Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan
lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-
anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas
atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang
berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah
pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya
kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik,
kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung
mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah,
tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa
remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan,
pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi
sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam
Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di
dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di
negara berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun
2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda
berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja
terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk
(BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak
remaja.
c. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi
dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara
fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada
hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase
lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi
setahap (Al-Mighwar, 2006).
B. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan
ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena
ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-
ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan
sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).

C. Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi :
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik
yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini,
remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan
diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi
dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap
difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam
kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu
kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki
kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi
bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status.
Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan,
gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap
kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok
orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga
mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara
menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang
berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari
kelompok.
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang
lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap
mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan
identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh
dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan
identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan
sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap
demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,
identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan.
Difusi peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan
kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas
peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya
mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan,
remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual
yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa.
Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah
geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa
remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang
dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi,
perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih
matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi
cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya
sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai
waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima
masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan
jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan
ciri periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan.
Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat
membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu
mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang
tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori
variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi
konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan
mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang
lebih dapat dianalisis.
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai
nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran
lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal
balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang
tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau
penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun
demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak
mematuhi peraturan tersebut.
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga
mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka
berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin
menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin
memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan
mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang
mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan
ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan
ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka
mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
a. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian
sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang
tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan
menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan,
penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang
menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada
saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam
rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat
muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
b. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam
sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya
dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan
masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja
perasaan kekuatan dan kekuasaan.
1) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya
memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh
penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk
menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model
berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering
kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala
sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
2) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis.
Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan
yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting
untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan
pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan
peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling
memberikan dukungan satu sama lain.

D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001)
antara lain :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki
dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas
tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya
terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan
pola perilaku.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul
dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-
tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat
perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun,
menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk
memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak
perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong
untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari
peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran
tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan
penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan
dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-
kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan
jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan
pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
sesama jenis juga tidak mudah.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi
tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin
mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal
ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak
meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan
anggota kelompok.
6. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada
jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka
secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih
harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan
untuk bekerja selesai dijalani.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun
remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-
ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek
seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang
dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab
dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa
remaja.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai
yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan
teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap
dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini
seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap
tidak bertanggung jawab.

E. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
anak melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik
pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-
anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk
(2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval,
1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
1. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang
tuanya.

F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah
anak dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

G. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus
mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang
penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun
awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik
rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan
perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga
untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.
Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-
perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki
kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih
matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat
mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah.
Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-
kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan
dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang
menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan
sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak
masih anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang
dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan
terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik
dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka
sering membantah orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri,
cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang
yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha
untuk mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap
memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat
dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi
dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng
motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut.
Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan
dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual.
Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang
berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai
kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk
pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak
persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan
hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan
sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia
remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan,
membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini
sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
H. MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi
promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa
mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-
perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi
promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan
mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena
atletik juga umum terjadi .
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang
perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga,
perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan
kaum muda, remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji
kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan
aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi
trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa ijin
orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah
sebelum mereka dikumpulkan .
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan
bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja
dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai
rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga
pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin
diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 jam 10.00 WIB pada
keluarga Bp. R (38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari Ibu A (30
tahun), An. R (18tahun), An. S (12 tahun), An. W (9 tahun) dan Nenek. R
(61 tahun). Pendidikan terakhir Bp. R adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari
sebagai buruh di pabrik dan MC (pembawa acara) di acara-acara pernikahan.
Alamat tinggal sekarang ini di RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan pasarminggu Jakarta selatan . Keluarga Bp. R merupakan
keluarga extended family (keluarga luas/besar) yang terdiri dari keluarga inti
dan orang tua dari Bp.R yaitu Nenek. R. Diamana keluarga Bp. R merupakan
keluarga yang didalamnya masih terdapat hubungan darah, perkawinan dan
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing,
karena didalam satu rumah di keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup
bersama, segala kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R
mengatakan bersuku Betawi. Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika ada
anggota keluarga yang sakit dibelikan obat warung terlebih dahulu untuk
pertolongan pertamanya. Ibu. A mengatakan keluarga beragama Islam.
Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu dan
bepuasa. Di keluarga Bp. R pencari nafkah utama adalah Bp. R yang bekerja
sebagai buruh, selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai pembawa acara/MC
di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada dirumah.
Ibu. A mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan
suaminya saat ini. Ibu. A mengatakan tidak memiliki jadwal khusus untuk
rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. An. R
mengatakan jika banyak kegiatan dan dirinya stress maka dia akan main
keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak
jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. R
juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan
keluarga dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab remaja mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa,
mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan Ibu. R
mengatakan bahwa An. R adalah anak pendiam dan jarang berbicara jika
tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remja An. R sudah jarang
berkumpul dengan keluarga, jika berada dirumah An. R banyak
menghabiskan waktu di dalam kamarnya. An. R mengatakan jarang berbicara
dengan Bp. R karena menurut An. R bapaknya itu galak dan kalau menyuruh
sesuatu, misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. R malas
untuk menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenanrnya Bp. R baik, tetapi
memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. A juga mengatakan
bahwa An. R sulit diatur semenjak memasuki SMP. An. R mengtakan tidak
mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai
remaja., karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja.
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah
terbagi menjadi 6 ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih yang
berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang
selalu terlihat terbuka ini jarang dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak ada yang
aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. R
mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. An.
R berteman dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos
hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan
dengan menggunakan motor. Ibu. A mengatakan bahwa komunikasi pada
keluarganya menekankan keterbukaan. Namun, An. R mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. A juga mengatakan di
rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota
keluarga. Ibu. A mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada
ibuya. An. R mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu. A mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya
pas-pasan. Ibu. A mengatakan tidak pernah memantau aktivitas belajar
anakya di rumah.
Ibu. A mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah
dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. R
termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya.
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan degan baik. Ibu. A
mengatakan bahwa ketika ada anggota yang sakit, maka yang sakit akan
langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik. Keluarga Ibu. A juga
sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh
dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja.
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. R yang sudah memasuki masa
remaja. An. R sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-
temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya.
An. R juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekoah maupun teman
di sekitar rumahnya tersebut. An. R juga mengatakan pernah ikut-ikutan
tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. R mengatakan sudah memiliki
teman dekat wanita (pacar).
B. Pengkajian
I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Bp. R
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pendidikan Terakhir : SMP
4. Usia : 38 tahun
5. Pekerjaan : Buruh
6. Alamat : RT 02 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Pasar minggu Jakarta selatan
7. Komposisi Keluarga :
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan
Kelamin dg KK
1 Ibu A Perempuan Istri 30 thn SMP
2 An. R Laki-laki Anak 1 18 thn SMA
3 An. S Perempuan Anak 2 12 thn SD kls 6
4 An. W Perempuan Anak 3 9 thn SD kls 3
5 Nenek R Perempuan Ibu 61 thn SD

Genogram :

Nenek
R
61 thn

Bp. R Ibu A
38 thn 30 thn

An. R An. S An. W


18 thn 12 thn 9 thn
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Remaja / Pasien

: Cerai

: Tinggal dalam satu rumah

8. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. R termasusk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/besar). Keluarga Bp. R (38 thn) terdiri dari Bp. R, Ibu A, ketiga
anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu nenek R (61 thn).
9. Suku Bangsa :
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu A juga berasal
dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari
di rumah adalah Bahasa Indonesia dalam percakapan. Ibu A mengatakan
keluarganya tidak memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status
kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun.
10. Agama :
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu dan puasa dilakukan.
Menurut keluarga Bp. R, agama berperan penting dalam kehidupan
mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang
sedang sakit, keluarga uga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota
keluarga yang sedang sakit tersebut.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di keuarga Bp. R pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R
yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 – 2.500.000
setiap bulan. Selain itu Bp. R juga masih aktif menjadi pembawa acara/MC
di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada di rumah.
Ibu A sehari-hari membuka warung yang menjual kebutuhan sehari-hari
dan makanan ringan di rumahnya dengan penghasilan perhari 50.000-an.
Keperluan keluarga sehari-hari adalah untuk makan dan jajan An. R, An.
S dan An. W. Ibu A mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan
penghasilan suaminya saat ini. Bp. R saat ini memiliki tabungan atau dana
kesehatan dari tempatnya bekerja.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi
keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan
biasanya disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah,
tetapi sekarang jarang dilakukan., hanya jika ada waktu saja keluarga pergi
rekreasi. Ibu A juga mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah
kerabat yang letak rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di
rumah Ibu A mengatakan keluarganya dapat menikmatihiburan melalui
TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An. R mengatakan jika banyak
kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main keluar dengan
teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main
ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. R juga
mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan
keluarga dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain
:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. R untuk
memilih apa yang ingin dilakukan. An. R mengatakan tanggung
jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun jarang
dilakukan atas kemauannya sendiri. An. R sudah memiliki cita-cita,
yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi hanya sebatas harapan dan
tidak tahu bagaimana mencapai tujuannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu A saat ini sudah berlangsung selama 15
tahu, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat
ini, Ibu R dan Bp. R mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga
anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan mereka.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu A mengatakan bahwa An. R adalah anak yang pendiam dan
jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia
remaja, An. R sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika
berada di rumah An.R banyak menghabiskan waktunya di dalam
kamarnya. An.R mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R
karena menurut An. R bapaknya itu galak dan kalau menyuruh
sesuatu misalnya belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An.
R malas untuk menanggapinya. Ibu A mengatakan sebenarnya Bp.
R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya.
Ibu A juga mengatakan bahwa An. R sulit untuk diatur semenjak
memasuki SMP. An. R mengatakan tugas perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak
pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan
maupun tanggung jawabnya sebagai remaja.
3. Riwayat Keluarga Inti :
Bp. R dan Ibu A menikah pada tahun 1998, dan anak
pertamanya lahir setahun kemudian. Ibu A dan Bp. R baru
memutuskan memakai kontrasepsi setelah kelahiran anak ke-3. Jenis
kontrasepsi yang dipih adalah pil KB.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit,
keluarga Bp. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada
pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.

III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah
permanen peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain
interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah
ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur
dan kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan oleh Bp. R dan Ibu A,
sedangkan 2 kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak dan Nenek
R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu A. Lantai rumah terbuat dari
kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter
di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu
terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah putih yang
kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah tampak rapi dan bersih dan
terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang
digunakan oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya
tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai
gelap pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.
Denah Rumah

Kamar Dapur
Mandi

T
Ruang Ruang e
Tudur Keluarga r
10 m
a
s
Ruang Ruang Warung
Tidur Tamu

Teras

7m

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :


Bp. R jarang berkumpul dengan tentangga karen
akesibukannya, namun Ibu A aktif di arisan PKK dan pengajian yang
ada di lingkungan rumah. Ibu A sendiri tidak bekerja hanya menjadi
ibu rumah tangga saja dan mengurus warung yang ada di rumah.
Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi kanan rumah Bp. R
yaitu rumah saudaranya dan sebelah kiri adalah rumah tetangganya, di
belakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan bertetangga
terlihat rukun dan harmonis.
3. Mobilitas Geografis Keluarga :
Saat ini keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang
sekarang selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp.R sendiri
sudah tinggal di rumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp. R adalah
anak tunggal dari kedua orang tuanya yang telah bercerai maka di
rumah tersebut ditinggali keluarga Bp. R dan ibunya. Rumah Bp. R
dibangun di atas tanah milik orang tuanya, kepemilikan tanah masih
milik ibunya Bp. R.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Bp. R selalu menekankan pada Ibu A supaya mengikuti acara yang
diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan
lainnya. Apabila ada waktu luang Ibu R mengajak anaknya bermain ke
tetangga. Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik
antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 02. An. R mengatakan sudah
jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R sendiri
sering diminta untuk menjadi pembawa acara/MC di acara-acara
pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/RW. Ibu R juga
bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan rumahnya.
Saudara Ibu A tinggal tidak jauh dari rumah Ibu A, setiap hari selalu
bertemu. An. R berteman dengan beberapa teman seusianya, sering
nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental
PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor.
5. Sistem Pendukung Keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan
orang tua, karena dengan orang tua tinggal bersama dan berdekatan.
Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga adalah keluarga yang
tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan bila ada anggota
keluarga yang sakit dan tetangga yang idup saling menghormati serta
menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana kesehatan dari tempat
kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang sakit menurut Ibu A sangat
membantu keluarga.
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga :
Ibu A mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu
A mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta bantuan
nasihat dari orang tu. Waktu yang biasanya digunakan untuk
komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan
bersama dengan anggota keluarga. Namun An. R mengatakan
lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua ataupun keluarganya yang lain.
Bp. R sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada
anaknya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu A
punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya
pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi
perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu A juga berinisiatif
sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila
ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat
warung.
3. Struktur Peran :
 Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam
mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah
tangga.
 Ibu A
Ibu A mengatakan urusan anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu
rumah tangga dan juga membuka usaha warung di rumah.
 An. R
An. R mengatakan malas belajar dan jarang
mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu A mengatakan bahwa
anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu A
mengatakan tidak pernah membantu aktivitas belajar
anaknya di rumah.
 An. S
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu A yang pada tahun
ini akan memasuki SMP. An. S juga berperan sebagai
adik dari An. R dan kakak dari An. W.
 An. W
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu A juga berperan
sebagai adik dari kedua orang kakaknya yaitu An. R dan
An. S.
 Nenek R
Sebagai ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya
yaitu An. R, An. S dan An. W.
Ibu A juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas
tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
4. Nilai dan Norma Keluarga :
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma
budaya. Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik,
setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran
perawat.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi Efektif :
Ibu A mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam
rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun
An. R termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan
pendapat.
2. Fungsi Sosialisasi :
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan
dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik
apalagi keluarga Bp. R tergolong paling lama tinggal di wilayah
tersebut.
3. Fungsi Perawatan Keluarga :
Ibu A mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang
sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau
dari apotek. Keluarga Ibu A juga sering memanfaatkan pelayanan
kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi
obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Bp. R mengatakan
bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya
saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya
biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya.

VI. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. R yang sudah
memasuki masa remaja. An. R sudah mulai ditawari untuk mencoba
merokok oleh teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman
di lingkungan rumahnya. An. R juga sering nongkrong tidak jelas
dengan teman sekolah maupun teman di lingkungannya tersebut. An.
R juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman
sekolahnya. An. R mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita
(pacar).
2. Stressor Jangka Panjang :
Ibu A mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang
semakin mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. S
akan lulus dari SD dan akan memasuki SMP.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan
keluar dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga
meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan
meminta bantuan dari orang tua dan tetangga yang terdekat.
4. Strategi Koping yang Digunakan :
Ibu A mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang
terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi
masalah yang ada.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional :

VII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga.
Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi
sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan banyak mendapatkan
banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara
perawatannya.
VIII. Pemeriksaan Fisik
TD Nadi RR Suhu BB TB
N
Nama (x/menit (Kg (cm
o (mmHg) (x/menit) (0C)
) ) )
1 Bp. R
130/90 86 21 36,7 68 172
(38 tahun)
Keluhan/RP Tidak memiliki keluhan fisik
S
Riwayat Bp. R mengatakan
penyakit
dahulu
Kepala :
Pemeriksaan Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
Fisik merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik, memakai kacamata jika
membaca.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan,
atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak
ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada
perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi
normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan
kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak
terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit,
tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 10x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan
tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
N
Nama (mmHg (x/menit (x/menit
o (0C) (Kg) (cm)
) ) )
2 Ibu. A
110/70 82 19 36,8 48 154
(30 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan,
atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak
ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada
perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi
normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan
kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak
terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara),
pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda
tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
N
Nama (mmHg (x/menit (x/menit
o (0C) (Kg) (cm)
) ) )
3 An. R
120/80 88 20 36,5 51 156
(18 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan,
atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak
ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada
perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi
normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan
kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak
terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit,
tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan
tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
N
Nama (mmHg (x/menit (x/menit
o (0C) (Kg) (cm)
) ) )
4 An. S
110/80 91 21 36,8 36 139
(12 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan,
atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak
ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada
perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi
normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan
kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak
terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara),
pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda
tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
N
Nama (mmHg (x/menit (x/menit
o (0C) (Kg) (cm)
) ) )
5 An. W
110/70 92 22 36,9 31 134
(9 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan,
atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak
ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada
perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi
normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan
kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak
terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara),
pernafasan 22 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan
tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
N
Nama (mmHg (x/menit (x/menit
o (0C) (Kg) (cm)
) ) )
6 Nenek. R
140/90 90 23 37 52 155
(61 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan,
atas, dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak
ada retraksi intercostae, terdengar dullness pada
perkusi batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi
normal, serta tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan
kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak
terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara),
pernafasan 23 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan
kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak
terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda
tumpul dan tajam baik.

Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik :


Bp. R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada
pemerikasaan fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok,
aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
Ibu A :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada
pemerikasaan fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok,
aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
An. R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh
seimbang, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
An. S
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak
meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
An. W
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh kurus, tidak
meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
Nenek R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak meiliki keluhan fisik,
penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.

IX. Analisa Data


No. Data Etiologi Problem
1. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. A mengatakan keluarga performa peran
dirumahnya tidak ada mengenal masalah remaja An. H
peraturan yang jelas tentang tugas dan keluarga Bp. R
tentang apa saja tugas fungsi
setiap anggota keluarga. perkembangan
- An. R mengatakan tidak keluarga dengan
mengetahui tugas anak remaja.
perkembangan maupun
tanggung jawabnya
sebagai remaja.
- An. R mengatakan
sebelumnya tidak pernah
mendapatkan informasi
mengenai tugas
perkembangan maupun
tanggung jawabnya
sebagai remaja.
- Ibu. A mengatakan urusan
anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya

DO :
- An. R marupakan anak
pertama dalam keluarga.
- An. R berusia 18 tahun,
berada pada masa remaja
awal.
- Dirumahnya tidak ada yang
mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada
remaja (An. R)
2. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. A mengatakan urusan keluarga koping keluarga
anaknya lebih banyak mengenal masalah Bp.R
diserahkan kepada ibunya tentang
- Ibu. A mengatakan An. R pentingnya
lebih suka menghabiskan komunikasi
waktunya didalam kamar efektif antara
dari pada berkumpul orang tua dan
dengan keluarga remaja.
- Ibu. A mengatakan Bp. R
memang agak keras untuk
mendidik anak-anaknya
- An. R mengakui tidak
pernah menceritakan
masalah yang dihadapinya
pada orang tua
- An. R mengatakan kadang
percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan
ketegangan
- An. R mengatakan lebih
suka menceritakan
masalahnya kepada teman-
temannya debandingkan
kepada orang tua ataupun
keluarganya yang lain.

DO :
- Bp. R sibuk bekerja dan
jarang menyempatkan
berbicara kepada anaknya.

X. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan performa peran remaja An. R keluarga Bp. R b/d ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
2. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan
remaja.
XI. Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
1. Diagnosa : Ketidakefektifan performa peran remaja An. R keluarga Bp. R b/d
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi
perkembangan keluarga dengan anak remaja.
Kriteria SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH Saat ini An. R masih
(bobot = 1) dalam tahap
- Aktual 3 3/3 x 1 = perkembangan remaja
- Risiko 2 1 yang membutuhkan
- potensial 1 perhatian dan
komunikasi yang
efektif dalam
mengungkapkan
masalahnya. Orang tua
biasanya hanya
menanyakan kemana
An. R pergi dan kadang
memarahi jika ada
masalah dengan
sekolah.
KEMUNGKINAN An. R masih dapat
MASALAH DAPAT diajak
DIUBAH (bobot = 2) berkomunikasi dan
- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = menurut pada orang
- Hanya sebagian 1 2 tuanya, melalui
- Tidak dapat 0 pendekatan komunikasi
yang efektif akan
pengenalan peran dan
tanggung jawab remaja
maka penerapan peran
pada remaja di keluarga
Bp. R akan efektif.
POTENSIAL Adanya perhatian yang
MASALAH DAPAT baik dari orang tua dan
DICEGAH (bobot = 1) saudara An. R akan
- Tinggi 3 1/3 x 1 = perkembangan peran
- Cukup 2 1/3 dan
- Rendah 1 tanggung jawabnya.
MENONJOLKAN Keluarga mengatakan
MASALAH (bobot = 1) ada masalah dan segera
- Segera 2 2/2 x 1 = perlu ditangani karena
- tidak perlu segera 1 mereka takut anaknya
- tidak dirasakan 1 tidak bisa penerapkan
peran dan tanggung
jawab remaja di
0 keluarga.
Total 4 1/3

3. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan


keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara
orang tua dan remaja.
Kriteria SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH Timbul mekanisme
(bobot = 1) koping negatif baik pada
- Aktual 3 3/3 x 1 = orangtua, keluarga
- risiko 2 1 maupun remaja karena
- potensial 1 kurangnya kualitas
komunikasi antara
mereka.
KEMUNGKINAN Pola komunikasi antara
MASALAH DAPAT remaja dan orang tua
DIUBAH (bobot = 2) merupakan suatu proses
- mudah 2 2/2 x 2 = yang harus dimulai dan
- sebagian 1 2 dijaga
- Tidak dapat 0 keberlangsungannya,
keluarga sudah
memberikan respon
positif dengan bertanya
cara komunikasi yang
baik dengan remaja.
POTENSIAL Keluarga sudah
MASALAH DAPAT mengetahui stressor dan
DICEGAH (bobot = 1) cara mencegahnya.
- Tinggi 3 3/3 x 1 =
- Cukup 2 1
- Rendah 1
MENONJOLKAN Keluarga menganggap
MASALAH (bobot = 1) masalah terjadi tetapi
- Segera 2 1/2 x 1 = tidak menjadikan
- Tidak perlu segera 1 1/2 masalah ini prioritas
- tidak dirasakan 0 utama.

Total 4 1/2
Intervensi Keperawatan Keluarga
No Diagnose Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi
keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah 2 x 15 menit  Diskusikan bersama keluarga apa yang
koping keluarga. intervensi pertemuan, keluarga diketahui keluarga mengenai pengertian
sebanyak 3 kali mampu mengenal komunikasi.
kunjungan, komunikasi yang  Berikan pujian kepada keluarga tentang
diharapkan efektif dengan remaja, pemahaman keluarga yang benar.
koping keluarga dengan mampu:  Berikan informasi kepada keluarga mengenai
menjadi efektif. - Menyebutkan pengertian pengertian komunikasi dengan menggunakan
komunikasi. media lembar balik dan leaflet.
- Menyebutkan pengertian  Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
komunikasi keluarga yang bertanya tentang materi yang disampaikan.
efektif.  Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
- Menyebutkan penyebab belum dimengerti.
komunikasi tidak efektif.  Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
- Menyebutkan syarat-syarat telah dijelaskan.
komunikasi efektif dalam  Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga. keluarga.
- Mengidentifikasi  Diskusikan bersama keluarga apa yang
ketidakefektifan koping pada diketahui keluarga mengenai pengertian
keluarga Ny. A terutama komunikasi keluarga yang efektif.
masalah komunikasi inefektif  Berikan pujian kepada keluarga tentang
antara orang tua dan remaja. pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian komunikasi keluarga yang efektif
dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang penyebab
komunikasi tidak efektif.
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga tentang
penyebab komunikasi tidak efektif dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang syarat-syarat
komunikasi efektif dalam keluarga.
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga tentang
syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga
dengan menggunakan media lembar balik dan
leaflet.
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Motivasi keluarga untuk menyebutkan
syaratsyarat komunikasi yang efektif dalam
keluarga.
 Bantu keluarga untuk mengidentifikasi
komunikasi yang tidak efektif pada keluarga.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah 1 x 20 menit  Diskusikan bersama keluarga apa yang
performa peran Intervensi pertemuan, keluarga diketahui keluarga mengenai pengertian
remaja pada sebanyak 3 kali mampu mengenal tumbuh kembang.
keluarga Ny. A kunjungan, masalah tumbuh  Berikan pujian kepada keluarga tentang
khususnya An. R. performa peran kembang remaja, pemahaman keluarga yang benar.
remaja menjadi dengan mampu:  Berikan informasi kepada keluarga mengenai
efektif 1. Menyebutkan definisi tumbuh pengertian tumbuh kembang dengan
kembang menggunakan media lembar balik dan leaflet.
2. Menyebutkan definisi remaja.
3. Menyebutkan definisi tumbuh  Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
kembang remaja. bertanya tentang materi yang disampaikan.
4. Menyebutkan perubahan  Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
perubahan yang terjadi pada belum dimengerti.
remaja.  Motivasi keluarga untuk mengulang materi
5. Mengidentifikasi anggota yang telah dijelaskan.
keluarga yang berusia remaja.  Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
remaja.
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian remaja dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang definisi tumbuh
kembang remaja.
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga tentang
definisi tumbuh kembang remaja dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang
perubahanperubahan pada remaja.
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga tentang
perubahan-perubahan pada remaja dengan
menggunakan media lembar balik dan leaflet.
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang memiliki kriteria remaja
sebagaimana yang telah dibahas.
 Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukakan keluarga yang tepat dan
benar.
Implementasi keperwatan
no Diagnosa implementasi evaluasi paraf
keperawatan
1. Ketidakefektifan  Mendiskusikan bersama Subjektif :
koping keluarga. keluarga apa yang diketahui  Ny. A mengatakan sedikit
keluarga mengenai pengertian mengerti tentang komunikasi
komunikasi. efektif.
 Memberikan informasi kepada
keluarga mengenai pengertian Objektif:
komunikasi dengan  Orang tua (Ny. A) dapat
menggunakan media lembar mendemonstrasikan cara
balik dan leaflet. komunikasi yang efektif dengan
 Mendiskusikan bersama remaja.
keluarga apa yang diketahui  Orang tua (Ny. A) dapat
keluarga mengenai pengertian mendemonstrasikan cara
komunikasi keluarga yang mendengar aktif dan
efektif. menyampaikan “pesan saya”
 Memberikan informasi kepada pada remaja
keluarga mengenai pengertian
komunikasi keluarga yang Analisis:
efektif dengan menggunakan TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
media lembar balik dan leaflet. dengan keluarga telah mampu
 Mendiskusikan bersama mengenal komunikasi yang efektif
keluarga apa yang diketahui antara orang tua dengan remaja,
keluarga tentang penyebab mengambil keputusan dalam
komunikasi tidak efektif. menciptakan komunikasi yang
 Memberikan informasi kepada efektif dalam keluarga dan
keluarga tentang penyebab mendemonstrasikan komunikasi
komunikasi tidak efektif yang efektif dengan anak remaja.
dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet. Planning:
 Mendiskusikan bersama Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian
keluarga apa yang diketahui lanjutkan ke TUK 4 dan 5.
keluarga tentang syarat-syarat
komunikasi efektif dalam
keluarga.
 Memberikan informasi kepada
keluarga tentang syarat-syarat
komunikasi efektif dalam
keluarga dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet.
 Memberikan informasi kepada
keluarga mengenai jenis-jenis
komunikasi dengan
menggunakan media lembar
balik dan leaflet.
 Mendiskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui
keluarga tentang hambatan
dalam berkomunikasi.
 Memberikan informasi kepada
keluarga mengenai hambatan
dalam berkomunikasi dengan
menggunakan media lembar
balik dan leaflet.
 Mendemonstrasikan dengan
keluarga cara berkomunikasi
efektif antara orang tua dan
remaja.
 Memberi kesempatan keluarga
bertanya.
 Memberi kesempatan keluarga
mendemonstrasikan kembali
cara berkomunikasi efektif
antara orang tua dan remaja.
 Memberikan pujian kepada
keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar.
 Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk bertanya
tentang materi yang
disampaikan.
 Memberikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti.
 Memotivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan.
 Memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga.
2. Ketidakefektifan  Mendiskusikan bersama Subjektif :
performa peran keluarga apa yang diketahui  Keluarga (Ny. A) menyebutkan
remaja pada keluarga mengenai pengertian pengertian tumbuh kembang.
keluarga Ny. A tumbuh kembang.  Ny. A menyebutkan pengertian
khususnya An. R.  Memberikan informasi kepada remaja
keluarga mengenai pengertian  Ny. A mampu menyebutkan
tumbuh kembang dengan definisi tumbuh kembang remaja
menggunakan media lembar  Ny. A mampu menyebutkan
balik dan leaflet. syarat-syarat komunikasi efektif
 Mendiskusikan bersama dalam keluarga.
keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai pengertian Objektif:
remaja. Orang tua (Ny. A) dapat
 Memberikan informasi kepada mendemonstrasikan cara
keluarga mengenai pengertian komunikasi
remaja dengan menggunakan terbuka dengan remaja
media lembar balik dan leaflet.
 Mendiskusikan bersama Analisis:
keluarga apa yang diketahui TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai
keluarga tentang definisi tumbuh dengan keluarga telah mampu
kembang remaja. mengenal masalah tumbuh kembang
 Memberikan informasi kepada remaja, mengambil keputusan yang
keluarga tentang definisi tumbuh tepat untuk mengasuh anak remaja
kembang remaja dengan dan
menggunakan media lembar mendemonstrasikan komunikasi
balik dan leaflet. yang

 Mendiskusikan bersama terbuka dengan anak remaja.


keluarga apa yang diketahui
keluarga tentang perubahan- Planning:
perubahan pada remaja. Evaluasi TUK 1, 2 dan 3 kemudian
 Memberikan informasi kepada - lanjutkan ke TUK 4 dan 5
keluarga tentang perubahan-
perubahan pada remaja dengan
menggunakan media lembar
balik dan leaflet.
 Menanyakan kepada keluarga,
adakah anggota keluarga yang
memiliki kriteria remaja
sebagaimana yang telah dibahas.
 Mendiskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui
keluarga tentang akibat
perubahan fisik pada remaja.
 Memberikan informasi kepada
keluarga mengenai akibat
perubahan fisik pada remaja
dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
 Mendiskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui
keluarga tentang akibat
perubahan kejiwaan pada
remaja.
 Memberikan informasi kepada
keluarga mengenai akibat
perubahan kejiwaan pada remaja
dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
 Mendiskusikan bersama
keluarga apa yang diketahui
keluarga tentang akibat
perubahan sosial pada remaja.
 Memberikan informasi kepada
keluarga mengenai akibat
perubahan sosial pada remaja
dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
 Membantu keluarga untuk
mengenal dan menyadari akan
adanya remaja di keluarganya.
 Membantu keluarga untuk
memutuskan mengasuh anak
remaja dengan tepat sesuai
dengan tumbuh kembangnya.
 Mendorong keluarga untuk
menceritakan sikap orang tua
dalam mengasuh anak remaja.
 Menginformasikan kepada
keluarga tentang sikap orang tua
dalam mengasuh anak remaja
dengan menggunakan media
lembar balik dan leaflet.
 Menginformasikan kepada
keluarga tentang sikap anak
remaja dalam menjalani masa
remaja dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet.
 Menanyakan kepada keluarga,
hal apa yang telah dibicarakan
dengan anggota keluarga yang
remaja.
 Memberikan pujian kepada
keluarga tentang pemahaman
keluarga yang benar.
 Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan.
 Memberikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti.
 Memotivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan.
 Memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga.

Anda mungkin juga menyukai