08-3775 Fulltext PDF
08-3775 Fulltext PDF
Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Disusun Oleh :
FATMAH NUR
10080000044
Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
Disusun Oleh:
FATMAH NUR
10080000044
Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunilkasi
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahamanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alam dan Pemberi Rahmat dan Hidayah yang tidak terhingga serta Salawat dan
sebagai pintu ilmu dan Ali A.s sebagai kuncinya serta keluarga dan sahabat yang
Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak dalam Membentuk Perilaku Beribadah Pada
Anak, yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana
banyak kekurangan, namun dengan kerendahan hati, penulis selalu terbuka atas
kritik dan saran guna memperbaiki wawasan dan ilmu pengetahuan penulis
kedepan. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat besar dan kecil bagi
penulis khususnya dan pada pihal lain yang membutuhkan informasi seputar
bantuan lainnya dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan
ii
berjuta terima kasih atas bantuan-bantuan pada penulis. Terima kasih ditujukan
kepada:
1. Yang tercinta umi Syarifah Zainab dan abah Muda Syufatri terima
kasih atas kesempatan, dukungan, doa dan harapan yang tidak putus
Thanks for the laptop nti, mican untuk semua nasehatnya dan menjadi
pendengar yang baik. Jida terima kasih atas jiwa yang penuh inspirasi
4. Yang terhormat ibu Hj. Rini Rinawati Dra., M.si. dan keluarga selaku
5. Yang terhormat ibu Prima Mulyasari S.Sos., M.si. dan keluarga selaku
6. Yang terhormat Ibu Anne Maryani Dra., M.s.i dan Ibu Dede Lilis S.sos
serta Ibu Ike Junita E. S.sos., Msi selaku Ketua Bidang Kajian dan
iii
7. Yang terhormat Bapak Wawang Kuswanto Drs., M.si. , terima kasih
Komunkasi
prosedur menyulitkan
10. Yang terhormat Bapak H. Ir. Abdurahman dan Ibu Zubaidah dan
12. Buat semua sahabat terbaik sepanjang masa, Eldha, Santi (hope u
find ur soulmate), intan, dila, weni, Amel (teman curhat abiz) Ulan
(sorry hon, qta duluan.. nyusul ya!), Iin, Ega, Linda dan Mia.
13. Thanks to semua anak asrama IPMKR cant say one by one key!
14. Seluruh anak kosan di sukaluyu I 57. dian, teh Tanti, Rina, Endah,
Wulan.
iv
memberikan kontribusinya pada hidup tan. Kalian semuanya sangat
menginspirasi.
Semoga Allah Swt membalas bantuan dari semua pihak sebagai amal dan
informasi atas komunikasi persuasi ibu dan anak dalam membentuk perilaku
beribadah pada anak. Dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila kata
Barakaatuh.
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 6
1.5 Kegunaan Penelitian ........................................................... 7
1.6 Fokus Peneliitian ................................................................. 8
1.7 Pengertian Istilah ................................................................. 9
1.8 Kerangka Pemikiran ............................................................ 10
1.9 Metodologi Penelitian ......................................................... 15
1.9.1 Metodologi Penelitian ............................................. 15
1.9.2 Tahapan Penelitian .................................................. 18
1.10 Sasaran Penelitian ............................................................... 20
vi
Antarpribadi .................................................... ....... 31
2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Persuasi................. 31
2.2.2.2 Prinsip-Prinsip Komunikasi Persuasi .......... 34
2.2.2.3 Hambatan Komunikasi Persuasi ........... ...... 37
2.3 Prinsip Etika Komunikasi Dalam Islam .............................. 37
2.3.1 Komunikasi Persuasi Dalam Perspektif Islam . ....... 41
2.4 Hubungan Ibu dan anak dalam Membentuk
Perilaku Beribadah Pada Anak............................................. 43
2.4.1 Tinjauan Tentang Ibu .............................................. 43
2.4.2 Tanggung Jawab dan Peran Ibu Dalam
Membentuk Perilaku Beribadah Pada Anak …. ....... 46
2.4.3 Tinjauan Tentang Anak ........................................... 49
vii
4.3 Seputar Ibadah sholat Fardhu Lima Waktu dan
Aktifitas Membaca Al Quran .............................................. 76
BAB V ANALISIS
5.1 Analisis Proses Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak
Dalam Memberikan Pemahaman Beribadah pada Anak .... 81
5.2. Analisis Upaya Ibu dalam Menyampaikan Pesan Pada
Anak Berdasarkan Pemaknaan Ibu Atas Ibadah ................. 87
5.3. Analisis Tanggapan Anak dalam Memaknai Ibadah
(Sholat 5 waktu dan Belajar Membaca Al Quran)
Melalui Pesan yang Disampaikan Ibu ................................ 93
5.4. Analisis Peneliti atas Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak
dalam Membentuk Perilaku Beribadah pada Anak. ............ 97
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 103
6.2 Saran .................................................................................. 104
viii
DAFTAR TABEL
Simbolik ........................................................................................ 58
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap keluarga dan orang tua memiliki format dan metode tersendiri
dalam mendidik anak-anak mereka. Namun setiap orang tua sepakat bahwa
dalam mendidik anak, kondisi psikologis anak tetap harus terjaga, jangan sampai
secara mental anak menderita dalam mendidik dan membentuk pribadi anak. Ibu
merupakan orang yang paling perduli pada kondisi mental anak. Dan juga ibu
merupakan orang yang paling intens membangun jiwa dan keimanan anak.
akan suatu hal. Maka tindak-tindak alternatif seringkali menjadi senjata akhir
pada bentuk-bentuk ibadah yang biasanya dilakukan orang tuanya. Tentu saja
anak. Sholat dan membaca Al Quran adalah bentuk ibadah awal yang di
perkenalkan orang tua pada anak. Disini orang tua khususnya ibu akan
komunikasi yang dimiliki ibu serta pemahaman ibu akan pentingnya nilai ibadah
itu akan mempengaruhi cara dan metode ibu dalam membentuk perilaku
kewajiban orang tua. Mengapa kemudian ibu menjadi sosok yang memegang
ibu pada anak dan kemampuannya dalam mengerti anak-anaknya. Ibu memiliki
pertentangan pada anak. Selain itu ibu di nilai sebagai orang yang paling dekat
dengan anaknya sejak awal kehamilan. Sehingga, sudah dapat dipastikan bahwa
tugas dan kewajiban ibu dalam membentuk moral dan perilaku anak menjadi
begitu signifikan.
kebiasaan anak dan ibu dalam terus berinteraksi dan berkomunikasi. Selain
ibu akan nilai dan perilaku yang akan ditananamkan pada anak juga sangat
Pemahaman ibu atas seberapa penting ibadah, dan juga pemahaman ibu
pada diri anaknya yang akan memudahkan ibu dalam membentuk perilaku
ibadah, sehingga menjadi bagian dari diri anak. Pemahaman ibu nantinya akan
saling mempengaruhi dengan pemaknaan yang akan timbul antara ibu dan anak.
yang ibu lakukan dan perilaku anak yang dipengaruhi oleh ibu. Melalui interaksi
pemaksaan. Anak di didik dalam lingkungan yang penuh dengan kasih sayang
dan toleransi seyogyanya. Meskipun dalam kenyataan sering kita jumpai hal-hal
yang bertolak belakang. Sikap yang toleran inilah yang kemudian lekat pada
Tentu saja sikap tanpa paksaan ini tidak berarti bahwa orang tua
secara keseluruhan. Sikap toleran yang dimaksud adalah sikap yang menghargai
anak juga pendapat dan keinginan meraka. Dimana dalam mendidik dan
menanamkan nilai-nilai yang penting dilakukan dengan cara yang lebih santun
dan manusiawi.
Hal ini tentu saja tidak serta-merta mengendurkan semangat orang tua
khususnya ibu dalam memasukkan nilai agama dalam diri anak. Sebagian ibu
dapat ditawar, sehingga ibu sejak awal menanamkan nilai bahwa ibadah harus
dilaksanakan dengan alasan yang beraneka ragam. Tentunya disini kita bertemu
pada sebuah problematika dimana seorang ibu menempuh cara-cara atau metoda
tanpa paksaan. Namun pada kenyataannya, anak sering kali menafsirkan ibadah
sebagai kewajiban yang membebankan. Pada titik poin inilah terlihat peran
4
Ada dua metode komunikasi yang lazim digunakan, pertama yaitu metode
komunikasi koersif yang bersifat instruktif dan atau paksaan (Effendy, 2001:45).
beribadah pada anak dengan cepat dan mudah. Karena melibatkan otoritas ibu
yang tentunya selalu dapat dan harus ditaati. Namun pemahaman dan
ibadah yang tidak dilandasi pemahaman yang baik dan kokoh atas ibadah yang
dilakukan. Inilah membuat kurangnya kesadaran dan motivasi atas diri anak itu
sendiri.
beribadah atas dasar pamahamannya dan pemaknaanya pada ibadah itu sendiri,
menyamakan pemahaman dan pemaknaan atas perilaku beribadah antara ibu dan
motivasi dalam diri anak itu, sehingga melaksanakan ibadah khususnya sholat
5
fardhu 5 waktu dan membaca Al Quran. Yang tentu saja dalam umur anak kedua
perilaku beribadah pada anak, di sini akan ditelaah melalui penafsiran dan
perilaku beribadah pada anak dimaknai dengan tepat oleh anak. Kemudian anak
kualitatif.
“Bagaimana proses komunikasi persuasi ibu kepada anak dapat membantu anak
penelitian, yaitu:
bermanfaat tidak hanya bagi peneliti tetapi juga bagi orang lain yang membaca
1. Kegunaan Teoritis
meneliti sebuah fenomena yang serupa atau seputar masalah yang sama.
persuasi.
2. Kegunaan Praktis
melebar dan keluar dari masalah utama yang diangkat oleh peneliti. Selain itu
fokus penelitian juga didesain untuk memberikan arah yang pasti dalam sebuah
peneliltian pada suatu area pengamatan dan penelitian yang lebih spesifik. Yang
mana peneliti menetapkan beberapa hal yang menjadi fokus penelitian, yaitu:
ibadah ritual yang telah diketahui dan dipahami anak usia sekolah dasar.
sholat wajib lima waktu dan aktifitas membaca Al Quran itu sendiri.
Tentu kedua ibadah ini masih dalam tahap belajar bukan pendalaman
dan anak, yang mana usia anak yang belum baligh dan masih duduk di
sekolah dasar. Dan berdasarkan status dan peranan ibu dan anak, maka
merupakan keluarga yang Islami. Jadi paling tidak ibu dan bapaknya
9
telah memahami dan menerapkan syari’at Islam dalam pola asuh anak
satu makna, satu pesan yang dianut secara sama (Mulyana, 2001:41-42).
sendiri (Effendy,1979).
3. Perilaku yaitu tindakan yang jelas dan dapat diamati (Devito, 1997:447).
diartikan sebagai beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt,
karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti khusus, yaitu:
5. Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal
6. Ibadah dalam arti khusus adalah perbuatan yang dilaksanakan dengan tata
Interaksi antara ibu dan anak merupakan interaksi yang kodrati yakni
proses interaksi yang terjadi oleh setiap manusia untuk pertama kalinya yakni
mulai dari dalam kandungan. Dengan demikian interaksi yang terjadi antara ibu
dan anak merupakan sebuah interaksi yang selalu melibatkan emosional dan
kasus ini ibu untuk mengajarkan anaknya segala sesuatu kebaikan dengan budi
pekerti. Seperti dikutip Djamarah (2004:29) hadist yang diriwyatkan oleh Abdur
Razzaq Sa’id bin Mansur yang menuliskan sabda Rasulullah Saw sebagai
berikut:
membentuk perilaku beribadah pada anak. Tentu saja tak terlepas dari kelebihan
Quran. Yang mana dalam proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan ibu
dan anak menggunakan metode persuasi, ibu memberi pengaruh pada anak
yakni bentuk akibat, yang mana komunikasi antar pribadi mempunyai akibat
yang disengaja atau tidak. Yang mengakibatkan suatu hasil yang direncanakan
persuasi itu sendiri maka imbauan atau bujukan merupakan hal yang identik
organisasi pesan, struktur pesan dan imbauan pesan. Dalam proses komunikasi
antar persona yang dilakukan ibu dan anak, organisasi pesan dan struktur pesan
sering kali terabaikan dan kurang dipergunakan dengan baik dan benar.
persuasi ibu dan anak. Ada lima jenis imbauan pesan dalam komunikasi persuasi
antara lain:
12
komunikan.
menguntungkan komunikan.
Teori Self Disclosure atau yang lebih dikenal dengan “Johari Window”
berasumsi bahwa setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa
lain. Dimana dalam teori ini ada empat bingkai, yang setiap bingkainya
keterbukaan dalam berinteraksi. Bingkai kedua, disebut bidang buta yakni orang
lain lebih mengetahui diri kita dibanding diri kita sendiri. Bingkai ketiga adalah
bidang tersembunyi yaitu, dimana kita menyembunyi bagian dari diri kita
sehingga tidak diketahui orang lain. Sementara bingkai keempat disebut bidang
13
tak dikenal yakni suatu sisi dalam diri kita yang tak kita ketahui dan tak juga
berbeda satu dengan lainnya. Sebut saja Blumer dan Mead yang asumsinya atas
interaksi simbolik.
mendefinisikan setiap simbol dalam interaksi yang diteliti. Yang mana menurut
Cooley dalam interaksi simbolik ini ada sebuah teori yakni; aku (I), “daku”
(me), “milikku” (mine), dan “diriku” (myself) atau biasa disebut teori diri
2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak lekat
segala perilaku sosial berdasarkan nilai subjektif pada dirinya. Yang dijelaskan
ibu dan anak dalam komunikasi persuasi mengenai makna dari perilaku
beribadah ataupun pelaksanaan ibadah itu sendiri. Bagaimana ibu dan anak
persuasi tentunya.
dan anak. Dan komunikasi persuasi antara ibu dan anak akan dilihat dan diteliti
produk akhirnya berupa tujuan ibu dalam membentuk perilaku beribadah pada
anaknya
mendapatkan hasil penelitian yang baik dan valid. Atas dasar pertimbangan
merupakan metode yang tepat untuk melihat apakah komunikasi persuasi yang
digunakan oleh ibu dan anak sudah cukup berhasil atau tidak dalam membentuk
makna ibadah.
interaksi simbolik yang dinilai sangat lekat dengan studi komunikasi dan banyak
lagi lainnya.
dengan pertimbangan bahwa perilaku ibu dan anak yang diteliti. Proses
ibadah bagi anak. Sehingga untuk meneliti perilaku beribadah pada ibu dan
anak, terlebih dahulu harus diketahui bagaimana anak dan ibu memaknai ibadah.
dalam mengamati perilaku manusia tidak boleh melihat dari luar tetapi harus
berupaya menangkap makna dan definisi yang dianut pihak yang diamati
bahasa.
interaksi simbolik yang diusung oleh Herbert Blumer. Blumer merupakan yang
kualitatif.
simpatetik. Selain itu juga menurut Blumer peneliti nantinya akan melihat
2. Makna hal-hal itu berasal dari, atau muncul dari, interaksi sosial yang
antara ibu dan anak akan membantu anak memaknai ibadah yakni sholat dan
asumsi Blumer, perilaku sholat dan mengaji pada anak akan terbentuk
perilaku ibadah. Ibu memberikan makna pada ibadah sesuai dengan esensi
ibadah yang dipahami ibu baik secara umum maupun secara khusus, yaitu
kewajiban sebagai seorang islam yang apabila tidak dilakoni akan menimbulkan
konsekuansi baginya, yakni dosa yang akan di-hisab pada hari pembalasan di
penciptanya.
Makna atas ibadah pada anak tentu saja akan sangat berbeda dengan ibu.
Dengan tingkat pemahaman anak atas ibadah dan kewajibanya sebagai seorang
muslim tentu bergantung pada usianya dan pengetahunannya.. Jadi wajar saja
kalau anak memaknai ibadah sebagai bentuk ketaatannya pada orang tua dan
kewajiban sebagai anak untuk mematuhi semua ajakan dan perintah orangtua
khususnya ibu. Selain itu ibadah dapat juga dimaknai anak sebagai beban dan
18
pada ibu dan anak yang terbentuk melalui komunikasi persuasi yang digunakan
ibu sebagai upaya membentuk perilaku ibadah anak akan ditelaah lebih dalam
guna mendapat hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian yang ada.
dengan sasaran penelitian agar peneliti dapat dengan akrab dan leluasa saat
peneliti juga mengumpulkan data-data pribadi sepasang ibu dan anak yang
akan menjadi sasaran penelitian. Antara lain latar belakang pendidikan anak
dan ibu serta status pekejaan ibu dan sebagainya yang dianggap penting dan
2. Tahap Pekerjaan Lapangan yaitu, tahap dimana peneliti terjun langsung dan
anak dan ibu khususnya sholat dan aktifitas belajar membaca Al Quran
pada anak
pertanyaan yang dirasa perlu oleh peneliti. Bentuk dan format dari
Yang mana wawancara ini dilakukan dalam konteks non formal dan
3. Tahap Analisis Data atau dengan istilah lainnya Studi Kepustakaan, yakni
lainnya baik yang bersifat ilmiah ataupun tidak ilmiah yang relevan dan
Guba, menjelaskan penelitian dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga
(Mulyana, 2001:187).
memilih sepasang ibu dan anak sebagai sasaran penelitian yang tentunya
kebutuhan penelitian. Diambilnya sepasang ibu anak sebagai objek atau sasaran
penelitian agar dapat merekam dan mendapatkan data yang berkaitan dengan
penelitian secara lebih spesifik dan detail. Ini sejalan dengan alasan yang
masalah pentingnya ibadah sejak dini. Ibu yang mengerti dan paham esensi
yang dicapai oleh ibu. Kriteria ini di maksudkan untuk mendapatkan sasaran
membesarkan dan mendidik anaknya. Serta pendidikan dan usia anak yang
3. Kedekatan antara ibu dan anak, maksudnya kedekatan antara ibu dan anak
dalam banyak hal terutama pola komunikasi yang baik dan kelancaran
sesuai, akhirnya peneliti menganggap sepasang ibu dan anak di bawah ini layak
Tabel 1.1
Pilihan sasaran penelitian jatuh pada pasangan ibu Zubaidah dan anaknya
Azzahra selain dirasa profil mereka memenuhi kriteria juga pada kesedian
berinteraksi awal dengan keluarga ibu Zubaidah dan anaknya seputar masalah
yang diteliti guna mencocokan fokus penelitian dan kriteria sasaran penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
telah diberi kemampuan berkomunikasi dengan tahapan dan cara yang berbeda-
beda. Inilah sebanya mengapa selama hidup setiap manusia pasti melakukan
dari kata communis yang memiliki arti sama. Sama disini diartikan sebagai
mendefinisikan pengertian komunikasi baik secara luas ataupun dalam arti yang
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan
komunikasi sebagai:
24
tujuan-tujuan tertentu.
1. Menemukan.
Maksud dari menemukan ialah menyangkut penemuan diri (personal
discovery). Pada saat berkomunikasi dengan orang lain, kita belajar
mengenai diri kita sendiri selian juga tentang orang lain.
2. Untuk Berhubungan.
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan
orang lain. Membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita
menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina
dan memelihara hubungan sosial.
3. Untuk Meyakinkan.
Maksud meyakinkan disini dapat dilihat dari kita menghabiskan banyak
waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber
maupun sebgai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita
berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain.
4. Untuk Bermain.
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan
menghibur diri. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita
dirancang untuk menghibur orang lain. Adakalanya hiburan ini merupakan
tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat
perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain
(Devito, 1997:31-32).
selalu dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. Bisa saja keempat tujuan di atas
saling mempengaruhi dan saling mendukung antara tujuan yang satu dengan
tujuan lainnya. Atau keempat tujuan diatas menjadi satu kesatuan dan terjadi
sifat pada dirinya yang kemudian dimanfaatkan untuk lebih mendekatkan diri
komunikan.
Dalam proses komunikasi yang dilakukan ibu dan anak, ketiga efek ini
perubahan perilaku pada anak sebagai klimaks yang diharapkan terjadi sekaligus
salah satu ahli komunikasi yang mengemukan empat fungsi komunikasi yang
1. Komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
2. Komunikasi ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain.
Namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
3. Komunikasi ritual
Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif, melaui acara-acara
ritual tertentu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-
perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus seperti berdoa (sholat),
lebaran adalah komunikasi ritual.
4. Komunikasi instrunmental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, dan keyakinan
dan merubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga menghibur.
Maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif)
(Mulyana,2001:5-30).
1. Komunikator
2. Komunikan
Komunikan ialah orang yang menerima pesan dari komunikator atau sumber
3. Pesan
yang efektif. Para ahli menetapkan unsur-unsur komunikasi lainnya sebagai satu
1. Media
Media merupakan alat dan sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
2. Efek (pengaruh)
Merupakan bentuk dini dari hasil proses komunikasi. Pengaruh atau efek juga
tidak kalah penting dari unsur komunikasi lainnya karena melalui efek
29
komunikasi kita dapat melihat dan mengetahui hasil komunikasi yang kita
lakukan.
3. Umpan Balik
balik terbagi dua jenis , pertama umpan balik secara langsung dan kedua umpan
(Devito,1997:104).
komunikasi yang dilakukan ibu dan anak, dengan maksud dan tujuan yang telah
komunikasi intensif yang dilakukan oleh ibu dan anak, dapat dipastikan bahwa
komunikasi antarpribadi yang memegang peran penting pada hubungan ibu dan
anak, serta menjadi salah satu media pendidikan yang dilakukan ibu pada anak.
yang dilakukan ibu dan anak sudah jelas berada dalam situasi komunikasi
antarpribadi yang dialogis dan tatap muka. Semua unsur atau elemen
komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak ini merupakan unsur dan
baiknya kita ketahui dahulu apa sebenarnya persuasi itu. Jika ditelaah dari asal
Yang mana asal kata persuassion berasal dari bahasa latin persuasio yang
memiliki arti ajakan, himbauan, bujukan atau rayuan. Yang kemudian selalu
juga ahli yang menjelaskan persuasi sebagai kegiatan psikologis dalam usaha
32
1992:2).
Dalam upaya pembentukan perilaku ibadah yang dilakukan oleh ibu pada
ibadah atas keinginan anak sendiri tentu berdasarkan pemahamannya atas ibadah
itu sendiri. Jika didekatkan pada dua definisi diatas maka terlihat jelas bahwa ibu
hati dan suka rela sebagai wujud dari pemahaman anak atas ibadah.
laku seseorang adalah mirip dengan proses pendidikan dan berarti merupakan
maupun uraian para ahli, sehingga sudah sedikit tergambarkan pengertian dari
komunikasi persuasi. Baik para ahli komunikasi maupun bukan ahli komuniaksi
Effendy sebagai:
komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak dengan tujuan terbentuknya
Sesuai dengan definisi di atas, ibu sebagai komunikator akan kerap kali
kognisi anak, yakni pemahaman anak pada makna sholat fardhu lima waktu dan
dengan konsisten. Upaya ibu dalam mempengaruhi dan membentuk perilaku ini
sertakan anaknya.
Namun proses ini jelas tidak mudah karena menyangkut kontribusi ibu
mata anak. Sepaham dengan yang dikutip Jalaludin Rakhmat atas kegiatan
komunikator, yaitu:
Peran penting ibu kembali menjadi perhatian dalam kaitannya memilih metode
penting ibu dalam terus membina akhlak dan aqidah anak. Barangkali kedekatan
dan hubungan emosional antara ibu dan anak merupakan salah satu faktor
1. Prinsip Identifikasi
Kebanyakan orang mengabaikan ide, opini atau sudut pandang sekalipun
diketahuinya. Betul bila hal-hal tersebut mempengaruhi hasrat, rasa,
harapan dan aspirasi pribadinya. Pesan yang disampaikan harus anda
susun dengan memperhatikan kepentingan khalayak.
2. Prinsip Tindakan
Orang jarang menerima gagasan yang terpisah dari tindakan, bila
tindakan yang diambil oleh penganjur ide maupun tindakan yang
diyakini bisa membuktikan kebenaran ide itu, sekalipun sarana tindakan
diberikan, orang cendrung menganggap enteng imbauan untuk
mengerjakannya.
3. Prinsip Familiaritas dan Kepercayaan
Kita hanya menerima ide yang disampai orang yang kita percayai. Orang
yang mempengaruhi kita atau hanya mengambil opini dan sudut pandang
yang disampaikan individu, perusahaan atau lembaga yang kita anggap
terpecaya. Sekalipun pendengar mempercayai pembicara, dia mungkin
tidak mendengar dan mempercayai.
4. Prinsip kejelasan situasi harus jelas bagi kita, tidak membingungkan.
Hal-hal yang diatas, dibaca, atau didengar yang membentuk kesan-kesan
haruslah jelas. Bukan hal memungkin munculnya berbagai interpretasi.
Orang cendrung melihat sesuatu sebagai hitam putih untuk
berkomunikasi, anda harus menggunakan kata-kata, simbol-simbol dan
stereotip-stereotip yang dipahami dan mendapat respon pendengar
(Malik,1994:132-133).
35
Disini ibu sebagai persuader dituntut untuk lebih jeli mengetahui anak
luar dan dalam. Paling tidak pengetahuan ibu tentang anaknya dapat menentukan
pesan persuasi yang dapat dimengerti dengan baik oleh anak. Baik dari
penjelasan verbal maupun dengan peragaan atau hal-hal yang non verbal yang
mampu dicerna dan dipahami dengan baik oleh anak. Tidak mudah mungkin
akan menjelaskan bentuk ibadah yang sifatnya mengikat dan wajib tanpa
tindakan konkrit dari pesan yang disampaikan persuader. Tentu saja disini ibu
akan bertindak sebagai tauladan dan mentor anak dalam membimbing dan
mengajak anak untuk melaksanakan ibadah. Ini tidak sulit, karena ibu yang
diragukan lagi bahwa hubungan ibu dan anak merupakan hubungan yang paling
hakiki dan hubungan kodrati. Jadi kedekatan antara persuader yang diperani oleh
36
dipermasalahkan lagi.
penting bagi persuader agar tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam upaya ibu mempersuasi anaknya agar tekun beribadah tentu
sebuah tujuan dan upaya yang jelas. Hanya saja maksudnya disini kondisi yang
dibangun oleh ibu dalam membujuk anaknya agar selalu beribadah khususnya
sholat dan mengaji harus dapat terlebih dahulu dipahami anak sebagai sesuatu
yang baik. Yang pada akhirnya setiap pesan yang disampaikan ibu dapat
persuasi dapat berupa hambatan atau gangguan yang juga ada pada komunikasi
dikemukan oleh para ahli komunikasi, demikian juga dalam agama Islam yang
mengatur setiap detail umat manusia di muka bumi ini. Islam juga mengenal
prinsip etika dalam berkomunikasi. Ada enam etika prinsip komunikasi yang
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaknya kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai umur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia”. (QS.Al-Israa:23)
Dalam ayat ini, Allah tidah hanya mengingatkan ajaran tauhid tetapi juga
memerintahkan kepada anak agar berbakti dan bertutur kata yang mulia pada
orangnya.
38
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS.An-Nisaa:9)
Perkataan yang benar dan kejujuran sudah pasti diketahui setiap umat
Islam bahwa itu merupakan salah satu identitas Nabi Muhammad Saw sebagai
Rasulullah dan suri tauladan kita muslim dan muslimah.
Artinya:
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiring
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun”. (QS.Al-Baqarah:263)
Artinya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
39
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS.An-
Nisaa:63)
Artinya:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS.Thaahaa:44)
Artinya:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, maka katakanlah pada mereka ucapan yang pantas”. (QS.Al-Israa:28)
menggambarkan betapa Islam memiliki rujukan dan anjuran bagi setiap umatnya
untuk menjaga tutur kata dalam berkomunikasi. Sangat jelas tergambar dan
terpapar di atas bahwa komunikasi yang dilakukan pada siapa pun, baik dalam
40
keluarga antara orang tua dan anak, tapi juga pada orang-orang yang diluar
lingkungan keluarga.
kesenjangan antara kaya dan miskin, tua dan muda serta pintar dan bodoh.
koersif, yang mana komunikasi koersif sendiri diartikan oleh Phillip L. Husanker
dan Anthony J. Alessandra sebagai seni atau cara dalam berkomunikasi yang
dimuka bumi, termasuk dalam hal mempengaruhi orang lain. Banyak tahapan
41
dan cara yang diperkenalkan oleh agama Islam dalam mengajak dan
yang lebih santun dan manusiawi. Berkaitan dengan pesan yang disampaikan,
Artinya:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimah yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan menjulang kelangit. Pohon itu
memberikan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan- perumpamaan itu kepada manusia agar selalu ingat.” (QS.Ibrahim
14:24-25).
Dari kutipan ayat Al Quran di atas, secara eksplisit dapat kita pahami
berkomunikasi. Ini tentu saja menunjukan pada kita bahwa ujar dan tutur kata
yang santun merupakan bagian keimanan kita sebagai umat Islam. Ditambah
lagi dengan sikap dan perilaku Nabi besar kita Muhammad Rasulluah Saw yang
anaknya beribadah, Islam juga menganjurkan pada orang tua khususnya ibu
42
(2004:29) mengutip hadist yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq Sa’id bin
Dalam hadist lainnya yang dikutip Djamarah (2004:29) berasal dari Ibnu
budi pekerti yang baik dan memberikan nama yang baik” (HR.
Bukhari&Muslim).
Pada Anak
bagian dan anggota yang terikat pertalian darah dan bukan. Sebagai institusi,
Terkait pada tanggung jawab dalam kehidupan dan juga keluarga, sebuah
jawab atas sesuatu dalam hidup kita. Terlebih tanggung jawab yang dipegang
oleh orang tua sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga. Hadist yang tercatat
Namun perhatian besar pada hadist di atas diperuntukkan pada tanggung jawab
keluarga khususnya bapak dan ibu. Masih merujuk pada hadist di atas,
diterangkan bahwa seorang istri dan juga ibu memiliki tanggung jawab atas
menyangkut pertanggung jawabannya yang akan di-hisab pada hari akhir nanti.
dan perilaku anaknya, ada baiknya kita telaah sedikit keistimewaan seorang ibu.
Beberapa ayat suci Al Quran menjelaskan betapa ibu sebagai sosok yang
Artinya:
“Kami perintahkan pada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu-
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan
susah payah (pula), mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan……” (QS.Al-Ahqaaf:15)
Ayat suci Al Quran di atas merupakan rujukan bagi semua umat Islam
dalam menyikapi dan memperlakukan orang tua khususnya ibu dalam kehidupan
sehari-hari. Penghargaan yang begitu tinggi atas ibu juga kemuliaan seorang ibu
yang membuat ibu menjadi bagian dari hidup setiap anaknya termasuk di
44
dalamnya peran ibu dalam membentuk setiap perilaku anak khususnya perilaku
beribadah.
Selain ayat suci Al Quran yang tak diragukan keberannya di atas, hadist
sahih yang diakui semua umat Islam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim,
membuat ibu tiga kali lebih diutamakan dari pada ayah. Dimana Rasulullah Saw
menyebutkan ibu sebanyak tiga kali atas pertanyaannya “siapa yang paling
berhak menerima bakti?” setelah tiga kali Rasulullah Saw menyebut ibu, baru
(Hadi,1998:12).
Peran ibu yang komprehensif pada anak tidak berdasarkan atas hal-hal
yang sifatnya kodrati atau lahiriah, tetapi juga pada sifat-sifat utama yang
melekat pada seorang ibu, sifat yang penuh kasih sayang dan perhatian serta
Karena sesungguhnya anak merupakan bagian dari ibunya dan kelembutan ibu
lebih kuat pengaruhnya terhadap anak daripada ayah, (Naurah, 2005:16). Itulah
mengapa kapabilitas ibu dalam banyak hal terutama dalam hal keimanannya
Seorang ibu yang shalihah merupakan bibit unggul yang terdapat dalam
rumah karena dialah orang yang lebih banyak berinteraksi dengan anak-anaknya
(Naurah, 2005:16). Kelembutan seorang ibu biasanya akan terwujud dalam tata
cara ibu menanamkan nilai dan membentuk perilaku anak. Sikap yang toleransi
dan perlakuan lemah lembut dan kasih sayang penuh selalu hadir dalam setiap
pada anak.
Beribadah Anak
pukullah jika ia tidak shalat pada usia 10 tahun, dan pisahkan tempat
khusus bagi para orang tua untuk tekun dan mengerahkan energi penuh untuk
kurang lebih 3 tahun untuk mengajarkan dan membentuk perilaku sholat pada
menjadi prioritas dalam mendidik anak khususnya. Seperti yang selalu diserukan
oleh Islam pada setiap orang, khususnya keluarga dalam mendidik anak untuk
melakukan kebaikan yang akan tercermin dari perilaku orang tua dalam
mendidik anaknya. Orang tua lah yang memegang tanggung jawab atas semua
pendidikan sholat dan perbuatan kebaikan lainnya, seperti pada kutipan ayat Al
Quran ini yang mempertegas perintah sholat yang harus diterapkan pada anak,
Artinya:
“Hai anakku, dirikan sholat dan suruhlah (manusia mengerjakan yang baik) dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah Swt)” (QS. Luqman:17).
pegang oleh orang tua. Sebab itulah ibu khususnya disini sudah sejak awal harus
menerapkan aktivitas membaca Al Quran sebagai ibadah rutin yang sama hal
dilaksanakan anak dengan atau tanpa dorongan dari ibu. Akan lebih baik lagi
sendiri. Itu sebabnya anak perlu mengetahui bahwa paling tidak membaca Al
Quran merupakan keharusan bagi umat Islam, lebih baik lagi jika hafal dan
Artinya:
“kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan paranya: petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
(QS.al-Baqarah:2)
Artinya:
“kami turunkan kepadamu Alkitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS.an-
Nahl:89)
47
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab (Al Qu’an) dan dirikanlah
sholat” (QS.al-Ankabuut:45.)
Quran memang selayaknya di mulai dari keluarga, apabila kedua orang tua
pemahaman akan pentingnya Al Quran tetap berada pada peran orang tua
khususnya ibu. Sebuah tanggung jawab dunia dan akherat yang terletak di
orang tuanya. Pada anak juga di berikan jalan-jalan untuk mendatangkan pahala
yang banyak dan juga dosa yang banyak. Tanggung jawab ini lah yang
48
kemudian membuat orang tua ekstra hati-hati dalam mendidik dan membentuk
kepribadian anak.
partisipasinya dalam menentukan sebuah pilihan. Tentu saja sesuai dengan porsi
anak yang belum dapat dengan baik berfikir mana yang baik dan mana yang
benar. Perkembangan jiwa dan kepribadian anak bergantung pada peran orang
tua dan anggota keluarga lainnya. Seperti yang disampaikan Dra. Kartini
Dari uraian pendapat ahli psikologis di atas memaksa orang tua harus jeli
dan teliti dalam membesarkan anak-anak mereka. Termasuk pada pola asuh dan
pola komunikasi yang diterapkan orang tua. Seperti dikatakan di atas, bahwa
tingkah laku orang tua memberi pengaruh pada perkembangan anak. Termasuk
pada anak. Seperti yang disampail Amirul Mu’minin Sayyidina Ali bin Abi
Thalib:
Orang tua yang telah memikul begitu banyak tanggung jawab dan
peranannya pada anak, harus didukung kesadaran dan kewajiban anak pada
orang tuanya. Bahwa berlaku baik dan mematuhi orang tua merupakan sedikit
kewajiban anak pada orang tuanya. Selaku anak yang masih dalam tanggung
jawab orang tuanya, seorang anak memiliki kewajiban yang mutlak untuk
menghormati, mencintai serta berbakti pada orang tuanya, khususnya ibu disini.
perintah atau memenuhi keinginan ibunya. Kewajiban anak yang masih dalam
usia sekolah dasar memang masih seputar hormat dan patuh pada ibunya.
Namun kepatuhan dan rasa hormat anak merupakan sebuah tanggung jawab
besar bagi seorang anak karena harus mengikuti segala perintah dan keinginan
orang tuanya yang belum tentu sesuai dengan keinginan anak. Kewajiban anak
ini harus dibarengi dengan peranan dan tanggung jawab ibu yang penuh pula.
Sehingga kelak akhlak dan perilaku beribadah anak menjadikan ciri dari
agar mencapai tujuan yang relatif berhasil dalam berbagai aspek. Perhatian dan
usaha penuh pada proses pendidikan anak khususnya pendidikan agama dan
moralnya sebagai bekal kepribadian yang kuat saat dewasa merupakan tugas
orang tua khususnya ibu. Seperti puisi yang kerap dikutip oleh para penulis buku
pendidikan anak baik secara mental, spiritual dan tingkah laku anak. Puisi
berjudul Children Learn What They Live hasil karya Dorothy Law Nolte, yang
berbunyi:
50
membentuk perilaku anak ini juga dimaksukkan untuk membantu anak belajar
dengan sebuah iklim demokrasi dalam keluarga dan memberikan pelajaran pada
anak untuk tidak memaksakan kehedak dalam mencapai tujuan yang ia inginkan.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
menyatukan objek, data, serta peneliti dalam sebuah penelitian, sehingga pada
akhirnya menemukan hasil yang tentunya valid dan bermanfaat. Lebih tepatnya
disebutkan Bogdan dan Taylor (1975) bahwa metodologi sebagai proses, prinsip
dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban
maka peneliti harus cermat dalam memilih dan menggunakan metode penelitian.
2004)
naturalistik, yang mampu melukiskan secara sistematik fakta yang ada secara
Pendirian kualitatif mengakui adanya “dunia luar” akan tetapi itu tidak dapat
dikenal sepenuhnya secara mutlak. Ia melihat dunia itu dari segi pandangannya,
52
atau bisa dari segi pandangan respondennya dan pandangan itu mungkin sekali
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Bogdan dan
Taylor dalam Moleong, 2004). Untuk mengkaji lebih dalam terhadap istilah
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Yin, 2003:5). Oleh karena itu,
atau mata-mata, penjelajah atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan yaitu
berikut:
1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”, peneliti
terjadinya sesuatu.
tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya akan tetapi
segi pendiriannya.
11. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.
54
12. Sampling yang purposif, sampel biasanya sedikit atau dipilih menurut
melakukan observasi.
akan tetapi dipilih sesuai dengan yang ditemui nantinya di lapangan dan akan
manfaatnya yang dinilai oleh peneliti mewakili harapan dan keinginan peneliti
dalam penelitian ini. Yang mana manfaat-manfaat yang ada dalam penelitian
prosesnya.
kualitatif dianggap sangat cocok dan memenuhi kriteria dalam penelitian yang
dilakukan peneliti dalam melihat beberapa peran dan proses komunikasi persuasi
beribadah pada anak, sehingga anak melaksanakan ibadah atas keinginannya dan
kesadarannya sendiri.
interaksi simbolik yang dinilai sangat lekat dengan studi komunikasi dan banyak
ibu dan anak dalam membentuk perilaku anak dalam beribadah, karena dilandasi
oleh esensi dari interaksi simbolik itu sendiri yaitu suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang
komunikasi persuasi ibu dan anak dalam membentuk perilaku beribadah anak
melalui kacamata atau sudut pandang interaksi simbolik. Yang mana ahli
interaksi simbolik George Herbert Mead menyebutkan bahwa inti dari teori
mengamati perilaku manusia tidak boleh melihat dari luar tetapi harus berupaya
(Mulyana,2002:75).
dibawah ini:
2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak lekat
hanya dibangun oleh ide-ide atau asumsi-asumsi dasar di atas, tetapi penelitian
ini juga dilatarbelakangi oleh dua paradigma yang berbeda yaitu dari paradigma
57
paling sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Herbert Blumer yang berasal
Tabel di bawah ialah kutipan Ritzer (1992) dan Bryman (1988) yang
oleh Blumer dengan Manfrod H. Kuhn yang termasuk pada Mazhab Iowa, yang
Table 3.1
menetukan arah penelitian dan aspek dasar yang ingin diteliti oleh peneliti.
b. Makna hal-hal itu berasal dari, atau muncul dari, interaksi sosial yang
asumsi di atas dan pada tabel di atas, maka mendorong peneliti melakukan
Sehingga peneliti memandang perilaku pada ibu Zubaidah dan adik Azzahra
pemahaman atau makna sholat dan mengaji itu akan dilihat oleh anak
berdasarkan pada interaksi sosialnya. Di sini interaksi sosial lebih sempit karena
keluarga terutama ibu akan menjadi landasan anak dalam menemukan makna
ibadah. Sehingga penting dilihat di sini sejauh mana ibu memberikan contoh-
anak setelah anak cukup melihat seputar ibadah yang dijumpai. Yang pada
kepentingan ibadah pada dirinya. Hal ini akan berperan penting dikemudian hari
pada saat anak akan melaksanakan ibadah sholat dan mengaji. Bagaimana ia
kebutuhan atau hanya sekedar pemenuhan kepatuhan anak pada ibu dan yang
kemungkinan lainnya.
dianut oleh Blumer, membantu peneliti melihat bagaimana ibadah dimaknai oleh
berdasarkan makna yang ada pada anak dapat membentuk perilaku ibadah yang
konsisten.
61
Makna ibadah yang ada pada anak akan berpengaruh pada perilaku
ia memandang sesuatu. Jadi apabila anak memandang bahwa sholat dan mengaji
sebuah kewajiban yang harus dijalani dengan atau tanpa alasan yang jelas, maka
anak akan melaksanakan sholat dan mengaji berdasarkan pandangan atau makna
membentuk perilaku beribadah anak, pemahaman ibu dan makna yang ada pada
ibu atas ibadah sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan proses
komunikasi persuasi.
Apa yang dilakukan ibu dalam membentuk perilaku sholat dan mengaji
merupakan refleksi dari pemikiran ibu atas sholat dan mengaji baik sebagai
murni ibadah yang harus dilakukan individual ataupun juga sebagai tanggung
jawabnya dalam menanamkan nilai ibadah juga perilaku ibadah pada anaknya.
1. Tahap Pra-lapangan
ini ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum terlibat banyak
pasangan ibu dan anak yang dikenal peneliti. Yang mana kriteria dari
pasangan ibu dan anak yang dijadikan sebagai objek penelitian antara
lain; berasal dari keluarga yang Islami sehingga ibu paling tidak
pendidikan formal ibu yang sampai pada pendidikan tinggi yang akan
penelitian.
objek penelitian.
situasi dan suasana yang kekeluargaan dengan ibu Zubaidah dan adik
peneliti dapat mengamati dan bertanya dengan pasangan ibu dan anak.
Dalam tahap ini lah peneliti dengan intensif mendapatkan data-data dari
pasangan ibu dan anak melalui keseharian mereka dalam beribadah dan
penelitian.
melebar dan keluar dari masalah utama yang diangkat oleh peneliti. Selain itu
fokus penelitian juga di desain untuk memberikan arah yang pasti dalam sebuah
peneliltian pada suatu area pengamatan dan penelitian yang lebih spesifik. Yang
mana peneliti menetapkan beberapa hal yang menjadi fokus penelitian, yaitu:
ibadah ritual yang telah diketahui dan dipahami anak usia sekolah dasar.
Spesifiknya ialah sholat wajib lima waktu dan aktifitas belajar membaca
sholat wajib lima waktu dan aktifitas belajar membaca Al Quran. Tentu
kedua ibadah ini masih dalam tahap belajar bukan pendalaman ataupun
dalam usia belum baligh dan masih duduk di sekolah dasar maka
syar’i.
antara ibu dan anak, dan merupakan komunikasi persuasi yang sifatnya
kontinyu. Dan berdasarkan status dan peranan ibu dan anak, maka
merupakan keluarga yang Islami. Jadi paling tidak ibu dan bapaknya
telah memahami dan menerapkan syari’at Islam dalam pola asuh anak
3.5.1 Wawancara
ingin diteliti.
perlu oleh peneliti. Bentuk dan format dari wawancara mendalam ini tidak
terstruktur dan informal guna mendapatkan data yang valid dan detail.
sebuah daftar pertanyaan. Namun peneliti juga akan mencatat setiap pertanyaan
yang berkaitan dengan masalah diluar dari pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya.
3.5.2 Observasi
dilakukan ibu dan anak dalam upaya membentuk perilaku beribadah pada
diteliti. Observasi dilakukan dengan mencatat waktu dan kegiatan ibu dan
dalam kurun waktu selama penelitian, yakni dari bulan Juni – Oktober 2005.
67
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari informan atau objek
terdahulu.
68
BAB IV
OBJEK PENELITIAN
dipilih dan ditentukan oleh peneliti sesuai kebutuhan. Ini dilakukan atas dasar
fenomena secara mendalam peneliti memilih sepasang ibu dan anak yang sesuai
diteliti.
Melalui kriteria yang ditetapkan inilah kemudian peneliti mulai mencari dan
keharusan dalam penelitian, yang apabila tidak dipenuhi akan membuat hasil
ibu dan anak ini berguna dalam menjaring pasangan penelitian yang tepat dan
sesuai dengan masalah yang diteliti yang tertera dalam fokus penelitian. Adapun
masalah pentingnya ibadah sejak dini. Ibu yang mengerti dan paham
pendidikan dan usia anak yang dianggap dapat mengerti dan mampu
3. Kedekatan antara ibu dan anak, maksudnya kedekatan antara ibu dan
anak dalam banyak hal terutama pola komunikasi yang baik dan
Sebelumnya ada beberapa calon pasangan ibu dan anak yang ditemui
pasangan ibu Zubaidah dan anaknya Syarifah Azzahra sebagai pasangan ibu dan
70
anak yang menjadi objek penelitian. Karena pasangan ini menurut paling
kelebihan lainnya pada pasangan ini. Seperti kondisi keluarga yang dinilai
berkecukupan.
4.2 Seputar Keluarga Ibu Zubaidah dan Anaknya Sebagai Pasangan Objek
Penelitian
cerminan format keluarga ideal Indonesia. Dimana satu keluarga terdiri dari
ayah, ibu dan 2 orang anak. Ibu Zubaidah berusia 46 tahun dengan pendidikan
terakhir sebagai Sarjana muda (D3) dan suaminya Bapak Ir. H. Said
Tanjungpinang, dan pindah ke kota Bandung tahun 1993 bertempat tinggal di Jl.
domestik serta haji dan umroh. Mereka memiliki dua orang anak, anak
3 SMP. Dan anak keduanya berumur 10 tahun bernama Syarifah Azzahra yang
tercermin pada kepala keluarga yakni ayah. Keluarga Islami dapat dikatakan
saja anggota keluarga wanita yang menggunakan jilbab. Selain itu keluarga
Islami yang dapat dipandang dengan kasat mata terbukti dari peran ibu atau ayah
dalam keluarga dalam menegakkan nafas Islami pada anak-anak. Sebut saja
sosok bapak yang menjadi tokoh masyarakat di daerah Sukaluyu. Beliau seorang
pak Haji yang menjadi kepala Rw dan menjadi imam masjid setempat. Serta
biasa memberikan kutbah-kutbah baik kutbah jumat atau lainnya pada masyrakat
bagi masyarakat sekitar, kerabat dan siapa saja yang meminta nasehat spiritual
menjadi ibu rumah tangga, beliau juga aktif dalam pengajian ibu-ibu setempat.
Pasangan suami istri ini menjadi panutan masyarakat setempat karena meski
relatif muda mampu menunjukkan eksistensi yang sangat besar dalam memberi
kontribusi pada masyarakat sekitar baik dalam bentuk kehidupan sosial dan juga
kehidupan beragama.
72
baik menyangkut materi penelitian dan juga seputar ilmu agama Islam, secara
subjektif. Seperti tingkat pengetahuan agama pasangan suami istri terutama ilmu
agama suami yang sangat baik. Juga penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan
terlihat dari keseharian kedua anaknya yang nyaris sepi masalah kenakalan
remaja atau anak. Tentu saja penilain ini melalui pengamatan peneliti dan hasil
yang sangat wajar. Komunikasi antara anggota keluarga juga terjalin wajar serta
mencerna pesan dengan baik. Intonasi, nada suara serta perkataan yang
digunakan semuannya berada pada kondisi dan batas normal dan kewajaran.
dan anak bungsunya yaitu dalam membentuk perilaku sholat anak dan rutinitas
berkomunikasi khususnya antara ibu dan anak merupakan salah satu alasan
mengapa kemudian peneliti memilih keluarga ini. Ibu selain membantu suami
adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus semua kebutuhan keluarga.
Ditambanh keluarga ibu Zubaidah tidak memiliki pekerja rumah tangga (PRT)
Terutama komunikasi yang terjalin antara ibu dan anaknya berlangsung mulus
umat Islam. Seperti ibadah sholat, puasa, mengaji, patuh pada orang tua, dan
pengetahuan Islam lainnya seperti sejarah para Rasul. Selain hal-hal yang
juga dimulai dengan hal-hal yang selalu diamalkan dalam keluarga. Seperti
ibu Zubaidah selain diterima dari pelajaran sekolah, ditambahkan oleh ibu
pendidikan agama anak-anak mereka akan lebih kokoh dan kuat bila
namun juga dengan menjadi contoh pada anak-anak mereka. Perilaku yang akan
menurut ibu Zubaidah tidaklah begitu sulit dalam memberikan dan menerapkan
Zubaidah yang mengatakan bahwa pendidkan agama harus sudah dimulai dari
sejauh ini.
75
4.3 Seputar Ibadah sholat Fardhu Lima Waktu dan Aktifitas Membaca
Al Quran
diteliti. Yang mana ibadah sholat dan aktifitas membaca Al Quran merupakan
wajibnya kedua ibadah tersebut yang tercantum dalam ayat suci Al Quran, dari
Kata ibadah merupakan kata yang tidak asing bagi semua orang.
Sang Khalik. Sebelum menjelaskan pengertian ibadah, ada baiknya kita tinjau
asal kata ibadah. Ibadah berasal dari bahasa Al Quran yakni Al abdiyah, Al
ubudiyaah dan menyampaikan arti taat dan tunduk (Hasanah,2002:24). Dari asal
kata ibadah inilah kemudian secara lebih jauh ibadah yang berawal dari taat dan
berawal pada pemahaman dan motivasi setiap individu, bisa saja terdapat
kesamaan, namun banyak juga terdapat perbedaan pada setiap individu. Ada
baiknya kita merujuk pada kitab suci Al Quran, dalam memberikan seruan
76
beribadah seperti ayat dibawah ini yang menyebut betapa pentingnya mencintai
Allah Swt. :
Artinya:
“Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak saudara-saudara, istri-istri kamu dan
keluarga kamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kamu
khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, ialah
yang lebih kamu cinta dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihatlah dijalan-Nya,
maka tunggulah sampai aku mendatangkan keputusan…”. (QS.At-Taubah:24).
Ketiga ayat suci Al Quran secara eksplisit juga implisit menyerukan bagi
setiap umat Islam untuk tunduk menyembah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
sana juga terdapat ayat yang menyerukan untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya.
bahwa ibadah terbagi atas 2 unsur, seperti yang dikemukan Nur Hasanah, yaitu:
memperluas lagi elemen dalam ibadah. Selain kedua unsur di atas, diyakini
dalam ibadah selain ketaatan dan rasa cinta, juga di penuhi dengan keikhlasan
Sholat merupakan salah satu ibadah yang paling utama yang harus
dilaksanakan oleh umat Islam. Pelaksanaan sholat mencakup juga pada Taharah,
karena dalam sholat terdapat syarat dan rukun sah sholat yang mewajibkan
Pengertian sholat menurut istilah syara’ ialah ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri
Sementara itu ada juga yang lainnya memberikan pengertian sholat yang kurang
(Hasanah, 2002:210).
Sebagai mana telah diketahui bahwa sholat merupakan ibadah yang juga
menjadi identitas Islam seperti terkandung dalam rukun Islam, maka perintah
untuk mendirikan sholat banyak sekali dijumpai dalam kitab suci Al Quran. Di
bawah ini sejumlah perintah sholat yang terkandung dalam ayat-ayat Al Quran,
antara lain:
Artinya:
Artinya:
“sesungguhanya Aku ini adalah Allah dan tidak ada Tuhan (yang hak)
selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk
mengingat-Ku” (QS. Thaha:14)
Artinya:
diserukan dalam berbagai situasi dan kondisi. Perintah sholat selalu hadir dalam
banyak seruan kebajikan. Ini menandakan bahwa setiap amal shaleh yang
Itulah sebabnya keyakinan dan pelaksanaan sholat sudah harus ada pada
setiap umat Islam sejak dini. Tak mengherankan kalau sholat seharusnya sudah
menjadi ciri dan kepribadian umat Islam. Berdasarkan atas ini lah kemudian
sholat harus mulai diterapkan sejak kecil, terutama pada sholat-sholat wajib
Al Quran sudah diketahui secara pasti pegangan, ilmu dan hukum yang
mengatur umat Islam selain sunah. Al Quran yang memiliki 114 surah dan 6236
79
ayat, selain dikenal sebagai kitabullah yaitu kitab Allah dan mukjizat Nabi
Al Quran ialah:
selain merupakan ibadah juga sebagai kewajiban dan jati diri bagi umat Islam.
Sebabnya untuk memperkenalkan agama iIslam pada siapa saja Al Quran akan
maju lebih dahulu sebagai pengantar dan pegangan umat Islam, tidak terkecuali
pada anak-anak.
80
BAB V
ANALISIS
Apabila kita kaitkan komunikasi persuasi ibu dan anak dengan definisi
Effendy (1981:103), maka proses komunikasi persuasi ibu dan anak diartikan
anak sebagai penerima, dengan sengaja dilakukan untuk mengubah sikap atau
kegiatan seperti yang diinginkan komunikator yaitu ibu. Namun definisi dari ahli
tidak memaksa, tidak memberikan sanksi, membujuk secara verbal dan non
verbal melalui nasehat dan memberikan contoh bersikap dan berperilaku. Secara
Zubaidah, namun pada dasarnya dan pada intinya komunikasi persuasi tetap
sholat dan mulai memperkenalkan mengaji pada Azzahra. Kemudian proses ini
berjalan dengan sendirinya, seperti mulai dengan bacaan sholat dan aktivitas
rutin belajar membaca Al Quran sampai kemudian meminta anaknya untuk terus
memotivasi anak dengan memberikan contoh yang baik dan nasehat-nasehat. Ini
dilakukan ibu Zubaidah karena ia merasa yakin bahwa dalam mendidik anak,
dengan cara yang santun dan lemah lembut. Seperti yang tercantum pada ayat Al
Artinya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS.An-
Nisaa:63)
82
mengajak anak beribadah dengan cara yang santun dan lembut, maka ibu
Zubaidah merasa bahwa bentuk paksaan belum diperlukan atau bahkan tidak
diperlukan. Ditambah dengan prinsip Islami yang dijunjung tinggi ibu Zubaidah
bahwa perintah beribadah dapat dilakukan dengan cara yang santun seperti yang
1. Prinsip identifikasi
2. Prinsip tindakan
observasi, yang dilakukan ibu Zubaidah tidak jauh berbeda dari beberapa
prinsip komunikasi di atas. Sebut saja prinsip identifikasi yang mengarah pada
proses identifikasi yang dilakukan oleh anak. Dengan melihat sikap dan
identifikasi, dengan melihat tata cara ibunya sholat atau dengan mendengarkan
mengajak anaknya ikut serta. Ke-ikut sertaan Azzahra yakni dengan meneruskan
pelajaran mengajinya.
83
Prinsip identifikasi ini merupakan salah satu metode persuasi non verbal
paling ampuh yang dinila olehi ibu Zubaidah. Menurutnya menjadi contoh atau
tauladan bagi anak-anaknya adalah upaya persuasi non verbal paling efektif
dalam membentuk perilaku sholat dan mengaji pada anaknya selama ini. Anak
akan dapat memahami dan memaknai sholat sebagai bagian terpenting dalam
hidup ibunya sehingga hal itu pun akan menjadi penting pada pada dirinya.
nasehat atau penjelasan ibunya akan sholat tidak sekedar retorika semata. Anak
dapat melihat dengan tindakan ibunya yang dengan selalu memberikan contoh
bahwa selaku umat Islam tidak boleh meninggalkan sholat terkecuali pada
ibu dan anak merupakan sebuah naluri yang sudah ada sejak dalam kandungan,
persuasi yang dilakukan ibu Zubaidah dan Adik Azzahra. Namun dalam proses
komunikasi persuasi yang dilakukan ibu dan anak, khususunya adik Azzahra
84
akan mulai memahami sholat sebagai sesuatu yang penting dilaksanakan melalui
interaksi dan komunikasinya dengan ibunya seta anggota keluarga yang lain.
Azzahra mulai memaknai ibadah. Interaksi dan juga komunikasi persuasi yang
dilakukan ibu dalam membantu anaknya memahami makna sholat dan mengaji
akan mempengaruhi perilaku beribadah pada anak. Makna sesuatu itu akan
diterima adik Azzahra salah satunya melalui proses komunikasi persuasi dengan
seputar ibadah serta hukum sholat dan mengaji atau pun melalui contoh perilaku
mengaku memaknai ibadah sebagai hal yang wajib dan akan berdosa apabila
dosa dan konsekuensi dosa yang diketahuinya masih sangat sedikit. Sehingga
berdosa merupakan hal yang buruk dan akan masuk neraka apabila berdosa.
Akan tetapi hal ini masih sebatas pengetahuan saja. Sehingga esensi dan
anak, sudah mampu membentuk perilaku beribadah pada anak. Dari sekian
85
banyak hal yang membuat seseorang memberikan makna atau definisi terhadap
makna pada sesuatu. Sebut saja Azzahra akan memberikan makna pada sholat
dan mengaji yang salah satunya ditentukan dari interaksi yang ia lakukan,
interaksi sosialnya atau dalam skala yang lebih kecil interaksi dengan
keluarganya. Atau lebih khususnya lagi yaitu interaksi pribadi dengan ibunya.
dibentuk bersama ibunya. Seperti yang dikemukan oleh Stewart L. Tubbs dan
Sylvia Moss bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua
selama ini dijumpai saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan ibunya. Juga
beribadah.
melalui pesan-pesan persuasi yang diberikan ibunya. Atau pun melalui perilaku-
memaknai sholat dan mengaji melalui proses komunikasi persuasi antara dia dan
ibunya.
86
serta memotivasi anak, ibu juga menggunakan metode lain yakni memberikan
contoh perilaku beribadah sehari-hari agar lebih nyata dan mudah dipahami anak
merupakan ibadah ritual sehari-hari yang paling awal yang harus dilaksanakan
akan wajibnya sholat dalam hidup umat Islam, maka ibu Zubaidah memilih
menanamkan nilai dan pengetahuan yang kuat pada anaknya sebelum nanti
ibadah sholat dan mengaji akan mengecilkan dan mempersempit nilai ibadah di
mata anak-anak. Jadi melalui pemahamannya akan sholat dan makna sholat yang
telah diketahuinya, ibu Zubaidah yakin bahwa metode ini akan berhasil jika niat
memarahinya dengan kata-kata yang berupa nasehat, yang pada akhirnya ibu
Zubaidah akan menjelaskan nilai sholat dan hukum sholat serta kebaikan dan
Namun diyakini oleh keduanya yakni ibu dan anak ini bahwa tidak ada
sanksi sejauh ini yang menyertai marahnya 3 ibu Zubaidah saat anaknya tidak
sholat. Juga tidak menggunakan bentakan, teriakan atau kata-kata kasar dalam
pukullah jika ia tidak shalat pada usia 10 tahun, dan pisahkan tempat
beribadah pada anaknya, selanjutnya yang perlu diketahui di sini bagaimana ibu
memaknai ibadah itu sendiri. Hal ini erat kaitannya pada proses komunikasi ibu
dan anak dalam membentuk perilaku beribadah pada anak, karena ibu selaku
Sholat dan mengaji yang dimaknai ibu Zubaidah diakuinya sama seperti
pada umumnya yakni sebagai perintah Allah Swt. yang wajib dilaksanakan.
menduduki ibadah urutan pertama bagi umat islam. Makna itulah yang
kemudian coba ditransfer oleh ibu Zubaidah pada anaknya Azzahra melalui
anaknya dan pemahaman anaknya atas sholat dan membaca Al Quran. Hal ini
lah yang kemudian membuatnya lebih toleran terhadap pelaksanaan ibadah pada
anaknya Azzahra.
anaknya masih sebatas proses pelajaran dan membentuk perilaku, belum masuk
pada bentuk ibadah yang sesungguhnya yaitu ibadah yang secara sah telah
Hal ini karena ibu memandang ibadah pada anaknya masih tahap
Karena Azzahra masih dalam status belum baligh, sehingga begitu banyak
toleransi yang diberikan. Dan proses komunikasi persuasi yang menurut Onong
atas kehendaknya sendiri. Masih dinilai layak menjadi metode komunikasi yang
Menurut ibu Zubaidah ibadah ialah kewajiban individu bagi setiap umat
islam. Namun apabila dikaitkan dengan peran dan tanggung jawabnya sebagai
ibu, maka sholat dan mengaji dipandang sebagai hal yang paling utama yang
harus diajarkan pada anak sejak dini. Pendapat ibu Zubaidah ini di dukung
paksaan.
beribadah pada anak dengan paksaan akan mengecilkan nilai dan makna ibadah,
sehingga menurutnya lagi akan lebih baik apabila memberikan kesempatan bagi
anak untuk memaknai sholat dan mengaji tanpa adanya unsur pemaksaan
sehingga akan memberatkan atau membebaninya untuk sholat dan mengaji, pada
melalui cara yang demkian, selain membentuk perilaku beribadah pada anaknya,
ia secara tidak langsung mendidik dan memberikan contoh pada anaknya akan
etika dalam berkomunikasi, khususnya dalam bertutur kata. Yang mana keenam
114).
Enam etika dalam bertutur kata di atas, seharusnya dikenal dan diaplikasi
oleh setiap umat Islam karena keenamnya secara implisit dan ekspilisit terdapat
dalam ayat-ayat suci Al Quran, dimana di bab sebelumnya dalam skripsi ini
telah dijelaskan.
persuasif maka berdasarkan hasil observasi dijumpai beberapa hal yang sesuai
mengaji seperti cara baca, bunyi yang keluaran dari salah satu huruf saat
mengaji dan beberapa hal lainnya dengan beberapa perkataan yang lembut.
Lain lagi yang diakui ibu Zubaidah saat diwawancara yang menyatakan
mengguna kata-kata yang ia nilai pantas dan di dimengerti anaknya. Juga pada
yang efektif.
dan mengaji pada anaknya sejauh ini, menurutnya masih belum sempurna
akan tetap mendidik dan membentuk perilaku beribadah anaknya dengan cara-
makna ibadah yang ada pada anak. Ditambah dalam belajar mengaji anak belum
disiplin setiap hari melakukannya. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari
upaya ibu yang diakui ibu Zubaidah belum maksimal. Upaya ibu juga belum
maksimal dalam menegakkan sholat yang sempurna pada anak yang sejauh ini
masih belum menghafal semua bacaan wajib sholat. Hal ini dikarenakan
toleransi ibu pada anaknya sebagai bentuk kekurangan dari komunikasi persuasi.
Ibu
berdasarkan sudut pandang subjek yang diteliti membuat kita perlu melihat
92
selama ini berdasarkan bagaimana ia memandang sholat dan mengaji itu sendiri.
Statusnya sebagai anak mewajibkannya akan banyak hal terhadap ibunya, salah
satunya yang paling penting ialah kepatuhannya pada ibunya. Hal ini juga
namun hal ini tidak serta merta mampu membuatnya melaksanakan sholat dan
ibunya akan wajibnya sholat dan mengaji, ada situasi-situasi tertentu yang
apa yang sedang dilakukannya, Azzahra juga secara sadar atau tidak disadarinya
perintah agama atau pun kewajibannya sebagai seorang anak yang akan
saat meninggalkan sholat membuat ia tidak hanya memaknai sholat dan mengaji
Pesan yang disampaikan ibunya dapat saja dimaknai sebagai pelajaran dan
juga imabauan halus atau pun perintah baginya untuk melaksanakan sholat dan
mengaji yang ada diri Azzahra diinterpretasikan sebagai sebuah kewajiban umat
islam seperti yang selalu dikatakan ibunya dan juga yang selalu dilihatnya dari
perilaku beribadah orang tuanya dan kakaknya. Selain itu sholat juga
Makna sholat dan mengaji yang masih begitu sederhana tanpa rasa takut
akan dosa yang menjanjikan siksaan dikemudian hari, juga memaknai sholat
bukan sebagai kebutuhan yang dirasakan sebagian besar umat islam yang sudah
lebih dewasa dan paham esensi sholat sebagai perintah Allah Swt yang paling
Diakui oleh Azzahra bahwa dia masih sering meninggalkan sholat saat
ia akan tetap sholat, meskipun sering kali meninggalkan sholat subuh. Dan
melewati jauh dari waktu masuknya isya’ karena menonton TV sampai akhirnya
ia mengantuk.
Azzahra memahami sholat sebagai hal yang wajib dilakukan sesuai yang
masih dalam tahap belajar yang saat ini sudah sampai ke tingkatan Al Quran
yakni surah Al Baqarah. Beberapa bacaan wajib sholat juga masih terus
dipahaminya.
Menurutnya, ibunya selalu “biasa saja” 6 saat memintanya sholat. Maksud dari
biasa saja di sini ialah tidak dengan paksaan, tidak selalu marah jika ia
meninggalkan sholat dan hanya memarah sesekali pada kondisi tertentu itu pun
meminta untuk segera sholat, tanpa paksaan apalagi sanksi. Sedangkan mengaji,
tidak selalu mengerti dengan apa yang disampaikan ibunya. Ada hal-hal yang
maka ia akan meminta ibunya jawaban yang dapat dimengertinya. Namun satu
hal yang pasti, kepercayaannya pada ibunya membuatnya dengan suka rela
memahami atau mengerti pesan yang disampaikan yang berupa kata-kata, istilah
juga juga dikenal sebagai hambatan komunikasi persuasi yang dapat membuat
komunikan salah mengerti dan salah paham. Dalam kasus Azzahra ini, ketidak
mengertiannya tidak memberikan pengaruh yang besar pada upaya ibu. Hal ini
yang kadang kala tidak mengerti apa yang disampaikan ibunya, berpengaruh
5.4. Analisis Peneliti atas Komunikasi Persuasi Inu dan Anak dalam
hasil dari proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu yaitu pelaksanaan
ibadah sholat lima waktu dan aktifitas belajar membaca Al Quran yang
96
Secara terbuka ibu Zubaidah mengatakan bahwa masih banyak hal yang
belum terealisasikan atas usahanya dan masih banyak yang ingin dicapai 7
diperoleh khususnya dari hasil observasi yang dilakukan peneliti kurang lebih 4
bulan. Selain itu juga peneliti mencoba menganalisis hasil observasi dengan
dibantu dengan studi kepustakaan dan juga hasil wawancara dengan narasumber.
komunikasi yang panjang dan intensif. Dilakukan setiap waktu kapan saja dan
mengaji.
komunikasi persuasi yang dinilai membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
dan waktu, kedekatan antara ibu dan anak juga dinilai mampu membuat anak
selaku subjek yang dibentuk perilaku ibadah lebih mudah percaya. Seperti yang
97
Selain kedekatan ibu dan anak mampu membuat anak percaya dan yakin
dengan pesan-pesan yang disampaikan ibu, kedekatan antara ibu dan anak
memudahkan ibu membentuk perilaku beribadah pada anak karena ibu sebagai
orang yang notabene paling dekat dengan anak paham dan mengenali karakter
dorongan dari dalam diri seseorang itu ialah cara pandangnya terhadap sesuatu.
sesuatu.
Makna yang timbul pada diri seseorang akan menentukan sikap dan
berperilaku secara sadar atau pun tidak kearah sesuai keinginan persuader.
98
sholat dan mengaji pada anak memang belum sempurna seperti yang diakui ibu
sholat ini sebagai sebuah beban. Namun ia juga belum mampu memaknai sholat
apabila ditinggalkan. Akan tetapi hal ini hanya merupakan sekedar kutipan
Jelas ia belum mengerti bahwa dosa adalah sebuah kredit hukuman besar
di akherat nanti. Meski ibunya telah menjelaskan sedikit tentang neraka yang
sangat buruk dan menakutkan sebagai bentuk hukuman apabila berdosa saat
meninggalkan sholat atau tidak ingin mengaji. Namun hal ini belum mampu
Hal itulah yang masih membuatnya masih malas dan belum istiqomah
sebuah gangguan atau beban. Menurut peneliti makna ibadah yang ada dalam
diri adik Azzahra masih sebatas kewajiban akan umat Islam seprti ditunjukan
Makna yang ada pada Azzahra ini yang membetuk perilaku beribadah
sholat saat asyik bermain dan lainnya. Sementara aktifitas mengaji tetap
99
diyakininya sebagai sebuah kewajiban, karena masih melalui proses belajar dan
ibunya. Namun berdasarkan pengakuan ibunya, sesekali ia dengan suka rela ikut
proses komunikasi persuasi bergantung pada pemahaman ibu dan cara pandang
terhadap sholat dan mengaji itu sendiri. Sejauh ini ibu merasa bahwa
terpenting yang harus di ajarkan pada anak. Menyangkut hal itu, maka ibu
pemahaman ibu akan sholat dan mengaji yang diyakini ibu wajib dilaksanakan
dengan benar sesuai syarat dan hukumnya. Selain itu ibu Zubaidah juga
menganggap sholat dan mengaji sama seperti pada umunya sebagai perintah
Allah Swt.
individu seperti di atas, juga makna sholat apabila menyangkut pada tanggung
anaknya yakni Azzahra memaknai sholat dan mengaji bukan sebagai sebuah
beban atau paksaan sehingga saat ia melaksanakan sholat dan mengaji. Tetapi ia
umat Islam. Pandangan bahwa makna sholat dan mengaji akan sempit apabila
100
sholat, membuat ibu Zubaidah yakin akan metode persuasi sudah yang paling
tepat.
yang besar, sehingga dikhawatirkan banyak dan besarnya toleran yang ada tidak
dilakukan ibu. Hal ini didasari atas pengamatan peneliti saat melihat ibu
keterpaksaan. Hal inilah yang membuat peneliti menilai bahwa perilaku sholat
pada anak sesuai dengan pemahaman anak yang memandang sholat sebagai
efektif. Karena melalui contoh yang diberikan ibu menguatkan pernyataan dan
Nasehat, atau pernyataan yang memotivasi serta penjelasan seputar yang juga
sebagai media komunikasi persuasi ibu dalam membentuk perilaku sholat dan
101
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
akhirnya beberapa kesimpulan dapat ditarik berdasarkan fakta dan realita yang
yang dilakukan peneliti atas proses komunikasi persuasi yang dilakukan ibu
anak dilakukan dengan intensif dan dalam kurun waktu yang lama
sholat sebagai kewajiban dan akan ditiru juga oleh anak sebagai bagian
layaknya sholat yang dilakukan oleh ibu. Selain itu juga dilakukan
sehingga perilaku sholatnya belum konsisten karena tidak ada sanksi atau
6.2 Saran
Adapun saran peneliti kepada ibu Zubaidah dan anak berdasarkan dari
akan membuat anak berdosa. Dan menjelaskan dosa sebagai hal yang
buruk sehingga anak takut akan dosa dan akan istiqomah melaksanakan
104
jadwal yang tetap sehingga anak mulai memiliki tanggung jawab yang
mampu memaknai ibadah lebih dalam dan lebih tepat sehingga akan
pendidikan tatacara sholat dan bacaan sholat yang benar agar anak akan
melaksanakan ibadah dengan benar pada saat ia sudah baligh¸ saran ini
berdasarkan pengakuan adi Azzahra yang masih suka lupa bacaan sholat
dan belum hafal semua. Penting diperhatikan hal ini karena meyangkut
DAFTAR PUSTAKA
Abi Tahlib, Ali bin.2004. Tanyalah Aku Sebelum Kau Kehilangan Aku. Cetakan
Cakrawala publishing
Djamarah, Syaiful Bahri.2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Rosdakarya
Media
Hasanah, Nur.2002. Hakekat Ibadah : Ditinjau dari Segi Pengertian Hukum dan
Aditya Bakti
Rosdakarya
Remaja Rosdakarya
Whalen, Joel.2005. I See What You Mean : Komunikasi Persuasi dalam Bisnis.
Internet
− www.eramuslim.com
− www.myquran.org
− www.rahima.co.id
− www.ummigroup.co.id
107
Lainnya
Ratnasari
Ratnasari
Mulyasari S.Sos
108
LAMPIRAN
Tanggal / hari: Rabu, 31 Agustus 2005
b. Sejak usia berapa anak mulai diminta wajib untuk sholat secara
benar dan penuh?
Pada saat saya merasa dia sudah mampu melaksanakan sholat dengan
benar, yaitu bacaan-bacaan penting sudah bisa dan gerakan serta sudah
paham waktu serta informasi penting lainnya seputar sholat. Mungkin
sekitar SD kelas 2 yaitu umur 7 tahunan. Namun saya tidak mewajibkan
secara keras, hanya meminta mulai mengerjakan sholat setiap waktunya tiba
setiap hari, namun tetap diberikan sedikit keringanan.
Khusuknya anak-anak saya rasa standar ya, tentunya tidak seperti kita,
namun saya kiranya dapat diterima. Kalau gerakan tidak sulit ya, di juga
selalu melihat kakaknya, abahnya ataupun saya. Tapi kalau bacaan
sholatnya saja yang masih belum semuanya hafal. Mungkin itu saja yang
saya rasa belum sempurnanya. Masih kurang di bacaan mungkin.
Menurut saya keduanya tentu saja hal yang utama yang harus dikerjakan
dengan benar dan sesuai hukumnya. Dan pastinya harus saya ajarkan pada
anak sejak dini. Selebihnya sama saja seperti yang lain bahwa sholat dan
mengaji sebagai mana perintah Allah Swt itu hukumnya wajib.
5. Sejauh ini apakah anak cukup mengerti dan memahami sholat dan
mengaji sesuai dengan pegertian dari ibu?
Biasalah anak-anak, belum dapat saya katakan mengerti atau tidak. Tapi
mungkin belum begitu mengerti sesuai dengan harapan saya, tapi saya
optimis kedepannya perlahan namun pasti akan mengerti kalau kita rajin
berdialaog dan rajin berdiskusi masalah apa saja tentang agama.
4. Kenapa sih kita harus sholat dan harus mengaji (menurut adik)?
Kita harus sholat dan ngaji karena itu wajib.
5. Kalau tinggalin sholat atau adik tidak sholat dimarahin ibu nggak?
Kadang-kadang bisa dimarahin, tapi bisa juga kadang-kadang tidak.
7. Apakah adik mengerti yang disampaikan ibu pada saat ibu meminta
adik untuk sholat?
Ada yang aza ngerti tapi yang aza gak ngerti juga banyak. tapi aza selalu
denger omongan umi.
112
12. Kalau sholat masih diawasin dan masih sering diingatkan? Atau
adik selalu sholat tanpa di ingtakan oleh ibu/bapak?
Masih sering diingatkan. Tapi kalau aza ingat, aza sholat sendiri gak
diingatkan
Oh..iya, Alhamdulillah. Saya agak lega sedikit melihat dia sudah mulai
melaksanakan sholat tanpa pengawasan dan kadang-kadang tanpa
diingatkan. Namun tetap saya pantau terus agar ini semakin baik
kedepannya.
11. Sejauh pengamatan ibu, apakah anak sudah dapat dilepas dalam
menjalankan ibadah, (sholat 5 waktu)?
melakukan observasi.
data/informasi penelitian.
pulang. Selesai.
Azzahra.
Zubaidah
Abdurahman
Selesai.
Zubaidah.
kucingnya. Selesai
123
no.33. Sukaluyu.
Bandung.
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasisiwa
Anak ke : Kedua