Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK


KEPRIBADIAN ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia Prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini
anakmempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah
dilihatnya.Orang-orang dewasa yang paling dekat dengan anak adalah orang
tua.Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak yang
mempunyai pengaruh sangat besar. Haryoko (1997: 2) berpendapat bahwa
lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai stimulans dalam perkembangan
anak. Orang tua mempunyai peranan yang besar dalam pembentukankepribadian
anak.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat, bahwa tanpa disadari semuaperilaku
serta kepribadian orang tua yang baik ataupun tidak ditiru oleh anak.Anak tidak
mengetahui apakah yang telah dilakukanya baik atau tidak. Karena anak usia
prasekolah belajar dari apa yang telah dia lihat. Pembelajaran tentang sikap,
perilaku dan bahasa yang baik sehingga akan terbentuknya kepribadian anak yang
baik pula, perlu diterapkan sejak dini. Orang tua merupakan pendidik yang paling
utama, guru serta teman sebaya yang merupakan lingkungan kedua bagi anak. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1978) yang mengungkapkan bahwa orang
yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru dan teman sebaya dari
merekalah anak mengenal sesuatu yang baik dan tidak baik.
Pendidikan dalam keluarga yang baik dan benar, akan sangatberpengaruh
pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Kebutuhan yangdiberikan melalui
pola asuh, akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa
dirinya adalah sebagian dari orang-orang yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan kepribadian anak.
Oleh karena itu, penulis akan membahas suatu permasalahan yang berjudul
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak.
B. Tujuan
Karya tulis ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memberi pengetahuan tentang macam-macam pola asuh yang baik dan yang
tidak.
2. Menelaah tentang dampak-dampak dari pola asuh yang sudah dilakukan
3. Mencari lebih jelas apa yang harus dilakukan orang tua untuk mengasuh
anak sejak dini.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah :
1. Apa saja jenis pola asuh ?
2. Apakah kepribadian itu ?
3. Apa faktor-faktor yang berpengaruh pada kepribadian anak ?
4. Apakah dampak pola asuh orang tua yang salah ?
5. Bagaimana cara mencegah dan menanganinya ?

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode
penulisa, yaitu :
1. Metode Pustaka
Penulis mendapatkan bahan-bahan karya tulis dari buku-buku yang
bersangkutan dengan tugas ini.
2. Metode Browsing
Penulis mendapatkan berbagai informasi mengenai bahan-bahan karya tulis
melalui media komunikasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan,
yaitu melalui media internet.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membaginya ke dalam empat
bagian agar mempermudah para pembaca dalam mengartikan karya tulis ini. Yang
terbagi menjadi beberapa bab yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan,
rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan yang digunakan
dalam pembuatan karya tulis ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori pembahasan secara garis besar mengenai pola asuh
dan kepribadian. Dan kajian pustaka materi-materi dalam karya tulis ini.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini penulis memaparkan mengenai pentingnya pola asuh orang tua, tipe-
tipe pola asuh, faktor pengaruh kepribadian. Dan dampak yang ditimbulkan dari
pola asuh terhadap kepribadian anak.

BAB IV PENUTUP
Bab ini penulis memaparkan tentang kesimpulan, saran yang berkaitan
dengan masalah ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kesimpulan dari karya tulis yang berjudul “PENGARUH POLA ASUH
ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK TAMAN
KANAK-KANAK”oleh Nuraeni (Pendidikan guru taman kanak-kanak Fakultas ilmu
pendidikan Unoversitas Negeri Semarang)
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi setiap kepribadian yangtelah
terbentuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akan membentuk suatu
kepribadian yang berbeda-beda sesuai apa yang telah diajarkan oleh orang tua.
Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan penting
dalam setiap perkembangan anak khususnyaperkembangan kepribadian anak.
Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga
terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan oleh orang tua sebagai
harapan masa depan.
Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh
orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi dengan
pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak
yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan yang baik
dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal
baru.
Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukankepribadian
anak antara lain:
1. Penanaman pekerti sejak dini
2. Mendisiplinkan anak
3. Menyayangi anak secara wajar
4. Menghindari pemberian label “malas” pada anak
5. Hati-hati dalam menghukum anak
Strategi dalam pembentukan kepribadian anak:
1. Tekankan segi positif
2. Jaga agar peraturan tetap sederhana
3. Bersikap proaktif
4. Mengarahkan kembali perilaku yang salah
5. Mengatasi transisi
6. Negosiasi dan kompromi
7. Jangan membuat alasan
8. Hindari kontrol lewat rasa bersalah
Dalam cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan orang tua yang tidak
bekerja berbeda. Begitu pula dengan gaya pengasuhan orang tua yang mempunyai
pendidikan yang tinggi dan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah.
Dan juga pola asuh orang tua yang tingkatperekonomian menengah keatas dan
orang tua yang perekonomiannyamenengah kebawah. Masing-masing pola asuh
yang telah diberikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar tehadap
pembentukan kepribadian
B. Landasan Teori
Penulis menemukan definisi kata pola asuh orang tua yang diakses di
internet,Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan
bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan
oleh anak, dari segi negatif dan positif.
Penulis membaca arti kata kepribadian yang diakses di internet, Istilah
kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris “personality”. Secara
etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti
topeng. Menurut Gordon W All Port “personalityis the dynamic organization
within the individual of those psychophysicalsystem, that determines his unique
adjustment to his environment”.Menurut bangsa Roma, persona berarti
“bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, bukan dari sebenarnya. Aktor
menciptakan dalam pikiran penonton, suatu impresi dari tokoh yang diperankan di
atas pentas, bukan impresi dari tokoh itu sendiri. Dari konotasi kata persona
inilah, gagasan umum mengenai kepribadian sebagai kesan yang diberikan
seseorang pada orang lain diperoleh. Apa yang dipikir, dirasakan dan siapa dia
sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan “make up” psikologis seseorang dan
sebagian besar terungkapkan melalui perilaku. karena itu, kepribadian bukanlah
suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku total
seseorang.
Berdasarkan definisi Allport, kepribadian ialah susunan sistem-sistem
psikofisik yang dinamai dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Stategi dalam Pembentukan Kepribadian Anak


1. Tekankan Segi Positif
Disiplin yang berhasil mencakup strategi untuk menumbuhkan
danmenekankan perilaku serta kepribadian anak yang baik. Perilaku yang positif
muncul secara alamiah sebagai bagian dari perkembangan yang normal seorang
anak prasekolah. Akan tetapi, perilaku lain ada yang merupakan bukan bagian
normal dari perkembangan anak prasekolah dan perlu diajarkan.
Misalnya, anak prasekolah secara alamiah bersifat progresif terhadap milik
mereka dan harus belajar untuk berbagi. Anak biasanya mementingkan dirinya
sendiri dan harus diajarkan bagaimana bermain dan bersosialisasi dengan orang
lain. Anak prasekolah juga tidak sabar, sehingga orang tua harus menunjukkan
kepada mereka bagaimana menunggu giliran. Anak tidak secara otomatis akan
bersikap sopan, jadi orang tua mendidik anak-anak mereka dalam hal tata krama.
Anak prasekolah akan belajar dari contoh orang tua, oleh karena itu orang
tuaharus dapat menghargai perilaku yang baik ketika anak melakukannya.
Memperhatikan anak ketika anak melakukan hal tersebut. Mengajarkananak
untuk mengetahuinya pada saat ia melakukan hal yang tepat. Danmengajarkan
anak untuk mengaitkan perilaku yang tepat dengan perasaan bangga terhadap
dirinya sendiri.
2. Jaga Agar Peraturan Tetap Sederhana
Peraturan yang dibuat sebaiknya peraturan yang di buat bersama.Jika anak
membantu dalam membuat peraturan, lebih besar kemungkinanya anak akan
menuruti peraturan tersebut.
Orang tua harus memilih waktu yang tepat, yaitu ketika anak berperilaku
baik kalau tidak, anak akan berpikir peraturan itu akibat dari perilakunya yang
salah. Orang tua mendekati anak dan menjalaskan mengapa peraturan itu ada dan
penting.
3. Bersikap Proaktif
Bersikap proaktif juga berarti memberikan pilihan kepada anak,menjaga
keterlibatan mereka, dan mengizinkan mereka untuk berpartisipasi. Orang tua
memberikan pilihan berarti memperlengkap anak dengan kayakinan diri dan dapat
meminimumkan penolakan.
Pada awalnya bersikap proaktif berarti mengantisipasi masalah yang akan
terjadi. Misalnya seorang anak yang akan pergi dengan ibunya ke tempat ibadah.
Jika orang tua menyangka akan terjadi suatu masalah, maka bicarakan dengan
anak sebelum berangkat. Orang tua memberitahu apayang diharapkan dari anak.
Orang tua mengatakan, “ibu perlu kerja sama denganmu sewaktu sholat. Kemarin
kamu baik sekali. Ibu tahu kamu bisa seperti itu lagi”.
4. Mengarahkan Kembali Perilaku yang Salah
Mengarahkan kembali terdiri dari dua bagian: mengoreksi perilakuyang
tidak sesuai lalu mengajarkan perilaku yang tepat. Jelaskan kepadaanak mengapa
tindakannya itu tidak dapat diterima; lalu jelaskan apa yang harus dilakukannya,
sambil orang tua memberikan contoh yang tepat pada anak.
Mengarahkan kembali merupakan teknik yang sangat bermanfaatselama
orang tua tidak menyerah. Orang tua jangan memberikan imbalan untuk perilaku
yang tidak dapat diterima. Kalau tidak anak akan sulit untuk diarahkan kembali,
karena anak tahu bahwa dia akan mendapatkan apa yang diinginkannya dengan
caranya sendiri.
5. Mengatasi Transisi
Transisi adalah perubahan. Misalnya anak telah melakukan suatukegiatan
dan akan pindah ke kegiatan yang lain. Anak perlu mengubah dari satu suasana ke
suasana yang lain. Transisi sering terjadi dalam sehari kehidupan anak. Para orang
tua yang berhasil selalu mengantisipasi transisi dan merencanakannya untuk
membuatnya selancar mungkin.
Kembangkan strategi transisi yang dimulai dengan peringatan tentang
waktu. Lalu ingatkan anak tentang urutan-urutan kejadian selama tansisi.
6. Negosiasi dan Kompromi
Keterampilan negosiasi dan kompromi mengajar anak untuk memecahkan
masalah melalui komunikasi dan kesepakatan, bukan dengan memukul atau
mengata-ngatai. Negosiasi memberikan suatu cara yang produktif bagi anak untuk
mengungkapkan perasaan mereka. Hal ini mengurangi perilaku negatif dengan
memberikan cara positif untukmendapatkan apa yang mereka perlukan dan
inginkan.Memecahkanketidaksepakatan dimulai dengan mendorong anak untuk
melihat hal-haldari sudut pandang orang lain.
Kompromi dan negosiasi memberikan lebih banyak kontrol padaanak atas
dunia mereka dan mendorong kerja sama.Mengajarkan keterampilan ini tidak
hanya bermanfaat selama tahun-tahun prasekolah,ini sangat penting sementara
anak bertambah besar dan mencapai usia remaja dan terbentuknya kepribadian.
7. Jangan Membuat Alasan
Terkadang orang tua memberikan alasan ketika anak mereka berperilaku
salah. Tetapi dengan membuat alasan, secara tidak langsung orang tua
mengajarkan anak untuk berperilaku salah. Kebiasaan memberikan alasan akan
terus menghantui orang tua, orang tua memberianak alasan untuk berperilaku
salah dimasa mendatang. Anak akan menggunakan alasan tersebut untuk berdebat
dan menghindari tanggung jawab.
Orang tua biasanya menginginkan cara yang cepat yaitu denganmenyuap
anak agar berperilaku baik. Penyuapan mengajar anak untuk bersikap
argumentatif dan menentang. Penyuapan mendorong perilaku yang salah. Orang
tua jangan memberikan imbalan untuk perilaku yang tidak dapat diterima. Jangan
menyerah pada tuntutan, rengekan, atau sindiran. Hentikanlah imbalan untuk
seterusnya. Bersikaplah konsisten dan sabar. Ketika anak berperilaku salah,
tangani dengan cara yang baik bukan dengan alasan. Alasan hanya memberikan
alasan kepada anak untuk berperilaku salah.
8. Hindari Kontrol Lewat Rasa Bersalah
Mengendalikan perilaku yang salah dengan rasa bersalah, ejekan,atau
hinaan tidaklah efektif karena merusak harga diri seorang anak. Setiap ejekan
mengikis harga diri dan keyakinan diri seorang anak, serta menciptakan rasa malu
yang kuat. Ketika seorang anak dihina, itu akanmengakibatkan kerusakan
permanen terhadap karakter moralnya. Seorang anak yang sering dipermalukan
atau dihina dapat mulai berpikir ia lebih rendah dan tidak mampu mengendalikan
diri.Harga diri anak prasekolah masih terlalu rentan pada usia ini.
Orang tua tentu tidak menginginkan anaknya berperilaku baik hanya untuk
menghindari ejekan, akan tetapi orang tua tentu menginginkan anaknya
berperilaku baik karena hal itu memang tepat untuk dilakukan.

2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan


KepribadianAnak
Anak prasekolah belajar cara berinteraksi dengan orang lain
denganmencontoh, berbagi dan menjadi teman baik. Mereka juga mempelajari
sikap,nilai, prefensi pribadi dan beberapa kebiasaan dengan mengikuti contoh,
termasuk cara mengenali dan menangani emosi mereka. Anak prasekolah belajar
banyak dari perilaku mereka dengan mengamati dan meniru perilaku orang-orang
disekitar mereka.
Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak
diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengankelompok
keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya. Anggotakeluarga merupakan
orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selamatahun-tahun saat desas-
desus kepribadian diletakkan, dan pengaruh keluargajauh lebih luas dibandingkan
pengaruh kepribadian lainnya, bahkansekolahpun. Betapa besar pengaruh
keluarga pada perkembangan kepribadiananak telah dinyatakan oleh seorang
penulis tak bernama dengan cara berikut:
1. Bila seorang anak hidup dengan kecaman, dia belajar mengutuk
2. Bila dia hidup dalam permusuhan, dia belajar berkelahi
3. Bila dia hidup dalam ketakutan, dia belajar menjadi penakut
4. Bila dia hidup dikasihani, dia belajar mengasihi dirinya
5. Bila dia hidup dalam toleransi, dia belajar bersabar
6. Bila dia hidup dalam kecemburuan, dia belajar merasa bersalah
7. Bila dia hidup diejek, dia belajar menjadi malu
8. Bila dia hidup dipermalukan, dia belajar yakin akan dirinya
9. Bila dia hidup dengan pujian, dia belajar menghargai
10. Bila dia hidup dengan penerimaan, dia belajar menyukai dirinya
11. Bila dia memperoleh pengakuan, dia belajar mempunyai tujuan
12. Bila dia hidup dalam kebijakan, dia belajar menghargai keadilan
13. Bila dia hidup dalam kejujuran, dia belajar menghargai kebenaran
14. Bila dia hidup dalam suasana aman, dia belajar percaya akan dirinya
danorang lain
Pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian bergantung sampaibatas
tertentu pada tipe anak. Misalnya, seorang anak yang sehat akan sangat berbeda
reaksinya terhadap perlindungan orang tua yang berlebihan dibandingkan dengan
seorang anak yang sakit dan lemah.
1. Pengaruh Pola Asuh Oarang Tua yang Bekerja dan yang Tidak
Bekerjaterhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama
tahuntahunpertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil
menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua.
Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar yang
diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak. Karena dasardasar
inilah yang akan membentuk kepribadian yang dibawa sampai masa tua.
Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal
dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk pertama kalinya
anak mengenal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu,
orang tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-
anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik.
Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian
orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut
mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini
biasanya terjadi pada keluarga-keluargamuda yang semuanya bekerja.
Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua
karena keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masingmasing.
Sedangkan anak pada usia ini sangat mambutuhkan perhatian lebih dari
orang tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Anak yang ditinggal orang
tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh yang dibayar orang tua untuk
menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan pengasuhan yang baik
sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja.
Biasanya orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah
meninggalkan anak seharian. Sehingga orang tua akan menurutisemua permintaan
anak untuk menebus kesalahanya tersebut tanpa berfikirlebih lanjut permintaan
anak baik atau tidak untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya.
Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian
dari luar, baik dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang
tua pada saat mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain,
membuat keributan di rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat
kesal orang lain. Semua perlakuan anak tersebut dilakukan hanya untuk menarik
perhatian orang lain karena kurangnya perhatian dari orangtua.
Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada
pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan
kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua.
Segala yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu,
orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga
anak mampu untuk bersikap mandiri.
2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan
Berpendidikan Rendah terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan
setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan
tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan
bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak
khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang
berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan santun kepada orang
lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain.
Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan
tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan
tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang
dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak
dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk
anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk
suatu kepribadian yang kurang baik.
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi MenengahKeatas
dan Menengah Kebawah
Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering
dihadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan
berdampak pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan dalam
menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia prasekolah yang belum mengerti
tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari
orang tua.
Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat
perekonomiannya menengah keatas dan orang tua yang tingkatperekonomiannya
menengah kebawah berbeda.Orang tua yang tingkat perekonominnya menengah
keatas dalampengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anaknya. Apapun
yangdiinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anakdapat
terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhananak sebagian
besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasihsayang orang tua
diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhananak.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan
membentuk suatu kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi
dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang
dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah
dalam cara pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak
yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang
benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang
dapat diberikan.
Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup
dengan segala kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk
kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak
mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai
usaha orang lain. Pada kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan
keadaan ekonomi orang tua yang kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam
hal ini sangat penting. Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidikan
agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala yang telah diberikan
oleh sang Pencipta.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi setiap kepribadian yangtelah
terbentuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akanmembentuk suatu
kepribadian yang berbeda-beda sesuai apa yang telahdiajarkan oleh orang tua.
Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan penting
dalam setiap perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian anak.
Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga
terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan oleh orang tua sebagai
harapan masa depan.
Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah polaasuh
orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi dengan
pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak
yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan yang baik
dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal
baru.
Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukankepribadian
anak antara lain:
1. Penanaman pekerti sejak dini
2. Mendisiplinkan anak
3. Menyayangi anak secara wajar
4. Menghindari pemberian label “malas” pada anak
5. Hati-hati dalam menghukum anak
Strategi dalam pembentukan kepribadian anak:
1. Tekankan segi positif
2. Jaga agar peraturan tetap sederhana
3. Bersikap proaktif
4. Mengarahkan kembali perilaku yang salah
5. Mengatasi transisi
6. Negosiasi dan kompromi
7. Jangan membuat alasan
8. Hindari kontrol lewat rasa bersalah
Dalam cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan orang tua yangtidak
bekerja berbeda. Begitu pula dengan gaya pengasuhan orang tua yang mempunyai
pendidikan yang tinggi dan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah.
Dan juga pola asuh orang tua yang tingkat perekonomian menengah keatas dan
orang tua yang perekonomiannya menengah kebawah. Masing-masing pola asuh
yang telah diberikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar tehadap
pembentukan kepribadian anak.

DAFTAR PUSTAKA
Copyright @ 2011, www.google.com
Sujiono, Sal. 2003. Bagaimana Bersikap pada Anak agar Anak Prasekolah
Anda Bersikap Baik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai