Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN DEWASA II

“HEMODIALISA”

Disusun Oleh :

Aprita 1611316036
Ade Tri Weli 1611316038
Lusia Dirah Pangesti 1611316044
Fitri Dewi 1611316047
Nadhira Afrimelta 1611316049
Yulfiani Nazrita 1611316050

Dosen Pembimbing :
Ns. Leni Merdawati, S.Kep, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN PROGRAM B


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
HEMODIALISA

A. Pengertian
Hemodialisa adalah suatu proses penyaringan kotoran dan racun dalam
darah dengan menggunakan suatu alat dialisis atau ginjal buatan dengan
prinsip disfusi, osmosis dan filtrasi.
Hemodialisa adalah suatu tindakan yang digunakan pada gagal ginjal
untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan air, cairan, dan untuk
memperbaiki keseimbangan elektrolit, dengan prinsip filtrasi, osmosis, dan
difusi, dengan menggunakan sistem dialisa eksternal; terdapat beberapa tipe
akses vaskular yang dapat digunakan: pirau-sementara; sambungan eksternal
diantara arteri dan vena; fistula-permanen, sambungan internal atau tandur
diantara arteri dan vena dilengan atau paha; jalur subklavia atau femoral-
sementara, kateter eksternal pada vena besar (Turker, 1999) .

B. Tujuan Hemodialisa
Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang
sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain)
2. Mengembalikan suasana cairan ekstra dan intrasel yang sebenarnya
merupakan fungsi dari ginjal normal.
3. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh
yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan
fungsi ginjal
5. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain (Suharyanto dan Madjid, 2009).

C. Prinsip yang mendasari kerja hemodialisis


Aliran darah pada hemodialisis yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut
dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Sebagian besar
dializer merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial berongga yang
berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran
semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan
dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam
cairan dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus
(Brunner & Suddarth, 2006).
Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis,
ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses
difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke
cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Lavey, 2011). Cairan
dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi
ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan
gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih
tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient
ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negative yang dikenal
sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada
alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran air (Elizabeth, et all, 2011).

Gambar : Skema Hemodialisa


Gambar : Proses Hemodialisa
 Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem
pengaturan larutan dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi
untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan vaskuler ke alat dializer.
 Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga
terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan
tusukan vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita
menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita.
Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit.
 Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri
dan monitor larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-
39 C sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu
rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi.
 Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk
menjamin efektifitas proses dialisis dan keselamatan.

D. Bagian beserta fungsi dialis


1. Pompa darah
Pompa ini berguna untuk memompa darah dari dalam tubuh ke alat
hemodialisa dan mengalirkannya ke blood path. Pompa juga berguna
untuk memompa darah dari alat ke dalam tubuh.
Gambar : Pompa Hemodialisa

2. Blood path (jalur darah)


Blood path ini merupakan saluran darah pada proses hemodialisa.
Digunakan untuk mengalirkan darah dari pasien ("arterial" catheter port)
menuju filter dan detektor udara gumpalan dan kembali ke pasien.
3. Ultrafiltrate path
Ultrafiltrate path merupakan jalur yang digunakan untuk mengeluarkan air,
zat terlarut, creatinin, dan zat tertentu lainnya dari darah pasien. Zat-zat
tersebut dikeluarkan melewati detektor dan saringan ultrafiltrasi, yang
nantinya berakhir pada collection bag (kantong penampung).
4. Fluid replacement path
Cairan yang diambil oleh pompa ketiga, dipanaskan, dan dipompa kembali
ke sirkuit sebelum filter.
5. Quinton catheter
Kateter ini memiliki ujung terbuka (bercabang). Masing-masing ujung
terbuka tersebut digunakan sebagai aliran darah pasien untuk mengalir ke
luar tubuh dan kembali lagi ke tubuh.
6. Hemofilter
Gambar 3. Hemofilter

Darah mengalir melalui bagian ini. Hemofilter memiliki beberapa ruang di


sekitar tabung clump dan dinding plastik bening.
7. Membran
Digunakan untuk menyaring molekul-molekul yang lewat, dengan ukuran
lebih besar dari lubang-lubang membran. Membran bersifat
semipermeabel.
8. Air detector
Detektor udara ini berguna untuk memantau blood path utama, memantau
kondisi darah sebelum kembali ke tubuh pasien agar tidak terdapat udara
yang masuk. Sehingga menghindarkan terjadinya penyumbatan darah
karena adanya udara.
9. Blood leak detector
Detektor ini digunakan untuk mendeteksi adanya darah pada jalur
ultrafiltrasi (ulttrafiltrate path).
10. Transducer
Transduser berfungsi untuk memantau tekanan dalam sistem. Terdapat
beberapa macam transduser, yaitu arterial transducer, venous transducer,
dan transducer lainnya. Arterial transducer digunakan untuk mengukur
tekanan negatif, yaitu ketika darah ditarik ke luar tubuh pasien. Venous
transducer digunakan untuk mengukur tekanan positif yaitu ketika darah
dikembalikan masuk ke dalam tubuh. Transduser lainnya salah satunya
berfungsi untuk mengukur tekanan yang berasal dari blood leak detector
yang penuh dengan ultrafiltrat.
11. Circuit heater
Digunakan untuk meningkatkan suhu (panas) pada aliran replacement
fluid bags, karena cairan pada replacement fluid bags akan terasa dingin
pada tubuh pasien jika tanpa pemanasan.

E. Prosedur Hemodialisa
Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa
keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses
ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula
atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua
jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi
fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena
subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi
aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.

Gambar : Fistula (Arteriovenous Fistula)

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu


oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser
diperuntukkan sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan
darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai
dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum “arterial”
diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada vistula atau tandur
untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang di
klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah.
Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat
diklem sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan
memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan
darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke
sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan
pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah
pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.
Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah
mengalir ke dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya
pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati
detektor udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah
bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat
yang akan diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan.
Penting untuk diingat, bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda
pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan.
Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui
“venosa” atau selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan,
dialysis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang
aliran normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah
pasien. Selang dan dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun
program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan
menggunakan ulang dialiser.
Gambar : Prosedur Hemodialisis

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang


tindakan dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung
wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang
melakukan hemodialisis.
Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buata
diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa), lebih populer disebut
(Brescia-) Cimino Fistula, melalui pembedahan yang cukup baik agar
dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar. Fistula arteriovenosa dapat
berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah vena di leher atau paha
dan bersifat temporer.

Gambar : Pemasangan selang inlet dan outlet


Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi
darah mesin HD yang terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan
selang Outlet/venous (dari mesin ke tubuh). Kedua ujungnya disambung
ke jarum dan kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien. Selama
proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada
di luar tubuh yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD,
posisi pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring. Selain menjalani
HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang diperlukan antara lain obat
yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon eritropoetin serta
pemberian zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah
yang meningkat yang dapat mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat
pengikat fosfat (Phosphate binder). Obat-obat lain yang diperlukan sesuai
kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin
penunjang (yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).
Pengobatan dialisis berlangsung 3 sampai 5 jam tergantung kepada
tipe dialisator yang dipakai dan jumlah waktu yang yang diperlukan demi
koreksi cairan, elektrolit, asam basa dan masalaah produk sisa yang ada.
Dialise untuk masalah yang akut harus dilaksanakan tiap hari atau lebih
sering berdasarkan kondisi pasien yang masih menjamin. Hemodialisa
bagi orang dengan gaggal ginjal kronik biasanya dikerjakan dua atau tiga
kali seminggu. (Long, 1996).

F. Perawatan Pra Hemodialisa


Sebelum prosedur pasien harus merasa terbiasa dengan melihat unit
dialise. Ia harus mendapatkan penerangan apa yang akan dikerjakan dan apa
yang akan dirasakan pada waktu pengobatan berlangsung. Pasien biasanga
ingin mengetahuhi :
1. Bentuk rasa nyeri yang bagaimana yang akan dialami selama
pengobatan
2. Berapa lama dan berapa kali dialisis akan dilakukan
3. Apakan yang dirasakn selama dan setelah pengobatan
(hemodialisa)
4. Apa yang harus dikerjakan pada waktu dialise
5. Keluarga pasien dapat hadir pada waktu terapi.

Kegiatan pemantauan selama pada tahap ini meliputi :


1. Mencatat berat badan
2. Mengetahui garis dasar gejala vital
3. Mengakaji kebanyakan cairan (udim pada pedis, periorbital,
distensi vena leher kelainan bunyi nafas)
4. Pengkajian kelancaran masuk ke vaskular dan gejala infeksi

Bahan darah diambil untuk pemeriksaan kadar elektrolit dalam serum dan
produk sisa dan status fisik pasien dikaji. Harus diberitahukan kepada pasien
bahwa ia akan mengalami sedikit sakit kepala dan mual pada waktu
pengobatan dan beberapa jam sesudahnya. Sakit kepala adalah dampak dari
perubahan cairan, asam dan basa, dan keseimbangan produk sisa selama
dialisis. Gejala-gejala tersebut tidak boleh parah dan harus menjadi kurang
setelah istirahat dan tidur, analgetik ringan atau anti piretik. Hipertensi
postural bisa juuga terjadi dialisis, sifatnya transit dan disebabkan oleh
kekurangan volume sekunder dampak dari pergeseran.hipotensi menyebabkan
pusing dan kelenger. Dapat disembuhkan dengan istirahat beberapa jam.
Pasien harus diyakinkan bahwa semua gejala tersebut adalah akan mereda,
seringnya dipantau pada waktu sedang dilakukan prosedur dapat
mengendalikan tingkat perubahan yang terjadi demikian juga gejala-gejala
tersebut. (Long, 1996)

G. Perawatan pada waktu Hemodialisa


Bila pada pasien dipasang shunt eksternal tidak akan timbul nyeri pada
permulaan dialise. Namun rasa nyeri sedikit akan tetap terasa bila sedang
dilakukan fungsi vena pada fistula arteriovena. Pada umumnya suka
dilakukan anesthesi dipusat-pusat dialise sebelum memasukan jarum.
Asuhan keperawatan terdiri dari peningkatan kenyamanana fisik.
Berbaring tanpa gerakan meskipun berlangsung beberapa jam dapat
menimbulkan ketidak tenangan. Pergantian posisi dapat memberi kesadaran
kepada keterbatasan gerakan. Pasien perlu berkumur bila mual dan muntah.
Karena ekstremitas atas dipertahankanimobilitas pada waktu dialisa pasien
perlu dibantu bila ada kegiatan yang dilakukan pakai kedua tangan.
Aktifitas pada waktu dialisis hanya merupakan pilihan dari pasien.
Sementara orang terus tidur selama pengobatan, yang lain membaca atau
menegerjakan sesuatu.
Makan sedang dialise merupakan pilihan inddividu saja. Sementara orang
bisa menjadis sangat lapar, sedangkan yang lain jadi mual karena bau darah.
Para pasien menghendaki makan pada waktu dialise yang pada umumnya
tidak diizinkan. Dalam praktek yang baik mengizinkan atau memperbolehkan
makan pada waktu dialise adalah merupakan fisiologi masing-masing unit.
Karena seringnya mual dan muntah dan disequilibilibrium yang sering
dialami pasien lebih baik untuk tidak memperbolehkan makan pada waktu
dialise agar dapat mencegah aspirasi yang potensial (Long, 1996).

H. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi dari hemodialisa menurut (jevon, 2004) adalah sebagai berikut :
1. Hemodialisis, akibat kerusakan sel darah merah ketika melewati
pompa, dapat menyebabkan hiperkalemia dan henti jantung. Amati adanya
nyeri dada dan dispnea. Darah didalam sirkuit vena mungkin memiliki
tampilan “port wine”
2. Embolisme udara : amati adanya nyeri dada dan dispnea
3. Reaksi terhadap membran : jika menggunakan cuprophane
(membran dializer) berbahand asar selulosa, dapat menyebabkan sindrom
respon inflamasi sistemik (Hakim 1993) yang dapat menyebabkan
lambatnya pemulihan ginjal dan peningkatan mortalitas
4. Diskuilibrium : komplikasi ini disebabkan oleh pengeluaran ureum
dan toksin uremik secara tiba-tiba dan pasien dapat mengalami nyeri
kepala, muntah, gelisah, konvulsi dan koma
5. Infeksi : perhatian yang ketat harus diberikan untuk
mempertahankan kondisi aseptik setiap saat

DAFTAR PUSTAKA

Burnert and Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. EGC :
Jakarta
Beiber, S.D dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the
kidney. 9th edition. Philadelphia ; 2473-505
Corwin, E.J. 2000. Buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta
Price & Wilson. 1994. Patofisiologi. Edisi 4. EGC : Jakarta
http://planetcopas.blogspot.com/2012/06/prinsip-kerja-mesin-hemodialisa.html

Anda mungkin juga menyukai