PENDAHULUAN
1
(2012:171) dimana “pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi kemudian menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling rasional
dan sesuai dengan lingkungan organisasi”.
Dalam mengambil keputusan pimpinan harus berhati – hati, karena
keputusan merupakan permulaan dari suatu tindakan. Jika pemulaan baik maka
hasil dari pekerjaanpun akan baik sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan
dalam pengambilan keputusan biasanya sadar atau tidak sadar dilakukan oleh
para pimpinan organisasi. Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai
macam faktor diantaranya adalah sumber informasi yang diperoleh pimpinan
kurang dan strategi yang digunakan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan
kurang sesuai dengan apa yang akan diputuskan sehingga keputusan yang
diambil kurang efektif.
2
Dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dengan memahami isi makalah berarti mahasiswa akan dapat mengetahui
apa yang di maksud dengan kepemimpinan dan bagaimana ciri seorang
pemimpin yang baik.
2. Mahasiswa akan mengetahui bagaimana seorang pemimpin mampu
mengambil keputusan untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota
kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan
bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang
biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang
pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan
dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya
timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata
lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana
kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai
dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.
5
Stogdill dalam Sutikno (2014:26), sifat – sifat tertentu efektif didalam situasi
tertentu, dan ada pula sifat – sifat tertentu yang berkembang akibat pengaruh
situasi organisasi. Sebagai contoh, sifat kreativitas akan berkembang jika
seorang pemimpin berada di dalam organisasi yang flexible dan mendorong
kebebasan berekspresi, dibandingkan di dalam organisasi yang birokratis.
Menurut Darf dalam Sutikno (2014:26), menjelaskan tiga sifat penting yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu kepercayaan diri, kejujuran, dan
integritas, serta motivasi.
2. Teori Perilaku
Teori ini lebih terfokus pada tindakan – tindakan yang dilakukan
pemimpin daripada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang
pemimpin. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seseorang ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
kearah pencapaian tujuan.
3. Teori Situasional
Teori ini mengatakan bahwa pembawaan yang harus dimiliki seorang
pemimpin adalah berbeda – beda, tergantung dari situasi yang sedang
dihadapi. Hersey dan Blanchard dalam Sutikno (2014:27), terfokus pada
karakterisitik kematangan bawahan sebagai kunci pokok situasi yang
menentukan keefektifan perilaku seorang pemimpin. Menurut mereka,
bawahan memiliki tingkat kesiapan dan kematangan yang berbeda – beda
sehingga pemimpin harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya,
agar sesuai dengan situasi kesiapan dan kematangan bawahan.
Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
adalah:
- Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
- Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
- Norma yang dianut kelompok - Ancaman dari luar organisasi
- Tingkat stress
- Iklim yang terdapat dalam organisasi
6
Menurut Fread Fiedler dalam Sutikno (2014:27), “Kepemimpinan
yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap
situasi tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efektif apabila gaya
kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat”.
4. Teori Jalan – Tujuan
Menurut teori ini, nilai strategis dan keefektifan seorang pemimpin
didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan motivasi
anggotanya dengan penerapan hadiah. Tugas pemimpin menurut teori ini
adalah bagaimana bawahan bisa mendapatkan hadiah atas kinerjanya, dan
bagaimana seorang pemimpin menjelaskan dan mempermudah jalan menuju
hadiah tersebut. Pemimpin berusaha memperjelas jalur menuju tujuan yang
diinginkan oleh organisasi sehingga bawahan tahu ke mana harus
mengerahkan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu,
pemimpin juga memberikan hadiah yang jelas bagi prestasi bawahan yang
telah memenuhi tujuan organisasi sehinggan bawahan termotivasi.
5. Teori Kelebihan
Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup 3 hal yaitu:
a) Kelebihan rasio, ialah kelebihan menggunakan pikiran, kelebihan dalam
pengetahuan tentang hakikat tujuan dari organisasi, dan kelebihan dalam
memiliki pengetahuan tentang cara – cara menggerakkan organisasi, dan
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
b) Kelebihan Rohaniah, artinya seorang pemimpin harus mampu
menunjukkan keluhuran budi pekertinya kepada bawahannya. Seorang
pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena pada dasarnya
pemimpin merupakan panutan para pengikutnya. Segala tindakan,
perbuatan, sikap dan ucapan hendaknya menjadi suri teladan bagi para
pengikutnya.
7
c) Kelebihan Badaniah, seorang pemimpin hendaknya memiliki kesehatan
badaniah yang lebih dari para pengikutnya sehingga memungkinkannya
untuk bertindak dengan cepat.” (Wursanto dalam Sutikno 2014).
6. Teori Kharismatik
Menyatakan bahwa, “Seseorang menjadi pemimpin karena
mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Kharisma diperoleh dari
kekuatan yang luar biasa. Pemimpin yang bertipe kharismatik biasanya
memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar. Pengaruh
yang luar biasa ini dapat dilihat dari pengorbanan yang diberikan oleh para
pengikut untuk pribadi sang pemimpin, sampai – sampai mereka rela untuk
menebus nyawanya untuk sang pemimpin. Konsep kepemimpinan yang
kharismatik ini banyak bersumber dari ajaran agama dan sejara Yunani
Kuno.” Namun secara konseptual kepemimpinan kharismatik ini dalam
pandangan ilmiah dipelopori oleh Robert House, yang meneliti pemimpin
politik dan religius di dunia (Sutikno, 2014:29).
8
3. Membawa energy yang positif
Setiap orang mempunyai energy dan semanga. Menggunakan energy yang
positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksedan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif yang membangun hubungan
baik. Seorang pemimipin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu
yang lama dan kondisi tidka ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin
harus dapat menunjukkan energi positif, seperti:
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf dibawahnya,
sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjann
yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi
kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan
olahraga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti antara
kehidupan dunia dan akhirat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan
berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya.
Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunya
rasa aman yang datang dari dalam tubuh sendiri. Rasa anam tergantung
pada inisiatif, keterampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi
dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsi senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan laiinya.
Sinergi adalah kerja kelompok dan member keuntungan kedua belah
pihak. Menurut The New Broiler Webser International Dictionary,
sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana member hasil lebih efektif
9
dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat
bersinergis dengan setiap orang, atasan, staf dan teman kerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa
komponen yang berhubungan dengan:
1. Pemahaman materi
2. Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
3. Mengajar materi kepada orang lain
4. Mengaplikasikan prinsip-prinsip
5. Memonitoring hasil
6. Merefleksikan kepada hasil
7. Menambahkan pengalaman baru yang diperlukan materi
8. Pemahaman baru
9. Kembali mejadi diri sendiri lagi
10
2. Gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dikaitkan dengan kekuatan
personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan.
11
bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas
atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli
cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya,
sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin
bersikap menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan inilah pekerjaan
yang harus saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana
mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik.
Dalam hal ini bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjan
(kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan). Kematangan
pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis
dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang
erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.
12
2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya
menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari
tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung
memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut
temponya sendiri. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bebas
dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan
maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3. Tipe Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya
dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan
bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin
mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak
dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk,
memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan
bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi
kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan
dalam kehidupan organisasi.
4. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus
yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh
pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut itu dikagumi. Hingga
sekarang, para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa
seorang pemimpinmemiliki kharisma. Yang diketahui ialah bahwa
pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat besar.
Gaya kepemimpinan kharismatis bisa efektif jika :
1) Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun seringkali mereka akan
gagal.
13
2) Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka,
dimana kepribadian ini berantakan dan tidak sistematis.
5. Tipe Militeristik
Pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Pemimpin yang bertipe militeristik ialah pemimpin
dalam menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem
perintah, senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang
kepada formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang tinggi dan
kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya.
6. Tipe Pseudo-demokratik
Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik.
Tipe kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang
berusaha mengemukakan keinginan-keinginannya dan setelah itu membuat
sebuah panitia, dengan berpura-pura untuk berunding tetapi yang
sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin
seperti ini menjadikan demokrasi sebagai selubung untuk memperoleh
kemenangan tertentu. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratik hanya
tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap
otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah
kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-
samar.
7. Tipe Demokratik
Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demokratis, dan bukan
kerena dipilihnya sipemipin secara demokratis. Tipe kepemimpinan dimana
pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat,
dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk
mencapai kata sepakat.Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan
yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian
dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas
14
disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas,
memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif.
Gaya kepemimpinan demokratis ini akan efektif bila :
1) Pemimpin mau berjuang untuk berubah ke arah yang lebih
2) Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada
kalanya terjadi win-loss solution. Pemimpin harus mengupayakan agar
dia tidak selalu kalah, tetapi ada kalanya menjadi pemenang.
15
merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan
termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi.
Dalam penilitian ini, pengambilan keputusan untuk mengikuti kegiatan
berarti suatu pendekatan yang sistematis dengan tujuan memilih satu dari
berbagai kemungkinan aktivitas atau kegiatan guna menyelsaikan masalah
baik individu, kelompok maupun organisasi.
Dari beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan yang
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari beberapa
alternatif untuk pemecahan masalah.
16
2.5.3 Aspek-aspek Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkankan hasil keputusan
yang baik haruslah melalui beberapa proses. Menurut Mincemoyer and
Perkins (2003) menampilkan keterampilan pengambilan keputusan yaitu
mengidentifikasi masalah, merumuskan alternatif-alternatif,
mempertimbangkan resiko atau konsekuensi, memilih alternatif dan
evaluasi sebagai berikut. :
1. Mengidentifikasi maslah
Mengidentifikasi masalah merupakan proses dalam membentuk tujuan
yang sistematis, mendeskripsikan maslah secara tepat, bereaksi
terhadap suatu situasi tujuan dengan berpikir, menafsirkan dan bertanya
memahami bahwa membuat pilihan adalah suatu proses kognitif.
2. Merumuskan alternatif-alternatif
Merumuskan alternatif adalah kemampuan utnuk mencari kemungkinan
pilihan, mencari informasi, menganalisis pilihan, menjelaskna
kakuratan sumber informasi dan mengkombinasikan beberapa alternatif
pilihan.
3. Mempertimbangkan resiko atau konsekuensi
Pada tahap ini penting untuk menjelaskan keuntungan atau kelebihan
dan konsekuensi dari keputusan yang akan diambil, memodifikasi
pilihan apabila pilihan tersebut kurang menguntungkan namun layak
untuk dipilih, memeriksa kesesuaian pilihan dengan tujuan dan nilai-
nilai serta mengembangkan criteria untuk mendiskusikan solusi yang
mungkin ada.
4. Memilih alternatif
Memilih alternatif adalah tahap-tahap dalam membuat pilihan dari
alternatif yang terdaftar, merencanakan pelaksanaan keputusan dan
menyatakan komitmen untuk alternative yang dipilih.
17
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari pengambilan keputusan yatu
mengamati dan menginterpretasikan hasil, menyatakan kesesuaian
pilihan dengan criteria, serta menilai kembali keputusan yang dibuat.
18
merumuskan alternatif-alternatif, mempertimbangkan resiko, memilih
alternatif, dan evaluasi.
19
2.5.5 Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam
dua bentuk, yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram
(Siagian, 1987:25-26; Salusu, 1996:63).
a) Keputusan terprogram Keputusan terprogram adalah tindakan
menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali dan diambil secara
rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
b) Keputusan tidak terprogram Keputusan tidak terprogram muncul
sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu kemendesakan untuk
segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul.
Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar
mengenali bentuk, hakekat dan dampaknya.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan
juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung
jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja
dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan
setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan ‘asumsi’ bahwa
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang, baik individu maupun
kelompok. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencanarencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik seorang pemimpin
didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada
pelayanan dan membawa energi positif.
Kepemimpinan bukanlah suatu bakat alam yang dimiliki oleh orang yang
dilahirkan dengan sifat kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan ketrampilan
yang dapat dimiliki oleh semua orang dengan cara mengembangkan ketrampilan
kepemimpinannya. Kepemimpinan merupakan suatu pengaruh seorang
pemimpin yang dimilikinya untuk mempengaruhi orang lain agar dapat
melakukan keinginan seorang pemimpin tersebut.
3.2 Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri. Jika mampu berhasil memimpin dirinya sendiri
akan kelak berhasil juga menjadi pemimpin dari organisasi yang dijalankan
21
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Veithzal. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Mauldy, Reza. 2014. Pengambilan Sistem Informasi Manajemen dan Strategi
Pengambilan Keputusan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
(Online) (http://repository.upi.edu/11777/4/T_ADP_1102707_Chapter1.pdf)
diakses pada tanggal 29 Januari 2018
Laksmi Wienur Audina. 2016. Hubungan Antara Kualitas Hidup Dengan Perubahan
Sikap dan Perilaku. Padang: Fakultas Psikologi UMP (Online)
(http://repository.ump.ac.id/2908/3/Laksmi%20Wienur%20Audina_BAB%2
0II.pdf) diakses pada 9 Februari 2018
22