Indonesia merupakan pasar obat potensial. Berdasarkan data dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM, 2016), jumlah industri farmasi saat ini sebanyak 208
perusahaan, terdiri dari 4 BUMN, 35 multinasional dan 169 swasta nasional Indonesia.
Mayoritas industri farmasi di Indonesia masih bergerak pada industri formulasi atau
industri pembuatan obat jadi. Hal ini yang menyebabkan kebutuhan impor bahan
baku pembuatan obat menjadi besar. Rata-rata pasar farmasi di Indonesia tumbuh
12-13% per tahun. Pada level ASEAN, pasar farmasi Indonesia mencapai 27% total
pasar farmasi ASEAN, dari jumlah tersebut 70% pangsa pasar dikuasai oleh industri
nasional. Tahun 2015 pasar farmasi di Indonesia bernilai sekitar Rp. 60 Triliun dan
diperkirakan terus meningkat sejalan dengan potensi pertumbuhan penduduk,
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, pendapatan per kapita dan
akses layanan kesehatan (BPJS).
Untuk sebaran realisasi investasi industri farmasi periode 2010 sampai dengan golongan sefalosporin termasuk didalamnya, yang berarti kebutuhan Sefalosporin
Kuartal III Tahun 2016 masih didominasi Pulau Jawa. Realisasi investasi terbesar di sangat tinggi di Indonesia (tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia), sehingga
Provinsi Jawa Barat yakni mencapai Rp. 5,5 Triliun diikuti Jawa Timur sebesar Rp. 2,6 perlu dikembangkan industri bahan baku Sefalosporin dan pemenuhan pasokan
Triliun. Jepang merupakan negara asal investasi dengan realisasi terbesar, yakni Rp. pasar Sefalosporin di Indonesia.
2 Triliun, diikuti oleh Jerman dan Amerika Serikat.
Sefalosporin adalah kelas antibiotik β-laktam yang diturunkan dari fungus
Struktur industri farmasi Indonesia belum optimal (terbatas formulasi). Hampir Acremonium. Saat ini Sefalosporin relatif banyak digunakan dibandingkan antibiotik
90% bahan baku yang digunakan di industri farmasi adalah impor. Berdasarkan data lainnya, karena kemungkinan terjadinya alergi kecil, memiliki sifat meracuni yang
dari Kementerian Perindustrian, 2016, saat ini Indonesia mengimpor bahan baku obat rendah dan merupakan antibiotik dengan cakupan luas (broad spectrum). Di
terbanyak dari Tiongkok, India, dan kawasan Eropa. Tiongkok masih menjadi negara Indonesia juga banyak sekali digunakan sefalosporin bahkan untuk penyakit kronis.
sumber pemasok terbesar kebutuhan bahan baku obat Indonesia, yakni sekitar Rp Hingga saat ini antibiotik broad spectrum Sefalosporin telah memasuki Generasi
6,84 triliun (60%), India di posisi kedua Rp 3,42 triliun (30%), dan Eropa Rp 1,4 triliun Ke-5. Yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Sefalosorin Generasi ke-
(10%). Ketergantungan yang teramat tinggi pada bahan baku impor menjadikan 3, efektif untuk menangani bakteri Enterobacteriaceae termasuk strain penghasil
industri farmasi Indonesia sangat rawan, apalagi dengan keadaan pelemahan kurs penisilinase. Obat oral generik yang tersedia di Indonesia, misalnya: Cefixime dan
rupiah yang akan mendongkrak biaya produksi. Keseimbangan antara neraca impor Cefpodoxime. PT. Kimia Farma Persero Tbk. yang merupakan pioner industri farmasi
dengan ekpor disebabkan karena bahan baku lokal juga diekspor. Sedangkan di Indonesia saat ini akan mengembangkan bahan baku obat antibiotik, khususnya
Indonesia, meski 90% bahan bakunya impor, dengan bahan baku lokal sejumlah 10 Sefalosporin, dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah.
% yang belum bisa diekspor.
Dalam mengembangkan bahan baku antibiotik sefalosporin, Kimia Farma akan
Dari grafik di bawah ini, pasar antibiotik selain golongan amoksisilin, ampisilin, mendirikan pabrik melalui 2 (dua) tahap yaitu tahap pertama membangun pabrik
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin Indonesia menunjukkan nilai terbesar. Antibiotik untuk mengolah raw material menjadi intermediate material, dilanjutkan tahap kedua
membangun pabrik untuk mengolah intermediate material menjadi bahan baku
obat Chephalosporin (ada 50 item turunan Cephalosporin). Pabrik kedua ini yang
10 BESAR IMPOR BAHAN BAKU OBAT TERBESAR TAHUN 2014 (US$) dinamakan industri Active Pharmaceutical Ingredient (API), produk dari pabrik ini
yang akan dipakai oleh industri farmasi untuk memproduksi antibiotik sefalosporin.
Kimia Farma menginisiasi pabrik API di Indonesia dan membuka peluang bagi
perusahaan lain yang akan mengembangkan API di Indonesia.
Baru-baru ini pula Kimia Farma bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM)
dan Kementerian Perindustrian akan mengembangkan bahan baku Parasetamol, yang
saat ini masih dalam tahap penelitian oleh UGM. Kementerian Perindustrian akan
membantu penyediaan bahan dasar kimianya, sementara Kimia Farma yang akan
mengembangkan, memproduksi hingga memasarkannya. Parasetamol termasuk
bahan baku obat yang paling banyak dikonsumsi dengan kebutuhan di Indonesia
mencapai 4.500 Ton per tahun. Proyek ini masih membuka peluang investasi bagi
swasta untuk bekerjasama dengan Kimia Farma dalam mengembangkan bahan
Sumber : BPS, 2015 baku parasetamol di Indonesia.
Dengan rencana pembangunan pabrik Bahan Baku Obat yang dilakukan oleh yang tinggi juga ikut menekan neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
Perseroan ini diharapkan ke depan dapat mengurangi ketergantungan akan impor Dengan demikian, sangatlah penting Pemerintah mendorong kemandirian industri
bahan baku obat sehingga akan memberikan dampak positif bagi kemajuan industri farmasi dalam negeri dalam upaya untuk menekan harga obat dan mengurangi
farmasi di Indonesia. ketergantungan bahan baku obat impor serta menghemat devisa negara. Kebijakan
yang mendukung Kemandirian Bahan Baku Obat Nasional yakni :
Industri farmasi nasional harus melakukan transformasi, bukan hanya sebagai industri
farmasi formulasi namun ke depan mampu menjadi industri farmasi berbasiskan riset • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2013 tentang Peta Jalan
dan pengembangan serta manufaktur yang memiliki kemampuan untuk memproduksi Pengembangan Industri Bahan Baku Obat.
bahan baku secara mandiri. Dengan demikian, mendukung terciptanya industri
farmasi yang terintegrasi, mulai dari produksi bahan baku, penguasaan teknologi • Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
dan peningkatan ekspor. Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035 Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat Kesehatan menjadi salah satu industri andalan prioritas.
Buku ini berisi profil proyek (Investment Project Ready to Offer / I-PRO) tentang
bahan baku obat (Active Pharmaceutical Ingredients / API) di PT. Kimia Farma
Persero Tbk. yang meliputi bahan baku antibiotik Sefalosporin dan rencana
Untuk menarik investasi dan membuat investasi yang sudah ada memiliki keuntungan, awal pengembangan bahan baku Parasetamol. Kami mengharapkan buku ini
pasar yang besar harus disertai dengan daya beli yang tinggi, dan iklim bisnis serta dapat memudahkan para calon investor memperoleh informasi dalam mengambil
investasi yang kondusif. Perubahan yang signifikan dan agresif diperlukan karena keputusan berinvestasi di bidang bahan baku obat.
bila tidak dilakukan maka Indonesia akan tertinggal. Saat ini, Pemerintah Indonesia
tengah berupaya untuk mendorong tumbuhnya industri hulu farmasi, yakni industri
bahan baku obat. Keberadaan sektor industri bahan baku obat dinilai penting
sebagai industri substitusi impor bahan baku obat yang sangat tinggi. Impor
TABLE OF CONTENTS
1. INTRODUCTION
INDUSTRY
4. INVESTMENT INCENTIVES
6. INVESTOR RELATION
President Joko Widodo has issued several economic reform packages with the overall aim of
boosting economic growth and attract investment. Whether new business development or
business expansion, it truly is an exciting time to invest in Indonesia as investors can expect
streamlined regulations, simplified and faster licensing, as well as attractive incentives. One
of the priority sectors of the Government policies is to develop the domestic production of
pharmaceutical raw materials. The presence of pharmaceutical raw materials industry sector
is considered important as import substitution industry. Approximately 90% of pharmaceutical
raw materials come from abroad to meet the domestic production of finished drugs. High
import also put pressure on the trade balance and the current account deficit.
As the country with the 4th largest population in the world, Indonesia is the largest
pharmaceutical market in the ASEAN region. The Indonesian pharmaceutical market reached
27% of total ASEAN market where 70% was dominated by the local industry. The average
pharmaceutical market in Indonesia is growing 12-13% per year. In the future the pharmaceutical
industry in Indonesia will continue to grow rapidly in line with population growth potential,
increased drug needs, income per capita and health services. The biggest Indonesian
state-owned pharmaceutical company PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. plans to build several
Active Pharmaceutical Ingredients (API) plants to meet raw materials demands and reduce
dependence on imported raw materials. It is an excellent investment opportunity as Indonesia
has a wealth of biological resources to develop pharmaceutical raw material industries and
Indonesia’s growing market. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. welcome investor interest in
investing, especially as the Government is encourage efforts to develop the pharmaceutical
raw material industry in Indonesia. Furthermore now Government allows 100% foreign equity
ownership for the pharmaceutical raw material industry.
Investing in Indonesia is the right business decision. I invite you to optimize the abundant
advantages of producing and manufacturing in our remarkable country. We are just at the
beginning of a promising new era and we look forward to partnering with you.
Thomas T. Lembong
Chairman of Investment Coordinating Board Republic of Indonesia
2015 - 2017
decline that will reduce strategic and financial risks
encountered by the company as well as expected
to bring possitive contribution for Indonesian
pharmaceutical industry development.
• Indonesia imports raw material for the pharmaceutical industry amounted to 95 percent.
Choline 5%
• Based on the statistic in 2014, Cephalosporin dominated the API import at 19 percent.
Other Vitamin&Derivatives 7%
Plasma Protein 7% • Actually, BPPT researched cephalosporin in 1991, but it has not been developing up to
now in Indonesia. On the other hand, China, that started this research at the same time
Calcium Carbonate 8%
with Indonesia, has fast growth in cephalosporin.
Vitamin C 8%
Cephalosporin 19% • KIMIA FARMA plans to build the first cephalosporin industry in Indonesia. It is expected
to reduce import of pharmaceutical raw material up to 20-30 percent.
Source: Statistic Indonesia, 2014
• Indonesia has pharmaceutical resources potential which can be used as an alternative for
API starting material.
Land Area : 3 Ha
7 - ACA
Support Required : Masterlist Electricity (5 MW)
Source: PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia, 2016 Source: PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia, 2016
PROGRESS OF Currently land area availability is 12 Ha located in the strategic location in Lippo Cikarang,
CEPHALOSPORIN West Java.
PROJECT
AT KIMIA FARMA
The feasibility study is targeted to begin in November 2016 and completed in April 2017.
Conceptual Design
Konstruksi Fasilitas
Production
Pilot Production
2016 2017
ACTIVITY
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Otk Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Otk Nov Dec
Development
Colaboration Scheme
Draft MoU
Signing Mou
Structure
Feasibility Study
Feasibility Repon
Contract
the Ministry of Industry will deliver all chemicals and other reagents to UGM to be used as
base material in the research and manufacture of Paracetamol raw materials. Kimia Farma also
supports the activity of pilot scale production of Paracetamol raw materials by using the results
of UGM research.
The availability of Paracetamol raw materials is phenol which may be made of benzene where
the availability of benzene in Indonesia is very abundant i.e. 123,000 tons per year (source:
Ministry of Industry, 2015).
Kimia Farma is optimistic that this project will help the Government program on National
Pharmaceutical Raw Material Self-Fulfillment (Kemandirian Bahan Baku Obat Nasional), so
that the future will reduce dependence on imported pharmaceutical raw materials. It may
give an opportunity for private companies in partnership with Kimia Farma to develop
consumed in Indonesia. The need for paracetamols in Paracetamol raw material.
Indonesia reaches 4,500 tonnes per year. Paracetamol
is mostly used as antipyretic & analgesic raw material
medicine.
INDUSTRY
CHEMICAL PRODUCT
• Parasetamol
• Biologic product
Government Regulation No. 14/2015 concerning
Master Plan of National Industry Development • Vaccine
2015 – 2035
• Herbal/natural product
Encourage the increasing use of local product, including improving linkages between small, medium and
3 large industries
Strengthen the infrastructure for the implementation of the Indonesian Pharmacopoeia for pharmaceutical
4
industry
6 Develop research and manufacturing of standardized and integrated biotechnology and herbal product
7 Build competency and capability of pharmaceutical research for biotechnology and herbal product
• Herbal preparation
• Cephalosporin derivatives
• Amlodipine
INVESTMENT INCENTIVE
NO REQUIREMENTS
Health sector
INVESTOR RELATIONS
Questions?
We are ready to help you make the right decision to join API Project at PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk.
Please contact us at:
Martina Navratilova
Chemical Industry Sub Directorate
Phone : +62-21 5252008 ext 3815
Mobile : +6281295464698
Email : martina.navratilova@bkpm.go.id
Verdi Budidarmo
President Director
Mobile : +62811864250
Email : vbudidarmo@kimiafarma.co.id
PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
Kompleks Majapahit Permai Blok A-101
Jl. Majapahit Raya
Jakarta
www.kimiafarma.co.id