Anda di halaman 1dari 4

Rozaliyani A, Meilia PDI, Librianty N.

Prinsip Penetapan Sanksi bagi Pelanggaran Etik ISSN 2598-179X (cetak)


Kedokteran. JEKI. 2018;2(1):19–22. doi: 10.26880/jeki.v2i1.11. ISSN 2598-053X (online)

Prinsip Penetapan Sanksi bagi


Pelanggaran Etik Kedokteran
Anna Rozaliyani1,2, Putri Dianita Ika Meilia1,3, Nurfanida Librianty1,4
1
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Departemen Parasitologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
2

3
Instalasi Kedokteran Forensik dan Pemulasaraan Jenazah, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta
4
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Kata Kunci Abstrak


Dokter, etik, pelanggaran, sanksi Sebagai profesi yang menjunjung tinggi hubungan luhur dengan
Korespondensi
contact@ilmiah.id pasien, dokter wajib menjunjung tinggi nilai-nilai etik yang
Publikasi terkandung dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
© 2018 JEKI/ilmiah.id tahun 2012. Pelanggaran etik kedokteran perlu disikapi dengan
DOI pemberian sanksi yang sesuai, yang bertujuan sebagai pembinaan
10.26880/jeki.v2i1.11 terhadap teman sejawat. Prinsip, tujuan, dan ketentuan pemberian
Tanggal masuk: 22 Februari 2018 sanksi tersebut diatur oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Tanggal ditelaah: 10 Maret 2018 PB IDI.
Tanggal diterima: 11 Maret 2018
Tanggal publikasi: 19 Maret 2018

Abstract As a profession which upholds noble relationship with patients, doctors are obliged to uphold
the ethical values as dictated in the Indonesian Medical Code of Ethics (KODEKI) 2012. Medical ethical
violations have to be addressed by appropriate sanctions, aimed at educating peers. The principles,
objectives, and regulations of such sanctions are governed by the Medical Ethics Council of Honors of
Indonesian Doctor’s Association.

merasa direndahkan martabatnya. Dalam


PENDAHULUAN
artikel ini akan dibahas tentang prinsip, tujuan,
Hubungan dokter dengan pasien dan ketentuan pemberian sanksi serta peran
adalah hubungan luhur berdasarkan prinsip Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus
kepercayaan yang harus didukung sikap Besar Ikatan Dokter Indonesia (MKEK PB IDI)
profesional. Kaidah untuk hubungan tersebut dalam penegakan etik kedokteran di Indonesia.
diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia Penelusuran literatur dilakukan terhadap
(KODEKI) tahun 2012.1 Namun, pelanggaran ketentuan yang terdapat dalam Undang-
etik kedokteran masih kerap terjadi, mulai Undang Praktik Kedokteran tahun 2004,
dari masalah empati atau komunikasi, konflik Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),
etikolegal antarbidang kedokteran, hingga serta literatur terkait lainnya melalui pencarian
konflik kepentingan, termasuk peran ganda pangkalan data elektronik. Selain itu, dilakukan
sebagai dokter dan advokat,2 atau dokter yang wawancara mendalam terhadap beberapa pakar
ikut mempromosikan produk tertentu.3 etik kedokteran di Indonesia untuk memperoleh
Pelanggaran tersebut perlu disikapi wawasan lebih mendalam terkait pemberian
dengan pemberian sanksi yang sesuai. sanksi yang mendidik.
Tujuan pemberian sanksi bagi pelanggar
etik kedokteran sejatinya bersifat pembinaan
terhadap teman sejawat sehingga mereka
menyadari kekeliruan yang dilakukan tanpa

Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 1 Mar 2018 19


Prinsip Penetapan Sanksi bagi Pelanggaran Etik Kedokteran

4. Sebagai panutan bagi anggota lain dalam


HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok yang sama dan terikat aturan
yang sama.
Prinsip Sanksi
Pemberian sanksi bagi pelanggar diharapkan
Hal pertama yang harus diingat bahwa dapat mencegah pelanggaran berulang oleh
sanksi yang diberikan adalah hasil keputusan anggota lain dalam kelompok, sekaligus
manusia dan bukan semata reaksi sebab- mengingatkan tentang norma atau
akibat dari alam, sehingga harus ada individu peraturan yang tidak boleh dilanggar.
atau institusi yang memiliki kuasa yang lebih
dominan dibandingkan pelaku. Sanksi dapat Ketentuan Pemberian Sanksi
berupa pencabutan atau pembekuan hak pelaku Pemberian sanksi secara umum dilakukan
yang bersifat sementara. Berat ringannya sanksi dengan tiga tahap:6
biasanya ditentukan pemilik kuasa berdasarkan Tahap pertama adalah merumuskan
kerugian atau beban yang dialami pihak korban. tujuan sanksi yang diberikan. Sanksi harus
Dalam hal ini syarat pemberian sanksi adalah bertujuan mendidik pelaku dengan nilai yang
dianggap bersalah oleh pemilik kuasa, meskipun sesuai, mempertimbangkan kondisi pelaku dan
dapat saja bukan benar-benar bersalah pada masyarakat secara luas. Pemberian sanksi juga
kenyataannya. Hal itu menyebabkan sanksi harus disertai penjelasan dan penegasan agar
dapat menjadi salah satu buah kekuasaan yang pelaku mengerti bahwa terdapat peraturan yang
dapat disalahgunakan.4 harus ditaati. Sanksi juga harus diberikan secara
spesifik dan menghindari pertimbangan tidak
Tujuan Pemberian Sanksi5 relevan yang dapat mengalihkan perhatian dari
Secara umum, pemberian sanksi memiliki pelanggaran etik itu sendiri (non-issue).
empat tujuan utama, yaitu: Tahap kedua adalah menentukan berat
1. Sebagai hukuman bagi orang yang ringannya sanksi berdasarkan beberapa
melakukan pelanggaran pertimbangan: jenis pelanggaran, berat ringannya
Pelanggaran terhadap suatu aturan tentunya pelanggaran berdasarkan konsensus atau
memiliki konsekuensi tertentu. Bentuk ketentuan yang berlaku, riwayat pelanggaran,
dan beratnya hukuman harus disesuaikan dan faktor-faktor penyerta lain. Selain itu harus
dengan beratnya pelanggaran yang terjadi dilakukan upaya menyeimbangkan antara
dan dampak yang dihasilkan sanksi aktif dan pasif. Jenis pelanggaran yang
2. Sebagai sarana untuk mendidik dan dimaksud adalah pemberian sanksi dengan
melakukan rehabilitasi penjelasan dan penegasan terhadap tindakan
Agar dapat memberikan manfaat di yang dibuat, bukan terhadap suatu klausul
kemudian hari, perlu diberikan umpan balik peraturan semata, misalnya “Anda melanggar
kepada pihak yang melakukan pelanggaran karena Anda mencuri” bukan sekedar
sehingga pelaku memahami dengan tepat mengatakan “Anda melanggar peraturan nomor
kesalahan yang dilakukannya sekaligus 5” tanpa menjelaskan lebih rinci isi peraturan
mengetahui cara menghindari terjadinya tersebut. Hal itu bertujuan agar pelaku
pengulangan pelanggaran mengerti jenis pelanggaran dan dampak yang
3. Untuk melindungi masyarakat mungkin timbul, bukan hanya menyebutkan
Pemberian sanksi perlu dilakukan untuk klausul/peraturan pelanggaran yang terjadi.
melindungi masyarakat terhadap dampak Berat ringannya pelanggaran ditentukan
negatif pelanggaran aturan. Integritas berdasarkan konsensus atau keputusan pihak
kelompok yang memiliki aturan tersebut berwenang dengan mempertimbangkan
juga perlu dilindungi dengan mencegah berbagai kondisi. Keributan yang ditimbulkan
pelanggaran yang dapat merusak harkat seseorang di perpustakaan memiliki sanksi
profesi berbeda dibandingkan dengan keributan di
kelas. Bermain telepon genggam pada saat
20 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 1 Mar 2018
Rozaliyani A, Meilia PDI, dan Librianty N

pemeriksaan imigrasi memiliki dampak berbeda mengenai setiap permasalahan etika kedokteran
dibandingkan dengan bermain telepon genggam di wilayah jurisdiksinya masing-masing.
di bioskop. Riwayat pelanggaran berkaitan Penetapan kategori berat ringannya
dengan jumlah pelanggaran sebelumnya yang kesalahan didasarkan atas kriteria akibat yang
pernah dilakukan pelaku, baik pelanggaran ditimbulkan terhadap keselamatan pasien,
serupa maupun tidak. Faktor penyerta kehormatan profesi, kepentingan umum, serta
yang perlu dipertimbangkan misalnya niat, itikad baik teradu dalam turut menyelesaikan
keadaan individu pada saat kejadian, tingkat kasus, motivasi yang mendasari timbulnya kasus,
kemudahan kerjasama pelaku pada proses serta situasi lingkungan yang mempengaruhi
peradilan, pengaruh alkohol atau obat-obatan timbulnya kasus. Selain itu pendapat dan
terlarang. Sanksi juga perlu diberikan dengan pandangan Biro Hukum, Pembinaan dan
mempertimbangkan kombinasi sanksi pasif Pembelaan Anggota (BHP2A) juga menjadi
(berupa pembekuan hak) maupun aktif (berupa salah satu pertimbangan.
pemberian kewajiban) yang dapat memberikan
dampak positif terhadap pelaku dan masyarakat Mekanisme Pemberian Sanksi sesuai
sekitarnya. Pedoman Organisasi dan Tata Laksana Kerja
Tahap ketiga adalah pelaksanaan sanksi (ORTALA) MKEK7
yang konkrit dan terawasi. Sanksi yang telah Dalam ORTALA MKEK, pemberian
diberikan harus dievaluasi bila terdapat sanksi terhadap dokter terhukum/pelanggar
pengulangan pelanggaran atau hambatan ketika etik dapat berupa penasihatan, peringatan
sanksi sedang dijalankan. lisan, peringatan tertulis, pembinaan perilaku,
pendidikan ulang (re-schooling), hingga
Penegakan Etik Kedokteran di Indonesia pemecatan keanggotaan IDI, baik secara
Etika kedokteran Indonesia merupakan sementara atau pun permanen. Pada umumnya
sekumpulan nilai dan moralitas profesi sanksi etik tersebut bersifat pembinaan, kecuali
kedokteran yang tercantum dalam KODEKI, pemecatan keanggotaan yang bersifat permanen
fatwa-fatwa etik, pedoman dan kesepakatan atau pencabutan keanggotaan seumur hidup.
etik lainnya dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Mekanisme pemberian sanksi oleh MKEK
Etika kedokteran secara umum dibuat untuk diawali dari masuknya pengaduan yang sah,
meningkatkan profesionalisme, pengetahuan, dilanjutkan dengan proses penelaahan kasus
pemahaman, penghayatan, pengamalan kaidah yang diadukan. Pada akhir penelaahan, Ketua
dasar bioetika dan etika kedokteran dalam MKEK menetapkan kelayakan kasus untuk
profesinya sebagai seorang dokter. Secara disidangkan oleh majelis pemeriksa yang akan
khusus, etika kedokteran dirumuskan untuk melakukan sidang kemahkamahan hingga
menjaga keluhuran profesi, meredam konflik tercapai keputusan MKEK. Bila terbukti
etikolegal, penjeraan sekunder perilaku kurang terdapat bukti pelanggaran etik, maka majelis
etis, dan menjaga hubungan antara dokter dan akan menetapkan sanksi sesuai dengan berat
pasien sebagai hubungan kepercayaan. ringannya kesalahan dokter teradu. Pelaksanaan
sangsi dilakukan oleh Divisi Pembinaan Etika
Peran MKEK dalam Penegakan Etika Profesi MKEK untuk dan atas nama pengurus
Kedokteran di Indonesia7 IDI setingkat.
Penegakan, pengawasan, dan perumusan
etik praktik kedokteran dilakukan oleh KESIMPULAN
MKEK sebagai badan otonom IDI yang dibagi
menjadi tingkat pusat, wilayah, dan cabang. Pelanggaran etik kedokteran perlu
Majelis ini memiliki hak untuk menyampaikan disikapi dengan pemberian sanksi yang sesuai.
pertimbangan pelaksanaan etika kedokteran Tujuan pemberian sanksi etik sejatinya bersifat
dan mengusulkan secara lisan atau tertulis, pembinaan terhadap teman sejawat. Majelis
diminta atau tidak diminta kepada pengurus IDI Kehormatan Etik Kedokteran PB IDI telah

Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 1 Mar 2018 21


Prinsip Penetapan Sanksi bagi Pelanggaran Etik Kedokteran

menetapkan prinsip, tujuan, dan ketentuan


pemberian sanksi dalam upaya penegakan etik
kedokteran di Indonesia.

KONFLIK KEPENTINGAN

Tidak ada konflik kepentingan.

REFERENSI

1. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran


Indonesia. Kode Etik Kedokteran tahun 2012.
Jakarta; 2012.
2. Purwadianto A, Meilia PDI. Tinjauan
etis rangkap profesi dokter-pengacara. JEKI.
2017; 1(1): 1-6. doi: 10.26880/jeki.v1i1.2.
3. Prawiroharjo P, Meilia PDI. Dokter
beriklan: sebuah tinjauan menurut Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) tahun 2012.
JEKI. 2017; 1(1): 13-7. doi: 10.26880/jeki.
v1i1.4.
4. Bedau, Adam H, Kelly E. Punishment
[internet]. 2015 [diakses 2018 Mar 10]. Diunduh
dari: https://plato.stanford.edu/entries/
punishment/.
5. American Speech-language Hearing
Association’s Board of Ethics. How ASHA’s
Board of Ethics sanctions individuals found in
violation of the code of ethics [internet]. 2016
[diakses 2018 Mar 10]. Diunduh dari: https://
www.asha.org/practice/ethics/sanctions/.
6. Olshak R. A guide for effective
sanctioning: From theory to practice. Illinois:
Illinois State University. 2008.
7. Purwadianto A, editor. Pedoman
organisasi dan tata laksana kerja Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran. Jakarta: Majelis
Kehormatan Etika Kedokteran Ikatan Dokter
Indonesia; 2008.

22 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 2 No. 1 Mar 2018

Anda mungkin juga menyukai