Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kiranya
patut penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan mengenai pembuatan tablet Asam Mefenamat.
Dalam laporan ini kami membahas tentang pembuatan tablet Asam
Mefenamat serta evaluasi yang dilakukan terhadap tablet Asam Mefenamat.
Dimana pembuatan serta evaluasi dari tablet Asam Mefenamat ini telah
dilaksanakan selama semester III di laboratorium Teknologi Farmasi Tablet ISTN
JAKARTA.
Dengan selesainya laporan tablet Asam Mefenamat ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan serta bimbingannya
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen
2. Analis Praktek
3. Teman teman yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat banyak jenis sediaan obat dalam ilmu farmasi. Namun, dari
jenis sediaan yang popular. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk,
berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung
digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini
dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam
digunakan oleh masyarakat. Asam Mefenamat merupakan salah satu obat yang
berkhasiat analgetik non narkotik. Dosis awal Asam Mefenamat 500 mg,
dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam. Pemerian Asam Mefenamat yaitu serbuk
terdiri dari zat aktif dan zat tambahan tablet agar dapat dibentuk tablet yang
1
B. Rumusan Masalah
granulasi basah?
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa – cetak, berbentuk rata,
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pada pemberian obat – obatan secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat
dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan – lapisan dalam
cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja (Depkes, 1995: 4). Tujuan dan desain tablet kempa adalah untuk memberikan
obat melalui mulut dalam bentuk yang memadai dalam jumlah yang tepat dan
pada waktu yang tepat, di tempat yang diingini yang juga mempunyai integritas
kimia yang dilindungi. Di samping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan
diformulasi, desain fisik yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia
3
lengkap atas tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran dari obat
kelengkapan fisiknya sepanjang waktu. Dari segi lain, tablet harus dapat melepas
diantaranya:
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
4. Merupakan sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas
serta dikirim.
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah.
4
7. Dapat dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti
1994:645 )
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
2. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup atau tinggi,
dari sifat tersebut, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan
obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu
merupakan jalan keluar yang terbaik serta lebih murah. (Lachman dkk,
1994: 645-646 )
5
C. Bahan Tambahan Tablet (Excipient)
yaitu bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pelicin, dan bahan
kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu pengikat menjamin
maupun bahan pengikat. Oleh sebab itu sebaiknya bahan pengikat digunakan
ke dalam bahan yang akan ditabletisasi melalui bahan pelarut atau larutan
bahan pengikat yang digunakan pada saat granulasi (Voigt, 1995: 202).
Bahan pengikat harus memberikan suatu daya adesi pada massa serbuk
dalam butiran – butiran granulat. Contoh dari bahan pengikat adalah amilum,
gummi Arabici 10 – 20%, PVP 5 – 10% dalam air atau dalam alkohol (Anief,
2000: 211).
6
2. Bahan Pengisi ( Diluents )
Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk.
Obat yang berdosis cukup tinggi, bahan pengisi tidak diperlukan (misal
kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau
dibutuhkan (0,1 – 0,8g). Disamping sifatnya yang harus netral secara kimia
dan fisiologi, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat dicernakan dengan
b) Tersedia dalam jumlah yang cukup disemua negara tempat produk itu
dibuat.
populasi.
f) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai
7
h) Colour compactible (tidak boleh mengganggu warna).
698)
Contoh dari bahan pengisi antara lain adalah amilum, laktosa, kalsium
fosfat, kalsium karbonat dan zat lain yang cocok. Laktosa merupakan bahan
pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir
semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat.
Millard yang dapat menimbulkan warna coklat dan perubahan warna dengan
obat – obat tertentu, tetapi bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila
harus dikemas dengan hati – hati untuk mencegah terkena udara lembab.
yang baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka
mengalami perubahan warna bila ada zat basa amina garam alkali (Lachman
8
menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah
Kanji USP dan jenis – jenis lainnya merupakan bahan penghancur yang paling
pori – pori ke dalam tablet yang menyebabkan terjadinya waktu hancur yang
lebih cepat. Bahan penghancur baru memiliki efektifitas kerja tinggi jika
pembengkakan yang tinggi dan membentuk sistem pori di dalam tablet yang
glidant )
Ketiga bahan ini fungsinya saling tumpang tindih, suatu bahan anti
lekat juga memiliki sifat – sifat pelincir dan pelicin. Suatu pelincir diharapkan
dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat
adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin
ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi
9
Mg stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan digunakan
secara luas. Bahan berasal dari hewani yang merupakan campuran bervariasi
antara 0,2 – 2%. Biasa dicampur dengan serbuk atau campuran granul untuk
Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet harus memiliki dua
lain yang diinginkan adalah kompresibilitas yaitu sifat untuk membentuk massa
yang stabil, kompak bila diberi tekanan. Hal – hal yang menyebabkan tablet
menjadi bulatan – bulatan atau agregat – agregat dalam bentuk beraturan yang
Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
1. Granulasi Basah
10
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang
dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat
sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat
ditambahkan dalam keadaan kering tanpa air. Jumlah bahan pengikat yang
digunakan tergantung pada bahan lainya dalam formula. Bahan pengikat yang
bercampur, tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh terlalu kering karena jika
cara sebagai berikut: zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur
ditambah dengan pewarna. Setelah itu diajak menjadi granul dan dikeringkan
dalam almari pengering pada suhu 40 – 50°C. Setelah kering diayak lagi untuk
pelicin kemudian dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2000:
211).
11
pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis rendah,
2. Granulasi Kering
karenanya lebih ekonomis daripada pembutiran lembab. Cara ini sangat tepat
untuk tabletisasi yang peka terhadap suhu atau bahan obat yang tidak stabil
tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran
menjadi granul yang lebih kecil. Metode granulasi kering cocok untuk obat
dosis tinggi, bahan – bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi
basah karena kepekaannya terhadap uap air atau karena obatnya peka terhadap
panas. Pada pembuatan granul secara kering dikerjakan dengan cara : zat
berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dicampur dan
dibuat menjadi tablet yang lebih besar (slugging). Setelah itu tablet yang
sudah jadi dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah pengayakan granul
ditambah dengan bahan pelicin dan terakhir dikempa cetak menjadi tablet
12
3. Kempa Langsung
efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka terhadap
penting (tenaga kerja yang sedikit, proses kering, tahap proses sedikit), tapi
granulasi basah dan granulasi kering. Meskipun demikian sifat fisik masing –
masing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah
sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung
13
E. Sifat Fisik Granul
partikel serbuk diubah menjadi butiran granulasi. Dalam hal ini diperoleh butiran,
dimana partikel serbuknya memiliki daya lekat. Disamping itu daya alirnya
semakin baik. Dengan daya alir tersebut pengisian ulang cetak dapat berlangsung
keseragaman bentuk tablet. Dengan demikian akan dihasilkan massa tablet yang
F. Evaluasi Granul
dan sudut istirahat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah
14
2. Kompressibilitas
sejumlah tertentu serbuk kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat, kemudian
21 – 25 % aliran cukup
3. Uji Kelembaban
granulat. Kadar air serbuk maupun campuran serbuk sangat dipengaruhi oleh
kohesif dan adhesive. Partikel yang memiliki kadar air tinggi akan
% lembab = Wo – W1 x 100%
Wo
15
G. Evaluasi Tablet
sifat fisik dan homogenitas granul, keteraturan aliran granul dari corong ke
cetakan (Lachman dkk, 1994: 651). Jumlah bahan yang diisikan dalam
cetakan yang akan ditekan menentukan bobot yang akan dihasilkan (Ansel,
2008: 252).
Ditimbang 20 tablet satu per satu, kemudian dihitung bobot rata–rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang
masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar
dari harga yang telah ditetapkan dalam kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
16
2. Uji Keseragaman Ukuran Tablet
Ambil 20 tablet secara acak, lalu ukur diameter dan ketebalan tablet
menggunakan jangka sorong. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
menggunakan hardness tester. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk
tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara normal, tapi
tablet ini akan cukup lunak untuk melarut dan menghancur dengan sempurna
begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan diantara jari – jari bila memang
tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya. Dalam bidang industry kekuatan
kekerasan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4- 8 kgf (Ansel,
2008: 255).
berat lebih kecil dari 0,5 – 1% masih dapat dibenarkan (Lachman dkk, 1994:
654). Tablet dianggap baik jika kerapuhan tidak lebih dari 1% (Sulaiman,
2007: 200).
melepaskan tablet berputar dan jatuh dalam alat penggulir berputar. Tablet
ditimbang sebelum dan sesudah sejumlah sekian kali putaran maka berat yang
17
hilang pun dihitung. Ketahanan terhadap kehilangan berat, menunjukkan
dalam media yang sesuai. Tablet dinyatakan hancur jika tablet terlarut dalam
suatu medium penguji atau hancur menjadi banyak partikel (Voigt, 1995:
224).
tablet menjadi partikel kecil atau granul yang disebut disintegrasi. Tablet harus
hancur dan semua patikel harus dapat menembus saringan mesh 10 dalam
waktu yang sudah ditentukan. Bila ada sisa yang tertinggal, maka sisa itu
harus mempunyai massa yang lunak dan tidak boleh ada inti tablet yang
tumpah. Tablet tidak bersalut mempunyai standar waktu hancur paling rendah
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Sulaiman, 2007:
206).
Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara
resmi yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. Secara singkat alat ini
terdiri dari rak keranjang yang dipasang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya
terbuka, diikat secara vertical di atas latar belakang dari kawat stainless yang
berupa ayakan dengan ukuran mesh no.10. selama waktu pengujian, tablet
18
diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi dengan memakai alat
29-32 kali turun-naik per menit, layar kawat, dipertahankan selalu berada di
19
BAB III
PEMBAHASAN
Struktur
PH 4-7
Serbuk hablur, putih atau hampir putih melebur pada suhu kurang
Pemerian 230˚ disertai peruraian.
Larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform,
Kelarutan sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, praktis tidak larut
dalam air.
Stabilitas
Susut pengeringan Tidak lebih dari 1,0% dilakukan pengeringan pada suhu 105oC
20
Inkompatibilitas Antikoagulan, salisilat, dan sulfonamid
Aplikasi dalam Sebagai bahan aktif
formula
B. Preformulasi Eksipien
Struktur
PH 4-7
Serbuk amorf, coklat kekuningan, berbau khas, larutan bereaksi
Pemerian asam terhadap kertas lakmus
Larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam klotoform, eter
Kelarutan dan karbon tetraklorida.
Susut pengeringan Tidak lebih dari 8,0%, menggunakan 5 gram zat yang dikeringkan
pada suhu 105oC
Inkompatibilitas Dalam larutan dengan garam organic, alami, sintetis resin, dan
bahan kimia lainnya.
21
Aplikasi dalam Sebagai pengikat, penghancur, dan suspending agent
formula
2) Amylum
Struktur
PH 4-8
Serbuk sangat halus putih
Pemerian
Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol
Kelarutan
Susut pengeringan Tidak lebih dari 15%. Dilakukan pengeringan pada suhu 100-105oC
dengan 1 gram zat
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan oksidasi kuat, Dapat bewarna jika direaksikan
dengan iodine
Aplikasi dalam Sebagai pengikat, penghancur, dan diluent
formula
22
Sumber : Farmakope Indonesia edisi V,2014 : 1003, dan Handbook
3) Laktosa
Struktur
PH 4,0 sampai 6,5
Serbuk putih atau hampir putih, rasa manis
Pemerian
Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol / alkohol
Kelarutan
Inkompatibilitas Tidak sesuai dengan oksidasi kuat, penyerapan cairan yang lebih
besar dan degradasi obat
Aplikasi dalam Sebagai bahan pengisi
formula
edisi III hal 538, dan Yudha, 2016. Formulasi sediaan tabletliquisolid
23
glibenklamid dengan pelumat PEG 400 dan laktosa sebagai carrier
4) Magnesium stearate
Struktur
PH 5 sampai 9,2
Serbuk halus, putihm, dan voluminous, bau lemah khas, mudah
Pemerian melekat dikulit, bebas dari butiran
Praktis tidak larut dalam air, etanol dan bahan eter
Kelarutan
Susut pengeringan Tidak lebih dari 4%. Lakukan pengeringan pada suhu 105OC hingga
bobot tetap
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan asam kuat, basa kuat dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan zat oksidasi kuat. Tidak bisa digunakan untuk
membuat aspirin, beberapa vitamin, dan golongan garam alkaloid
Aplikasi dalam Sebagai bahan pelicin
formula
24
Sumber : Farmakope Indonesia edisi V, 2014 hal 805, dan Handbook
5) Talkum
Struktur
PH 7-10
Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu berkilat, mudah
Pemerian melekat pada kulit dan bebas dari butiran
Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Kelarutan
III : 591
25
6) Pewarna sunset yellow FCF
Struktur
PH -
Serbuk merah kekuningan. Dalam bentuk larutan bewarna orange
Pemerian menyala
Larut pada suhu 20oC, larut 75% dalam etanol, larit 50% dalam
Kelarutan propilen glikol
Susut pengeringan -
C. Rasionalisasi Formula
26
Dalam praktikum ini kami memilih metode granulasi basah. Hal ini
dikarenakan hasil uji dari zat aktif kami tidak cukup baik sifat alirnya harus
diketok-ketok terlebih dahulu. Dan waktu yang diperlukan untuk alir 23,8 detik
yang menandakan zat aktif kami memiliki sifat yang buruk yaitu kurang dari 10
detik ( Sulaiman, 2007 : 105 ). Pembasahan granul sesuai untuk homogenitas
sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui hidrofilisasi (
granulasi basah ), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa kehilangan
kualitas campuran ( Agoes, 2006 : 195 ).
Adapun pemilihan bahan tambahan dalam formulasi kami adalah sebagai berikut :
1. Bahan pengikat PVP
Kami memilih bahan ini karena baik digunakan dan stabil hingga suhu
105oC. Dapat memberikan suatu gaya adhesi pada proses granulasi. Bahan
pengikat dapat menyatukan partikel serbuk dalam butiran-butiran granulat.
Contoh bahan pengikat larut dalam air atau alcohol yaitu, PVP dengan
penggunaan 5-10% tablet ( Anief, 2000 : 211).
2. Glidan atau penghancur amylum
Kami memilih amylum yang lazim digunakan, selain berfungsi sebagai
penghancur juga dapat berfunsi sebagai pengikat ( Handbook Pharmaceutical
Excipient, 2009 : 685 ). Kanji dan jenis-jenisnya merupakan bahan
penghancur yang banyak dipakai dengan harga murah. Biasanya digunakan
dengan konsentrasi 5-20% dari berat tablet ( Lachman dkk, 1994 : 702 ).
3. Pengisi / Filler Lactosa
Karena asam mefenamat memiliki rasa asam dan cukup pahit maka kami
memilih laktosa yang memiliki rasa manis ( Farmakope Indonesia edisi V,
2014 : 752 ). Berfungsi sebagai pengisi sehingga dibutuhkan ukuran massa
0,1-0,8 gram. Disamping sifatnya harus netral secara fisika dan kimia
sebaiknya dapat dicernakan dengan baik ( Voight, 1995 : 202 ).
4. Glidan dan Lubricant atau Pelicin
Dua fungsi bahan ini tumoang tindih satu sama lain suatu bahan anti lekat
juga berfungsi sebagai pelicin. Pelicin atau glidan diharapkan dapat
mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan die, pada saat tablet akan
27
ditekan ke luar.sehingga kami memilih magnesium stearat yang kami
gunakan pada fase luar. Sedangkan pelicin ditujukan untuk memacu aliran
serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-
partikel saat pencetakan kami menggunakan talcum ( Lachman dkk, 1994 :
703 ). Magnesium stearate merupakan lubricant paling efektif dalam
penggunaan secara luas. Konsentrasi efektif magnesium stearate antara 0,2-
2%. Biasa dicampur dengan serbuk atau campuran granul untuk waktu
relative singkat ( Agoes, 2006 : 191 ).
5. Pewarna sunset yellow FCF
Merupakan pemberi warna kuning hingga orange pada sediaan oral maupun
topical. Kami memilih warna ini karena ini pewarna sintetis yang tersedia
pada Laboratorium. Inkompatibilitas dengan asam askorbat ( Handbook
Pharmaceutical Expient, 2009 : 194 ). Kami ingin membuat tablet asam
mefenamat dengan inovasi warna kuning berbeda dengan lainnya.
28
F. Cara Kerja
29
G.Evaluasi granul
1. Kecepatan alir
-Buka tutup corong.catat waktu yangh di perlukan untuk mengalir hingga habis
m
v
t
2. Sudut diam
-terlebih dahulu bagian bawah di lapisi kertas agar dapat mengukur diameter
2h
tan
d
3. Kompresibilitas
30
-Gelas ukur 100 ml kosong timbang (W1)
-Isi dengan asam mefenamat hingga 100 ml (Vo) lalu tibang (W2)
-Hentakkan sebanyak +500 kali hingga terjadi pengurangan volume, catat hasil
(V1)
w2 w1 w2 w1 Pb Pu
Pu Pb C
V0 V1 Pb
H. Evaluasi Tablet
1. keseragaman ukuran
jangka sorong
2. Keseragaman bobot
3. Kekerasan tablet
-Ambil 20 tablet letakkan pada hardness tester kemudian hancurkan baca angka
4. Kerapuhan tablet
dan putar sebnayak 100 kali putaran kemudian timbang, hitung bobot yang
hilang
31
-Masukkan 18 tablet ke dalam keranjang alat uji waktu hancur turun naikkan
keranjang sebanyak 30 kali tiap menit, tablet di nyatakan hancur jika tablet ada
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM.
Press.
Dosage Form.
Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
32
LAMPIRAN
33