Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG PERAWATAN T
RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:
KELOMPOK 2:

Dahlia Kuriawati Utami NIM 112310101005


Nurul Fitriyah NIM 112310101010
Devintania K.N.H NIM 112310101017
Kustantina Alfiatie M. NIM 112310101019
Riska Umi Yatun NIM 112310101023
Rr. C.Y. PristahayuningtyasNIM 112310101024
Wafi Hidayat NIM 112310101034
Aditya Wahyu Kurniawan NIM 112310101049
Andi Susanto NIM 112310101051
Delly Awallia NIM 112310101054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
NOVEMBER, 2014
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disetujui


Tanggal ..... November 2014

Menyetujui :
Kepala Ruang Pembimbing Lapangan

Sri Endah. S., Amd, Kep. Sri Endah. S., Amd, Kep.

Mengetahui
Dosen Pembimbing Akademik

Ns. Dodi Wijaya, M.Kep.


NIP. 198206222010121002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Praktik Belajar
Lapangan Manajemen Keperawatan” dengan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Diantaranya adalah:
1. Ns. Dodi Wijaya, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik dan Penanggung
Jawab Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
2. Kepala Rumah Sakit Baladhika Husada Jember yang telah memberikan izin
kepada mahasiswa PSIK Universitas Jember untuk melakukan Praktik Belajar
Lapangan Manajemen di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember
3. Ibu Sri Endah S., Amd. Kep. selaku Kepala Ruangan ruang perawatan Teratai
4. Perawat di ruang perawatan Teratai, dan semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.

Jember, 19 November 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yaitu menampung dan merawat orang sakit serta
berperan dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh sebab
itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, fakta yang ada di
rumah sakit perawat merupakan tenaga dengan jumlah yang paling banyak tenaga
dan paling lama mendampingi pasien dalam pelayanan kesehatan. Perawat
bertanggungjawab dalam pelayanan mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dalam pelayanan secara holistik dan berkesinambungan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang professional
merupakan praktek keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu
mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung
gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain,
pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan terhadap
kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan asuhan keperawatan
yang profesional diperlukan sebuah pendekatan manajemen yang memungkinkan
diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung penerapan perawatan yang
profesional di rumah sakit (Bimo, 2008).
Arti dari kata manajemen sendiri merupakan suatu proses pengelolaan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yang diantaranya
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi,
dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan. Jadi manajemen dapat dikatakan sebagai aktifitas pimpinan yang
melaksanakan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber,
2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa
manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur
organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan
menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.
Manajemen Keperawatan perlu untuk diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu untuk memahami mengenai konsep
dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Ciri–ciri mutu asuhan
keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,
efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi
pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan
tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan
adanya manajemen yang baik. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga
pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh
dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui
pembelajaran dilahan praktik.
Rumah Sakit Tk III Baladika Husada Jember merupakan sebuah Rumah Sakit
yang berada dibawah naungan Kesdam V Brawijaya yang memiliki beberapa
ruangan diantaranya R.Anak, R.Interna (Teratai dan anggrek) R.bedah (Mawar),
Obgyn (Dahlia), R.Melati (Paviliun). Terdapat tambahan layanan kemoterapi
(dilantai 2). Poliklinik umum menjadi PPK1 (poli gigi, KIA, kemoterapi). Selain itu
juga, terdapat klinik spesialisasi akupuntur, bedah, anak, obgyn, dan internes.
Dilengkapi fasilitas Wifi dan cctv sejumlah 15 buah.
Pada salah satu ruangan dan tepatnya di Ruang Teratai merupakan salah satu
Tempat Perawatan Pria (TPP) yang khususnya merawat masalah penyakit dalam.
Jumlah penyakit terbanyak yang sering terjadi selama 3 bulan terakhir (bulan
Agustus – Oktober 2014) yaitu DM, colic abdomen, Ca paru, febris, dispneu, Gastro
Enteritis (GE), dan penyakit dalam lainnya.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial peserta didik
keperawatan selain memperoleh materi manajemen keperawatan juga melakukan
praktik langsung di lapangan. Mahasiswa Pendidikan Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember melakukan praktik Manajemen Keperawatan di
Ruang T (interna) Rumah Sakit Tk III Baladhika Husada Jember untuk
mengaplikasikan manajemen keperawatan untuk mendiskusikan bersama dalam
memecahkan permasalahan yang ada di Ruang Tempat Perawatan Pria (TPP).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 5 hari di Ruang
Perawatan T RS Tingkat III Baladhika Husada Jember, mahasiswa mampu
menganalisis manajemen di dalam ruangan serta mampu mengaplikasikan
keterampilan manajemen dan kepemimpinan keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah
dalam pengorganisasian asuhan keperawatan di ruangan;
2) Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan di ruangan;
3) Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan;
4) Mengidentifikasi masalah yang terjadi;
5) Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah; dan
6) Mengusulkan alternatif pemecahan masalah kepada manajer keperawatan.

1.3 Manfaat
a. Bagi Pasien
Pasien mampu merasakan manfaat dari manajemen ruangan yang akan
diterapkan oleh ruangan.
b. Bagi Perawat
Perawat dapat menerapkan pemecahan masalah dalam manajemen untuk
meningkatkan kualitas layanan asuhan keperawatan.
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat menambah informasi terkait manajemen asuhan keperawatan yang bisa
diaplikasikan secara tepat dalam mengelola asuhan keperawatan.
BAB 2
PENGKAJIAN

2.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan tanggal 17 s.d 18 November 2014 meliputi
ketenagaan, sarana dan prasarana, metode, sumber keuangan dan pemasaran. Data
yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threatened) sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian
dipilih satu sebagai prioritas masalah.

2.1.1 Analisis Situasi


1. Ketenagaan (Man /M1)
a. Analisis ketenagaan jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan
Pada ruang perawatan T di RS DKT Jember terdapat 12 tenaga keperawatan
dan non keperawatan, yang terdiri dari 10 tenaga keperawatan dan 2 tenaga
non keperawatan. Tenaga keperawatan terdiri dari 1 orang sebagai kepala
ruang, 8 orang sebagai perawat pelaksana dan 1 orang sebagai juru rawat. Di
dalam ruang perawatan T tidak ada pembagian tugas dalam melaksanakan
tugas asuhan keperawatan, semua perawat bersama-sama melakukan asuhan
keperawatan sesuai jadwal shift yang telah terjadwalkan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan jumlah tenaga perawat dalam ruangan tersebut. Kepala ruangan
selain sebagai kepala ruangan juga merangkap menjadi perawat pelaksana
dan petugas administrasi. Hal ini dikarenakan selain keterbatasan jumlah
tenaga perawat dalam ruangan juga dikarenakan tidak adanya petugas
administrasi di setiap ruangan rumah sakit DKT Jember. Pembagian beban
kerja di ruang perawatan T tidak ada, semua perawat mendapatkan beban
kerja sesuai dengan jadwal shift yang telah dibuat oleh kepala ruangan.
Jadwal shift di rumah sakit DKT Jember dibagi menjadi dua shift yaitu shift
pagi dan shift sore/malam. Shift pagi dari jam 07.00 sampai 14.00 sedangkan
shift sore dari jam 14.00 sampai jam 07.00. Setiap shiftnya terdiri dari 3
orang yaitu untuk shift pagi terdiri dari kepala ruangan dan 2 orang perawat
pelaksana dan untuk shift sorenya terdiri dari 2 orang perawat pelaksana.
Tenaga non keperawatan yang berada di ruang perawatan T terdiri dari 2
orang yaitu 1 orang sebagai CS dan 1 orang sebagai 1 orang petugas laundry.
Petugas laundry bertugas untuk mencuci seluruh sprei, sarung bantal yang
ada di ruangan T dan CS bertugas untuk membersihkan seluruh ruangan yang
ada di Ruang T dan jalan disekitar ruangan tersebut.
b. Latar belakang pendidikan, masa kerja, jenis pelatihan yang diikuti
Latar
Masa Jenis
No Nama Perawat Belakang Jabatan
Kerja Pelatihan
Pendidikan
1. Sri Endah S, D3 26 th Pelatihan Kepala Ruangan,
Amd. Kep pengendalia Perawat Pelaksana
n Infeksi
(INOS)
2. Serma Hendro Spk ±20 th Pelatihan Perawat Pelaksana
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
3. Serma Ansori Spk 22 th Pelatihan Perawat Pelaksana
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
4. Sertu Jumono Spk ±16 th Pelatihan Perawat Pelaksana
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
5. Sertu Sudarmaji Spk ±16 th Pelatihan Perawat Pelaksana
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
6. Eka Mega, D3 ±9 th Pelatihan Perawat Pelaksana
Amd.Kep pengendalia
n Infeksi
(INOS)
7. S. Banowati Spk ±15 th Pelatihan Perawat Pelaksana
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
8. Ns. Donil H, Ners (S1) 3 th BCLS, Perawat Pelaksana
S.Kep Pelatihan
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
9. Mifi Lady, Amd. D3 1 th BCLS, Perawat Pelaksana
Kep Pelatihan
pengendalia
n Infeksi
(INOS)
10. Kuswadi SMP 19 th Pelatihan Juru Perawat
pengendalia
n Infeksi
(INOS)

Sumber: RS DKT Jember, tahun 2014


Tabel diatas menunjukkan bahwa tenaga perawat yang bekerja di Ruang
Perawatan T di RS DKT Jember berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang
berpendidikan S1 Keperawatan, 3 orang berpendidikan D3, 1 orang juru
rawat dan 5 orang berpendidikan Spk.
c. Struktur organisasi

KEPALA RUANG

Sri Endah S, Amd. Kep

PERAWAT PELAKSANA

Serma Hendra (PP)


Serka Ansori (PP)
Sertu Jumono (PP)
Sertu Sudarmaji (PP)
Eka Mega, Amd.Kep (PP)
S. Banowati (PP)
Ns. Donil H, S.Kep (PP)
Mifi Lady, Amd.Kep (PP)

Kuswadi (Jr)

d. Tingkat ketergantungan pasien


Tingkat ketergantungan pasien di Ruang Perawatan B selama 2 hari sebagai
berikut:
Kategori Perawatan Klien Jumlah
No Hari
Total care Partial care Self care pasien
1. Senin, 17-11-2014 - 1 10 11
2. Selasa, 18-11-2014 - 1 10 11
Sumber: Data primer di ruang perawatan T, 2014

e. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien


Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi
klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shiftnya,
yaitu sebagai berikut:
Kebutuhan Perawat
Waktu Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Self care 0,17 0,14 0,07
Partial care 0,27 0,10 0,15
Total care 0,36 0,30 0,20
Jumlah rata-rata pasien per hari berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
dari tanggal 17 November 2014 hingga 18 November 2014 sebagai berikut:
Kategori Perawatan Klien
Partial Self Jumlah
No Hari
Total care pasien
care care
1. Senin, 17-11-2014 - 1 10 11
2. Selasa, 18-11- - 1 10 11
2014
Jumlah 0 2 20 22
Rata-rata 0 1 10 11

Jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien tanggal 17


November 2014 hingga 18 November 2014 sebagai berikut:
Jumlah
Tingkat
rata-rata
ketergantungan Pagi Sore Malam
pasien
pasien
per hari
Total care - - - -
Partial care 1 0,27x1= 0,27 0,15x1= 0,10x1= 0,10
0,15
Self care 10 0,17x10= 1,7 0,14x10= 0,07x10= 0.7
1,4
Jumlah 11 1,97 (2) 1,55 (2) 0,8 (1)
Berdasarkan tabel di atas yang telah dihitung menurut Douglas, jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan rata-rata dalam 1 hari yaitu:
1) Pagi :2 orang perawat pelaksana. Sedangkan pada Ruang Perawatan T,
jumlah perawat yang bertugas pada dinas pagi adalah 3 orang yang terdiri
dari 1 kepala ruangan dan 3 perawat pelaksana sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan perawat sudah memenuhi namun di
Ruang T tugas perawat tidak hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan
tapi juga merangkap sebagai petugas administrasi, pengantar dan
pengambil obat, dan transporter. Selain itu, sebagian perawat juga ada
yang sedang melakukan pembinaan diluar kota sebagai calon pegawai
negeri sipil sehingga ruangan merasa kekurangan tenaga keperawatan di
ruangan.
2) Sore : 2 orang perawat pelaksana. Sedangkan pada Ruang Perawatan T,
jumlah perawat yang bertugas pada dinas sore adalah 2 orang yang
langsung merangkap dinas malam. Shift sore sekaligus merangkap shift
malam karena keterbatasan jumlah perawat dalam ruangan T.
f. Alur masuk pasien
Alur masuk pasien ke rawat inap perawatan umum yaitu:

IGD POLI

REGISTRASI

g. Analisis masalah pada bagian ketenagaan


1) Kurangnya tenaga keperawatan dan non keperawatan
Ruang
Jumlah tenaga keperawatan masih kurang, karena tidak sebanding dengan
Rawat Inap
jumlah pasien yang banyak. Berdasarkan Standarisasi Ketenagaan
berdasarkan Kemenkes 340 tahun 2010, perbandingan tempat tidur dan
perawat pada RS tipe A dan B adalah 2 : (3-4), pada RS tipe C adalah 1 :
1, dan pada RS tipe D adalah 2 : 1. Hal ini menunjukkan jumlah tenaga
keperawatan yang ada di Ruang Perawatan T masih kurang sehingga
perlu adanya penambahan tenaga keperawatan. Selain itu, tidak adanya
tenaga non keperawatan seperti tenaga administrasi dan transporter
semakin menambah beban kerja perawat karena perawat harus berperan
ganda untuk mengirim pasien ke ruangan lain dan merangkap pula
sebagai tenaga administrasi karena tidak adanya tenaga administrasi
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan kepada masing-masing
pasien masih kurang optimal.
2) Pelayanan kepada pasien kurang maksimal
Pelayanan kepada pasien belum maksimal dikarenakan perbandingan
jumlah perawat dan pasien belum sebanding. Sebagai contohnya perawat
juga merangkap sebagai tenaga adminitrasi yang mengurus pembiayaan
pasien yang akan pulang, mengurus pengambilan obat pasien ke apotek
sehingga perawat kurang maksimal dalam memberikan asuhan
keperawatan karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan oleh perawat
namun jumlah tenaga perawat yang bekerja hanya sedikit.
3) Pengawasan dan controlling
Ketidaksesuaian jumlah tenaga keperawatan dan jumlah pasien
menyebabkan kurang maksimalnya pengawasan dan controlling kepada
masing-masing pasien. Dalam hal ini perawat ruangan telah memberikan
pengarahan kepada keluarga pasien untuk senantiasa memelihara
lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien serta untuk membantu
mengawasi pasien.
4) Kepala Rumah sakit (KaRumkit)
Kepala Rumah sakit (KaRumkit) dalam rumah sakit berganti setiap dua
tahun sekali sehingga hal ini mengakibatkan kebijakan yang ada dirumah
sakit berganti-ganti setiap ada pemimpin rumah sakit yang baru

2. Sarana dan Prasarana (M2/ Material)


a. Lokasi dan Denah Ruangan
1) Lokasi Rumah Sakit
Rumkit Tk III Baladika Husada (RS DKT) Jember adalah rumah sakit
negeri kelas III atau ruamh sakit tipe C. Rumah sakit ini mampu memberikan
pelayanan dokter spesialis. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan
rujukan dari puskesmas. Rumkit Tk III Baladika Husada Jember beralamat di
Jalan Panglima Besar Sudirman No. 45, Kelurahan Jember Lor, Kecamatn
Patrang, Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur (68118). Rumkit Tk III
Baladika Husada Jember berbatasan dengan PJKA di sebelah barat, sebelah
timur berbatasan dengan jalan raya, sebelah selatan berbatasan dengan Pujasera
Kodim (Dapur Cokelat), dan sebelah utara berbatasan dengan rumah warga.

2) Denah Rumah Sakit


Gambar 1. Denah rumah Sakit DKT
b. Lingkungan Kerja
1) Nurse Station
Area nurse station berada tepat ditengah ruang-ruang perawatan. Didalam
Area nurse stasion terdapat: meja kerja Kepala Ruangan, meja kerja perawat,
dimana meja tersebut menjadi tempat operan sekaligus menjadi meja
administrasi, di ruang nurse station juga terdapat tempat meletakkan alat-alat
tindakan yang berada di dekat atau disamping meja kerja kepala ruangan.
Luas area nurse station Ruang Perawatan Teratai ± 12 m² dengan berbagai
kegiatan baik layanan konsul bagi keluarga, kegitan operan, mempersipakan
obat untuk pasien dilakukan dalam satu rungan sehingga keadaan ruangan
yang sempit menyebabkan kegiatan menjadi padat. Selain itu, padatnya
kegiatan di nurse station tidak didukung oleh fasilitas pendingin ruangan ,
dimana di dalam nurse stationhanya terdapat 1 kipas angin yang dilekatkan
ke tembok dan jendela yang hanya bisa dibuka sedikit, sehingga rungan
terasa panas. Lingkungan kerja yang padat dan panas dapat mengganggu
kenyamanan dalam melakukan tindakan atau layanan medis baik dari pihak
petugas kesehatan dan dari pihak keluarga pasien.

2) Ruang Perawatan
Ruang 1, 2 , 3 di ruang perawatan teratai terdapat sekat tirai sebagai pembatas
antar pasien, sehingga privasi tindakan yang diberikan kepada pasien tetap
terjaga. Begitu juga di ruang 6 dan 12, untuk di ruang 6 terdapat sekat kayu
sedangakan diruang 12 terdapat tirai sebagai pembatas antar pasien sehingga
privasi tindakan yang diberikan kepada pasien juga tetap terjaga. Suasana di
ruangan perawatan kurang kondusif pada setiap ruangan kecuali di ruang 1
dan 2. Hal ini terkait dengan keluarga pasien yang berkunjung lebih dari 2
orang dan dilakukan secara bersamaan sehingga lingkungan pasien menjadi
kurang tenang utamanya pada siang dan sore hari. Selain itu, padatnya
keluarga yang mengunjungi pasien membuat suhu rungan menjadi lebih
panas sehingga fasilitas kipas angin yang berada diruangan tidak mampu
memberikan sirkulasi udara yang baik dan cukup bagi pasien.

c. Gambaran kapasitas tempat tidur di ruangan (2 hari)


Tempat tidur di Ruang Teratai, di ruang 1 (2 tempat tidur), ruang 2 (2 tempat
tidur), ruang 3 (8 tempat tidur), ruang 6 (4 tempat tidur), ruang 12 (2 tempat
tidur), semua tempat tidur di setiap ruangan dalam kondisi baik. Kapasitas tempat
tidur di Ruang Teratai selama 2 hari sebagai berikut:
Kapasitas TT
No. Hari, tanggal Jumlah
Shift Pagi Shift Sore Shift Malam
1. Senin, 17 R.1: 1 R.1: 1 R.1: 1
R.2: - R.2: - R.2: -
November 2014
R.3: 8 R.3: 8 R.3: 8
R.6: 4 R.6: 4 R.6: 4
R.12: 1 R.12: 1 R.12: 1
2. Selasa, 18 R.1: 2 R.1: 2 R.1: 2
R.2: 1 R.2: 1 R.2: 1
November 2014
R.3: 5 R.3: 5 R.3: 5
R.6: 4 R.6: 4 R.6: 4
R.12: - R.12:- R.12: -
Jumlah 26 26 26

d. Peralatan dan fasilitas


1) Peralatan
DATA STANDAR
KETERANGA
NO NAMA ALAT PASIEN: PASIEN:
N
ALAT ALAT
1. Ambu Bag Bersama R. 1 ruangan 1 Tidak
Nusa Indah
2. Bag and mask - - Tidak
3. Cucing - - Tidak
4. Dressing Cart - - Tidak
5. Gunting Aj. Besar - - Gunting Biasa
6. Gunting Aj. Kecil - - Gunting Biasa
7. Humidifier dan Flowmet - - Tidak
8. Pinset anatomi - - Tidak
9. Pinset Chirrurghi - - Tidak
10. Standar Infus Setiap px 5:1 Terpenuhi
11. Stetoscope 3 1 ruangan 2 Terpenuhi
12. Tempat Korentang - - Tidak
13. Tensimeter 2 1 ruangan 2 Terpenuhi
14. Termometer raksa - - Tidak
15. Thermometer digital 2 5:1 Terpenuhi
16. Tromol kecil (gas) - Minimal 1 tidak
17. Tromol sedang (gas) - Minimal 1 Tidak
18. Tromol besar (gas) - Minimal 1 tidak
19. Tromol tabung - Minimal 1 Tidak
20. Arteri klem - -
21. Masker O2 trakeostomi - Diberikan pada
22. Masker O2 - px
23. Nasal kanul - - Diberikan pada
24. Venasektio set Minimal 1 px
25. Gunting verband - Minimal 1
26. Suction pump - 1 ruangan 3 Alat berada di
27. Nebulizer 1 1 ruangan 3 Lab.
28. Manset anak - - Gunting biasa
29. Bak injeksi 1 Minimal 2 Tidak
30. Bak instrumen - Minimal 2 Tidak
31. Bak instrumen besar - Minimal 2 -
32. Nose speculum - - Tidak
33. Tongue spatel 1 Minimal 5 Tidak
34. Tampon hidung - - Tidak
35. Tampoling local - - Tidak
36. Kereta/trolly 1 - Terpenuhi
37. Kursi roda 1 - Terpenuhi
38. Lemari es 1 - Terpenuhi
39. Rontgen lamp 1 - Terpenuhi
40. Head lamp - - Terpenuhi
41. Senter 1 Minimal 1 Terpenuhi
42. Bengkok besar - - Terpenuhi
43. Bengkok sedang 2 5:1 Tidak
44. Bengkok plastic - - Terpenuhi
45. Sterilisator - - Tidak
46. Gelas objek - - Tidak
47. Martir dan tempatnya - - Tidak
48. Bak 1 - Terpenuhi
emergency/emergency kit Terpenuhi
49. Branchart 1 - Terpenuhi
50. Urinal 8 4:1 Terpenuhi
51. Pot 4 4:1 Terpenuhi
52. Lampu darurat - - Tidak
53. Komputer, printer - - Tidak
Tidak ada
54. Telpon 1 - komputer dan
printer
Terpenuhi,
Parallel
55. Tromol untuk steeilisasi Terpenuhi

2) Fasilitas untuk pasien


No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Tempat tidur 18 Baik
2. Meja pasien 18 Baik
3. Kipas angin 6 Baik
4. Kursi roda 1 Baik
5. Branchart 1 baik
6. Jam dinding 5 Setiap ruangan 1
7. Timbangan 1 Baik
8. Kamar mandi dan WC 3 KM di dalam Kelas 1 (2 ruangan, 1
Ruangan + 3 KM ruangan 1 KM),
umum kelas 2 (2 ruangan, 1
ruangan dengan 1
kamar mandi, 1
ruangan,
menggunakan kamar
mandi umum), 2
ruangan memakai
kamar mandi umum
9. Dapur - -
10. Spoel hock - -
11. Kasur 18 Baik dan bersih
12. Kursi - -
13. Linen - -
14. Sprei 30 Rapi dan bersih
15. Selimut 30 Rapi dan bersih
16. Sarung bantal 30 Rapi dan bersih
17. Perlak 10 Rapi dan bersih

3) Fasilitas untuk petugas kesehatan


No Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Ruangan Nurse station 1 Baik, rapi, dan bersih
2. Ruang pertemuan perawat - -
3. Ruang sidang - -
4. Kamar periksa - -
5. Kamar mandi dan WC 1 Baik, rapi, dan bersih
6. Ruang PKRS - -
7. Ruang kepala ruangan 1 Baik, rapi, dan bersih
(menyatu dengan
nurse station)
8. Ruang supervisor - -
9. Ruang staf dokter - Terdapat 1 ruangan di
Rumah Sakit yang
digunakan sebagai
ruang staf dokter
10. Ruang alat - Ditempatkan, pada
lemari khusus di
Nurse Station

e. Alur pengadaan barang


1) Habis Pakai

Barang yg di diberikan
dibutuhkan dokumentasi pihak apotek
kan

barang diserahkan ke diterima


perawat pihak apotek

Keterangan:
Jika ruangan kehabisan barang kesehatan habis pakai, maka perawaat
ruangan akan melakukan permohonan barang berupa barang kesehatan habis pakai
yang dibutuhkan. Perawat ruangan mencatat atau mendokumentasikan barang-barang
yang dibutuhkan kemudian catatan diserahkan kepada pihak Apotek, kemudian pihak
apotek menerima permohonan dan kemudian barang diserahkan ke perawat ruangan.
Apotek menyerahkan kepada perawat ruangan, setelah barang diterima perawat
ruangan menandatangani form tanda terima dari pihak apotek sebagai tanda bukti.

2) Alat Medis dan Alat Nonmedis


Keterangan:
Adapun alur pengadaan alat medis dan non medis tersebut yaitu alat yang
dibutuhkan oleh ruangan dicatat atau di dokumentasikan oleh perawat ruangan.
Kemudian kepala ruangan mengajukan alat yang dibutuhkan kepada bagian
perbekalan umum dengan mengetahui yang pertama Kepala Pengadaan
Penunjang Keperawatan, kemudian selanjutnya mengetahui Kepala rumah
Sakit. Setelah kepala rumah sakit menyetujui permohonan pengadaan barang
atau alat yang dibutuhkan ruangan, permohonan pengadaan barang diajukan
kebagian anggaran kemudian bagian anggaran meminta bagian pembekalan
umum untuk membeli atau menyediakan alat-alat yang diajukan. Setelah alat
tersedia, bagian perbekalan umum kemudian menyerahkan ke ruangan.

3) Peminjaman alat medis


komunikasi dengan pihak
Barang yg di ruangan yang memiliki.
dibutuhkan dokumentasi (UGD/ruangan lain)
kan

Pihak UGD/ruangan lain menerima dan melakukan


prosedur secara langsung/menyerahkan kepada
Keterangan:
Ruangan tidakperawat ruangandengan peralatan medis seperti EKG,
dilengkapi
Suctioin, dan lain-lain. Sehingga jika ruangan membutuhkan peralatan medis
maka perawat ruangan mencatat alat yang dibutuhkan oleh ruangan kemudian
perawat ruangan menghubungi pihak UGD/ruangan lain untuk mendapatkan
alat yang dibutuhkan dan setelah pihak UGD/ruangan lain menerima pesan
dari perawat ruangan, pihak UGD/ruangan lain dapat melakukan prosedur
tindakan secara langsung atau menyerahkan alat ke perawat ruangan.

4) Alur Perbaikan barang Rusak


Di
Perawat Barang yang dokumentasikan
ruangan rusak

Kepala Instal Watnap Kepala


ruangan

Bagian perbekalan umum ruangan

Keterangan:
Alur perbaikan perbaikan barang rusak yang ada di ruang perawatan T, pada awalnya
bermula dari pengajuan perawat ruangan yang mendata barang-barang yang rusak
dan membutuhkan perbaikan, kemudian di dokumentasikan melalui daftar barang
yang harus diperbaiki, hasil dokumentasi tersebut dilaporkan kepada kepala ruangan.
Kemudian kepala ruangan mengajukan daftar barang tersebut kepada Kepala Instal
Watnap. Kepala Instal Watnap diajukan kepada bagian Pembekalan Umum,
selanjutnya diberikan kepada ruangan.
f. Denah ruang Perawatan T

Gambar 1. Denah Ruang Perawatan T


Keterangan:
A-I J-Q
I-V
A: Televisi J : Washtafel
I : R.1 (kelas I)
B: Tempat sepatu K1 : sampah campura
II : Nurse station
C: Tempat tidur perawat K2 : Sampah medis
III : R.3 (Kelas III)
D: Kursi K3 : sampah nonmedis
IV : R. 6 (khusus KP)
E: Dispenser L : Tempat Alat
V : R. Isolasi
F: Meja M : Lemari Obat
1-4
G: Lemari spray N : Lemari Es
1 : Peraturan
H: Lemari infus O : Kipas Angin
2 : Papan nama pasien
I : Rekam medis P : Tempat tidur
3 : Rontgen lamp
Q : Kamar mandi/WC
4 : Jendela
g. Analisis masalah pada bagian sarana dan prasarana
1) Nurse station
Luas area kerja perawat (nurse stasion) relatif sempit. Dimana tempat alat-
alat, tempat obat-obatan, loker perawat menjadi satu dengan nurse station
sehingga ruang gerak perawat menjadi terbatas dan menyebabkan
ketidaknyamanan pada petugas (perawat) di ruang tersebut. Selain itu
ruangan terasa pengap dan panas karena ruang nurse stasion juga menjadi
ruang untuk supervisi, ruang visite dokter, dan ruang administrasi. Ruang
nurse stasionjuga penuh dengan meja, lemari, dan alat-alat lainya sehingga
dengan kondisi ruang yang seperti itu dapat menimbulkan penurunan
konsentrasi bagi perawat. Nurse station juga tidak dilengkapi dengan fasilitas
yang dapat memberikan kenyaman pada perawat, misalnya pendingin
ruangan, dimana pengdingin ruang diruangan tersebut hanya terdapat 1kipas
angin yang masih kurang memberikan kenyamanan bagi petugas (perawat)
dengan kondisi ruang yang panas dan pengap. Selain itu tidak adanya tempat
atau ruang istirahat khusus bagi perawat. Dimana diruang tersebut hanya
terdapat 1 bad yang dapat digunakan oleh perawat yang menjadi satu dengan
Nurse station. Sehingga apabila perawat yang bershift sore lebih dari 1tidak
ada tempat untuk beristirahat (bergantian).
2) Pasien
Identitas pada pasien seperti gelang pernah ada dan hanya berjalan beberapa
bulan, namun sekarang belum ada. Identitas pasien diruang T hanya
menggunakan papan yang diletakkan di atas bed pasien. Dimana papan
identitas tersebut berisi nama, alamat, usia, diagnosa, dan dokter. Hal tersebut
dinilai tidak efektif, dikarenakan jika saat pasien pulang dan diganti dengan
pasien baru dan papan identitas lupa untuk dihapus atau maka dapat
menimbulkan kesalahan tindakan pada pasien, misalnya salah dalam
pemberian obat, dan lain-lain
3) Kamar pasien
Kamar pasien terdiri dari ruang 1, 2, 3, 6, dan 12. Kamar pasien ruang 1 dan 2
adalah kelas 1, kamar pasien ruang 3 adalah kelas 3, ruang pasien no 6 adalah
kamar kelas 2 yang diperuntukkan khusus pasien dengan masalah pernafasan,
dan ruang 12 adalah kelas 2 isolasi.
4) Lingkungan pasien
Untuk kenyamanan lingkungan pasien juga berhubungan dengan tipe kelas
kamar yang digunakan. Sebagai contoh nyata adalah ruang kelas 1 yang
cukup menjamin ketenangan bagi pasien, karena jumlah pasien dan ukuran
ruangan sesuai. Serta fasilitas yang ada cukup memberikan keyamanan
tersendiri pada pasien dan keluarga yang berada di kelas 1, sedangkan untuk
pasien yang berada di kelas 2 dan kelas 3, apabila pagi hari pengunjung tidak
terlalu banyak yang datang, namun siang hari, keramaian meningkat dengan
hadirnya pengunjung yang cukup banyak, dan kenyamanan pasien relatif
terganggu dengan lingkungan yang ramai. Perlengkapan pasien banyak dan
diletakkan di meja pasien, keluarga pasien terkadang juga tidur ditempat tidur
pasien. Belum terdapat wastafel khusus untuk pengunjung pasien. Wastafel
hanya terdapat pada ruang kelas 1 saja.
5) Jam berkunjung
Telah diberlakukan jam berkunjung, sehingga pengunjung dibatasi dalam
kunjungan. Pada hari biasa siang pada pukul pk10.30-pk11.30, sore pk16.30-
pk17.30, sedangkan hari libur, siang pada tanggal pk10.00-pk12.00, sore
pk16-18. Setiap pasien ditunggu hanya dengan 1 orang. Tidak boleh
membawa anak dibawah 12 tahun. Pengunjung hanya boleh membawa
peralatan mandi, pakaian ganti, dan peralatan ibadah. Namun meskipun ada
peraturan tentang jam berkunjung, terkadangperaturan jam berkunjung
kurang optimal terlaksana.

3. Metode (M3/ Methode)


a. Visi, Misi Rumah sakit
Visi dan misi rumah sakit tidak terlihat diseluruh rumah sakit, dan tidak di
tempelkan di depan rumah sakit.
Visi: Menjadi penyelenggara pembinaan kesehatan TNI AD yang dipercaya
dengan dilandasi profesionalisme, disiplin, bermoral, dan soliditas.
Misi: - Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang handal
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima
- Menyelenggarakan fungsi organik dengan seksama

b. Visi, Misi, Tujuan, Falsafah keperawatan ruangan


Visi, misi, tujuan dan falsafah keperawatan digunakan untuk menggambarkan
tujuan atau kondisi dimasa depan yang ingin dicapai dalam masing-masing ruangan
tersebut. Selain itu juga, untuk memberikan arah dan membantu karyawan –
karyawan pada tingkat apapun untuk mengerti arah mana yang harus diambil atau
melangkah dalam pencapaian tujuan di masing-masing ruangan. Akan tetapi, tidak
terdapat visi, misi, tujuan dan falsafah keperawatan di ruangan.

c. Model penugasan asuhan keperawatan


Model penugasan adalah suatu bentuk struktural yang digunakan untuk
melakukan tindakan berdasarkan struktur yang telah dibuat. Struktural penugasan
dibentuk guna memudahkan koordinasi serta kontroling dari pihak yang lebih
bertanggungjawab. Model penugasan asuhan keperawatan yang digunakan di ruang
perawatan T yaitu metode kasus, dimana setiap pasien ditugaskan kepada semua
perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat
oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

d. Timbang Terima
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2011). Timbang terima memiliki tujuan
untuk mengakurasi, mereabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi
yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan
keefektifan dalam bekerja.
Hasil observasi timbang terima di Ruang Perawatan T
1. Timbang terima dilaksanakan sebanyak 2 kali, diantaranya pada operan pagi
dilakukan pada pukul 07.00-14.00 dan operan sore dilakukan pukul 14.00-07.00.
2. Cara timbang terima adalah dengan menyebutkan nama ruangan, nomer ruangan,
nomer bed, dokter yang menangani, keluhan pasien saat datang, terapi obat yang
diberikan, terapi yang akan dijalani, pemeriksaan yang direncanakan untuk pasien
hari ini, keluhan pasien saat ini, dan tanda vital pasien.
3. Perawat keliling memperkenalkan dan memeriksa kondisi pasien satu per satu,
menggantikan cairan infus yang habis, dan lain-lain.

e. Supervisi keperawatan
Supervisi adalah mengawasi, meneliti dan memeriksa, yang dipandang sebagai
proses dinamis dengan memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam
pengembangan diri staf dan pelaksanaan keperawatan. Seharusnya dalam suatu
rumah sakit diperlukan adanya supervisi untuk mengawasi pelaksanaan keperawatan.
Supervisi yang ideal dilakukan satu minggu sekali untuk menilai kinerja perawat
selama seminggu dan mengevaluasi asuhan perawatan yang telah dilakukan.
Menurut keterangan perawat di ruang perawatan T, supervisi keperawatan ada,
namun keberadaan supervisi tidak tentu atau tidak terjadwal. Supervisi biasanya
dilakukan oleh Kepala Instalasi Rawat Inap (KAINSTALWATNAP dan Kepala
Keperawatan) yang ada di rumah sakit. Biasanya pemantauan dilakukan oleh perawat
pelaksana sendiri tanpa ada dari pihak lain. Namun apabila terdapat suatu hal yang
tidak dapat tertangani oleh perawat ruangan (perawat pelaksana), perawat ruangan
akan menghubungi kepala rungan untuk mencari penyelesaiannya, dan jika kepala
rungan tetap tidak bisa menyelesaikan permasalah yang ada, maka kepala rungan
akan menghubungi kainstalwatnap untuk mencari penyelesaiannya.

f. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya. Ronde keperawatan
dilaksanakan bersama tim dalam ruangan dan tim medis dokter. Ronde keperawatan
di ruang perawatan T tidak dilakukan secara mandiri di dalam forum ruangan
perawatan T namun akan dibahas di dalam forum rumah sakit.

g. Discharge Planing
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan
(Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan
adalah sederhana, tujuan dan hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan
dan prosedur yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel,
berkesinambungan, dan mempunyai kejelasan metode evaluasi
Discharge Planning/Perencanaan Pulang adalah komponen sistem perawatan
berkelanjutan, yang bertujuan untuk perawatan yang dapat dilakukan keluarga
maupun klien saat pulang kerumah dan membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat.
Perencanaan pulang pada ruangan tidak ada format khusus. Perencanaan pulang oleh
perawat sudah ada di dalam resume keperawatan dan lembar kontrol yang telah
menggunakan format yang ada di ruangan. Tindakan yang dilakukan dalam
perencanaan pulang meliputi diagnosa keperawatan saat pulang, pemakaian obat,
hasil pemeriksaan, pendidikan kesehatan tentang yang akan dilakukan pasien di
rumah, jadwal pasien untuk control, dan makanan yang boleh untuk dikonsumsi.
h. Sentralisasi obat
1) Obat di ruangan
Obat diperoleh dari apotek yang sebelumnya diresepkan oleh dokter
yang merawat, resep pada pagi hari diantar oleh perawat ke apotik, setelah
obat yang diresepkan telah selesai disiapakan oleh pihak apotik, pihak apotik
kemudian menghubungi ruangan untuk mengambil obat yang diresepkan.
Setelah obat diambil oleh perawat ruangan, perawat memasukkan obat
kedalam kotak obat yang ada di nurse station sesuai dengan nama pasien.
Obat diberikan pada pasien dengan dengan prinsip 5T 1W, yaitu tepat obat,
tepat dosis, tepat waktu, tepat pasien, tepat rute, waspada terhadap reaksi.
Sentralisasi obat telah dilakukan baik obat oral maupun obat injeksi, dan
untuk cairan infus diletakkan di lemari nurse station, sehingga pada saat
cairan infus habis maka pasien meminta atau keluarga pasien melapor pada
perawat jaga.
2) Stok harian
Stok obat dan alat habis pakai dapat diadakan setiap hari, namun
untuk meminta obat harus dengan resep dari dokter.
3) Stok untuk kelancaran
Obat dan alat perlengkapan selalu disuplai untuk menunjang asuhan
keperawatan kepada pasien. Obat didapatkan dari gudang farmasi. Yang
termasuk stok untuk kelancaran adalah alkohol, plester(hipafix) karena sering
habis dan harus meminta ke apotik.
i. Dokumentasi keperawatan
Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan adalah laporan baik
komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain. Merupakan informasi tertulis tentang status dan
perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Fisbach, 1991). Dokumentasi keperawatan merupakan suatu
bukti otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan
oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian
permanen dari rekam medis lain.
Dokumentasi keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Format pengkajian yang digunakan dalam
ruang ini yaitu menggunakan metode POR (problem oriented resourse) dengan
mengisi secara tertulis. Item-item dalam pengkajian yang terdiri dari identitas pasien,
anamnesa, TTV, peeriksaan fisik, diagnosa sementara, diagnosa banding, terapi,
pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium, catatan dokter dan catatan
perawat, fomulir observasi, resume keperawatan, kontrol dalam pemberian obat dan
tindakan, dan lembar konsul, riwayat penyakit, pengkajian fisik, TTV, pernafasan,
kardiovaskuler, persarafan, perkemihan, pencernaan, musculoskeletal, reproduksi,
psikologi, sosial-spiritual dan data penunjang. Berikutnya pendokumentasian
diagnosa dan rencana keperawatan menggunakan format tabel yang terdiri dari
diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan intervensi. Pendokumentasian
implementasi dan evaluasi dalam satu format catatan perkembangan, evaluasi
menggunakan SOAP, Pendokumentasian dilakukan setiap pergantian shift dinas dan
dilaporkan ketika timbang terima. Rincian urutan format pendokumentasian dari
awal pasien MRS sebagai berikut:
RM 01. lembar pengkajian umum pasien (identitas klien, anamnesa, pemeriksaan
fisik, diagnosa sementara, diagnosa banding, pemeriksaan penunjang)
RM 02. Surat keterangan rawat inap
RM 03. Resume Medis Pasien JKN
RM 04 lembar peryataan persetujuan pembiayaan pasien BPJS jam Kesmas
RM 05. Pemeriksaan Laboratorium
RM 06. Catatan Harian Dokter dan Laporan perawat
RM 07. Perkembangan pasien
RM 08. Formulir observasi
RM 09. Resume keperawatan
RM 10. Grafik
RM 11. Kontrol Pemberian obat dan tindakan
RM 12. Lembar konsul
RM 13. Surat persetujuan Tindakan Medik
RM 14. Penolakan tindakan medis

j. Program pengendalian indikator mutu


Mutu mempunyai arti caring yang merupakan fokus atau inti dari keperawatan,
mutu bersifat relatif untuk setiap klien, bersifat dinamis dan selalu berubah dari
waktu ke waktu, berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar
operasional. Ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu (Djuhaeni, 2000)
yaitu kepuasan pelanggan, penghargaan terhadap setiap orang, manajemen
berdasarkan fakta, serta perbaikan berkesinambungan. Untuk mengetahui tingkat
kepuasan klien terhadap pelayanan yang ada di Ruang perawatan T. Dulu sempat ada
kotak saran namun untuk satu rumah sakit, namun tidak disediakan kotak saran
peruangan sehingga tidak dapat mengetahui tingkat kepusan klien di ruang
perawatan tersebut.

j. Program Pengendalian Indikator Klinik


Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.
Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecenderungan
sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan. Berdasarkan hal
tersebut indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan
(Depkes RI, 2008). Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik menurut
departemen kesehatan Republik Indonesia yaitu, keselamatan pasien (seperti
dekubitus, kesalahan dalam pemberian obat, pasien jatuh, restrain), perawatan diri,
kecemasan, kenyamanan, dan pengetahuan.
Indikator klinik di ruang perawatan T belum ada secara khusus, tidak ada
program yang khusus mendalami tentang pengendalian indikator klinik. Pemantauan
kejadian pasien dekubitus, kejadiann flebitis, kesalahan pemberian obat dilakukan
dalam perawatan sehari-hari, namun tidak optimal dikarenakan keterbatasan waktu
dan keterbatasan sumberdaya perawat yang merawat setiap shiftnya. Hal tersebut
didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan dan
perawat ruangan di ruang perawatan Teratai. Dimana sebagian besar mengatakan
bahwa tidak ada waktu pemantauan khusus untuk memantau keselamatan pasien,
kecemasan, serta pengetahuan pasien tentang penyakitnya karena banyaknya tugas
atau adanya tugas ganda yang harus diselesaikan oleh perawat ruangan dan juga
keterbatasan waktu.

k. Pelaksanaan SAK
SAK adalah Standar Asuhan Keperawatan yang ditetapkan oleh Depkes dan
dijadikan Pedoman di rumah sakit. Sedangkan SAK Khusus adalah Standar Asuhan
yang dibuat oleh rumah sakit untuk 10 kasus terbanyak untuk masing-masing unit
pelayanan. Pelaksanaan SAK di RS perlu untuk diperhatikan dengan terperinci
karena asuhan keperawatan berkaitan langsung dengan tingkat kepuasan klien.
Indikator pelaksanaan SAK di RS meliputi:
1) Ada buku Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
2) SK Direktur RS tentang penerapan SAK di RS.
3) Ada juknis penerapan SAK
4) Dokumentasi asuhan keperawatan yang mencerminkan penerapan SAK
SAK menjadi tolak ukur mutu asuhan keperawatan, menurunkan biaya
keperawatan, melindungi kepentingan pasien dan perawat, dan untuk mengetahui
kemampuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Hasil observasi dan
pengkajian menunjukkan jika pelaksanaan SAK di ruangan Teratai kurang terlaksana
secara optimal, alasannya karena masalah waktu. Hal tersebut tercermin dari buku
asuhan keperawatan yang kurang lengkap sesuai dengan standar yaitu mulai dari
pengkajian tidak ada pengkajian keperawatan hanya ada pengkajian medis, evaluasi
keperawatan yang hanya tertulis direkam medis pasien tidak dibuku asuhan
keperawatan yang ada di ruang perawatan Teratai.

l. Pelaksanaan standar SOP


SOP (Standart Operational Procedure) adalah suatu pedoman tertulis yang
dipergunakan dalam mendorong kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. SOP
dalam keperawatan di ruangan teratai rumah sakit DKT Jember sudah dibuat dan
dijadikan pedoman dalam setiap tindakan atau pelayanan. SOP tindakan keperawatan
ditulis berdasarkan tahap demi tahap agar tindakan keperawatan efektif dan efisien.
Ruang perawatan T mempunyai SOP tindakan yang sesuai dengan SOP bidang
keperawatan RS DKT Jember namun dalam pelaksanaannya ada tindakan yang tidak
sesuai dengan SOP dikarenakan terkendala alat yang kurang memadai dan juga
terkendala waktu dan tenaga perawat yang kurang sehingga untuk menangani pasien
yang banyak jika disesuaikan dengan SOP satu persatu tidak akan mencukupi
waktunya. Jenis 10 diagnosa medis terbanyak di ruangan dan 10 jenis tindakan
tersering di ruangan
Tabel L. 10 penyakit Tersering di Ruang Perawatan T
AGUSTUS 2014 SEPTEMBER 2014 OKTOBER 2014
COLIC
ABDOME 12 THYPOID 11 FEBRIS 12
N
FEBRIS 10 DHF 7 GE 10
COLIC
KP 7 FEBRIS 6 6
ABD.
COLIC
CEPALGI
7 ABDOME 5 CA. PARU 5
A
N
DHF 6 GE 5 ANEMIA 4
THYPOID 6 CA. PARU 3 HT 3
GE 5 ANEMIA 3 DYPSNEA 3
HT 5 DM 3 DM 2
HEPATITI GASTRITI
3 2 DHF 2
S S
EFUSI
DYPSNEA 2 MIGRAIN 2 2
PLEURA
Sumber: data primer, 2014
10 jenis tindakan yang paling sering dilakukan oleh perawat di Ruang Perawatan
T antara lain:
1) Aff infus
2) Pemasangan infus
3) Pemasangan kateter
4) Pemasangan NGT
5) Pungsi Pleura
6) Huknah
7) Nebuleizer
8) Aff kateter
9) Aff NGT
10) Discharge planning
m. Patient safety
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Pasien selalu diawasi selama 24 jam oleh perawat dengan
bantuan keluarga. Side rail selalu terpasang dan keluarga selalu diberikan
pengarahan namun hanya ada di ruangan kelas satu dan kelas dua. Pengawasan
pemberian obat dan pemasangan alat invasif (benda tajam) dikontrol langsung oleh
perawat. Ruangan untuk pasien dengan masalah khusus seperti pasien yang perlu
diisolasi ditempatkan di ruangan khusus. Pasien tidak menggunakan gelang khusus
sebagai penanda (marker) apakah pasien beresiko jatuh, total care, partial care, atau
self care. Perawat melakukan pencegahan infeksi nosokomial hanya pada tindakan
invasif untuk tindakan seperti injeksi atau berkomunikasi dengan pasien, perawat
tidak menggunakan APD sebagaimana mestinya sesuai SOP yang ada.
Ruangan juga tidak memberi arah evakuasi ketika ada bencana. Sembilan solusi
keselamatan pasien di Rumah sakit (WHO Collaborating Centre for Patient
Safety), meliputi:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication name)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit yang pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan cahaya
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial
n. Analisis masalah pada bagian metode
1) Dari adanya hasil pengkajian, mengenai ketiadaan visi, misi, tujuan dan
falsafah di ruang perawatan T RS DKT menjadi hal yang perlu diperhatikan
dalam suatu ruangan perawatan tersebut. Adanya keberadaan visi, misi, tujuan
dan falsafah keperawatan diruangan bertujuan untuk menggambarkan suatu
tujuan atau kondisi dimasa depan yang ingin dicapai dalam masing-masing
ruangan tersebut. Selain itu juga, untuk memberikan arah dan membantu
karyawan – karyawan pada tingkat apapun untuk mengerti arah mana yang
harus diambil atau melangkah dalam pencapaian tujuan di masing-masing
ruangan. Selain itu juga, hal yang perlu diperhatikan yaitu terkait keberadaan
supervisi. Keberadaan supervisi yang teratur dan terjadwal sangatlah
diperlukan yaitu untuk mengawasi, meneliti dan memeriksa, yang dipandang
sebagai proses dinamis dengan memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam
pengembangan diri staf dan pelaksanaan keperawatan. Dan hal tersebut juga
akan berdampak pada hasil perawatan yang dilakukan/diberikan kepada klien
diruangan tersebut.
2) Berdasarkan dengan pengkajian yang kami laksanakan di ruang T mengenai
ronde keperawatan tidak dilakukan didalam forum perawatan namun di bahas
dalam forum rumah sakit, discharge planning yang sudah dilakukan dengan
baik namun perlu juga adanya pendidikan kesehatan kepada keluarga klien
mengenai status kesehatan klien, sentralisasi obat untuk tempat sudah ada dan
cukup baik, dokumentasi keperawatan dilaksanakan dengan metode por
dimana evaluasi dengan mengguanakan SOAP, namun dalam pencatatan
pemeriksaan fisik kurang lengkap, program pengendalian indikator mutu
belum dilakukan dengan baik dimana tidak adanya kotak saran untuk
mengetahui tingkat kepuasan klien terhadap layanan perawatan yang diberikan.
3) Indikator program pengendalian mutu dan klinik ruangan
Indikator pengendalian mutu dan klinik di ruang perawatan T tidak ada.
Pengendalian mutu tidak ada dilakukan pengukuran kepuasan terhadap pasien
yang telah mengalami perawatan di ruang tersebut. Berdasarkan standar dari
departemen kesehatan rumah sakit perlu dibuat suatu program indikator
pengendalian mutu untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan yang ada
di ruangan tersebut dan demi evaluasi peningkatan kualitas asuhan
keperawatan, namun di ruang perawatan T tidak ada upaya atau program
khusus. Sedangkan untuk program indikator pengendalian klinik cara untuk
menjaga keselamatan pasien, mengukur tingkat kecemasan pasien selama
dirawat tidak ada sehingga tidak ada pengukuran yang pasti untuk
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien yang
dirawat di ruang perawatan T RS DKT Jember. Dalam hal ini indikator mutu
dan klinik terdapat kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan di ruang
perawatan T.
4) Standar asuhan keperawatan telah dibuat buku pedoman yang dibuat oleh
rumah sakit, namun di dalam pelaksanaannya SAK masih kurang optimal.
Kurang optimalnya SAK yang dilakukan di ruangan dikarenakan keterbatasan
waktu untuk membaca SAK sehingga terdapat kesenjangan antara teori dengan
pelaksanaan di rumah sakit.
5) Keselamatan pasien berdasarkan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
mencegah kesakitan yang lebih parah pada pasien. Keselamatan dapat berupa
mencegah pasien jatuh, mencegah infeksi nosokomial, mencegah penularan
karena pencampuran antara pasien infeksius dan non infeksius. Di dalam ruang
perawatan T ada beberapa indikator yang telah terlaksana yaitu keselamatan
dalam menjaga pasien jatuh perawat berkolaborasi dengan keluarga.
Sedangkan untuk penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah infeksi
nosokomial kurang optimal pada kegiatan keperawatan sehari-hari. Namun
tidak ada data tentang penyebaran infeksi nosokomial di ruang perawatan T.
Sehingga pelaksanaan patient safety di ruang perawatan sudah terlaksana
namun perlu ditingkatkan untuk bagian penggunaan alat pelindung diri.

4. Sumber Keuangan (MONEY/M4)


a. Sistem yang digunakan dalam hal keuangan ruangan
Keuangan ruangan Teratai (tempat perawatan pria (TPP) berpusat pada
bagian Tata Usaha (TU) keuangan atau anggaran, termasuk alokasi dana untuk
pengadaan alat atau perlengkapan terkait alat-alat yang dibutuhkan. Rumah sakit
Baladika Husada (DKT) Jember juga telah mengalokasikan dana pelatihan bagi
pegawai khususnya bagi pegawai yang belum mengikuti pelatihan. Dana
pelatihan dapat berasal dari rumah sakit sendiri dan dari negara. Pelatihan yang
didanai dari rumah sakit misalnya seperti seminar, pelatihan perawatan luka dan
pelatihan anastesi. Sedangkan untuk pelatihan yang didanai oleh negara misalnya
kursus terpusat BTLS dan ATLS. Bagi pegawai yang telah mengikuti pelatihan
tapi menginginkan untuk melakukan pelatihan kembali maka biaya pelatihan
ditanggung oleh pribadi, begitu pula pegawai ingin melanjutkan pendidikannya,
maka menggunakan biaya pribadi.
Ruang Teratai atau tempat perawatan pria (TPP) mengadakan kas bulanan
untuk membeli keperluan ruangan Teratai itu sendiri, uang kas dibelanjakan
untuk membeli keperluan ruang teratai seperti membeli dispenser, air galon, dan
lain-lain.

b. Sumber kesejahteraan karyawan/ruangan


Pegawai rumah sakit Baladika Husada (DKT) terdiri dari pegawai tetap
dan pegawai honorer. Gaji pegawai tetap terdiri dari gaji pokok dan tunjangan,
tunjangan terdiri dari tunjangan intensif (tunjangan jasa pelayanan) tunjangan
lauk pauk (ULP) berupa uang, dan remonerasi. Tunjangan lauk pauk (ULP)
hanya diberikan pada saat hari kerja atau pada saat bekerja. Sedangkan gaji
pegawai honorer di RS Baladika Husada (DKT) Jember terdiri dari gaji honorer
yang berasal dari keuangan rumah sakit itu sendiri dan tunjangan intensif
(tunjungan jasa pelayanan).
Setiap tahun semua pegawai RS Baladika Husada (DKT) Jember
mendapatkan THR pada saat Hari Raya Idul Fitri. THR biasanya berasal dari
rumah sakit dan koperasi rumah sakit. Waktu pembagian THR ditetapkan oleh
atasan rumah sakit yang disesuaikan dengan pencapaian target rumah sakit.
Sumber keuangan karyawan murni berasal dari pendanaan rumah sakit dan tidak
mendapat subsidi dari pihak manapun.

c. Analisis masalah pada bagian keuangan


Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa perawat di ruang T
Kesejahteraan perawat di ruang T atau tempat perawatan pria (TPP) sudah bisa
dikatakan cukup, karena pendapatan pegawai yang sudah PNS tiap bulannya
rata-rata sudah melebihi UMR kabupaten jember.

5. Pemasaran Bangsal (MARKET/M5)


a. Jumlah rata-rata pasien / hari, diRuang Perawatan T RSAD Baladhika
Husada
Jember

BULAN AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

RATA-RATA 10 pasien per hari 8 pasien per hari 8 pasien per


hari
Sumber : data primer, 2014
b. BOR ruangan bulan Agustus,September, Oktober 2014

BOR
Keterangan:
 (agustus), 246 (September), 234

(oktober) tahun 2014


 ⅀tempat tidur = 18
 Periode = 31 (agustus), 30 (September), 31 (oktober)

BULAN AGUSTUS 2014 SEPTEMBER 2014 OKTOBER 2014

BOR

Sumber : data primer, 2014

c. Data Ruang Perawatan T RSAD Baladhika Husada Jember

Tahun 2014
Kriteria
Agustus September Oktober
Jumlah 18 buah 18 buah 18 buah
Tempat
Tidur

BOR
(%)

ALOS
(hari)
=4 =4 =4

TOI
(hari)
BTO
(kali)

MOR
(%)

Sumber : data primer, 2014


Keterangan normal :
BOR : 60-85 %
ALOS : 6-9 hari
TOI : 1-3 hari
BTO : 40-50 kali (dalam 1 tahun)

1. BOR

2. TOI =

3. BTO =

4. MOR =

5.
Keterangan:
 (agustus), 246 (september), 234

(oktober)
 ⅀tempat tidur = 18
 Periode = 31 (agustus), 30 (September), 31 (oktober)
 Ideal BOR = 60-85 (

d. Tingkat kepuasan pasien tahun 2014 dan yang terbaru

Tangbility (Bukti Fisik)


Diagram 5.1 Diagram Tangibility (Bukti Fisik) kuesioner kepuasan pasien
RSAD Baladhika Husada Jember

Reability (Handal)

Diagram 5.2 Diagram Reability (Handal) kuesioner kepuasan pasien


RSAD Baladhika Husada Jember

Assurance (Jaminan)
Diagram 5.3 Diagram Assurance (Jaminan) kuesioner kepuasan pasien
RSAD Baladhika Husada Jember

Empaty (Perhatian)

Diagram 5.4 Diagram Empaty (Perhatian) kuesioner kepuasan pasien


RSAD Baladhika Husada Jember

Responsiveness (Tanggap)
Diagram 5.5 Diagram Responsiveness (Tanggap) kuesioner kepuasan pasien
RSAD Baladhika Husada Jember

Untuk saat ini tingkat kepuasan pasien belum bisa dikontrol secara
maksimal, dikarenakan di Ruang Perawatan T belum terdapat kotak kritik dan
saran. Hanya saja, kotak kritik dan saran hanya terdapat di rumah sakit
Baladhika Husada Jember bukan di Ruang Perawatan T.
Setelah dilakukan pengkajian dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
11 pasien yang berada di Ruang Perawatan T, didapatkan hasil bahwa sebagian
besar dari pasien mengatakan puas dengan pelayanan dan sarana prasana yang
tersedia. Namun terdapat beberapa indikator yang menyatakan pasien belum
merasa puas yaitu dalam aspek perhatian, dimana perawat jarang sekali
mengingatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung dalam hal
keamanan dan menyimpan barang berharga pasien dan keluarganya. Mungkin
hal tersebut dikarenakan sudah terdapatnya aturan yang jelas mengenai hal
tersebut, sehingga perawat tidak perlu mengingatkan, namun alangkah lebih
baiknya jika perawat tetap menngingatkan hal-hal tersebut.

e. Tingkat kepuasan perawat tahun 2014 dan yang terbaru

Gaji/Salary
Diagram 5.6 Diagram Gaji/salary perawat
RSAD Baladhika Husada Jember

Kondisi Kerja

Diagram 5.7 Diagram kondisi kerja perawat RSAD BAladhika Husada Jember

Kebijakan Perusahaan
Diagram 5.8 Diagram kebijakan perusahaan RSAD Baladhika Husada Jember

Hubungan Antar Pribadi

Diagram 5.9 Diagram hubungan antar pribadi perawat RSAD BAladhika Husada
Jember

Supervise
Diagram 5.10 Diagram supervise perawat RSAD BAladhika Husada Jember

Prestasi

Diagram 5.11 Diagram prestasi kuesioner perawat RSAD BAladhika Husada


Jember

Pengakuan
Diagram 5.12 Diagram pengakuan perawat RSAD BAladhika Husada Jember

Pekerjaan

Diagram 5.13 Diagram pekerjaan perawat RSAD BAladhika Husada Jember

Tanggung Jawab
Diagram 5.14 Diagram tanggung jawab perawat RSAD BAladhika Husada
Jember

Promosi/Pengemmbangan Karir

Diagram 5.15 Diagram promosi/pengembangan karir perawat


RSAD BAladhika Husada Jember

Setelah dilakukan pengkajian dengan cara menyebarkan kuesioner kepada


perawat Ruang Perawatan T, didapatkan hasil bahwa sebagian besar perawat
merasa puas dengan apa yang mereka dapatkan, namun terdapat beberapa
perawat merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan
job, sehingga mereka harus benarbenar meluangkan waktu ekstra untuk
menyelesaikan semua pekerjaannya. Idealnya dalam suatu ruangan harus
terdapat sub-sub bagian tersendiri seperti halnya di bidang administrasi,
sehingga para perawat pelaksana dapat memberikan pelayanan yang optimal.
f. RSAD Baladhika Husada Jember bekerja sama dengan beberapa perusahaan
dan instansi yaitu:
1) Telkom (Telekomunikasi)
2) PJKA (Kereta Api)
3) Asuransi, BPJS.
g. Apakah ada arah penunjuk ruang, penunjuk tempat di ruangan
Penunjuk ruang untuk Ruang Perawatan T hanya terdapat di atas pintu
masuk ruang perawat, sedangkan untuk arah penunjuk jalan menuju Ruang
Rwat Inap Teratai belum ada hanya saja terdapat denah di bagian depan
RSAD Baladhika Husada Jember. Untuk penunjuk tempat di Ruang Rwat
Inap Teratai terdapat beberapa petunjuk seperti tempelan di laci telah terdapat
tulisan seperti tempat obat yang sesuai dengan nama pasien, buku-buku
rekam medik, serta tujuh langkah mencuci tangan pakai sabun di atas
wastafel, dll. Di Ruang Perawatan T belum terdapat nomer bed pasien pada
setiap ruangan, hanya nomor ruangan di ruangan tertentu dan hanya terdapat
papan nama pasien di beberapa bed.
h. Analisis masalah pada bagian market
Market sebagai salah satu elemen manajemen yang dapat menunjang
peningkatan mutu pelayanan kepada pelanggan. Dengan adanya market yang
jelas dapat memudahkan pelanggan. Misalnya saat mencari suatu ruangan di
rumah sakit, dengan adanya penunjuk yang jelas maka pelanggan merasa
dimudahkan untuk menemukan ruangan tersebut sehingga akan timbul
penilaian pada pelanggan mengenai pelayanan rumah sakit.
Market tidak juga terbatas pada penunjuk arah namun juga dapat
dikaitkan dengan peraturan yang dapat diterapkan oleh pihak rumah sakit
untuk menunjang kenyamanan dari pelayanan. Tingkat kepuasan pasien perlu
untuk di kontrol karena dengan begitu maka rumah sakit dapat memantau
bagaimana rasa puas yang di rasakan pasien.Tingkat kepuasan pasien dapat
mempengaruhi loyalitas pasien. Kepuasan pasien dapat menjadi media
promosi untuk kepada masyarakat untuk menggunakan pelayanan di RSAD
Baladhika Husada Jember. Tingkat kepuasan perawat juga perlu untuk
diketahui sampai sejauh mana kepuasan perawat dengan kewajiban dan hak
yang diterimanya, sehingga kinerja perawat dapat tercapai dengan maksimal.
Selain itu dengan adanya jumlah praktik swasta yang ada di luar yang
semakin banyak, menjadi suatu ancaman terhadap RSAD Baladhika Husada
Jember dalam suatu pemasaran. Sehingga untuk mensiasati ancaman tersebut,
RSAD Baladhika Husada Jember harus meningkatkan kualitas yang lebih dari
praktik-praktik swasta yang tersedia.
BAB 3
ANALISIS SWOT

3.1 Analisis SWOT


UNSUR MANAJEMEN B0BOT RATING BOBOT X RATING
INTERNAL FACTOR (IFAS)
1. STRENGTH
A. Ketenagaan (Man/M1) S–W =

1) Terdapat SDM profesional 0.04 3 0.12 1.41-0.67= 0,74

2) Semua perawat telah 0.03 2 0.06


mengikuti pelatihan O–T =

pencegahan infeksi 1.36-0,87=0.49


3) Masa kerja perawat ≥3 -
0.03 3 0.09
≥10 tahun
4) Terdapat Pelayanan Dokter
0.02 3 0.06
Spesialis Di Ruangan
Tersebut

B. Sarana dan Prasaranan


(Material/M2)
1) Kelas di setiap kamar
0.03 3 0.09
tersebut sesuai dengan
fasilitas yang ada dan
diberikan
2) Ruang perawat mudah
0.03 4 0.12
dijangkau oleh pasien
maupun keluarga
3) Terdapat Tirai Untuk
0.02 3 0.06
Privasi Masing-Masing
Pasien
4) Jumlah Kamar Mandi
0.02 3 0.06
Untuk Pasien Dan
Keluarga Memadai
5) Fasilitas Untuk Pasien 0.03 3 0.09
Sebagian Besar Terpenuhi
6) Terdapat ruang isolasi 0.03 3 0.09
pada rawat inap Ruang
Perawatan T
C. Metode (M3/Methode)
1) Discharge planning sudah 0.02 3 0.06
dilakukan oleh ruangan
setiap pasien pulang
2) Sentralisasi obat dilakukan 0.03 3 0.09
dengan mengelompokkan
obat sesuai dengan pasien
dan diberikan dengan cara
5T 1W.
3) Format dokumentasi 0.03 3 0.09
lengkap mencakup seluruh
proses keperawatan yang
ditulis lengkap di RM
4) pasien savety telah 0.03 3 0.09
terlaksana namun perlu
ditingkatkan
D. Sumber Keuangan
(Money/M4)
1) Terdapat tunjangan selain 0.04 3 0.12
diluar gaji pegawai yang
melebihi UMR
(Remonerasi, tunjangan
jasa pelayanan, ULP)
E. Pemasaran Bangsal
(Market/M5)
1) Tingkat kepuasan pasien 0.04 3 0.12
dan perawat cukup baik

Total Skor Strength=1.41

2. WEAKNESS
A. Ketenagaan (Man/M1)
1) Beban kerja ganda pada tenaga 0.04 1 0.04
keperawatan sebagai
transporter, pengantar dan
pengambil obat, dan
administrasi
2) Ruang perawatan T belum 0.04 1 0.04

mempunyai tenaga
administrasi khusus
3) Sebagian besar SDM masih 0.04 1 0.04
SPK
B. Sarana dan Prasaranan
(Material/M2)
1) Ruang perawat relatif 0.03 2 0.06
sempit, pengap dan panas
2) Sebagain besar peralatan 0.04 1 0.04
dan fasilitas petugas
kesehatan kurang
terpenuhi di ruangan
3) Banyaknya keluarga 0.03 2 0.06
pasien yang menggelar
tikar di dalam ruang rawat
4) Peraturan jam kunjung 0.03 1 0.03
belum efektif
5) Belum ada penunjuk jalan 0.04 1 004
menuju ruang perawatan T
dari arah ruang perawatan
lain, ICU, maupun UGD
dan arah evakuasi
C. Metode (M3/Methode)
0.04
1) Model penugasan tim 0.04 1
belum terorganisasi
0.04
2) Tidak Terdapat visi, misi, 0.04 1
falsafah, tujuan ruangan
0.08
3) Supervisi dilakukan oleh 0.04 2
pihak yang ditunjuk
namun hanya sebatas
melihat ruangan
0.04
4) SAK (Standar Asuhan 0.04 1
Keperawatan) di ruangan
belum maksimal
D. Sumber Keuangan
(Money/M4)
1) Sumber keuangan murni 0.04 2 0.08
dari pemerintah (rumah
sakit)
E. Pemasaran Bangsal
(Market/M5) 0.04 1 0.04
2) Nilai BOR dalam 3 bulan
menurun

Total Skor Weekness=0.67

EKSTERNAL FACTOR (EFAS)


3. OPPORTUNITY
A. Ketenagaan (Man/M1)
0,12
1) Terdapat kesempatan yang 0,04 3
diberikan dari atas untuk
para pegawai dapat
melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
2) Terdapat kesempatan yang 0,04 3 0,12
diberikan dari atas untuk
para pegawai dapat
mengikuti pelatihan
3) Tenaga kerja di rumah 0,03 3 0,09
sakit memiliki keragaman
tenaga kesehatan yang
dapat saling melengkapi
untuk meningkatkan setiap
ruangan
B. Sarana dan Prasaranan
(Material/M2)
1) Dukungan dari rumah sakit 0,04 3 0,12
dan dari persatuan
Angkatan Darat serta
negara dapat semakin
menunjang perkembangan
ruangan di rumah sakit
2) Ruangan menjalin kerja 0,03 3 0,09
sama dengan ruangan lain
dalam pemenuhan sarana
prasarana atau alat-alat
yang menunjang dalam
pemberian tindakan
3) Lokasi RS yang strategis 0,04 4 0,16
sehingga mudah dijangkau
oleh masyarakat
4) Metode (M3/Methode)
1) Rumah Sakit memiliki visi 0,03 4 0,12
misi yang dapat menjadi
pedoman bagi ruangan
0,12
2) Terdapat program 0,03 4
pengembangan untuk
peningkatan keterampilan
SDM berupa pelatihan
(baik dari negara dan
rumah sakit)
0,09
3) Sudah Tersedia Kuesioner 0,03 3
Lembar Kritik Dan Saran
Pelayanan Kesehatan Yang
Diberikan Kepada Pasien
Yang Keluar Rumah Sakit
(Hanya Di Rs Tidak
Diruangan)
5) Sumber Keuangan
(Money/M4)
0,12
1) Banyaknya tunjangan yang 0,04 3
diberikan rumah sakit,
dapat menarik calon
pegawai, untuk
mendaftarkan diri sebagai
petugas di rumah sakit dan
dapat menambah jumlah
pegawai di rumah sakit.
6) Pemasaran Bangsal
(Market/M5)
1) Adanya kerjasama dengan 0,04 3 0,12
instansi lain (BPJS, PT.
KAI, TELKOM
0,09
2) Rumah Sakit Baladhika 0,03 3
Husada merupakan Rumah
Sakit TNI yang menjadi
peluang Rumah sakit
tersebut untuk dikunjungi
dan menjadi tempat tujuan
pemeriksaan kesehatan
oleh para anggota TNI,
PNS, pegawai rumah sakit
DKT dan anggota keluarga
(khusus daerah Kresidenan
Basuki)

Total Skor Opportunity=1,36

4. THREATENED
A. Ketenagaan (Man/M1)
1) Kurangnya perekrutan 0,07 1 0.07
sumber daya manusia di
Rumah Sakit, dan lebih
diutamakan pada TNI dari
pada masyarakat diluar
TNI.
2) Kepala rumah sakit yang 0,06 1 0,06
berganti setiap 2 tahun
sekali, juga mempengaruhi
perubahan kebijakan.
B. Sarana dan Prasaranan
(Material/M2)
1) Kurangnya penambahan 0,08 1 0,08
alat dan sarana dari rumah
sakit di setiap ruangan
0,14
2) Perkembangan dunia atau 0,07 2
globalisasi yang
mengharuskan
penggunaan media
elektronik
3) Kurangnya sarana dan 0,08 2 0,16
prasarana rumah sakit
dibandingkan dengan
standar rumah sakit tipe C
C. Metode (M3/Methode)
0,12
1) Kurangnya kesadaran 0,06 2
masyarakat untuk
memeriksakan diri,
terutama di rumah sakit
D. Sumber Keuangan
(Money/M4)
0,16
1) Prosedur pengajuan 0,08 2
anggaran untuk pengadaan
barang membutuhkan
waktu yang cukup lama
untuk memperoleh
persetujuan dari rumah
sakit.
E. Pemasaran Bangsal
(Market/M5)
1) Adanya praktik swasta 0,08 1 0,08
kesehatan yang dapat
melakukan pelayanan
kesehatan selain di rumah
sakit.
Total Skor Threatened=0,87
3.2 Diagram Layang
O
Kuadran IV Kuadran I
Turn Arround Agresif

W +0.49 +0,74
S

Kuadran III Kuadran II


Defensif Defersifikasi

Hasil tersebut menggambarkan posisi strategis Rumah Sakit Baladhika


Husada Jember khususnya ruang perawatan T berdasarkan analisis faktor-faktor
strategis eksternal (EFAS) dan faktor-faktor strategis internal (IFAS) Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember khususnya ruang perawatan T yang dapat dilihat pada
diagram SWOT, di mana posisi Rumah Sakit Baladhika Husada Jember khususnya
ruang perawatan T berada dalam kuadran 1 yang mendukung strategis agresif atau
pertumbuhan tapi masih dalam tahap atau level yang minimal.

3.3 Matriks SWOT dalam Rencana Strategi


Berdasarkan analisis antar komponen, maka dapat ditarik kesimpulan beberapa
langkah yang dapat dibuat untuk melakukan strategi dan pengembangan ruang
perawatan T RS Baladhika Husada Jember yang dilihat dari unsur input, proses, dan
output, yang tergambar seperti matriks SWOT sebagai berikut :
Internal Kekuatan Kelemahan

Eksternal
Peluang Strategi SO Strategi WO
I III
a. Meningkatkan a. Meningkatkan kolaborasi
kesempatan kepada para dari keragaman tenaga
perawat untuk kesehatan diruangan untuk
melanjutkan pendidikan mengurangi beban kerja
yang lebih tinggi untuk perawat ruangan.
menjadikan tenaga b. Meningkatkan pelatihan
keperawatan yang dan peningkatan pendidikan
professional para tenaga kesehatan di
b. Format dokumentasi
ruangan
lengkap mencakup
c. Mengelola kembali
seluruh proses
keuangan RS dalam
keperawatan yang ditulis
pengembangan sarana dan
lengkap di RM dapat
prasarana di tiap ruangan
digunakan secara
perawatan
maksimal dengan
d. Menanamkan visi, misi dan
mensosialisasikan terlebih
falsafah sebagai tujuan
dahulu kepada perawat
pelayanan ruangan T
ruangan sehingga
dengan customer oriented
pemberian asuhan
e. Meningkatkan supervisi
keperawatan dapat
dan evaluasi dua arah baik
dilakukan secara
dari petugas kesehatan dan
maksimal.
juga pasien melalui
c. Dukungan dari rumah
customer servise dan
sakit dan dari persatuan
pertemuan rutin bulanan di
Angkatan Darat serta
ruang T
Negara untuk Membuat
f. Meningkatkan promosi
program pendidikan,
selain pada jejaring namun
pelatihan, studi banding
pada bagian masyarakat
yang dapat semakin
yang menggunakan BPJS
menunjang perkembangan
untuk meningkatkan BOR
ruangan di rumah sakit
d. Terdapatnya tenaga rumah sakit
professional dan dokter
spesialis yang menjadi
peluang Rumah sakit
tersebut untuk dikunjungi
dan menjadi tempat
tujuan pemeriksaan
kesehatan oleh para
anggota TNI
darimanapun.
e. Sentralisasi obat
dilakukan dengan
mengelompokkan obat
sesuai dengan pasien dan
diberikan dengan cara 5T
1W yang dapat menjamin
safety pasien.
f. Adanya tunjangan selain
gaji pokok yang akan
meningkatkan
keanekaragaman petugas
kesehatan dirumah sakit
Ancaman Strategi ST Strategi WT
II IV
a. Menjalin kerjasama lintas a. Memaksimalkan kebijakan
sektoral antara pergantian
b. Terdapat tenaga kesehatan
kepemimpinan untuk
yang professional, tenaga
meningkatkan
keperawatan yang
pengembangan rumah sakit
berpengalaman dan
b. Menggunakan media
dokter spesialis yang
eleltronik untuk
dapat dijadikan daya tarik
meningkatkan jumlah
kepada masarakat untuk
kunjungan pasien BPJS
berobat ke rumah sakit
c. Meningkatkan kualitas mutu
daripada ke klinik swasta
dengan memanajemen
c. Terdapatnya tunjangan
tenaga yang ada untuk
selain diluar gaji pegawai
yang melebihi UMR memaksimalkan tugas
(Remonerasi, tunjangan tenaga kesehatan di ruangan
jasa pelayanan, ULP) T
yang dapat dijadikan daya d. Mengelola keuangan sebaik
tarik untuk perekrutan mungkin untuk
pegawai baru selain meningkatkan mutu di
anggota TNI bagian sarana prasarana
d. Fasilitas ruangan untuk
pasien yang terpenuhi dan
kepuasan pasien yang
dapat dijadikan promosi
kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Djuhaeni, H. 2000. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Tasikmalaya: PERSI


Cabang Jawa Barat.

Fisbach. 1991. Documentating care: The communication, the nursing documentation


standards. Philadelphia: F.A Davis Comp.

Huber, D. (2000). Leadership and Nursing Care Management. 2nd Edition.


Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Kozier. 2004. Fundamental Of Nursing Volume 2. Jakarta: EGC.

Kelly & Heidental, (2004). Essential of Nursing leadership and Management. New
York: Thomson Delmar Learning.

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori dan
Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Handayani. Jakarta. Edisi 4. EGC.

Muninjaya, A.A.G. 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2011. Manajemen Kepearawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Swanburg, Russel.C. & Swanburg, Richard.J. 1999. Introductory Management and


Leadership for Nurses. Second Edition. Canada : Jones and Bartlett
Publisher

Swanburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.


Terjemahan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai