Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH METODE PEMBELAJARAN SENI

“TARI SAMAN GAYO LUES”

Oleh:
1. Iqbal Assegaf
2. Moh Fachri
3. Dewi Ratri Kalingga Murti

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
A. Sejarah

Tarian ini dinamakan Tari Saman Gayo Lues karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh

yang bernama Syekh Saman pada sekitar abad ke-XIV Masehi dari dataran tinggi Gayo. Pada

awalnya, tarian ini hanya berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun,

kemudian ditambahkan dengan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT

serta diiringi oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Pada saat itu, Tari Saman menjadi

salah satu media dakwah. Namun, lama-kelamaan fungsi Tari Saman menjadi bergeser. Tarian

ini menjadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta, hajatan, dan acara lain.

B. Bentuk Penyajian

Pada mulanya, Tari Saman hanya ditampilkan pada acara tertentu, khususnya pada saat

merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Muhammad SAW atau sering disebut peringatan Maulid

Nabi Muhammad SAW. Biasanya, Tari Saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah

(sejenis surau panggung). Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Tari Saman pun ikut

berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Saat ini, Tari Saman

dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan karena penampilan tari tidak terikat dengan

waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan

yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau

perayaan-perayaan lainnya. Tari Saman biasa dilakukan di rumah, di lapangan, dan ada juga

yang menggunakan panggung.

Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut

Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan

yang kompak dan harmonis.

Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi

jumlahnya harus ganjil. Dalam penampilan yang biasa (bukan pertandingan) dimana adanya
keterbatasan waktu, Tari Saman dapat dimainkan oleh 11-13 penari, akan tetapi keutuhan

Saman setidaknya didukung oleh 15 - 17 penari yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

a. Nomor 9 disebut pengangkat

Pengangkat adalah tokoh utama (sejenis Syekh dalam seudati) titik sentral dalam Tari

Saman yang menentukan gerak tari, level tari, dan syair-syair yang dikumandangkan maupun

syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu/ pertandingan).

b. Nomor 8 dan 10 disebut pengapit

Pengapit adalah tokoh pembantu pengangkat, baik gerak tari maupun nyanyian/vokal.

c. Nomor 2-7 dan 11-16 disebut penyepit

Penyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan oleh

pengangkat. Selain sebagai penari, penyepit juga berperan menyepit (menghimpit) agar

kerapatan antara penari terjaga. Sehingga, penari menyatu tanpa dalam posisi berbanjar/

bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak.

d. Nomor 1 dan 17 disebut penupang

Penupang adalah penari yang paling ujung kanan dan kiri dari barisan penari yang duduk

berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan

menupang/menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang disebut

penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan memperkokoh

kedudukan dengan memgang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan

terhujam dalam, sukar di cabut.

C. Iringan

Tari Saman tidak diiringi dengan alat musik, tetapi diiringi oleh bunyi tangan dan badan.

Cara untuk mendapatkan bunyi-bunyian tersebut adalah:

1. Tepukan kedua belah tangan. Ini biasanya bertempo sedang sampai cepat
2. Pukulan kedua telapak tangan ke dada. Biasanya bertempo cepat

3. Tepukan sebelah telapak tangan ke dada. Umunya bertempo sedang

4. Gesekan ibu jari dengan jari tengah tangan (kertip). Umunya bertempo sedang.

Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari Tari Saman. Cara menyanyikan lagu-

lagu dalam Tari Saman dibagi dalam 5 macam, yaitu :

1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.

2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.

3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada

bagian tengah tari.

4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi

melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak

5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari

solo.

D. Ragam Gerak

Tari saman mempunyai beberapa jenis bentuk gerakan yang terdapat di dalamnya.Gerakan

dalam saman yaitu berupa Lengek, Lingang, Tungkuk, Langak, Gerutup, Guncang, dan

Surang-saring.

a. Gerak Lengek adalah gerakan menggelengkan kepala ke kiri atau ke kanan dan juga

sering dilakukan sambil melakukan gelengan dengan bentuk kepala melengkung.

b. Linggang adalah gerakan berupa goyangan badan ke kiri dan ke kanan.

c. Tungkuk adalah gerakan menundukkan kepala ke bawah.

d. Langak adalah gerakan yang menadah kepala ke atas sambil memukul dada.

e. Gerutup adalah gerak tepukan tangan yang menggebu-gebu, menepuk dada maupun

menghempaskan tangan ke paha dengan posisi duduk.


f. Guncang adalah gerakan yang bergoyang cepat ke atas dan ke bawah, yaitu perpaduan

gerak badan dan tepukan tangan menerpa dada dalam tempo yang cepat.

g. Surang-saring adalah gerakan selang-seling atau bergantian baik untuk posisi atas

maupun posisi bawah.

E. Kostum Tari Saman

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:

1. Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi

disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.

2. Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang

putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait,

baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.

3. Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan

warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna

menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan

kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan

Anda mungkin juga menyukai