PENDAHULUAN
1
2
A. PUSRI-I
7
B. PUSRI-II
1. Studi kelayakan ekonomi : Jhon Vander Valk
2. Pelaksana konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (JP)
3. Penandatangan kontrak : 1 Agustus 1972
8
C. PUSRI-III
1. Tahun pendirian : 21 Mei 1975
2. Pelaksanaan kontruksi : Kellog Overseas Cor. (AS)
Toyo Engineering Corp. (JP)
3. Produksi perdana : Desember 1976
4. Biaya : US $ 192 Juta
9
D. PUSRI-IV
1. Tahun pendirian : 25 Oktober 1975
2. Pelaksanaan kontruksi : Kellog Overseas Cor. (AS)
Toyo Engineering Corp. (JP)
3. Produksi perdana : Desember 1977
4. Biaya : US $ 186 Juta
5. Sumber dana : Dana Pembangunan Saudi Arabia, RI
6. Jenis proyek : Cost Plus Fixed Fee
7. Kapasitas terpasang : Urea 1725 ton/hari
Ammonia 1000 ton/hari
8. Proses pembuatan : Ammonia - Kellog
Urea - MTC (Total Recycle C-Improved)
9. Sumber gas alam : Pertamina dan Stanvac
E. PUSRI-IB
1. Studi kelayakan ekonomi : PT PUSRI (April 1985 direvisi 1988)
2. Mulai konstruksi : Agustus 1990
3. Produksi perdana : Tahun 1994
4. Pelaksana konstruksi : PT Rekayasa Industri yang bekerja
berdasarkan Process Engineering Design
Package (PEDP)
5. Biaya : US $ 297 Juta
6. Sumber dana : USAID, OECF, IDA BANK Asia, RI
7. Jenis proyek : Cost Plus Fixed Fee
8. Kapasitas terpasang : Urea 1725 ton/hari
Ammonia 1350 ton/hari
9. Proses pembuatan : Ammonia – Kellog
Urea - ACES
10. Kebutuhan gas alat : 50 MMSCFD/MBTU
11. Fasilitas angkut pupuk : Melalui Belt Conveyor
12. Sumber gas alam : Pertamina dan Stanvac
Keterangan:
A. Pos satpam I. Masjid Q. Wisma
B. Kantor utama J. Rumah makan R. GOR
C. Lapangan K. Parkir S. Perluasan Pabrik
D. Perumahan L. Teknik Produksi T. Gedung
E. Gedung serba guna M. Dinas Kesehatan K3 U. Dermaga
F. Diklat N. Main Lab V. PPU
G. Sekolah O. Ammonia storage W. Rumah Sakit
H. Kolam P. Kantor X. Wisma
1. Primary reformer 10. Kompresor 19. Waste heat boiler
2. Secondaty reformer 11. Refrigeration 20. Kantor kontrol
3. Stripper 12. Reaktor amonia 21. Cooling tower
4. Absorber 13. Seksi recovery 22. GMS
5. Metanator 14. Seksi purifikasi 23. Ion Exchanger
6. HTSC dan LTSC 15. Prilling tower 24. Filter water
7. ARU 16. Seksi sintesis urea 25. Sandfilter
8. HRU, PGRU 17. Pembangkit listrik 26. Tangki klarifikasi
9. Molecular sieve 18. Package boiler 27. Instrumentasi
Divisi ini dikepalai oleh seorang General Manager dan dibantu oleh
beberapa manajer yang ditempatkan di setiap pabrik yaitu:
a. Manager Pabrik PUSRI IB
b. Manager Pabrik PUSRI II
c. Manager Pabrik PUSRI III
d. Manager Pabrik PUSRI IV
e. Manager Operasi, Pengantongan dan Angkutan
Setiap manajer bertanggungjawab terhadap operasional pabrik dan dibantu
oleh staff manager serta 3 (tiga) superintendent, yaitu :
1. Superintendent pabrik ammonia
2. Superintendent pabrik urea
3. Superintendent pabrik utilitas
Penjenjangan karyawan yang ada di dalam perusahaan didasarkan kepada
tingkat pendidikan, keahlian dan pengalaman. Berdasarkan jabatan dalam struktur
organisasi, karyawan yang bekerja pada PT PUSRI Palembang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. General Manager
General manager berkedudukan di bawah direktur yang membawahi
beberapa manager. General Manager bertugas sebagai pimpinan di suatu
kompartemen yang meliputi kompartemen produksi, kompartemen
pemasaran, kompartemen jasa teknik & pengembangan usaha, kompartemen
keuangan dan kompartemen SDM & umum. General manager bertanggung
jawab kepada direktur.
2. Manager
Manager berkedudukan di bawah seorang general manager dan bertanggung
jawab kepada general manager. Manager memimpin suatu departemen,
misalnya departemen operasi-I.
3. Superintendent
Superintendent berkedudukan di bawah seorang manager dan bertanggung
jawab kepada manager. Superintendent memimpin suatu bagian di dalam
dinas tertentu. Misalnya bagian utilitas pada dinas operasi P-IB.
18
4. Assistant Superintendent
Assistant manager bertugas untuk membantu kinerja seorang superintendent
dan mewakili tugas superintendent apabila superintendent tidak berada di
tempat.
5. Foreman Senior
Foreman Senior bertanggung jawab kepada superintendent dan bertugas
untuk memimpin suatu seksi tertentu. Senior foreman membawahi beberapa
foreman.
6. Foreman
Foreman atau kepala regu bertugas untuk mengkoordinir regu yang sedang
bertugas pada shift kerja tertentu dan membantu kinerja seorang foreman
senior.
7. Operator
Operator bertugas untuk melaksanakan suatu operasi pada pabrik dan
bertanggung jawab kepada foreman senior. Setiap unit pabrik terdapat
foreman senior yang bertugas sebagai koordinator antar unit pabrik dan
sebagai penanggung jawab teknis pada sore dan malam hari. Pembagian jam
kerja terdiri dari empat grup shift dimana tiga grup melakukan shift
sedangkan satu grup shift libur (off). Setiap grup dikepalai oleh Senior
Foreman shift. Pengaturan jam kerja untuk tiap shift adalah :
1. Day shift : pkl. 07.00 – 15.00 WIB
2. Swing shift : pkl. 15.00 – 23.00 WIB
3. Night shift : pkl. 23.00 – 07.00 WIB
8. Karyawan
Selain operator dan karyawan lapangan yang dibutuhkan selama 24 jam
sehingga jadwal kerjanya dibagi per-shift, terdapat pula karyawan non-shift
untuk pegawai administrasi dan jabatan setingkat kepala bagian ke atas
dengan jadwal kerja :
1. Senin - Kamis : 07.30 – 16.30 istirahat pada pukul 12.00 – 13.00
2. Jum’at : 07.30 – 17.00 istirahat pada pukul 11.30 – 13.00
3. Sabtu – Minggu : Libur (off)
19
uy7777777777777777777777777dcc
23
Gudang
Produsen Pupuk Lini II
Gudang Koperasi/KUD
Lini III Penyalur
PT PUSRI
Petani
Pupuk Kantong
Pupuk curah
Importir
pupuk yang Gudang Gudang KUD/Koperasi
Pengecer Petani
ditunjuk Lini II Lini III Penyalur
pemerintah
yang diproduksi dalam negeri maupun pupuk impor. Namun kebijakan ini lalu
direvisi pada tanggal 14 Maret 2001 melalui Kepmen Perindag RI No.
93/MPP/Kep/3/2001 yang mengatur kembali tata niaga pupuk. Kebijakan ini
menetapkan bahwa unit niaga produksi dan atau produsen melaksanakan
penjualan pupuk di lini III (tingkat Kabupaten), sedangkan dari kabupaten sampai
ke tangan konsumen atau petani dilaksanakan oleh distributor (BUMN, swasta,
koperasi).
Pada tahun 2001 tata niaga pupuk kembali diatur oleh pemerintah melalui
Keputusan Menteri Perindag RI No.93/MPP/Kep/3/2001, dimana unit niaga
PUSRI dan atau produsen melaksanakan penjualan pupuk di daerah (kabupaten)
sedangkan dari kabupaten sampai ke tangan petani dilaksanakan oleh distributor
(BUMN, swasta, dan koperasi).
Kemudian pada tahun 2003, dikeluarkan kebijakan tambahan mengenai
tata niaga pupuk, yaitu keputusan Menteri Perindag RI No.70/MPP/2003 tanggal
11 Februari 2003 yang menyatakan tentang tata niaga pupuk yang bersifat
rayonisasi. Mulai Mei 2003, PT PUSRI mengatur distribusi untuk delapan
propinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung,
Bangka-Belitung, Jawa Tengah, dan Banten.
Kemudian menyusul Surat Keputusan No. 306/MPP/Kep/4/2003 yang
mengatur tentang perubahan atas Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No 70/MPP/Kep/2/2003 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. SK ini mengatur tentang syarat-syarat bagi
importir, serta tatacara pengadaan pupuk bersubsidi dan non subsidi melalui
impor.
Terakhir, dalam rangka lebih meningkatkan kelancaran pengadaan dan
pendistribusian pupuk bersubsidi, maka Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan
nomor: 356/MPP/Kep/5/2004 tanggal 27 Mei 2004 yang menegaskan kembali
tanggung jawab masing-masing Produsen, Distributor, Pengecer, serta
pengawasan terhadap pelaksanaannya dilapangan.
27