatn yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukah suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan dokter.
Keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam melaksanakan tindaakn keperawtan yaitu kognitif dan
psikomotor (suprajitno, 2004)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemingkinan terjadi
pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilaksanaakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan
evaluasi yang dilakukan pada tahap akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuia dengan waktu
yang ada pada tujuan.
Disamping itu juga evaluasi adalah merupakan kegiatan ynag merupakan kegiatan yang membandingkan
antra hasil implemntasi dengan kriteria standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan. Bila
evaluasi tudak berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawtan ynag baru.
Evaluasi menggunakan SOAP yang operasional, pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang
dirsakan secara subjektif oleh keluarga telah diberikan implementasi keperawatan. O adalah kegiatan objektif
yang dapat diidentifikasi setelah implementasi keperawatan. A adalah analisis perawatan setelah mengetahui
respon subjektif dana objektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada tujuan rencana perawatan klien. P adalah perencanaan atau planing selanjutnya setelah
perawat melakukan analisis. Pada tahap ini ada evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu :
evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis keperawtan. Akan rencana diteruskan sebagian, diteruskan dengan
perubahan intervensi atau diberhentikan (suparjitno, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawaatan
Saat penulis melakukan pengkajian pada tanggal 19 Juli 2010 data diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung pada klien, keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang terlibat dalam proses
pengobatan klien, serta membaca catatan medis maupun catatan keperawatan tentang klien untuk
mengetahui hasil pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan penunjang.
1. Identitas klien
Pasien seorang pria bernama Tn. k, berumur 42 thn, agama islam, suku betawi, pendidikan terakhir SMA
pekerjaan karyawan, alamat rumah Jln kampung baru no 72 RT 09 RW 08 Kecamatan Cakung Jakarta
Timur. Kompoisi keluarga Tn. K adalah Ny. S sebagai istri dengan umur 38 tahun pendidikan terkahir SMP
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, An G dengan umur 15 tahun, pendidikan SD pekerjaan sebagai pelajar,
An. N dengan umur 8 tahun, pekerjaan sebagai pelajar, sumber biaya asuransi.
2. Riwayat keperawatan
Tn K masuk rumah sakit dengan keluhan mual, muntah, lemas. Faktor pencetus adalah gaya hidup yang
tidak sehat dan keturunan, timbul keluhan tersebut secara mendadak serta lamanya sudah 5hari, upaya klien
untuk mengatasinya selama di rumah adalah dengan rawat jalan, tetapi klien tidak dapat mengingat lagi obat
apa yang pernah dikomsusinya.
Klien tidak memiliki riwayat penyakit pada masa lalunya termasuk kecelakaan. Klien juga tidak memiliki
riwayat alergi obat, makanan, binatang maupun lingkungan. Klien mengatakan bila merasa sakit hanya
mengkonsumsi obat warung.
Genogram:
DM 38 thn
An. G An. N
15 thn 8 thn
Keterngan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
Orang tua laki-laki dari Tn. K memiliki penyakit yang sama dengan Tn. K yaitu diabetes Mellitus, hal itu
tersebut baru diketahui saat ayah dari Tn. K meninggal dunia.
Orang terdekat Tn. K adalah istri dan kedua anaknya. pola interaksi komunikasi klien dengan keluarga baik
karena adanya saling keterbukaan antara klien dan keluarganya. Pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah klien, klien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat karena jam dinas kerja yang tidak menentu
sebagai karyawan sebuah perusahaan. Selama klien dirumah sakit klien tidak dapat melaksanakan tugasnya
sebagai pencari nafkah sehingga mempengaruhi perekonomian keluarganya. masalah yang mempengaruhi
klien adalah cepat lelah saat beraktivitas, hal yang dipikirkan klien saat ini adalah sembuh dan ingin segera
pulang agar dapat kembali bekerja. Perubahan yang terjadi setelah klien sakit adalah berat badan menurun
dan terganggunya aktivitas beribadah karena tidak dapat sholat.
1) Pola nutrisi
Frekuensi makan klien sebelum adalah 2-3 kali sehari. Klien mengatakan sebelum sakit napsu makannya
normal. Jenis makanan yang dikonsumsi klien selama di rumah adalah ikan, sayur, nasi, tahu, tempe dan
sesekali daging. Klien tidak memiliki pantangan terhadap makanan. Kebiasaan yang biasa dilakukan klien
sebelum makan adalah cuci tangan dan berdoa. Berat badan 72 kg.
2) Pola eliminasi
a) BAK
Klien mengatakan sebelum dirawat klien buang air kecil 8-10 kali sehari, warna kuning bening, dan tidak ada
keluhan dalam BAK.
b) BAB
Klien mengatakan sebelum dirawat klien BAB satu kali sehari dengan waktu yang tidak tentu, warna kuning
kecoklatan dengan bau khas, konsistensi setegah padat dan tidak ada keluhan dalam BAB.
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi dan sore, oral hygiene 2 kali sehari pagi dan sore, cuci rambut 3
kali seminggu.
Waktu kerja klien disesuaikan dengan jadwal yang diatur oleh perusahaan. Klien tidak pernah melakukan
kegiatan olah raga. Klien tidak memiliki keluhan dalam pergerakan tubuh, mandi, dan mengenakan pakaian.
Klien mengatakan pernah merokok tetapi sudah berhenti sejak 4 tahun yang lalu, klien tidak pernah berolah
raga selama 10 tahun belakangan ini.
1) Pola nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, nasi tim, berat badan 69 kg, tinggi badan 173 cm. Klien mengatakan napsu makan
berkurang disebabkan rasa mual dan lidah pahit.
2) Pola eliminasi
a) BAK
Setelah dirawat klien buang air kecil 13-15 kali sehari, warna kuning pekat dan tidak ada keluhan dalam BAK.
b) BAB
Klien BAB 1 x 48 jam, warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi setegah padat, tidak ada keluhan,
tidak menggunkan laxative.
Selama dirumah sakit klien hanya lap badan 1 x 48 jam yang dilakukan oleh keluarganya. oral hygiene 1x 24
jam pada pagi hari.klien belum cuci rambut selama dirawat di RS.
Klien tidur 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
3. Pengkajian fisik
Berat badan sebelum dirawat 72 kg dan setelah dirawat 69 kg. Tinggi badan 173 cm. Keadaan umum ringan,
tanpa pembesaran kelenjar getah bening.
b. System penglihatan
Posisi mata klien simetris dengan keadaan kelopak mata dan pergerakan kelopak mata normal. Konjungtiva
anemis, kornea normal, sclera ikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan dengan penglihatan baik.
Tidak terdapat tanda-tanda radang dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. System pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada serumen, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga,
tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran normal, gangguan keseimbangan tidak ada, dan tidak menggunakan
alat bantu.
d. System wicara
e. System pernapasan
Jalan napas bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu napas, frekuensi 20 x/mnt dengan irama
teratur, jenis napas spontan, tanpa batuk dan sputum dan tidak menggunakan alat bantu napas.
f. System kardiovaskuler
1) Sirkulasi periver
Nadi 93 x/mnt dengan irama teratur dan denyutan yang kuat, tekanan darah 180/110 mmHg, tidak ada
distensi vena jugularis knan maupun kiri, temperature kulit hangat dengan suhu 370C, pengisian kapiler 3 dtk
dan tidak terdapat edema.
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 94 x/mnt dengan irama teratur dan tanpa rasa nyeri dada.
g. System hematologic
Pada sistem hematologi hasil laboratorium menunjukkan: Hb : 11,3 gr/dl, Ht: 30%, leukosit: 11.500 /ul,
trombosit: 521.000 /ul, klien tidak mengalami perdarahan tetapi mengeluh lemas dan terlihat pucat.
Klien mengatakan sakit pada kepala, tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS 15, terdapat
peningkatan TIK dengan nyeri kepala hebat.
i. System pencernaan
keadaan mulutnya : lidah terlihat kotor, muntah 3x/hari jumlahnya sekitar 300ml, mengalami penurunan nafsu
makan, tidak ada nyeri didaerah perut, bising usus 6x/menit, tidak ada diare, warna feses kuning kecoklatan,
konsistensi feses setengah padat, hepar tidak teraba.
j. System endokrin
Pada system ini tidak terjadi pembesaran tiroid, napas tidak berbau keton, tetapi poliuri dan polidipsi.
k. System integumen
System integumen, turgor kulit kurang elastis, warna kulit pucat, temperatur kulit hangat, keadaan kulit baik
dan tidak ada kelainan kulit, keadaan rambut tidak bersih, teksturnya tidak baik, klien belum cuci rambut
selama 5 hari di rumah sakit.
l. System muskuloskeletal
System muskuloskeletal tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak terdapat sakit pada tulang, sendi, kulit,
tidak ada fraktur, tidak ada kelaianan bentuk tulang, keadaan tonus otot baik.
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Resume
Tn.K, jenis kelamin laki-laki, umur 42thn, sudah menikah, agama Islam, suku betawi, pekerjaan sebagai
karyawan, alamat rumah Jln. Kampung Baru No 72 Rt 09 Rw 08, sumber biaya menggunakan asuransi, Tn.K
masuk rumah sakit sukmul pada tanggal 14 juli 2010, dengan keluhan lemas, pusing, mual, muntah, badan
terasa sakit, klien memiliki riwayat diabetes mellitus, terpasang infuse RL dari IGD, diruang mawar diberikan
obat Magtral, protop, glucophage, remapin, lapibial, KSR, Na.diklopenak, intervask, serta dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
5 klien mengatakan tidak nafsu makan 5 porsi makan klien hanya habis setengah
7. Analisa Data
DO:
-klien lemas
TD : 180/110 mmHg, S :
37°C, N :93x/menit, RR :
22x/menit
Data penunjang :
2 -Klorida 82 mEq/l
DS:
-Monosit 9 %
DS:
DO:
-Suhu : 37°C,
-Monosit 9 %
DS:
DO:
-Klorida 82 mEq/l
Kelelahan
Penurunan produksi
energi metabolik
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data di atas maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat.
Tanggal teratasi : -
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah.
Tanggal teratasi : -
Dari diagnosa keperawatan yang telah ditemukan, maka penulis menyusun rencana keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah yaitu sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebih yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan mual, klien mengatakan sering haus, klien mengatakan sering
BAK.
DO: Klien lemas, klien sering muntah, klien cemas, membran mukosa kering, konjungtiva klien anemis, kapilerirefli
3 detik, turgor kulit kurnag elastis, pada tangan kiri klien terpasang infus Na.Klorida dan Sodium Klorida
3% 15 tetes/menit, TD : 180/110 mmHg, S : 37°C, N : 93x/menit, RR : 22x/menit, hasil laboratorium: Kalium
2,9mEq/l, Natrium 117meq/l, Klorida 82 mEq/l.
Tujuan:
Setelah di lakukan Asuhan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Tanda-tanda vital normal, turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, kapilerirefil kurang dari 3 detik , kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi keperawatan:
g. Kolaborasi dalam memberikan kalum atau elektrolit lain melalui oral sesuai indikasi.
Implementasi keperawatan:
Pukul 08.30 mengkaji tanda-tanda vital, pukul 08.45 mengkaji tanda-tanda dehidrasi, pukul 09.45 mengganti
cairan infus yang sudah habis, pukul 11.00 menganjurkan klien untuk minum sedikitnya 2500ml/hari, pukul
11.15 memantau masukan dan pengeluaran cairan, pukul 11.45 menganjurkan klien untuk banyak maakan
buah pisang, pukul 12.00 memberikan kalium melalui oral (KSR 3x1) sesuai indikasi.
Pukul 08.30 mengkaji tanda-tanda vital, pukul 08.45 mengkaaji tanda-tanda dehidrasi, pukul 10.00 mengganti
cairan infus yang habis, pukul 12.00 memberikan kalium melalui oral (KSR 3x1) sesuai indikasi.
Evaluasi keperawatan
S : Klien mengatakan klien mengatakan lebih merasa segar. tidak lemas, klien mengatakan rasa mual
berkurang, klien mengatakan BAK muali dapat terkontrol.
O : TD: 160/100mmHg, S: 36,4°C, N: 90x/menit, RR: 19x/menit, klien terlihat tidak lemas, membran muksa
lembab, klien terlihat lebih tanang, membran mukosa lembab, konjungtiva anemis, kapilerirefli 2 detik, turgor
kulit elastis.
A : Masalah klien dengan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi sebagian.
2. Diagnosa Keperawatan:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat yang di tandai
dengan:
DS: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan mual, klien mengatakan lidah pahit, klien mengatakan tidak nafsu
makan, klien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas.
DO: Klien sering muntah, porsi makan klien hanya habis ½, klien memerlukan bantuan saat beraktivitas,
konjungtiva klien anemis, BB sebelum sakit 72 kg, BB saat sakit 69 kg, Hasil laboratorium LED 20 mm/jam,
Hemoglobin 11,3 gr/dl, Leukosit 14.800 /ul, Trombosit 521.000, Monosit 9 %, Gula Darah Puasa 215 mg/dl,
Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl, albumin dalam urin positif.
Tujuan:
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya, nafsu makan bertambah, hasil laboratorium
menunjukan keadaan normal.
Intervensi keperawatan:
d. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit.
Implementasi keperawatan:
Pukul 09.00 menimbang berat badan, pukul 09.15 mengauskultasi bising usus, pukul 09.20 mengkaji jenis
makanan yang disukai klien, pukul 11.45 menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, pukul 12.00
memberikan obat (magtral 3xsendok makan), pukul 12.30 memberikan makana cair yang mengandung
nutrien dan elektrolit.
Pukul 09.00 menimbang berat badan, pukul 09.15 auskultasi bising usus, bising usus terdengar 10x/menit,
pukul 12.00 memberikan obat (magtral 3xsendok makan), pukul 12.15 memberikan makana cair yang
mengandung nutrien dan elektrolit.
Evaluasi keperawatan
Tanggal 21 Juli 2010/ Pukul 10.00
S : Dari hasil pengkajian terakhir klien mengatakan sudah rasa mual berkurang, klien mengatakan menyukai
makan diet yang di berikan.
O : Dari hasil pengkajian terakhir klien sudah tidak muntah, nafsu makan klien bertambah, BB 69 Kg.
A : Masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi sebagian.
3. Diagnosa Keperawatan:
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan sudah lebih dari lima hari selang infus belum diganti, klien mengatakan terasa gatal pada
daerah tangan yang terpasang infus, klien mengatakan tetesan infus sering macet.
DO: Balutan Infus kotor, tetesan infus tidak lancar, Suhu : 37°C, hasil laboratorium: Leukosit 14.800/ul, Gula Darah
Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl.
juan:
Setelah di lakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam masalah resiko terhadap infeksi dapat teratasi.
Hasil:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi, balutan infus bersih, tetesan infus lancur, leukosit normal, tidak ada
peningkatan suhu tubuh.
Intervansi keperawatan:
Implementasi keperawatan:
Pukul 08.30 mengkaji tanda-tanda vital, pukul 09.30 mengobservasi tanda-tanda infeksi pada sekitar balutan
infuse, pukul 09.35 mengganti balutan infus, terlihat rapih dan bersih, pukul 09.45 mengganti infusset, pukul
10.00 menganjurkan pasien untuk melakukan personal higiene dengan baik.
Evaluasi keperawatan
S : Klien mengatakan tangan sudah tidak terasa gatal-gatal, klien mengatakan tetesan infus lancar.
O : TD: 180/110 mmHg, S: 37°C, N: 93x/menit, RR: 22x/menit, tidak terdapat tanda-atnda infeksi, tetesan infus
klien lancar, klin terlihat tenang, peningkatan dalam personal hygiene.
A : Masalah teratasi.
4. Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas, klien mengatakan sult untuk beraktivitas seperti biasa
DO: Klien membutuhkan bantuan saat beraktifitas, Kalium 2,9 mEq/l, Natrium 117 meq/l, Klorida 82 mEq/l, Gula
Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl
Tujuan:
Setalah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam masalah kelelahan dapat teratasi
Intervansi keperawatan:
4) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
6) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Implementasi keperawatan:
Pukul 11.00 diskusikan cara manghemat kalori, pukul 11.15 memotivasi klien untuk meningkatkan masukan
nutrisi, pukul 11.30 memantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas.
Evaluasi keperawatan
S : Dari hasil pengkajian terakhir klien menyatakan paham aktivitas apa yang dapat klien toleransi, klien
mengatakan merasa lelah setiapkali dari kamar mandi, klien menyatakan paham bagaimana cara untuk
menghemat kalori.
O : Dari hasil pengkajian terakhir klien terlihat lebih mandri dalam melakukan aktivitas seperti makan dan
mengambil minum, asupan nutrisi klien mengalami penungkatan, TD: 180/110 mmHg, N: 102 x/menit,
RR: 26 x/menit.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien.
(Nursalam, 2001)
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 19 Juli 2010 dan merupakan hari keenam Tn. K di rawat dengan
diagnosa Diabetes Mellitus. Pada tahap pengkajian menurut teori ada beberapa metode yang digunakan
dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, wawancara dengan klien, pemeriksaan visik
head to toe, hasil pemeriksaan penunjang, catatan medis, catatan keperawatan dan informasi dari perawat
ruangan.
Secara teoritis etilogi dari diabetes mellitus memiliki beberap klasifikasi yaitu, DM tipe I (IDDM), DM tipe II
(NIDDM), dan DM tipe lain, dimana di dalam DM tipe II memiliki beberapa faktor resiko yaitu, usia lebih dari
30 tahun, obesitas, riwayat keluarga dan gaya hidup, pada Tn. K penulis melakukan pengkajian riwayat
kesehatan keluarga ditemukan adanya kesesuaian antara teori dan kasus yaitu klasifikasi DM pada Tn. K
termasuk ke dalam DM tipe II, dimana pada factor riwayat keluarga ada yang menderita penyakit DM yaitu
orang tua Tn. K (Ayah) dan gaya hidup yang menyukai makanan manis serta tidak pernah melakukan latihan
(olahraga).
Secara teoritis manifestasi klinis pada klien dengan diabetes mellitus adalah poliuri, polidipsi, polipagi, berat
badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang dan mata kabur. Pada Tn. K terdapat kesesuaian teori
namun tidak ditemukan poliphagi, hal ini tidak terjadi pada klien karena adanya respons mual muntah yang di
hasilkan dari peningkatan HCL lambung.
Penatalaksanaan medis yang terdapat pada teoritis adalah edukasi, pengaturan diet, latihan/ olahraga, dan
farmakolagi, sedangkan pada Tn. K terdapat kesesuaian yaitu Tn. K mendapatkan obat (Glucophage,
Magtral, Protop, Lapibial, KSR, Remapin, Intervask) dan diet rendah karbohidarat, tinggi kalori dan pritein.
Penatalaksanaan medis yang tidak dilakukan pada kasus namun ada pada teori yaitu latihan olahraga hal ini
tidak di lakukan karena tidak terfasilitasinya prasarana lokasi (taman) untuk melakukan tindakan yang
membutuhkan ruang gerak yang cukup luas selain itu kondisi klien juga belum mampu untuk beraktivitas
berat.
Pemeriksaan diagnostik antara teori dengan kasus tidak ada kesenjangan dimana klien dilakukan
pemariksaan diagnostik Gula Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl, Gula Darah Sewaktu
192 mg/dl dari pemeriksaan diagnostik ini sudah mendukung dalam menengkkan diagnosa keperawatan
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu ketersediaannya format pengkajian yang dijadikan acuan,
catatan medis dan catatan keperawatan. Siikap klien dan keluaraga yang kooperatif juga membentu penulis
saat melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak menemukan faktor penghambat saat melakukan
pengkajian.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah kesehatan aktul, potensial dan resiko
tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperwatan klien sesuia
dengan kewenwngan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatn klien antra lain : analisa data, perumusan
masalah, perioritasa masalah. (suprajitno, 2004)
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan, diagnosa yang terdapat pada teori ada tujuh yaitu:
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubunugan dengan outpu yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
4. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa.
Sedangkan pada kasus penulis menemukan empet diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas yaitu
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat.
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Diagnosa yang di tamukan pada kasus namun tidak di tamukan pada teori yaitu:
1. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa.
Penulis tidak memunculkan diagnosa tersebut karena tidak ditemukan data-data yang menunjang diagnosa
tersebut yaitu: fungsi sensori klien masih dalam keadaan normal, mampu mengidentifikasikan cara-cara sehat
untuk menghadapi perasan dan dapat mengngontrol emosi, klien memiliki informasi yang cukup tentang
penyakit diabetes mellitus mulai dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala, pencegahan serta komplikasi,
informasi tersebut didapat klien dari lingkungan, media elektronik, maupun cetak.
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ini penulis menemukan faktor pendukung yaitu tersedianya buku
pedoman dalam pembuatan diagnosa keperawatan klien dengan diabetes mellitus, sedangkan faktor
penghambat tidak ditemukan.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi sehingga kebutuhan
dasar klien terpenuhi (Darmawan, 2008).
Pada tahap ini penulis membuat rencana tindakan keperawatan sesuai dengan teori dan prinsip SMART
(Spesific, Measurebel, Achipable, Rasional and Time) yang meliputi tujuan umum, tujuan khusus dan kriteria
hasil yang dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya, serta penulisan rencana tindakan yang operasional
dengan menggunakan kata perintah.
Perencanaan untuk diagnosa pertama gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan output yang berlebih yaitu : kaji tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda dehidrasi,
pantau masukan dan pengeluaran cairan, kolaborasi dalam memberikan terapi cairan (infus), anjurkan klien
paling sedikit minum 2500 ml/hari, anjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi buah pisang, kolaborasi dalam
memberikan kalum atau elektrolit lain melalui oral sesuai indikasi.
Diagnosa keperawatan kedua yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, rencan tindakan yang akan diberikan berupa timbang BB setiap hari atau sesuai
dengan indikasi, auskultasi bising usus, kaji jenis makanan yang disukai klien, berikan makanan cairan yang
mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit, anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering, kolaborasi
dalam pemberian obat oral.
Pada diagnosa keperawatan ketiga resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah, rencana tindakan yang akan diberikan yaitu kaji tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda infeksi
pada sekitar balutan infus, ganti balutan infus, ganti infus set maksimal 3 hari sekali, anjurkan pasien untuk
melakukan personal higiene dengan baik.
Pada diagnosa keempat Kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik, rencana
tindakan yang akan diberikan yaitu diskusikan dengan klien kebuthan aktivitas yang diberikan, identifikasi
aktivitas yang menimbulkan kelelahan, motivasi klien untuk meningkatkan masukan nutrisi, Pantau nadi,
frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas, diskusikan cara
manghemat kalori, tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang
dapat di toleransi.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam perencanaan keperawatan ini yaitu tersedianya
format perencanaan keperawatn yang telah ditetapkan dan tersedianya buku pedoman, faktor penghambat
yang pernulis temukan adalah membuat batasan waktu pada kriteria hasil.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang
telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatn agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut (Suprajitno, 2004).
Pada tahap ini merupakan lanjutan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, yang di aplikasikan sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.
Adapun pelaksanaan yang penulis lakukan pada Tn. K untuk diagnosa pertama gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih adalah mengkaji
tanda-tanda vital, mengkaji tanda-tanda dehidrasi, memantau masukan dan pengeluaran cairan, kolaborasi
dalam memberikan terapi cairan (infus), anjurkan klien paling sedikit minum 2500 ml/hari, anjurkan klien untuk
banyak mengkonsumsi buah pisang, kolaborasi dalam memberikan kalum atau elektrolit lain melalui oral
sesuai indikasi.
Untuk diagnosa kedua perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat tindakan keperawatan yang diberikan adalah menimbang berat badan, mengauskultasi bising usus,
mengkaji jenis makanan yang disukai klien, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, memberikan obat
oral sesuai indikasi, memberikan makana cair yang mengandung nutrien dan elektrolit.
Untuk diagnosa ketiga resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar , mengkaji tanda-
tanda vital, observasi tanda-tanda infeksi pada sekitar balutan infuse, mengganti balutan infuse, mengganti
infusset, tetesan infuse menetes dengan lancar.
Untuk diagnose keempat yaitu kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
tindakan keperawatan yang diberikan yaitu mendiskusikan dengan klien kebuthan aktivitas yang diberikan,
mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan, memotivasi klien untuk meningkatkan masukan
nutrisi, memantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan
aktivitas, mendiskusikan cara manghemat kalori, meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan pada klien yaitu adanya
kerjasama yang baik antra penulis dengan perawat ruangan serta partisipasi dari keluarga klien dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan dengan baik, faktor
penghambat yang penulis temukan adalah kurangnya waktu dalam pemberian asuhan keperawtan yang
hanya dilakukan selama 2x24 jam yang karena klien pulang paksa tanpa anjuran dari dokter. Selesainya
penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dan bagian medical record untuk mencari informasi kondisi
terakhir klien berada di rumah sakit.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemingkinan terjadi
pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil (Suprajitno, 2004)
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan selain itu tahap ini juga merupakan tahap
penilaian keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis menggunakan eveluasi formatif dan
evaluasi sumatif, dalam hal ini eveluasi formatif dicantumkan dalam catatan keperawatan berupa respon klien
dan evaluasi sumatif untuk menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak, yaitu dalam bentuk SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, dan Planning).
Evaluasi dari diagnosa pertama gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output berlebih yaitu:
S : Klien mengatakan klien mengatakan lebih merasa segar. tidak lemas, klien mengatakan rasa mual
berkurang, klien mengatakan BAK muali dapat terkontrol.
O : TD: 160/100mmHg, S: 36,4°C, N: 90x/menit, RR: 19x/menit, klien terlihat tidak lemas, membran muksa
lembab, klien terlihat lebih tanang, membran mukosa lembab, konjungtiva anemis, kapilerirefli 2 detik, turgor
kulit elastis.
A : Masalah klien dengan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi sebagian.
Evaluasi dari diagnosa kedua perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
tidak adekuat.
: Dari hasil penkajian terakhir klien mengatakan sudah rasa mual berkurang, klien mengatakan menyukai
makan diet yang di berikan.
: Dari hasil pengkajian terakhir klien sudah tidak muntah, nafsu makan klien bertambah, BB 69 Kg.
: Masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi sebagian.
Evaluasi dari daignosa ketiga resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah.
: Klien mengatakan tangan sudah tidak terasa gatal-gatal, klien mengatakan tetesan infus lancar.
: TD: 180/110 mmHg, S: 37°C, N: 93x/menit, RR: 22x/menit, tidak terdapat tanda-atnda infeksi, tetesan infus
klien lancar, klin terlihat tenang, peningkatan dalam personal hygiene.
: Masalah teratasi.
: Dari hasil pengkajian terakhir klien menyatakan paham aktivitas apa yang dapat klien toleransi, klien
mengatakan merasa lelah setiapkali dari kamar mandi, klien menyatakan paham bagaimana cara untuk
menghemat kalori.
: Dari hasil pengkajian terakhir klien terlihat lebih mandri dalam melakukan aktivitas seperti makan dan
mengambil minum, asupan nutrisi klien mengalami penungkatan, TD: 180/110 mmHg, N: 102 x/menit,
RR: 26 x/menit.
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat penulis melakukan asuahan keperawatn adalah : klien dan
keluarga yang kooperatif, tersedia catatan keperawatan medis yang lengkap, tersedianya format pengkajian,
mendapat arahan dari pembimbing lahan serta dari pihak institusi, kerja sama yang baik dengan perawat
ruangan. Sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah kurangnya rasa percaya diri dari
penulis dalam memberikan asuhan keperawatan,klien pulang paksa pada tanggal 20 juli 2010 pukul 19.00
WIB tanpa anjuran dokter.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis membahasa secara keseluruhan proses keperawatan pada klien Tn.K dengan Diabates
mellitus di Ruang Mawar kamar 107/2 Rumah Sakit Sukmul Jakarta utara, maka pada bab ini penulis akan
menyampaikan kesimpulan dan saran yang mu gkin dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan mutu
Asuhan Keperawatan di ruang mawar 107/2 sebagai motivasi bagi mahasiswa.
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).
Berdasarkan hasil penggkajian melalui observasi, wawancara langsung dengan klien dan keluarga,
pemeriksaan haet to toe, pemeriksaan penujang dan data-data yang diperoleh dari berbagai pihak. Tn. K
menderita DM tipe II, dimana pada factor riwayat keluarga orang tua Tn. K (Ayah) juga menderita DM dan
gaya hidup yang menyukai makanan manis serta tidak pernah melakukan latihan (olahraga). Pada Tn. K tidak
ditemukan poliphagi, hal ini tidak terjadi pada klien karena adanya respons mual muntah yang di hasilkan dari
peningkatan HCL lambung. Pengobatan yang diberikan pada Tn. K yaitu (Glucophage, Magtral, Protop,
Lapibial, KSR, Remapin, Intervask) dan diet rendah karbohidarat, tinggi kalori dan pritein. Hasil laboratorium
yang menunjang untuk menyatakan Tn. K menderita DM adalah LED 20 mm/jam, Leukosit 14.800/ul,
Trombosit 521.000/ul, Gula Darah Puasa 215mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl, GDS 192mg/dl.
Pada kasus Tn. K penulis menemukan empat diagnosa keperawatan yaitu gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat, resiko terhadap infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive.
3. Perencanaan Keperawatanlam
Dalam perencanaan keperawatan penulis merencanakan tindakan keperawtan keperawatan sesuai dengan
teori dan memprioritaskan masalah, tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SMART dan intervensi keperawatan
yang operasional.
4. Implementasi
Penulis melekukan pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan namaun tidak semua dapat terlaksana
karena keterbatasan waktu 2x24 jam.
5. Evaluasi
Dari ke tiga diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada Tn. K yaitu : gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat, resiko terhadap infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive. Tidak semua diagnosa tercapai tujuannya karena tanpa diduga klien pulang
dengan kemauan sendiri pada tanggal 20 juli 2010 pukul 19.00WIB tanpa anjuran dokter.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
a. Menigkatkan ilmu dan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Meliitus khususnya melalui buku-buku sumber
dan literature-literatur.
b. Melibatkan keluarga klien dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetas
Mellitus.
a. Lebih meningkatkan pendokumentasian keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus selama 24 jam.
b. Meningkatkan penyuluhan kesehatan pada pasien Diabetes Mellitus tentang proses penyakit, perawatan, diit
dan pencegahan Diabetes Mellitus dengan melibatkan keluarga klien sehingga dapat menanggulangi
keparahan dan komplikasi penyakit Diabetes Mellitus.
BANY
SENIN, 03 OKTOBER 2011
ASKEP Diabetes Melitus
JAKARTA 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat
dan anugrahnya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
keperawatan pada klien Tn. K dengan Diabetes Melitus. Di Ruang Mawar 107/2 di Rumah Sakit Sukmul
Sisma Medika Jakarta Utara. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian akhir.
Dalam penyesunan makalah ini penulis menyadari banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Ibu Nesti Sinaga Mks. Skep, selaku Ketua STIKes Dr. SISMADI sekaligus pembimbing makalah
2. Ns. Hernida Dwi Lestari Skep. Spd. Selaku koordinator mata ajar KMB
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya dengan satu harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat begi penulis dan pembaca
sekalian sehingga dapat membantu meningkatkan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2.Tujuan Khusus.......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup............................................................................. 3
D. Metode Penulisan......................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan................................................................... 4
: TINJAUAN TEORITIS.................................................................... 5
A. Pengertian..................................................................................... 5
1. Etiologi..................................................................................... 6
2. Patofisiologi............................................................................. 7
3. Manifestasi Klinis.................................................................... 8
4. Komplikasi............................................................................... 9
5. Penatalaksanaan Medis............................................................ 9
C. Asuhan Keperawatan.................................................................. 13
1. Pengkajian keperawatan.......................................................... 13
2. Diagnosa Keperawatan........................................................... 14
3. Perencanaan Keperawatan...................................................... 15
4. Implementasi Keperawatan..................................................... 20
5. Evaluasi Keperawatan............................................................. 20
: TINJAUAN KASUS........................................................................ 22
A. Pengkajian.................................................................................... 22
1. Identitas Klien......................................................................... 22
2. Riwayat Keperawatn............................................................... 22
3. Pengkajian Fisik...................................................................... 26
4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 28
5. Resume................................................................................... 28
6. Data Fokus............................................................................. 29
7. Analisa Data........................................................................... 30
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 32
A. Pengkajian................................................................................. 39
B. Diagnosa Keperawatan............................................................. 40
C. Intervensi Keperawatan............................................................ 41
D Implementasi Keperawatan....................................................... 42
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................. 43
: PENUTUP..................................................................................... 44
A. Kesimpulan............................................................................... 44
1. Penggkajian Keperawatan.................................................... 44
2. Diagnosa Keperawatan......................................................... 44
3. Perencanaan Keperawatan................................................... 44
4. Implementasi Keperawatan.................................................. 45
5. Evaluasi................................................................................ 45
B. Saran......................................................................................... 45
1. Bagi Mahasiswa.................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami
tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti :
makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar
lemak dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun
mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi
kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik,
Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah
Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus
yang tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan
persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe
II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes
mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Menurut riset, penderita diabetes
mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita
mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di
dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap
diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14
juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang
berobat teratur.
Berdasarkan dari data Rumah Sakit Sukmul Tnjung Priok Jakarta Utara yang menjalankan penobtan rawat
inap dari bulan januari sampai dengan juni 2010 berjumlah 3.555 jiwa, lima penyakit dengan penderita
terbesar adalah Febris 245 jiwa (6,9%), DHF 223 jiwa (6,3%), GE 150 jiwa (4,2%), Demam Tipoid 148
jiwa(4,1%), dan Diabetes Mellitus sendiri berada pada posisi ke-5 dengan jumlah 84 jiwa (2,4%).
Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah
komplikasi akut seperti ketoasidosis dan sindromkoma hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat
menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti penyakit
makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan penyakit oftamologi lainnya. Penyakit Diabetes mellitus perlu
mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh perawat. Secara Promotif seperti memberikan
penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Mellitus, kemudian dengan preventif yaitu dengan cara menerapkan
gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok. Selain itu perawat juga berperan
secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula darah, melakukan perawatan luka dan
mengatur diet makanan yang harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula darah.
Berdasarkan data diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Tn.K yang
dirawat di ruang rawat inap Pavilun Mawar kamar 107/2, rumah sakit Sukmul Jakarta utara Rumusan
masalah ; bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. K dengan Diabetes mellitus di ruang
rawat inap Paviliun Mawar kamar 107/2, Rumah sakit sukmul Jakarta utara.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan medical bedah dengan
masalah kesehatan diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
c. Merencanakan diagnosa keperawatn pada klien dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah esehatan diabetes mellitus.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan Tn. K dengan
diabetes mellitus diruang rawat inap pavilion mawar kamar107/2 rumah sakit sukmul Jakarta utara yang
dilaksanakan pengkajian pada tannggal19-21 juli 2010.
D. Metode Penulisan
1. Metode dengan pendekatan studi kasus mengambil suatu kasus dan diberikan asuhan, dalam pengunpulan
data-data dan metode penulisan melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik klien.
2. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari dan membaca buku-buku ilmiah yanag berhubungan dengan
kasus.
E. Sistematika Penulisan
Laporan makalah ilmiah ini disusun sistematis yang terdiri dari 5(lima) bab sebagai berikut; BAB I:
pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, sistematika
penulisan, BAB II : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yaitu terdiri dari pengertian, etiologi,
patofisiologi (proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi
keperawatan.BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
inervensi, implementasi, evaluasi keperawatan. BAB IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan. BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa
darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Dari ke empat pengertian diatas penulis menyimpulkan suau keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
tinggi, yang diakibatkan kurangnya produksi insulin sehingga dapat menimbulkan suatu kumpulan gejala.
1. Etiologi
a. Diabetes tipe I:
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
2) Obesitas;
3) Riwayat keluarga;
4) Gaya hidup.
2. Patofisiologi
Insulin pada DM tipe I tidak ada, karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya
peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA
(Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan
hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie,
rubella, CMV, herpes dan lain0lain. Yang diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan
delta tetap utuh.
Pada DM tipe II jumlah insulin normal, mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit,
sehingga sel akan kekurangan bahan bakar ( glukosa ) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe I. Perbedaannya adalah DM tipe II disamping
kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Pada DM
tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60 % dari normal.
Baik pada DM tipe I maupun DM tipe II kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar itu melewati batas
ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga
penyakit kencing manis.
3. Manifestasi klinis
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk
mengimbangi klien lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk
memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
5. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pada hasil pemeriksaan diagnostik yang harus diperhatikan adalah Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 jam PP,
Gula Darah Sewaktu (GDS), Laju Endap Darah (LED), hemoglobin, leukosit, albumin, elektrolit.
b. Edukasi.
Pada dasarnya tujuan edukasi/penyuluhan diabetes adalah perawatan mandiri, sehingga seakan-akan
penderita DM menjadi “dokternya” sendiri dan juga mengetahui kapan harus pergi ke dokter atau anggota tim
perawat lainnya untuk medapatkan pengarahan atau pengobatan lebih lanjut. Dengan demikian dapat
dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi
penderita DM, yang diperlukan untuk merawat diri sendiri, mengatasi krisis, serta mengubah gaya hidupnya
agar dapat menangani penyakitnya dengan baik.
Ada beberapa tindakan penyuluhan tentang pelaksanaan DM yang dapat dilakukan dengan pendekatan
keluarga antara lain :
1) Persiapan tindakan
Menerangkan kepada pengguna jasa/penderita dan keluarga perihal keadaan, gejala, hasil yang ditemukan
dan alternatif tindakan yang akan diambil disesuaikan dengan stadium penyakit DM.
Menerangkan pengobatan atau tindakan yang lain tergantung dari stadium dan tipe DM bisa berupa :
pembuatan agenda pemantauan diet yang diawasi anggota keluarga lain yang terkait, memberikan jadwal
latihan jasmani/kebugaran yang sesuai dengan stadium dan resiko penyskit, penggunaan obat DM atau obat
hipoglikemik oral dan insulin, memberikan konseling hidup sehat yang bisa dimengerti juga oleh anggota
keluarga yang terkait dalam pengobatan dan pencegahan cacat lebih lanjut.
3) Pemulihan
Dapat berupa sosialisasi dalam kehidupan, pemantauan gula darah dan keluhan, perihal budaya kehidupan
yang sehat, pola makan terkendali, pemanfaatan waktu luang yang intensif yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik dan sosial serta usia dari penderita DM.
4) Pembinaan keluarga
Tindakan ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan membina peran serta anggota
keluarga untuk kehidupan yang sehat.
c. Pengaturan diet
Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan
olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk mecapai atau mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai, menghindari dan menangani komplikasi baik akut maupun kronis serta meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Perencanaan diet bagi penderita DM, harus difikirkan tentang kepatuhan dalam menjalankan diet. Cara
terbaik adalah dengan penyesuaian aktifitas, pola makan dan keadaan ekonomi penderita. Komposisi energi
adalah 60-70 % karbohidrat, 10-15 % dari protein dan 20-25 % dari lemak. Makanan dengan jumlah kalori
yang telah dihitung dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20 %), siang (30 %) dan sore (25 %) serta
2-3 porsi makanan ringan (10-15 %)
Dianjurkan untuk latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama kurang lebih 30 menit, yang
sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training).
1) Latihan Kontinyu, latihan yang dilakukan berkesinambungan, dilakukan terus menerus. Contoh : jika jogging
30 menit maka selama 30 menit penderita harus melakukan jogging tanpa istirahat.
2) Latihan Ritmis, latihan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara
teratur. Contoh : jalan kaki.
3) Latihan Interval, latihan olahraga yang dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh : jalan
cepat diselingi jalan lambat.
4) Latihan Progresif, latihan yang dilakukan berangsur-angsur dari ringan ke latihan yang lebih berat, secara
bertahap.
e. Farmakologis
(iii) Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot dan
jaringan lemak.
(iv) Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin, pada otot dan sel lemak.
b) Golongan biguanid :
(i) Metformin :
(d) Menghambat absorpsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan.
(iii) Glukophage
(iv) Acarbose :
2) Insulin
a) menghambat glikogenolisis.
4. Komplikasi
a. Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak.
C. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sestematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien.
(Nursalam, 2001)
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana
cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
c, Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e. Integritas Ego
Stress, ansietas.
f. Eliminasi
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
j. Pernapasan
k. Keamanan
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah kesehatan aktul, potensial dan resiko
tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperwatan klien sesuia
dengan kewewenagan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatn klien antra lain : analisa data, perumusan
masalah, perioritasa masalah.
Analisa data adalah setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya dilakukan analisa
data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsif yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien, cara analisa data
adalah validasi data yaitu meneliti data kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian,
mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual memebandingkan dengan standar
membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
Langkah berukutnya seteleh analisa data adalah perumusan masalah, rumisan masalah keperawatan klien
dapat diarahkan kepada sasarean indivdu atau keluarga, komponendiagnosis keperawatan klien meliputu
problem, etiologi, dan symptom.
Dilihat dari prioritas masalahnya diagnosa di golongkan menjadi tiga yaitu: aktual, resiko tinggi dan potensial.
Aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh klien dan memerlukan bantuan dari petugas
kesehatan denga cepat. Resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk
menjadi masalah keperawatan, actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
dari petugs kesehatan. Potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika klien telah mamapu
memenuhi kebutuhan kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan (suprajitno, 2004).
Adapun diagnosa keperawatan pada klien dengan Diabetas Melitus menurut Doenges, Marilyn E, Rencana,
2000 yatu:
a. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubunugan dengan outpu yang berlebih.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
d. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi sehingga kebutuhan
dasar klien terpenuhi. Tujuan tindakan keperawatan baik tujuan umum maupun khusus dan penetapan
kriteria dan standar penulis sesuaikan dengan kondisi dan keadaan klien binaan dengan tetap
memperhatikan klie binaan yang berpedoman untuk menetapkan intervensi seperti rencana tindakan yang
dibuat berorientasi pada pemecahan masalah, daalm tahap ini yang dilakukan yaitu membuat rencana sesuai
dengan prioritas masalah.ada empat kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam menetukan prioritasa
masalah yaitu sifat masalah yang terdiri atas aktual dengan nilai 3, resiko tinggi dengan nilai 2, potensial
dengan nilai 1, kemingkina masalah untuk diubah : mudah dengan nilai 2, sebagian dengan nilai 1, tidak
dapat dengan nilai 0, potensial masalah untuk dicegah : tinggi dengan nilai 3, cukup dengan nilaia 2, rendah
dengan nilai 1, menonjol masalah : segera diatasi dengan nilai 2, tidak segara diatasi dengan nilai 1, tidak
dirasakan dengan 0, pembobotan sifat masalah dengan nilai 1, pembobotan pembuatan masalah unuk
diubah dengan nilai 2, potensial maslahuntuk dicegah dengan nilai 1, menonjolnya masalah dengan nilai 1
(Darmawan, 2008).
a. Diagnosa keperawatan I:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebih
Tujuan: Masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasi:
2) Turgorkulit elastis.
Intervensi keperawatan :
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, tugor kulit, dan membran mukosa
Rasional: merupakan indikator dari tingkat dehidraasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Rasional: memberikan perkiraan akan cairan pengganti fungsi ginjal dan keefektifan terapi yang diberikan.
e. Berikan terapi cairan selama dengan indikasi, seperti normal salin atau setengah normal salin dengan atau
tanpa dextrosa.
Rasional: tipe dan jumlah dari cairan terganung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara
individu
f. Berikan belum atau elektrolit lain melalui IV atau melalui oral sesuai indikasi
b. Diagnosa keperawatan II
Perubahhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional: hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan menurunkan fungsi lambung.
c. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
Rasional: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dengan fungsi gastrointestinal baik.
d. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH, dan HCO3
Rasional: gula darah akan menurunkan perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoaasidosis
atau dapat mengalami inveksi nosokomial.
Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
Rasional: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit
Rasional: untuk mengidentifikasi mikroorganisme sehingga dapat menentukan pemberian trapi antibiotik yang
terbaik.
Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
Kriteria Hasil:
2) Orientasi baik
Intervensi keperawatan:
Rasional: Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih, dandapat memperbaiki daya pikir.
3) Pelihara aktivitas rutin klien sekonsisten mungkin, dorong klien untuk melakukan kegiatan sehari-hi=ari
sesuai kemampuannya.
Rasional: Meningkatkan raasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena rasa panas.
6) Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang ditetukan untuk mengatasi DKA sesuai inddikasi.
Rasional: Gangguan dalam prosespikir terhaadap aktifitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiper
osmolaritas.
e. Diagnosa keperawatan V
Kriteria Hasil:
1) Mengungkapkan adanya peningkatan energi.
Intervensi keperawatan:
Rasional: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan motivasi, mekipun pasien mungkin
masih lemah.
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang fositif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleraansi pasien.
f. Diagnosa keperawatan VI
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional: Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu klien untuk memecahkan masalah dan
mencapai bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: Mengkomunikasikan pada klien bahwa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
5) Berikan dukungan pada klien untuk ikut berperanserta dalamperwatan diri sendiri.
onal: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situsi.
Kriteria Hasil:
Intervensi keperawatan:
1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan sesalalu ada buat pasien
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
proses belajar.
Raional: partisipasi dengan perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-
prinsip yang di pelajari.
Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan penyerapan pada
indifidu yang belajar.
4) Diskusikan topik-topik utama, seperti apakah kedar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebu
dibandingkan dengan kadar gula darah pasien, tipe DM yang di alami pasien .
Rasional: memberikan pengatahuan dasar di mana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih
gaya hidup.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang
telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatn agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi teraupetik serta penjalasan untuk setiap tindakan yang
diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,
interdependent. Tindakan keperawatan secaraindependen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
perawatn tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya, kemudian dependent adalah
tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Sedangkan interdependent adalah tindakan keperawatn yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukah suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan dokter.
Keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam melaksanakan tindaakn keperawtan yaitu kognitif dan
psikomotor (suprajitno, 2004)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemingkinan terjadi
pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilaksanaakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan
evaluasi yang dilakukan pada tahap akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuia dengan waktu
yang ada pada tujuan.
Disamping itu juga evaluasi adalah merupakan kegiatan ynag merupakan kegiatan yang membandingkan
antra hasil implemntasi dengan kriteria standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan. Bila
evaluasi tudak berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawtan ynag baru.
Evaluasi menggunakan SOAP yang operasional, pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang
dirsakan secara subjektif oleh keluarga telah diberikan implementasi keperawatan. O adalah kegiatan objektif
yang dapat diidentifikasi setelah implementasi keperawatan. A adalah analisis perawatan setelah mengetahui
respon subjektif dana objektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada tujuan rencana perawatan klien. P adalah perencanaan atau planing selanjutnya setelah
perawat melakukan analisis. Pada tahap ini ada evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu :
evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis keperawtan. Akan rencana diteruskan sebagian, diteruskan dengan
perubahan intervensi atau diberhentikan (suparjitno, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawaatan
Saat penulis melakukan pengkajian pada tanggal 19 Juli 2010 data diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung pada klien, keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang terlibat dalam proses
pengobatan klien, serta membaca catatan medis maupun catatan keperawatan tentang klien untuk
mengetahui hasil pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan penunjang.
1. Identitas klien
Pasien seorang pria bernama Tn. k, berumur 42 thn, agama islam, suku betawi, pendidikan terakhir SMA
pekerjaan karyawan, alamat rumah Jln kampung baru no 72 RT 09 RW 08 Kecamatan Cakung Jakarta
Timur. Kompoisi keluarga Tn. K adalah Ny. S sebagai istri dengan umur 38 tahun pendidikan terkahir SMP
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, An G dengan umur 15 tahun, pendidikan SD pekerjaan sebagai pelajar,
An. N dengan umur 8 tahun, pekerjaan sebagai pelajar, sumber biaya asuransi.
2. Riwayat keperawatan
Tn K masuk rumah sakit dengan keluhan mual, muntah, lemas. Faktor pencetus adalah gaya hidup yang
tidak sehat dan keturunan, timbul keluhan tersebut secara mendadak serta lamanya sudah 5hari, upaya klien
untuk mengatasinya selama di rumah adalah dengan rawat jalan, tetapi klien tidak dapat mengingat lagi obat
apa yang pernah dikomsusinya.
Klien tidak memiliki riwayat penyakit pada masa lalunya termasuk kecelakaan. Klien juga tidak memiliki
riwayat alergi obat, makanan, binatang maupun lingkungan. Klien mengatakan bila merasa sakit hanya
mengkonsumsi obat warung.
Genogram:
DM 38 thn
An. G An. N
15 thn 8 thn
Keterngan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
Orang tua laki-laki dari Tn. K memiliki penyakit yang sama dengan Tn. K yaitu diabetes Mellitus, hal itu
tersebut baru diketahui saat ayah dari Tn. K meninggal dunia.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Orang terdekat Tn. K adalah istri dan kedua anaknya. pola interaksi komunikasi klien dengan keluarga baik
karena adanya saling keterbukaan antara klien dan keluarganya. Pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah klien, klien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat karena jam dinas kerja yang tidak menentu
sebagai karyawan sebuah perusahaan. Selama klien dirumah sakit klien tidak dapat melaksanakan tugasnya
sebagai pencari nafkah sehingga mempengaruhi perekonomian keluarganya. masalah yang mempengaruhi
klien adalah cepat lelah saat beraktivitas, hal yang dipikirkan klien saat ini adalah sembuh dan ingin segera
pulang agar dapat kembali bekerja. Perubahan yang terjadi setelah klien sakit adalah berat badan menurun
dan terganggunya aktivitas beribadah karena tidak dapat sholat.
1) Pola nutrisi
Frekuensi makan klien sebelum adalah 2-3 kali sehari. Klien mengatakan sebelum sakit napsu makannya
normal. Jenis makanan yang dikonsumsi klien selama di rumah adalah ikan, sayur, nasi, tahu, tempe dan
sesekali daging. Klien tidak memiliki pantangan terhadap makanan. Kebiasaan yang biasa dilakukan klien
sebelum makan adalah cuci tangan dan berdoa. Berat badan 72 kg.
2) Pola eliminasi
a) BAK
Klien mengatakan sebelum dirawat klien buang air kecil 8-10 kali sehari, warna kuning bening, dan tidak ada
keluhan dalam BAK.
b) BAB
Klien mengatakan sebelum dirawat klien BAB satu kali sehari dengan waktu yang tidak tentu, warna kuning
kecoklatan dengan bau khas, konsistensi setegah padat dan tidak ada keluhan dalam BAB.
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi dan sore, oral hygiene 2 kali sehari pagi dan sore, cuci rambut 3
kali seminggu.
Waktu kerja klien disesuaikan dengan jadwal yang diatur oleh perusahaan. Klien tidak pernah melakukan
kegiatan olah raga. Klien tidak memiliki keluhan dalam pergerakan tubuh, mandi, dan mengenakan pakaian.
Klien mengatakan pernah merokok tetapi sudah berhenti sejak 4 tahun yang lalu, klien tidak pernah berolah
raga selama 10 tahun belakangan ini.
1) Pola nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, nasi tim, berat badan 69 kg, tinggi badan 173 cm. Klien mengatakan napsu makan
berkurang disebabkan rasa mual dan lidah pahit.
2) Pola eliminasi
a) BAK
Setelah dirawat klien buang air kecil 13-15 kali sehari, warna kuning pekat dan tidak ada keluhan dalam BAK.
b) BAB
Klien BAB 1 x 48 jam, warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi setegah padat, tidak ada keluhan,
tidak menggunkan laxative.
Selama dirumah sakit klien hanya lap badan 1 x 48 jam yang dilakukan oleh keluarganya. oral hygiene 1x 24
jam pada pagi hari.klien belum cuci rambut selama dirawat di RS.
Klien tidur 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
3. Pengkajian fisik
Berat badan sebelum dirawat 72 kg dan setelah dirawat 69 kg. Tinggi badan 173 cm. Keadaan umum ringan,
tanpa pembesaran kelenjar getah bening.
b. System penglihatan
Posisi mata klien simetris dengan keadaan kelopak mata dan pergerakan kelopak mata normal. Konjungtiva
anemis, kornea normal, sclera ikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan dengan penglihatan baik.
Tidak terdapat tanda-tanda radang dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. System pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada serumen, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga,
tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran normal, gangguan keseimbangan tidak ada, dan tidak menggunakan
alat bantu.
d. System wicara
e. System pernapasan
Jalan napas bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu napas, frekuensi 20 x/mnt dengan irama
teratur, jenis napas spontan, tanpa batuk dan sputum dan tidak menggunakan alat bantu napas.
f. System kardiovaskuler
1) Sirkulasi periver
Nadi 93 x/mnt dengan irama teratur dan denyutan yang kuat, tekanan darah 180/110 mmHg, tidak ada
distensi vena jugularis knan maupun kiri, temperature kulit hangat dengan suhu 370C, pengisian kapiler 3 dtk
dan tidak terdapat edema.
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 94 x/mnt dengan irama teratur dan tanpa rasa nyeri dada.
g. System hematologic
Pada sistem hematologi hasil laboratorium menunjukkan: Hb : 11,3 gr/dl, Ht: 30%, leukosit: 11.500 /ul,
trombosit: 521.000 /ul, klien tidak mengalami perdarahan tetapi mengeluh lemas dan terlihat pucat.
Klien mengatakan sakit pada kepala, tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS 15, terdapat
peningkatan TIK dengan nyeri kepala hebat.
i. System pencernaan
keadaan mulutnya : lidah terlihat kotor, muntah 3x/hari jumlahnya sekitar 300ml, mengalami penurunan nafsu
makan, tidak ada nyeri didaerah perut, bising usus 6x/menit, tidak ada diare, warna feses kuning kecoklatan,
konsistensi feses setengah padat, hepar tidak teraba.
j. System endokrin
Pada system ini tidak terjadi pembesaran tiroid, napas tidak berbau keton, tetapi poliuri dan polidipsi.
k. System integumen
System integumen, turgor kulit kurang elastis, warna kulit pucat, temperatur kulit hangat, keadaan kulit baik
dan tidak ada kelainan kulit, keadaan rambut tidak bersih, teksturnya tidak baik, klien belum cuci rambut
selama 5 hari di rumah sakit.
l. System muskuloskeletal
System muskuloskeletal tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak terdapat sakit pada tulang, sendi, kulit,
tidak ada fraktur, tidak ada kelaianan bentuk tulang, keadaan tonus otot baik.
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Resume
Tn.K, jenis kelamin laki-laki, umur 42thn, sudah menikah, agama Islam, suku betawi, pekerjaan sebagai
karyawan, alamat rumah Jln. Kampung Baru No 72 Rt 09 Rw 08, sumber biaya menggunakan asuransi, Tn.K
masuk rumah sakit sukmul pada tanggal 14 juli 2010, dengan keluhan lemas, pusing, mual, muntah, badan
terasa sakit, klien memiliki riwayat diabetes mellitus, terpasang infuse RL dari IGD, diruang mawar diberikan
obat Magtral, protop, glucophage, remapin, lapibial, KSR, Na.diklopenak, intervask, serta dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
5 klien mengatakan tidak nafsu makan 5 porsi makan klien hanya habis setengah
7. Analisa Data
DO:
-klien lemas
TD : 180/110 mmHg, S :
37°C, N :93x/menit, RR :
22x/menit
Data penunjang :
2 -Klorida 82 mEq/l
DS:
-Monosit 9 %
DS:
DO:
-Suhu : 37°C,
-Monosit 9 %
DS:
DO:
-Klorida 82 mEq/l
Kelelahan
Penurunan produksi
energi metabolik
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data di atas maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat.
Tanggal teratasi : -
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah.
Tanggal teratasi : -
Dari diagnosa keperawatan yang telah ditemukan, maka penulis menyusun rencana keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah yaitu sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebih yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan mual, klien mengatakan sering haus, klien mengatakan sering
BAK.
DO: Klien lemas, klien sering muntah, klien cemas, membran mukosa kering, konjungtiva klien anemis, kapilerirefli
3 detik, turgor kulit kurnag elastis, pada tangan kiri klien terpasang infus Na.Klorida dan Sodium Klorida
3% 15 tetes/menit, TD : 180/110 mmHg, S : 37°C, N : 93x/menit, RR : 22x/menit, hasil laboratorium: Kalium
2,9mEq/l, Natrium 117meq/l, Klorida 82 mEq/l.
Tujuan:
Setelah di lakukan Asuhan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Tanda-tanda vital normal, turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, kapilerirefil kurang dari 3 detik , kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi keperawatan:
g. Kolaborasi dalam memberikan kalum atau elektrolit lain melalui oral sesuai indikasi.
Implementasi keperawatan:
Pukul 08.30 mengkaji tanda-tanda vital, pukul 08.45 mengkaaji tanda-tanda dehidrasi, pukul 10.00 mengganti
cairan infus yang habis, pukul 12.00 memberikan kalium melalui oral (KSR 3x1) sesuai indikasi.
Evaluasi keperawatan
S : Klien mengatakan klien mengatakan lebih merasa segar. tidak lemas, klien mengatakan rasa mual
berkurang, klien mengatakan BAK muali dapat terkontrol.
O : TD: 160/100mmHg, S: 36,4°C, N: 90x/menit, RR: 19x/menit, klien terlihat tidak lemas, membran muksa
lembab, klien terlihat lebih tanang, membran mukosa lembab, konjungtiva anemis, kapilerirefli 2 detik, turgor
kulit elastis.
A : Masalah klien dengan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi sebagian.
2. Diagnosa Keperawatan:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat yang di tandai
dengan:
DS: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan mual, klien mengatakan lidah pahit, klien mengatakan tidak nafsu
makan, klien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas.
DO: Klien sering muntah, porsi makan klien hanya habis ½, klien memerlukan bantuan saat beraktivitas,
konjungtiva klien anemis, BB sebelum sakit 72 kg, BB saat sakit 69 kg, Hasil laboratorium LED 20 mm/jam,
Hemoglobin 11,3 gr/dl, Leukosit 14.800 /ul, Trombosit 521.000, Monosit 9 %, Gula Darah Puasa 215 mg/dl,
Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl, albumin dalam urin positif.
Tujuan:
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya, nafsu makan bertambah, hasil laboratorium
menunjukan keadaan normal.
Intervensi keperawatan:
d. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit.
Implementasi keperawatan:
Pukul 09.00 menimbang berat badan, pukul 09.15 mengauskultasi bising usus, pukul 09.20 mengkaji jenis
makanan yang disukai klien, pukul 11.45 menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, pukul 12.00
memberikan obat (magtral 3xsendok makan), pukul 12.30 memberikan makana cair yang mengandung
nutrien dan elektrolit.
Pukul 09.00 menimbang berat badan, pukul 09.15 auskultasi bising usus, bising usus terdengar 10x/menit,
pukul 12.00 memberikan obat (magtral 3xsendok makan), pukul 12.15 memberikan makana cair yang
mengandung nutrien dan elektrolit.
Evaluasi keperawatan
S : Dari hasil pengkajian terakhir klien mengatakan sudah rasa mual berkurang, klien mengatakan menyukai
makan diet yang di berikan.
O : Dari hasil pengkajian terakhir klien sudah tidak muntah, nafsu makan klien bertambah, BB 69 Kg.
A : Masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi sebagian.
3. Diagnosa Keperawatan:
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan sudah lebih dari lima hari selang infus belum diganti, klien mengatakan terasa gatal pada
daerah tangan yang terpasang infus, klien mengatakan tetesan infus sering macet.
DO: Balutan Infus kotor, tetesan infus tidak lancar, Suhu : 37°C, hasil laboratorium: Leukosit 14.800/ul, Gula Darah
Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl.
juan:
Setelah di lakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam masalah resiko terhadap infeksi dapat teratasi.
Hasil:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi, balutan infus bersih, tetesan infus lancur, leukosit normal, tidak ada
peningkatan suhu tubuh.
Intervansi keperawatan:
Implementasi keperawatan:
Pukul 08.30 mengkaji tanda-tanda vital, pukul 09.30 mengobservasi tanda-tanda infeksi pada sekitar balutan
infuse, pukul 09.35 mengganti balutan infus, terlihat rapih dan bersih, pukul 09.45 mengganti infusset, pukul
10.00 menganjurkan pasien untuk melakukan personal higiene dengan baik.
Evaluasi keperawatan
S : Klien mengatakan tangan sudah tidak terasa gatal-gatal, klien mengatakan tetesan infus lancar.
O : TD: 180/110 mmHg, S: 37°C, N: 93x/menit, RR: 22x/menit, tidak terdapat tanda-atnda infeksi, tetesan infus
klien lancar, klin terlihat tenang, peningkatan dalam personal hygiene.
A : Masalah teratasi.
4. Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas, klien mengatakan sult untuk beraktivitas seperti biasa
DO: Klien membutuhkan bantuan saat beraktifitas, Kalium 2,9 mEq/l, Natrium 117 meq/l, Klorida 82 mEq/l, Gula
Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl
Tujuan:
Setalah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam masalah kelelahan dapat teratasi
Intervansi keperawatan:
4) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
6) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Implementasi keperawatan:
Pukul 10.00 mendiskusikan kebutuhan aktivitas dengan klien, pukul 10.30 mengidentifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan, pukul 10.40 meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat di toleransi
Pukul 11.00 diskusikan cara manghemat kalori, pukul 11.15 memotivasi klien untuk meningkatkan masukan
nutrisi, pukul 11.30 memantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas.
Evaluasi keperawatan
S : Dari hasil pengkajian terakhir klien menyatakan paham aktivitas apa yang dapat klien toleransi, klien
mengatakan merasa lelah setiapkali dari kamar mandi, klien menyatakan paham bagaimana cara untuk
menghemat kalori.
O : Dari hasil pengkajian terakhir klien terlihat lebih mandri dalam melakukan aktivitas seperti makan dan
mengambil minum, asupan nutrisi klien mengalami penungkatan, TD: 180/110 mmHg, N: 102 x/menit,
RR: 26 x/menit.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien.
(Nursalam, 2001)
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 19 Juli 2010 dan merupakan hari keenam Tn. K di rawat dengan
diagnosa Diabetes Mellitus. Pada tahap pengkajian menurut teori ada beberapa metode yang digunakan
dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, wawancara dengan klien, pemeriksaan visik
head to toe, hasil pemeriksaan penunjang, catatan medis, catatan keperawatan dan informasi dari perawat
ruangan.
Secara teoritis etilogi dari diabetes mellitus memiliki beberap klasifikasi yaitu, DM tipe I (IDDM), DM tipe II
(NIDDM), dan DM tipe lain, dimana di dalam DM tipe II memiliki beberapa faktor resiko yaitu, usia lebih dari
30 tahun, obesitas, riwayat keluarga dan gaya hidup, pada Tn. K penulis melakukan pengkajian riwayat
kesehatan keluarga ditemukan adanya kesesuaian antara teori dan kasus yaitu klasifikasi DM pada Tn. K
termasuk ke dalam DM tipe II, dimana pada factor riwayat keluarga ada yang menderita penyakit DM yaitu
orang tua Tn. K (Ayah) dan gaya hidup yang menyukai makanan manis serta tidak pernah melakukan latihan
(olahraga).
Secara teoritis manifestasi klinis pada klien dengan diabetes mellitus adalah poliuri, polidipsi, polipagi, berat
badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang dan mata kabur. Pada Tn. K terdapat kesesuaian teori
namun tidak ditemukan poliphagi, hal ini tidak terjadi pada klien karena adanya respons mual muntah yang di
hasilkan dari peningkatan HCL lambung.
Penatalaksanaan medis yang terdapat pada teoritis adalah edukasi, pengaturan diet, latihan/ olahraga, dan
farmakolagi, sedangkan pada Tn. K terdapat kesesuaian yaitu Tn. K mendapatkan obat (Glucophage,
Magtral, Protop, Lapibial, KSR, Remapin, Intervask) dan diet rendah karbohidarat, tinggi kalori dan pritein.
Penatalaksanaan medis yang tidak dilakukan pada kasus namun ada pada teori yaitu latihan olahraga hal ini
tidak di lakukan karena tidak terfasilitasinya prasarana lokasi (taman) untuk melakukan tindakan yang
membutuhkan ruang gerak yang cukup luas selain itu kondisi klien juga belum mampu untuk beraktivitas
berat.
Pemeriksaan diagnostik antara teori dengan kasus tidak ada kesenjangan dimana klien dilakukan
pemariksaan diagnostik Gula Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl, Gula Darah Sewaktu
192 mg/dl dari pemeriksaan diagnostik ini sudah mendukung dalam menengkkan diagnosa keperawatan
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu ketersediaannya format pengkajian yang dijadikan acuan,
catatan medis dan catatan keperawatan. Siikap klien dan keluaraga yang kooperatif juga membentu penulis
saat melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak menemukan faktor penghambat saat melakukan
pengkajian.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah kesehatan aktul, potensial dan resiko
tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperwatan klien sesuia
dengan kewenwngan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatn klien antra lain : analisa data, perumusan
masalah, perioritasa masalah. (suprajitno, 2004)
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan, diagnosa yang terdapat pada teori ada tujuh yaitu:
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubunugan dengan outpu yang berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
4. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa.
Sedangkan pada kasus penulis menemukan empet diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas yaitu
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
berlebih.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat.
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Diagnosa yang di tamukan pada kasus namun tidak di tamukan pada teori yaitu:
1. Resiko tinggi terhadap persepsi sensori berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa.
Penulis tidak memunculkan diagnosa tersebut karena tidak ditemukan data-data yang menunjang diagnosa
tersebut yaitu: fungsi sensori klien masih dalam keadaan normal, mampu mengidentifikasikan cara-cara sehat
untuk menghadapi perasan dan dapat mengngontrol emosi, klien memiliki informasi yang cukup tentang
penyakit diabetes mellitus mulai dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala, pencegahan serta komplikasi,
informasi tersebut didapat klien dari lingkungan, media elektronik, maupun cetak.
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ini penulis menemukan faktor pendukung yaitu tersedianya buku
pedoman dalam pembuatan diagnosa keperawatan klien dengan diabetes mellitus, sedangkan faktor
penghambat tidak ditemukan.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi sehingga kebutuhan
dasar klien terpenuhi (Darmawan, 2008).
Pada tahap ini penulis membuat rencana tindakan keperawatan sesuai dengan teori dan prinsip SMART
(Spesific, Measurebel, Achipable, Rasional and Time) yang meliputi tujuan umum, tujuan khusus dan kriteria
hasil yang dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya, serta penulisan rencana tindakan yang operasional
dengan menggunakan kata perintah.
Perencanaan untuk diagnosa pertama gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan output yang berlebih yaitu : kaji tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda dehidrasi,
pantau masukan dan pengeluaran cairan, kolaborasi dalam memberikan terapi cairan (infus), anjurkan klien
paling sedikit minum 2500 ml/hari, anjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi buah pisang, kolaborasi dalam
memberikan kalum atau elektrolit lain melalui oral sesuai indikasi.
Diagnosa keperawatan kedua yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, rencan tindakan yang akan diberikan berupa timbang BB setiap hari atau sesuai
dengan indikasi, auskultasi bising usus, kaji jenis makanan yang disukai klien, berikan makanan cairan yang
mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit, anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering, kolaborasi
dalam pemberian obat oral.
Pada diagnosa keperawatan ketiga resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah, rencana tindakan yang akan diberikan yaitu kaji tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda infeksi
pada sekitar balutan infus, ganti balutan infus, ganti infus set maksimal 3 hari sekali, anjurkan pasien untuk
melakukan personal higiene dengan baik.
Pada diagnosa keempat Kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik, rencana
tindakan yang akan diberikan yaitu diskusikan dengan klien kebuthan aktivitas yang diberikan, identifikasi
aktivitas yang menimbulkan kelelahan, motivasi klien untuk meningkatkan masukan nutrisi, Pantau nadi,
frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas, diskusikan cara
manghemat kalori, tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang
dapat di toleransi.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam perencanaan keperawatan ini yaitu tersedianya
format perencanaan keperawatn yang telah ditetapkan dan tersedianya buku pedoman, faktor penghambat
yang pernulis temukan adalah membuat batasan waktu pada kriteria hasil.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang
telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatn agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut (Suprajitno, 2004).
Pada tahap ini merupakan lanjutan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, yang di aplikasikan sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.
Adapun pelaksanaan yang penulis lakukan pada Tn. K untuk diagnosa pertama gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih adalah mengkaji
tanda-tanda vital, mengkaji tanda-tanda dehidrasi, memantau masukan dan pengeluaran cairan, kolaborasi
dalam memberikan terapi cairan (infus), anjurkan klien paling sedikit minum 2500 ml/hari, anjurkan klien untuk
banyak mengkonsumsi buah pisang, kolaborasi dalam memberikan kalum atau elektrolit lain melalui oral
sesuai indikasi.
Untuk diagnosa kedua perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat tindakan keperawatan yang diberikan adalah menimbang berat badan, mengauskultasi bising usus,
mengkaji jenis makanan yang disukai klien, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, memberikan obat
oral sesuai indikasi, memberikan makana cair yang mengandung nutrien dan elektrolit.
Untuk diagnosa ketiga resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar , mengkaji tanda-
tanda vital, observasi tanda-tanda infeksi pada sekitar balutan infuse, mengganti balutan infuse, mengganti
infusset, tetesan infuse menetes dengan lancar.
Untuk diagnose keempat yaitu kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
tindakan keperawatan yang diberikan yaitu mendiskusikan dengan klien kebuthan aktivitas yang diberikan,
mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan, memotivasi klien untuk meningkatkan masukan
nutrisi, memantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan
aktivitas, mendiskusikan cara manghemat kalori, meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan pada klien yaitu adanya
kerjasama yang baik antra penulis dengan perawat ruangan serta partisipasi dari keluarga klien dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga pelaksanaan keperawatan dapat berjalan dengan baik, faktor
penghambat yang penulis temukan adalah kurangnya waktu dalam pemberian asuhan keperawtan yang
hanya dilakukan selama 2x24 jam yang karena klien pulang paksa tanpa anjuran dari dokter. Selesainya
penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dan bagian medical record untuk mencari informasi kondisi
terakhir klien berada di rumah sakit.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemingkinan terjadi
pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil (Suprajitno, 2004)
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan selain itu tahap ini juga merupakan tahap
penilaian keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis menggunakan eveluasi formatif dan
evaluasi sumatif, dalam hal ini eveluasi formatif dicantumkan dalam catatan keperawatan berupa respon klien
dan evaluasi sumatif untuk menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak, yaitu dalam bentuk SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, dan Planning).
Evaluasi dari diagnosa pertama gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output berlebih yaitu:
S : Klien mengatakan klien mengatakan lebih merasa segar. tidak lemas, klien mengatakan rasa mual
berkurang, klien mengatakan BAK muali dapat terkontrol.
O : TD: 160/100mmHg, S: 36,4°C, N: 90x/menit, RR: 19x/menit, klien terlihat tidak lemas, membran muksa
lembab, klien terlihat lebih tanang, membran mukosa lembab, konjungtiva anemis, kapilerirefli 2 detik, turgor
kulit elastis.
A : Masalah klien dengan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi sebagian.
Evaluasi dari diagnosa kedua perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
tidak adekuat.
: Dari hasil penkajian terakhir klien mengatakan sudah rasa mual berkurang, klien mengatakan menyukai
makan diet yang di berikan.
: Dari hasil pengkajian terakhir klien sudah tidak muntah, nafsu makan klien bertambah, BB 69 Kg.
: Masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi sebagian.
Evaluasi dari daignosa ketiga resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah.
: Klien mengatakan tangan sudah tidak terasa gatal-gatal, klien mengatakan tetesan infus lancar.
: TD: 180/110 mmHg, S: 37°C, N: 93x/menit, RR: 22x/menit, tidak terdapat tanda-atnda infeksi, tetesan infus
klien lancar, klin terlihat tenang, peningkatan dalam personal hygiene.
: Masalah teratasi.
: Dari hasil pengkajian terakhir klien menyatakan paham aktivitas apa yang dapat klien toleransi, klien
mengatakan merasa lelah setiapkali dari kamar mandi, klien menyatakan paham bagaimana cara untuk
menghemat kalori.
: Dari hasil pengkajian terakhir klien terlihat lebih mandri dalam melakukan aktivitas seperti makan dan
mengambil minum, asupan nutrisi klien mengalami penungkatan, TD: 180/110 mmHg, N: 102 x/menit,
RR: 26 x/menit.
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat penulis melakukan asuahan keperawatn adalah : klien dan
keluarga yang kooperatif, tersedia catatan keperawatan medis yang lengkap, tersedianya format pengkajian,
mendapat arahan dari pembimbing lahan serta dari pihak institusi, kerja sama yang baik dengan perawat
ruangan. Sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah kurangnya rasa percaya diri dari
penulis dalam memberikan asuhan keperawatan,klien pulang paksa pada tanggal 20 juli 2010 pukul 19.00
WIB tanpa anjuran dokter.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis membahasa secara keseluruhan proses keperawatan pada klien Tn.K dengan Diabates
mellitus di Ruang Mawar kamar 107/2 Rumah Sakit Sukmul Jakarta utara, maka pada bab ini penulis akan
menyampaikan kesimpulan dan saran yang mu gkin dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan mutu
Asuhan Keperawatan di ruang mawar 107/2 sebagai motivasi bagi mahasiswa.
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).
Berdasarkan hasil penggkajian melalui observasi, wawancara langsung dengan klien dan keluarga,
pemeriksaan haet to toe, pemeriksaan penujang dan data-data yang diperoleh dari berbagai pihak. Tn. K
menderita DM tipe II, dimana pada factor riwayat keluarga orang tua Tn. K (Ayah) juga menderita DM dan
gaya hidup yang menyukai makanan manis serta tidak pernah melakukan latihan (olahraga). Pada Tn. K tidak
ditemukan poliphagi, hal ini tidak terjadi pada klien karena adanya respons mual muntah yang di hasilkan dari
peningkatan HCL lambung. Pengobatan yang diberikan pada Tn. K yaitu (Glucophage, Magtral, Protop,
Lapibial, KSR, Remapin, Intervask) dan diet rendah karbohidarat, tinggi kalori dan pritein. Hasil laboratorium
yang menunjang untuk menyatakan Tn. K menderita DM adalah LED 20 mm/jam, Leukosit 14.800/ul,
Trombosit 521.000/ul, Gula Darah Puasa 215mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl, GDS 192mg/dl.
Pada kasus Tn. K penulis menemukan empat diagnosa keperawatan yaitu gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat, resiko terhadap infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive.
3. Perencanaan Keperawatanlam
Dalam perencanaan keperawatan penulis merencanakan tindakan keperawtan keperawatan sesuai dengan
teori dan memprioritaskan masalah, tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SMART dan intervensi keperawatan
yang operasional.
4. Implementasi
Penulis melekukan pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan namaun tidak semua dapat terlaksana
karena keterbatasan waktu 2x24 jam.
5. Evaluasi
Dari ke tiga diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada Tn. K yaitu : gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat, resiko terhadap infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive. Tidak semua diagnosa tercapai tujuannya karena tanpa diduga klien pulang
dengan kemauan sendiri pada tanggal 20 juli 2010 pukul 19.00WIB tanpa anjuran dokter.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
a. Menigkatkan ilmu dan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Meliitus khususnya melalui buku-buku sumber
dan literature-literatur.
b. Melibatkan keluarga klien dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada pasien dengan Diabetas
Mellitus.
a. Lebih meningkatkan pendokumentasian keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus selama 24 jam.
b. Meningkatkan penyuluhan kesehatan pada pasien Diabetes Mellitus tentang proses penyakit, perawatan, diit
dan pencegahan Diabetes Mellitus dengan melibatkan keluarga klien sehingga dapat menanggulangi
keparahan dan komplikasi penyakit Diabetes Mellitus.
ASKEP DIABETES MElLITUS
Kamis, 10 Januari 2013
Asuhan Keperawatan DM
Disusun Oleh :
MOCH. RIFAI
11.14201.0006
PROGRAM S1-KEPERAWATAN
2012/2013
A. Pengertian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP/SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Pendidikan : S1
B. Riwayat Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting, jika pasien sakit pasien selalu membeli obat dan periksa ke dokter.
2. Pola Nutrisi & metabolisme
Sebelum sakit pasien makan 2-3x sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama sakit keluarga mengatakan setiap kali makan
habis ½ porsi. Pasien minum 3-5 gelas.
3. Pola Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan BAK 8-50x sehari selama sakit BAB 1x dengan
konsistensi padat, BAK 6-8x perhari.
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas normal. Makan/minum, mandi tarleting, berpakaian, mobilisasi ditempat
tidur, berpindah.
5. Pola istirahat
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur siang selama 2 jam. Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan
kadang-kadang sering terbangun tidur siang hanya 1-2 jam.
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik & lancar. Pasien mengatakan nyeri pada ke 2 kakinya pasien diskontinuitas
jaringan.
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : ke 2 kakinya
S : skala 3
Pasien selama dirawat di RS tidak dapat melakukan aktifitas, pasien tidak menyukai keadaannya saat ini, pasien sebagai
nenek bagi ke-3 cucunya. Pasien berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya.
Pasien berperan sebagai nenek dari ke-3 cucunya selama di RS selalu ditunggui cucu & anaknya hubungan keluarga sangat
baik.
9. Pola seksualitas
Pasien berjenis kelamin wanita / perempuan & sudah menikah mempunyai 6 anak.
Pasien beragama Islam. Pasien sering berdoa & bertawakal pada Tuhan YME.
D. Pemeriksaan Fisik
1. RC : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
N : 84 x/mnt
S : 365 0C
Rr : 18 x/mnt
4. BB dahulu : 43 kg
BB sekarang : 38 kg
5. Pemeriksaan fisik
b. Mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pengelihatan jelas tidak menggunakan alat bantu
c. Telinga: Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
e. Muka: Mukosa mulus kering, bibir kering, dehidrasi, tidak ada perdarahan pada rongga mulut
f. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar teroid, kekauan leher tidak ada
g. Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sesak nafas
h. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar
i. Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, ke 2 kaki nyeri, berjalan dengan bantuan keluarga
- Sosinosil 3 0-5 %
- Basofil 1 0-2 %
- N. Segmen 70 36-66 %
- Limfosit 20 22-40 %
- Damnosit 6 2-8 %
- MCH 31 26-34 pg
Ins RS 20 tts
F. Pengelompokkan Data
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
- Pasien lemah
P : nyeri
DO : peningkatan output urin 8-10 x/hari, membran mukosa kering, bibir kering, dehidrasi
c) S : DS : -
E : hiperglikemia
E : ketidakseimbangan glukosa
e) S : DS : -
DO : pasien merasa lemas, terpasang infus di tangan kanan, aktivitas pasien dibantu
P : kelemahan
H. Perencanaan
Hari/
No.Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
tgl
- Ukur tanda-tanda
vital
- Kolaborasikan
pemberian analgesik
- Batasi aktivitas pasien
- Kolaborasi
pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I. Implementasi
Hari/ No.
Implementasi Respon Paraf
tgl Dx
12.45
No.
Hari/ Tgl Implementasi Paraf
Dx
P : lanjutkan intervensi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
3. S : -
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
A. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan
selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau penurunan
efektivitas insulin (Brooker, 2001).
B. Klasifikasi
Jenis diabetes
• Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)
Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran
kliniknya biasanyatimbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul
pada masa dewasa.
• Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan
catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang
dewasa.
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring
C. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam
sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di Pankreas.
1) Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut
pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa
darah. Selain sel beta ada juga srl alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2) Kerja Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di
dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga.
3) Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang
disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta
yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya
menyebabkan hancurnya sel beta.
4) Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan
tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang
kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan
glukosa di dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1. Perbedaanya
adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi
insulin.
Faktor-faktor yang banyak berperan sebagai penyebab resistensi insulin:
1. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
2. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3. Kurang gerak badan
4. Faktor keturunan (herediter)
D. Etiologi
Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel
beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas
yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.
Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan
streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM
(diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau
kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
E. Gambaran Klinik
Gejala diabetes
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari, banyak makan serta
berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan,
mereka mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia, lemas,dan berat
badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia
pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya
pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil
pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM.
Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM.
Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2
pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang sama.
Cara pemeriksaan TTGO
• Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
• Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
• Puasa semalam, selama 10-12 jam
• Glukosa darah puasa diperiksa
• Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu 5 menit
• Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
• Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa
tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.
• Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
1. Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar,
gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit
karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih
sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu
tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
• Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
• Minum banyak, kencing banyak
• Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton
• Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah
sakit
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Tanda : penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.
c. Integritas Ego
Gejala : tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
g. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lamba. Penggunaan
obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
MAU YANG PASTI-PASTI??? KLIK SINI GAK BAKALAN NYESEL
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data
yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual,
muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan
oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan
hormon stress.
3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar
gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi / tidak mengenal sumber informasi.
d) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah
Kriteria Hasil : - menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.
- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
- Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi / Implementasi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas
yang menimbulkan kelelahan.
R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.
R : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
R : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara fisiologi.
4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan / toleransi pasien.
R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
MAU YANG PASTI-PASTI??? KLIK SINI GAK BAKALAN NYESEL
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi/tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi / Implementasi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi
rasa cemas.
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
R : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan
dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1) Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3) Infeksi tidak terjadi
4) Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3.
EGC : Jakarta.
3. Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II
Ed.3. FKUI : Jakarta.
4. Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset : BandungNoer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
5. Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI : JakarTA
MAU YANG PASTI-PASTI??? KLIK SINI GAK BAKALAN NYESEL
Sumber : http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep.html
Label: Askep
No comments:
Post a Comment
http://veeandroid.blogspot.com/2013/03/askep-diabetes-mellitus.html
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian Diabetes Mellitus
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long,
1995).
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan
Sudarta, 1999).
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan
secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang
bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang
kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan
ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke
darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain
dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan
sel-sel delta mengekresi somatostatin.
1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan
sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok
pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk
dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon
1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam
amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino
yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 –
90 mg/ml.
a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin
juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk
glikogen.
b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis.
Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih
lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa
fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan
pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat
banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi
eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang
menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa
faktor:
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I
yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentu
b. Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang
dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan abnormal
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh
hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta
2. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetas
melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea
tipe II yaitu:
b. Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin
meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
4. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama
Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis
dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama
Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada
jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia,
kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam
NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
5. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler
yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak
yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan
filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam
urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh
menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam
cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
6. Gambaran Klinik
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap
glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita
mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk
mengimbangi penderita lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur
jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi
insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah
timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor
aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan
awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.
8. Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah
otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
9. Test Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak hamil, pada
sedikitnya dua kali pemeriksaan:
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post
prandial (pp) >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
a. KH 60 –70 %
b. Protein 10 –15 %
c. Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui perhitungan mennurut Bocca: Berat badan
(BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg
2). Kebutuhhan basal dihituubbng seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori basal:
Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori
basal
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,
renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal : DNM =
220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi
2) Biguanid
- Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.
Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk
- Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menrunkan
hiperglikemia pasca pransial
- Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin
sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
B. KONSEP KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara
perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar
belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data
yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan
fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar
sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
g. Respirasi
h. Keamanan
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan
atau elektrolit.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan
pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3. Rencana Keperawatan
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
Tujuan :
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan
setelah pulang.
: Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
Tujuan :
Intervensi :
: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nosokomial.
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau
elektrolit.
Tujuan :
Intervensi :
2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada
lingkungannya.
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
: Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang
mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
Tujuan :
Intervensi :
: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat
lemah.
3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan
pada orang lain.
Tujuan :
- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk
aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya
secara keseluruhan.
: Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
: Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan
frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.
- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
: Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
: Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya
berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan
keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan, antara lain sumber-
sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.
b. Melakukan observasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan
keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?