Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKHLAQ MUSLIM TERHADAP


ORANG TUA DAN GURU

Disusun oleh :

1. Shonia Dwi Ratnasari (NIM : 16513131)


2. R.M. Taufiq Zuhdi (NIM : 16513108)

TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

TAHUN 2016/2017
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena
atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya
kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya
dengan judul “ Akhlaq Muslim terhadap Orang tua dan Guru”.

Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas kelompok
ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga
Penulis mampu menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik, oleh karena itu pada
kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

 Bapak Drs. Slamet Abdullah, M.A. sebagai dosen Ibadah dan Akhlaq. Semoga ilmu
beliau berkah dan menjadi aliran amal hingga kelak di Barzakh.
 Teman – teman mata kuliah Ibadah dan Akhlaq Teknik Lingkungan kelas B.

Penulis menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum sempurna, oleh
karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan
bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 7 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II ISI
2.1 Pengertian akhlaq ....................................................................................... 3
2.2 Akhlaq terhadap orang tua ......................................................................... 4
2.3 Hikmah berbakti kepda orang tua .............................................................. 8
2.4 Akhlaq terhadap guru ................................................................................. 9
2.5 Adab menghormati guru ............................................................................ 10
2.6 Hikmah berbakti kepada guru .................................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 13


3.2 Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan dalam
agama. Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua
bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga
memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa’ala
dan Rasul-Nya shallallahu‘alaihi wa sallam, birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang
tua) lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Ada beragam cara yang bisa
dilakukan seorang muslim, untuk melakukan perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya
secara optimal.
Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap orang tua
dan guru merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah orang yang
mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun pasti
mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada
orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu
berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua, dan
pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap kewajiban kita
terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita harus memiliki akhlak yang
sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini mengandung poin-poin penting bagaimana
menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya. Maka selain sebagai upaya untuk
mengerjakan tugas akhlaq, saya berharap bahwa tugas makalah ini juga dapat dijadikan
sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang membacanya akan pentingnya akhlaq
terhadap orang tua.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlaq ?
2. Bagaimana seharusnya akhlaq dan kewajiban kita kepada kedua orang tua ?
3. Apa hikmah berbakti kepada orang tua ?
4. Bagaimana seharusnya akhlaq terhadap guru ?
5. Bagaimana adab menghormati guru ?
6. Apa hikmah berbakti kepada guru ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian akhlaq.
2. Mengetahui akhlak dan kewajiban kepada orang tua.
3. Mengetahui hikmah berbakti kepada orang tua.
4. Mengetahui akhlaq terhadap guru.
5. Mengetahui adab menghormati guru.
6. Mengetahui hikmah berbakti kepada guru.

2
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN AKHLAQ

Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang berarti perilaku, perangai
atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak
Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran”. Akhlak Rasulullah yang
dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan
tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.”
Menurut Ibnu Maskawih, “Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih dahulu.”
Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, “Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan dan ia
akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan.”
Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri
manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan tingkah laku secara mudah dan senang
tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya
sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau
segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam
jiwanya.
Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin,
“Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada
anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut
apa yang ada dalam hati manusia”.
Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat dan
pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku atau
perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik
3
akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka akan rusaklah pokok
dan cabangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan tanah yang baik,
tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur,
tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al- A’raf: 58)
Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh
Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain:
“Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:
‫يم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَعَلَى ُخل‬
ٍ ‫ق ع َِظ‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-
Qalam: 4)

2.2 AKHLAQ TERHADAP ORANG TUA

Kewajiban anak adalah penghormatan (dan tentu ketaatan) dan haknya adalah
memperoleh kasih- sayang. Idealnya, prinsip ini tidak bisa dipisahkan. Artinya, seorang
diwajibkan menghormati jika memperoleh kasih-sayang. Dan orang tua diwajibkan
menyayangi jika memperoleh penghormatan. Ini timbal balik, yang jika harus menunggu
yang lain akan seperti telur dan ayam. Tidak ada satupun yang memulai untuk memenuhi hak
yang lain. Padahal biasanya, seseorang memperoleh hak jika telah melaksanakan kewajiban.
Karena itu, yang harus didahulukan adalah kewajiban. Tanpa memikirkan hak yang mesti
diperoleh. Orang tua seharusnya menyayangi, dengan segala perilaku, pemberian dan
perintah kepada anaknya, selamanya. Begitu juga anak, harus menghormati dan memuliakan
orang tuanya, selamanya. Sebagai wujud bakti kita terhadap orang tua, kita harus mengetahui
mana akhlak yang harus kita lakukan dan kebiasaan buruk yang harus kita jauhi agar tidak
menyakiti hati orang tua.
Allah mewasiatkan agar berterima kasih kepada kedua orang tua disamping bersyukur
kepadaNya. Allah juga memerintahkan agar sang anak memperlakukan kedua orang tua
dengan cara yang baik walaupun mereka memaksanya berbuat kufur terhadap Allah.
4
Berdasarakan ini anda tahu, bahwa yang disyariatkan bagi anda adalah tetap memperlakukan
ayah anda dengan baik, tetap berbuat baik kepadanya walaupun ia bersikap buruk terhadap
anda. Terus berusaha mengajaknya kepada al-haq. Kendati demikian, anda tidak boleh
mematuhinya dalam hal kemaksiatan.
Sebagai wujud rasa berterima kasih kita terhadap orang tua tentulah tidak cukup hanya
dengan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih. Kasih sayang orang tua harus kita balas
juga dengan kasih sayang dengan cara berbakti kepada mereka dengan tiada akhir. Meskipun
si anak sudah dewasa dan berkeluarga, anak masih memiliki kewajban dan tanggung jawab
terhadap orang tuanya.

A. Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup

Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan
anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah
orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya,
sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan demikian
sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya
sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini mulai
dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia
lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang
diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang
saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka
setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada
orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut
sampai kedua orang tuanya meninggal.

5
B. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima apa-apa, selain apa
yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi
bekal berupa pahala untuk mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia,
yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang mendo’akannya.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa
anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran
tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang
anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.
Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang
tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai
mereka wafat.

C. AKHLAK TERHADAP ORANG TUA MENURUT ETIKA:

a. Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu
tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di
suatu tempat. Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak
boleh menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap
kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita
semenjak kita kecil. Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada
anaknya sendiri. Jikalau terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang
berbuat keterlaluan kepada orang tua.
b. Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita
harus menerimanya dengan lapang dada.
c. Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah
meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan
kata-kata yang kasar kepada keduanya.
d. Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
6
e. Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah
berusaha lanjut.
f. Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
g. Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan
ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan
menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
h. Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.

Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai
berikut:

1. Mendengarkan pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
D. SYARAT MENJADI ANAK BERBAKTI
Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, agar seorang anak bisa disebut sebagai anak
yang berbakti kepada kedua orang tuanya:
Satu, lebih mengutamakan ridha dan kesenangan kedua orang tua daripada ridha diri sendiri,
isteri, anak, dan seluruh manusia.
Dua, menaati orang tua dalam semua apa yang mereka perintahkan dan mereka larang baik
sesuai dengan keinginan anak ataupun tidak sesuai dengan keinginan anak. Selama
keduanya tidak memerintahkan untuk kemaksiatan kepada Allah.
Tiga, memberikan untuk kedua orang tua kita segala sesuatu yang kita ketahui bahwa hal
tersebut disukai oleh keduanya sebelum keduanya meminta hal itu. Hal ini kita lakukan
dengan penuh kerelaan dan kegembiraan dan selalu diiringi dengan kesadaran bahwa
7
kita belum berbuat apa-apa meskipun seorang anak itu memberikan hidup dan hartanya
untuk kedua orang tuanya.

2.3 HIKMAH BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa
faedah berbakti kepada kedua orang tua:

1. Dikabulkannya doa (sebagaimana kisah yang telah disebutkan).


2. Sebab dihapuskannya dosa besar. Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaih
wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar. Apakah ada
taubat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang ibu?” Laki-laki itu
menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki seorang bibi?” Ia
menjawab, “Ya. “ Nabi bersabda, “Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
3. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya
rezeki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin
dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua
orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)
4. Barangsiapa yang berbakti kepada bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti
kepadanya, dan barangsiapa yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun
akan durhaka pula kepadanya.
Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku melihat seseorang memukul bapaknya di suatu
tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata, ‘Biarkanlah
dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah
dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang
tua kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakt kepada kalian.’”
5. Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua.
6. Diterimanya amal. Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka amalnya akan
diterima. Diterimanya amal akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Kalau aku tahu bahwasanya aku punya

8
shalat yang diterima, pasti aku bersandar kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti
kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya Allah menerima amalnya.”

2.4 AKHLAQ TERHADAP GURU

Sebagai penuntut ilmu, sesungguhnya kewajiban menuntut ilmu merupakan suatu


kewajiban yang Allah berikan kepada setiap muslim dan muslimah. Seorang muslim
berkewajiban untuk menuntut ilmu yang dengannya ia dapat beribadah dengan benar dan
sesuai dengan ketentuan syari’at.
Allah berfirman yang artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Hendaknya seorang muslim meniatkan upaya menuntut ilmu tersebut untuk mencari
ridha Allah semata, ditujukan agar menuntut ilmu tersebut ia dapat mengerti apa yang
diwajibkan dan diharamkan Allah terhadapnya. Maka ilmu utama yang harus ia cari adalah
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tugas hidupnya sebagai hamba Allah, yaitu untuk
beribadah. Adapun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, seperti kedokteran,
matematika, fisika, pengetahuan alam dan ilmu-ilmu lainnya, maka yang demikian itu
merupakan suatu keutamaan jika ia mempelajarinya.
Untuk memperoleh ilmu tersebut, tentulah kita membutuhkan orang yang ahli dalam
bidang ilmu. Orang yang ahli dalam bidang ilmu adalah guru. Sebagaimana orang tua kita,
ternyata guru juga mempunyai jasa yang sangat besar kepada kita. Mereka mengajari kita
ilmu yang berguna, mendidik ahklaq, tentunya kita juga wajib mencintai dan
menghormatinya, menyenangkan hatinya dan memperlakukannya dengan baik. Menerima
pelajaran yang diberikan guru dengan hati yang penuh rasa ikhlas, perasaan senang,
mematuhi perintahnya tentunya akan bermanfaat bagi kita sendiri. Sabda Rosululloh saw :

َْ َ‫سل‬
ْ‫ك َمن‬ َ ‫ط ِريقًا‬
َ ْ‫ل ِعل ًما فِي ِْه يَلت َ ِمس‬
َْ ‫س َّه‬ َّْ ْ‫ال َجنَّ ِْة ِإلَى ِريقًاََط بِ ِْه لَه‬
َ ‫ّللا‬
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan
baginya dengannya jalan menuju syurga.”

9
Murid yang sopan dan rendah hati akan mudah mendapatkan ilmu dan mendapatkan
manfaatnya. Sebaliknya murid yang sombong dan tidak sopan hanya akan menambah
kesombongan dan meperburuk perilakunya

2.5 ADAB MENGHORMATI GURU


a. Mulai memberi salam dan hormat.
b. Banyakkan berdiam diri.
c. Meminta izin guru untuk bertanya.
d. Jangan sekali-kali berhujah dengan guru.
e. Tunjukkan sikap menerima pendapatnya.
f. Tidak menyinggung perasaannya.
g. Duduk bersopan dan tenang di hadapan guru.
h. Cari masa yang sesuai untuk bertanya.
i. Sentiasa berbaik sangka dengan guru.
j. Tidak memandang besar kelemahannya kerana dia juga manusia biasa.
k. Memberikan segala keutamaan terhadap guru.
l. Sentiasa merendah diri kepadanya.

2.6 HIKMAH BERBAKTI KEPADA GURU :


a. Ilmu yang dipelajari diberkati Allah
“Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan merupakan jihad,
sesungguhnya ia kurang akalnya.” Abu Hatim bin Hibban juga meriwayatkan hadits dari
Abu Hurairah r.a., yang pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa
masuk ke masjid ku ini untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka ia
laksana orang yang berjihad di jalan Allah.”
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]

10
Rasullulah SAW. bersabda “Ya Allah sesungguhnya saya minta kepada Engkau
ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang diterima.”
Do’a yang senantiasa beliau ucapkan setiap harinya setelah shalat subuh ini
menunjukkan bahwa menuntut ilmu yang bermanfaat termasuk tujuan terbesar seorang
muslim disetiap perjalanan waktu hariannya. Dan sesungguhnya menuntut ilmu lebih
didahulukan daripada mencari rizqi dan beramal. Karena ilmu itu sebagai dasar dan
pondasi yang dapat membedakan antara rizqi yang baik dan buruk, anatara amal shalih
dan amal tidak shalih. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya benar-benar memiliki
perhatian terhadap waktunya, dia gunakan untuk menuntut ilmu supaya setiap hari dia
mendapatkan bagian dari ilmu.
b. Membentuk pribadi dan akhlak mulia.
Al-Qurthuby mengatakan: "Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab
kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya."
“Orang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya.”
Didalam hadits ini terdapat penetapan kebaikan bagi orang yang menyibukkan
dirinya dengan Kitabullah dengan mempelajari atau mengajarkannya. Oleh karena itu
mereka termasuk orang terbaik dari umat ini.
c. Memperolehi kejayaan dunia dan akhirat.
Rasullulah saw. bersabda “Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam
rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.
Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah,
mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada
mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut
mereka dihadapan para malaikat.”
d. Mudah mengingati dan memahami pengajaran guru
e. Ilmu yang dipelajari akan berkekalan dan diamalkan

11
Dari Abu Hurairoh r.a. bersabda Rosululloh SAW. : “ Apabila Anak Adam itu
meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu : shodaqoh jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim).
f. Sentiasa terdorong mengamalkan sifat terpuji
Seorang penuntut ilmu hendaknya menghiasi dirinya dengan akhlaq mulia seperti, lemah
lembut, tenang, santun dan sabar. Karena sifat-sifat tersebut termasuk akhlaq mulia. Para
ulama’ telah menulis banyak kitab tentang adab seorang penuntut ilmu. Diantara kitab
ringkas yang telah mereka tulis adalah kitab “Hilyah Thalabil Ilmi” buah karya Syaikh Bakr
Abu Zaid rahimahullah. Kitab ini adalah kitab yang sangat bermanfaat dan berfaedah yang
menjelaskan tentang adab-adab penuntut ilmu.
g. Menjadi cerdas dan berakhlaq
Maka seorang yang beradab tidak akan menyia-nyiakan umurnya untuk menjauhi ilmu,
atau mengejar ilmu yang tidak bermanfaat, atau salah niat dalam meraih ilmu.
h. Terlindung daripada perkara terkeji

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak terhadap orang tua merupakan akhlak yang sangat penting, hingga dosa
dari berbuat durhaka kepada orang tua berada di tingkat kedua setelah dosa
menyekutukan Allah.

Ibu merupakan orang tua yang wajib kita hormati, atas apa yang telah beliau
berikan kepada kita dari mengandung kita selama sekitar 9 bulan 10 hari hingga
sekarang. Penerapan dalam akhlak menghormati orang tua sangat diperlukan karena itu
merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim, cara menghormati orang tua ang
masih hidup dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, contohnya: Berbakti dengan
melaksanakan nasehat dan perintah yang baik dari keduanya, selalu melaksanakan
perintah orangtua dan masih banyak yang lainnya.

Dan untuk berbakti kepada orangtua yang sudah meninggal ada beberapa cara
yang dapat dilakukan contohnya: Merawat Jenazahnya, menyambung silaturahmi dengan
kerabatnya, dan juga masih banyak yang lainnya.

3.2 Saran
Diharapkan kepada semua generasi muda agar menghormati dan menyayangi
orang tua kita kapanpun dan dimanapun kita berada, berbaktilah kepada kedua orang tua
kita dan janganlah kita durhaka kepada keduanya.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Sholihah, Tutut. Strategi Pembelajaran yang Efektif. Jakarta:UIN Jakarta Press. Cet.I.
2008
 Nasution, Lahmudin. Akhlak Mahmudah Kepada Orang Tua. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Cet. 1. 2001
 Ritonga, A. Rahman.Berbuat baik kepada Orang Tua. Surabaya: Amalia. 2005
 Nawawi, Muhammad. Nasehat Bagi Hamba Allah dalam Berakhlak. Surabaya : Al-
Hidayah. 1996.
 Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA MUKMIN Panduan Membina Pribadi Mukmin
Ideal,Qisty Saufa Abadi
 Aqidah Akhlak untuk Madrasah Ibtidiyah, Drs. H. Chatibul Umam dkk., Menara Kudus.
Daradjat, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1980
 Zakie al-Kaaf, Abdullah. 2002. Etika Islami. Bandung : Pustaka Setia
 http://kurniawaalex.blogspot.co.id/2014/10/makalah-akhlak-kepada-orang-tua.html
 https://rizkiwirsa.wordpress.com/2015/03/08/makalah-agama-tentang-hormat-dan-patuh-
kepada-orang-tua-dan-guru/
 http://ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/06/makalah-akhlak-kepada-kedua-orang-
tua.html

14

Anda mungkin juga menyukai