Anda di halaman 1dari 21

Maghfirah Izza Maulani

1605115130

PGSD C 2016

CIRI UMUM, KARAKTERISTIK DAN NILAI


HAKIKI KEWIRAUSAHAAN

BAB 1

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa
berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada
kondisi risiko atau ketidakpastian.

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard


Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal
dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa,
Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil.

Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan


pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas
pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan
perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di
segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul


pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara
berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi,
panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap
dan perilaku sebagai manusia unggul.

Pada makalah ini dijelaskan tentang pengertian, hakekat, ciri-ciri dan karakteristik
dan nilai-nilai kewirausahaan.

 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas maka tim penulis dapat
merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara
lain:

 Apa definisi kewirausahaan?


 Bagaimana Karakter, Ciri Umum, dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan?
 Bagaimana cara berpikir kreatif dalam kewirausahaan?
 Bagaimanakah sikap dan kepribadian wirausaha?
 Bagaimana motif berprestasi kewirausahaan?

 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan-tujuan yang dapat penulis utarakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
 Menjelaskan apa definisi kewirausahaan ?
 Menjelaskan bagaimana Karakter, Ciri Umum, Nilai-nilai Kewirausahaan?
 Menjelaskan bagaimana cara berfikir kreatif dalam kewirausahaaan?
 Menjelaskan bagaimanakah sikap dan kepribadian wirausaha
 Menjelaskan bagaimana motif berprestasi wirausaha

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kewirausahan

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan


penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama
mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan
kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.

Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam


bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri berawal dari bahasa Perancis,
yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta dan pengelola usaha. Istilah
tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini
makin popular setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk
menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber
daya-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke
produktivitas yang lebih ingi dan menghasilkan banyak lagi (Suwartoyo,1992).

Ketika teori ekonomi memasuki masa neoklasikal, peran wirausaha tidak lagi
mendapat perhatian khusus. Wirausaha saat itu hanya dianggap sebgai factor
produksi yang tergolong tetap (fixed factor), di mana pemusatan teori saat itu
berada pada pengelolaan sumber daya (Eatwell et. al., 1988).
Bebarapa definisi lain tentang kewirausahaan diantaranya sebagai berikut:

1. Maggil (1991)
Wirausaha melakukan suatu proses yang disebut dengan ‘creative
destruction’ terhadap keseimbangan pasar. Inovasi yang diciptakan oleh
wirausaha akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk
kemudian menciptakan keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas
inovasi tersebut.

1. Raymond W.Y Kao (1995)


Kewirausahaan merupakan suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang
baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
(inovasi ). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah
bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan
proses penciptaan

kesejahteraan /kekayaan dan nilai tambah, melalui penelusuran dan penetasan


gagasan tersebut menjadi realitas.

1. Faisal Afif (2001)


Wirausaha pada hakikatnya bukan saja semata-mata masuk dalam wilayah
bisnis/ekonomi, namun telah meluas ke bidang public (nonbisnis) seperti politik
dan pemerintah. Alasannya, karena secara kontekstual dunia entrepreneur berisi
wilayah tak bertuan yang belum pernah dijamah, asing dan pola dinamikanya
belum memiliki keteraturan.

1. Joseph Schumpeter (1934)


Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk :
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,

(2) memperkenalkan metoda produksi baru,

(3) membuka pasar yang baru (new market),

(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau

(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.

Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan


dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.

1. Harvey Leibenstein (1968,1979)


Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.

Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah
bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar
berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.

Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam


kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak
digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan
fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya
menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi
kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang


berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan,
memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima
balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.

2.2 Karakter, Ciri Umum, dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan

2.2.1 Karakteristik Kewirausahaan

Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7)


mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan sebagai berikut :

 Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas


usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki tanggung jawab
akan selalu mawas diri.
 Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat,
artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun yang
terlalu tinggi.
 Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri
untuk memperoleh kesuksesan.
 Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik
dengan segera.
 High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
 Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan
wawasan jauh ke depan.
 Skill at organizing, memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
 Value of achievement over money, lebih menghargai prestasi daripada
uang.

2.2.2 Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan

1. Memiliki Motif Berprestasi Tinggi


Seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan
merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha
melakukan sesuatu hal secara tidak asal-asalan, sekalipun hal tersebut dapat
dilakukan oleh orang lain. Nilai prestasi merupakan hal yang justru
membedakanantara hasil karyanya sebagai wirausaha dengan orang lain yang
tidak memiliki jiwa kewirausahaan.

1. Memiliki Perspektif ke Depan


Arah pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke
masa depan. Perspektif seorang wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia
berhasil atau tidak. Indicator-indikatornya dapat dilihat dari contoh berikut :

1. Sony Sugema, tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan


belajar, mampu menangkap berbagai peluang di masa depan dengan
menerapkan motto “The Fastes Solution” yang sebelumnya tidak langsung
dipercaya, ternyata setelah dicoba menjadi popular di mana-mana.
2. Akio Morita, pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan “Walkman”
dari hasil perspektifnya terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk
menciptakan sebuah tape recorder yang dilengkapi dengan headphones dan
berbentuk kecil sehingga mudah dibawa kemanapun.
1. Memiliki Kreatifitas Tinggi
seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inivasi yang lebih
nonwirausaha. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan
olehnya dan wirausaha mampu membuat hasil inovasinya menjadi permintaan,
contohnya : Menjelang tahun 2000, ada sekelompok ornag yang menjad kaya raya
karena hasil menjual “tha millennium bug”. Puluhan juta dolar bergulir di industry
computer dan teknologi hanya karena ide ini. Peranti lunak baru, jasa konsultasi
teknologi computer, bahkan Hollywood pun berhasil membuat ide ini menjadi
industry hiburan yang menghasilkan puluhan juta dolar.

1. Memiliki Sifat Inovasi Tinggi


Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi
inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. Jiak impian dan tujuan hidup
merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat diibaratkan
sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup dan bisnis. Impian saja tidak
cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga
bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam situasi apa pun, entah badai
kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi baru yang dibuat harus ditunjang oleh
pilar-pilar bangunan sebagai kerangka pengembangan, kemudian diikuti dengan
manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas, system
pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreatifitas yang diterjemahkan
menjadi sesutau yang di implementasikan dan memberikan nilai tambah atas
sumber daya yang kita miliki.

1. Memiliki Komitmen terhadap Pekerjaan


Menurut Sony Sugema, terdahap tiga hal yang harus dimiliki oleh

seorang wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu.

Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa
tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa.
Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nakhoda, tidak jelas
arah yang akan dituju. Sering kali orang berhenti diantara sukses dan kegagalan.
Namun, seorang wirausaha harus menancapkan komitmen yang kuat dalam
pekerjaannya, karena jika tidak akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang
telah dirintisnya.

1. Memiliki Tanggung Jawab


Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dati tuntutan tanggung jawan.
Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu
melahirkan taggung jawab. Indicator orang yang bertanggung jawab adalah
berdisiplin, penuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan
konsisten, misalnya :

1. Staff bagian keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu
sehingga menyulitkan pengukuran kinerja perusahaan.
2. Pengusaha merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran
pajak sesuai dengan peraturan.

1. Memiliki Kemandirian
Orang yang mandiri adalah orang tidak suka mengandalkan orang lain namun
justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya
adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang
lain.

Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, haus memiliki berbagai jenis modal.
Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :

1. Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan,


kemampuan menganalisa dan meghitung resiko serta keberanian atau visi
jauh ke depan.
2. Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai
modal usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan,
penawaran, dan lain sebagainya.
3. Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga
sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika factor-faktor tersebut
dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya
dapat menjadi kenyataan.

1. Memiliki Keberanian Menghadapi Risiko


Seorang wirausaha harus berani menghadapi risiko. Semakin besar risiko yang
dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Berani
mengambil risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal
dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap
risiko yang akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih
banyak memberikan kemungkinan berhasil. Inilah factor penentu yang
membedakan wirausaha dengan manajer. Wirausaha akan lebih dibutuhkan pada
tahap awal pengembangan perusahaan, sedangkan manajer dibutuhkan dalam
mengatur perusahaan. Inti dari tugas manajer adalah berani mengambil dan
membuat keputusan untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya,
sedangkan inti kewirausahaan adalah berani mengambil risiko untuk meraih
peluang.

1. Selalu Mencari Peluang


Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam persperktif atau dimensi
yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan
beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya
piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan. Semakin
tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas
sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi
sumber daya produktif. Seorang wirausaha senantiasa belajar, belajar dan belajar.

Bila kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia yang harus
dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman dan
pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah
bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses
alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang
lebih baik.

2.2.3 Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan

Nilai-nilai kewirausahaan di atas identic dengan system nilai yang melekat pada
system nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A. Danandjaja (1986),
dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai manajer terdapat dua
kelompok nilai, yaitu: 1) sitem nilai pribadi 2) system nilai kelompok atau
organisais. Dalam system nilai pribadi terdapat empat jenis system nilai, yaitu (1)
nilai primer pragmatic, (2) niali primer moralistic, (3) Nilai primer efektif dan (4)
nilai baruan. Dalam system nilai primer Pragmatik terkandung beberapa unsur
diantaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kemampuan kecakapan,
kreativitas, kerja sama, dan kesempatan. Sedangkan dalam nilai moralistic
terkandung unsur-unsur keyakinan, jamianan, martabat, pribadi, kehormatan, dan
ketaatan.

Dalam kewirausahaan, system nilai primer pragmatic tersebut dapat dilihat dari
watak, jiwa, dan prilaku, misalnya selalu bekerja keras, tegas, mengutamakan
prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas
kerja, komitmen dan kemampuan mencari peluang, selanjutnya nilai moralistic
meliputi keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama,
kejujuran, keteladanan dan keutamaan.

Sujuti Jahya (1997), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut dalam dua


dimensi nilai berpasangan, yaitu:

 Pasangan system nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan


nonmateri.
 Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasan.
Penerapan masing-masing nilai sangat bergantung pada focus dan tujuan
masing-masing wirausaha.

Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki yang penting dari
kewirausahaan, yaitu:

 Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi 1988 :33). Dalam praktik,
sikap dan kepercayaan ini merupakan sikaap dan keyakinan untuk memulai,
melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab
itu, kepercayaan diri memilikki nilai keyakinan, optimisme, individualisme, dan
ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung
memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
(Zimmerer, 1996:7)

Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis dan banyak
ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri mrmiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efesien.
Kepercayaan diri juga sellu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan,
dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.

 Berorientasi pada Tugas dan Hasil


Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai
diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses
atau berprestasi. Maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya akan
semakin maju dan berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh
apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan
dan pengalaman selama bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan
cara disiplin diri, berpikir kritis, dan semangat berprestasi.

 Keberanian Mengambil Risiko


Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai
utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan
sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha
yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang
dan memenangkan dengan cara yang baik ( Yuyun Wirasasmita 1994: 2).
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang
untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Oleh sebab itu wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang
relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggikemungkinan memperoleh sukses
yang tinggi, tetpi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan
lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian keberanian
untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan
risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar
diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.

 Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang
pertama, dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan
inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang di hasilkannya dengan
lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk
dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi
mauoun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai sutau yag
menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu
ingin bergaul untuk mencari peuang dan terbuka terhadap kritik serta saran yang
kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan karsa yang berbeda akan
dipandang sebagai suatu yang baru dan dijadikan peluang. Banyak hasil karya
wirausaha yang berbeda dan dipandang baru, seperti computer, mobil, minuman,
dan produk makanan lainnya.
 Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif
dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa
depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang yang baru dan berbeda dengan yang
sudah ada saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah
untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan
yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cept puas dengan karsa dan karya
yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan
mencari suatu peluang.

 Keorisinilan : kreativitas dan Inovasi


Nilai inovtif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan
seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan
adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7) dengan
ciri-ciri:

1. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun
cara tersebut cukup baik.
2. Selalu menuangkan imajinasi dlam pekerjaannya.
3. Selalu ingin tampil beda atau manfaatkan perbedaan.
Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan definisi inovasi dan kretivitas lebih
mengarah pada konsep berpikir dan bertindak yang baru. Kreativitas adalah
kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat
permasalahan dan peluang yang ada. Sedangkan inovasi adalah kemampuan
mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada
untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat. Jadi kretivitas adalah
kemampuan menciptakan gagasan baru, sedangkan inovasi adalah melakukan
sesuatu yang baru. Oleh karena itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir
dan bertindak sesuatu yang baru atau pendapat Soeparman Soemahamidjaja
(1997:10), bahwa kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda.

2.2.4 Berfikir Kreatif dalam Kewirausahaan

Dengan menggunakan otak sebelah kiri, menurut Zimmerer (1996: 76), ada tujuh
langkah proses kreatif:

· TAHAP 1: PERSIAPAN

Persiapan menyangkut kesiapan untuk berpikir kreatif, dilakukan dalam bentuk


pendidikan formal, pengalaman, magang, dan pengalaman belajar lainnya.

 Tahap 2: Penyelidikan
Dalam penyelidikan diperlukan individu yang dapat mengembangkan pemahaman
mendalam tentang masalah atau keputusan. Seseorang dapat mengembangkan
pemahaman tentang masalah atau keputusan melalui penyelidikan.

 Tahap 3: Transformasi
Tahap transformasi menyangkut persamaan dan perbedaan pandangan diantara
informasi yang terkumpul. transformasi adalah mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan yang ada tentang informasi yang terkumpul. Dalam tahap ini
diperlukan dua tipe berpikir, yaitu berpikir konvergen dan divergen. Berpikir
konvergen adalah kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan diantara
beragam data dan kejadian. Sedangkan berpikir divergen adalah kemampuan
melihat perbedaan antara data dan kejadian yang beranekaragam.

 Tahap 4: Penetasan
Penetasan merupakan penyiapan pikiran bawah sadar untuk merenungkan
informasi yang terkumpul. Pikiran bawah sadar meemerlukan waktu untuk
merefleksikan informasi.

 Tahap 5: Penerangan
Penerangan akan muncul pada tahap penetasan yaitu ketika terdapat pemecahan
spontan yang menyebabkan adanya titik terang. Pada tahap ini, semua tahap
sebelumnya muncul secara bersama dan menghasilkan ide-ide kreatif serta
inovatif.

 Tahap 6: Pengujian
Pengujian menyangkut validasi keakuratan dan manfaat ide-ide yang muncul yang
dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran,
pembangunan proyek percobaan, pembangunan prototype, dan aktivitas lain yang
dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan diimplementasikan.

 Tahap 7: Implementasi
Implementasi adalah transformasi ide kedalam praktik bisnis yang:

1. Searching for the “right”


2. Focusing on “being logical”
3. Blindly following the rules
4. Constantly being practical
5. Viewing play as frivolous
6. Becoming everly specialized
7. Avoiding ambiguity
8. Fearing looking foolish
9. Fearing mistakes and failure
10. Believing that “I’m not creative”
2.2.5 Sikap dan Kepribadian Wirausaha
Alex Inkeles dan David H. Smith (1974: 19-24) adalah beberapa ahli yang
mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurut Inkeles (1974:
24), kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam
produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah
laku dalam kehidupan social. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap
pengalaman baru, selalu membaca perubahan social, lebih realistis terhadap fakta
dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan dating bukan pada
masa lalu, berencana percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan
mempunyai keahlian, respek, hati-hati, serta memahami produksi.

Menurut Harsojo (1978: 5), modernisasi merupakan sikap yang menggambarkan:

 Keterbukaan bagi pembaruan dan perubahan.


 Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.
 Orientasi pada masa kini dan masa depan.
 Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri.
 Keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil dari prestasi.

Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang merupakan


gabungan dari 5 proses inovasi yaitu menemukan pasar baru, pengenalan barang
barang baru, metode produksi baru, sumber penyediaan bahan mentah baru, serta
organisasi industry baru. Wirausaha merupakan innovator yang dapat
menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.

Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting.


menurut Duselman (1989; 16), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan di
tandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
 Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan, dan menerima
ide-ide baru.
 Keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha untuk menimbang dan
menerima resiko dalam mengambil keputusan dan mengahadapi
ketidakpastian
 Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen, meliputi:1.Menjaga kelancaran usaha
2. Mengawasi dan mengevaluasi usaha.
 Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan
tujuan usaha.

Menurut Kathlen L . Hawkin dan Peter A. Turla (1986), pola tingkah laku
kewirausahaan diatas tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut :

1. kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, displin diri,
kepercayaan diri, keberanian dalam menghadapi resiko, memiliki dorongan,
dan kemampuan kuat.
2. hubungan, dapat dilihat dari indicator komunikasi dan hubungan antar
personal, kepemimpinan, dan manajemen.
3. pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga ,
periklanan, dan promosi
4. keahlian dalam mengantur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,
perencanaan, penjadwalan, serta pengaturan pribadi,
5. keuangan, indikatornya adalah, sikap dan cara mengatur uang
2.2.6 Motif Berprestasi

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). ia mengemukakan


tentang hirarki kebutuhan yang mendasari motivasi. menurutnya, kebutuhan
bertingakat sesuai dengan tingkat pemuasanya, yaitu kebutuhan fisik, kebbutuhan
akan keamanan, kebutuhan social, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.

David C. McClclland (1971) mengelompokan kebutuhan menjadi yaitu :

1. need for achievement (n’Ach: the drive to excel, to achieve in relation to a


set of standard, to stive to succeed.
2. need for power (n’Pow): the need to make other behave in a way that they
would not have behaved otherwise
3. need for affiliation (n’Aff): the desire for friendly and close interpersonal
relationships
berdasarkan teori motivasi diatas, maka timbul pertanyaan mengapa orang
berharsat menjadi wirausaha. menurut dun Steinhoff dan Jhon f. bargess (1993:
6) , terdapat 7 alasan , yaitu :

1. the desire for higher income.


2. the desire for a more satisfying career
3. the desire to be self – directed
4. the desire for the prestige that comes to being a business owner.
5. the desire to run with a new idea or concept
6. the desire to build long- term wealth
7. the desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Watak, sifat, jiwa dan nilai kewirausahaan muncul dalam bentuk perilaku
kewirausahaan dengan ciri-ciri : (1) percaya diri, (2) beroientasi pada tugas dan
hasil, (3) berani mengambil resiko, (4) berjiwa pemimpin, (5) keorisinalan, dan (6)
berorientasi ke masa depan. Jiwa kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh
pengusaha dan berlaku dalam bidang bisnis tetapi juga dimiliki oleh setiap orang
yang memiliki jiwa kreatif dan inovatif seperti pemerintah, perguruan tinggi, dan
lembaga swadaya masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok.
Keberhasilan berwirausaha sangat bergantung pada beberapa factor, yaitu
kemauan, kemampuan, peluang dan kesempatan.

Ada beberapa alas an mengapa seseorang berminat melakukan wirausaha, yaitu


alasan keuangan, alasan sosial, alasan pelayanan dan alasan pemenuhan diri.
Beberapa peluang yang dapat diambil dari kewairausahaan meliputi peluang
memperoleh control atas kemampuan diri, peluang memanfaatkan potensi yang
dimiliki, peluang memperoleh manfaat secara financial, peluang berkontribusi
kepada masyarakat dan untuk menghargai usaha-usaha seseorang.

Anda mungkin juga menyukai