Anda di halaman 1dari 28

MATERI UJIAN PRAKTEK AL-ISLAM

UJIAN AKHIR PROGRAM ( UAP )


STIKES’AISYIYAH PALEMBANG
PRODI:
S 1 FARMASI/D III KEPERAWATAN/D III
KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

1. Praktek Baca al-Quran


2. Praktek tata cara (kaifiyyat) thaharah:
1) Praktek tata cara (kaifiyyat) berwudhu.
2) Praktek tata cara (kaifiyyat) tayammum.
3) Praktek tata cara (kaifiyyat) mandi jinabat.
4) Praktek tata cara (kaifiyyat) menghilangkan
najis
5) Praktek tata cara (kaifiyyat) istinja’
3. Praktek tata cara (kaifiyyat) sholat
4. Praktek tata cara (kaifiyyat) sholat jenazah
TIM AIK STIKES ‘AISYIYAH PALEMBANG

1
Pengertian Fiqh

Kata Fiqh (fi’ilnya: faqiha-Yafqahu) :ilm (pengetahuan) atau al-fahmu


Pemahaman) saja.

Menurut Abu Zahrah mengatakan bahwa arti fiqh secara bahasa:


pemahaman yang mendalam.

Secara Istilah: “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang praktis yang


diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci” atau yang menerangkan tentang
hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para
mukallaf yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci “

Pengertian ushul fiqh: dasar-dasar fiqh.

Menurut istilah: kaidah-kaidah yang dijadikan sarana untuk


mengistinbathkan (menggali/mengeluarkan) hukum islam dari dalil-dalilnya
yang terinci.

Kesimpulan: istilah fiqh mengacu kepada ilmu yang membahas masalah-


masalah hukum islam yang praktis, sedangkan istilah ushul fiqh mengacu
pada ilmu yang membahas kaidah kaidah mengenai metode dalam menggali
hukum dari dalil-dalilnya yang sudah terperinci

Contoh: mengapa sholat itu wajib? Seorang ahli fiqh akan menjawab dengan
berdasarkan pada firman allah swt

َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬


• َ‫الرا ِك ِعين‬ ْ ‫الز َكاة َ َو‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صالَة َ َوآتُوا‬
002:043 Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku' .

Tetapi bila muncul pertanyaan, kenapa sholat itu wajib, maka ahli ushul
fiqh akan menjawab dengan mendasarkannya pada kaidah bahasa yang
berbunyi:
• “Al-ashlu fil amri lilwujuubi” “pada dasarnya perintah itu
(menunjukkan) pada wajib”

Pembagian fiqh

Ditinjau dari lapangan hukumnya, maka fiqh dibagi menjadi dua macam:
1. Fiqh Ibadah (dalam arti sempit =ibadah mahdhoh/ibadah khusus)
yaitu: perkataan dan perbuatan para mukallaf yang berhubungan
langsung dengan allah swt. Seperti: thaharah, shalat, zakat, puasa
dan haji
2. Fiqh mu’amalat (dalam arti luas) yaitu perkataan dan perbuatan para
mukallaf yang berkaitan dengan sesamanya. Lingkup pembahasannya
masalah bisnis, jual beli, perkawinan, waris, peradilan, hukum pidana,

2
kenegaraan dll. Muamalat dalam arti luas sering disamakan dengan
ibadah amah (ibadah umum)

Pengertian ibadah

- Ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, dan pengabdian.


- Menurut ibnu taimiyyah ibadah merupakan puncak ketaatan dan
ketundukkan yang di dalamnya terdapat unsur cinta.
- Ibadah menurut Muhammadiyah: “mendekatkan diri kepada allah swt
dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya serta mengamalkan apa saja yang di perkenankan olehNya”

Pembagian Ibadah
1. Ibadah Khusus
2. Ibadah Umum

Prinsip-Prinsip Ibadah
1. Yang berhak disembah hanyalah Allah (QS al-fatihah:5)
2. Tanpa Perantara (QS 2:186)
3. Ikhlas sendi ibadah (QS albayyinah 95:5)
4. Harus sesuai dengan tuntunan (QS al-kahfi18:110)
5. Seimbang antara unsur jasmani dengan rohani (QS. Al-qashas 28:77
dan QS al-baqarah 2: 201)
6. Mudah dan meringankan (QS 2:286)

THAHARAH

 
   
 
  
 
 
   
   
    
    
  
  
  
  
 
    
3
   
  
  
  
6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.(QS al-Maidah 5:6)

[403] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.


[404] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang
sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.

A. Pengertian Thaharah
Secara bahasa, thaharah berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran
lahir maupun kotoran batin berupa sifat dan perbuatan tercela.

Allah SWT memang sangat menganjurkan hamba-hamba-Nya agar


senantiasa dalam keadaan suci lahir dan batin. Hal ini tampak dalam
firman-Nya

   


  
2:222..... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Menurut istilah, thaharah adalah: mensucikan diri dari najis dan hadast
yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau
tanah, atau batu. Penyucian diri disini tidak terbatas pada badan saja tetapi
juga termasuk pakainan dan tempat.

Hukum thaharah (bersuci) adalah wajib, kuhususnya bagi orang yang


akan melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:

    .....


......  

...danjika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit.....(QS al-
Maidah/5:6)

4
   
 
dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, (QS Al-
Muddatsir/74:3-4)

. ُّ ِ‫ص َالة‬
‫الط ُه ْو ُر‬ َّ ‫ِم ْفتَا ُح ال‬
“kunci shalat itu adalah bersuci... (HR. Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Darimi,
dari Ali bin Abi Thalib)

A. TATA CARA BERWUDHU


Apabila kamu hendak berwudhu, maka bacalah:
1. “Bismillahirrahmaanirrahim” dengan mengikhlaskan niatnya karena
Tuhan Allah. (HR. Nasa’i dan Ibn Khuzaimah)
2. Dan basuhlah telapak tanganmu tiga kali sambil menyelai-nyelai jari-
jemarinya..”sempurnakanlah dalam berwudhu, selai-selailah di antara
jemari” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud) dan dengan menggosok-
gosoknya (HR. Ahmad dan Abu Daud)
3. Berkumur-kumur sebanyak 3 kali. Sempurnakan jika sedang tidak
berpuasa.”lalu berkumur-kumur dan menghisap air dari telapak
tangan sebelah ia lakukan seperti itu tiga kali” (Muttafaqun Alaihi)
4. Menghisap air ke hidung sebanyak 3 kali. sempurnakanlah dalam
berkumur dan menghisap air itu, apabila sedang tidak Berpuasa
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap dua sudut matamu dan
“lalu membasuh wajahnya sambil mengucek ujung dalam kedua
mata” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah). lebihkanlah
membasuhnya dengan digosok dan selai-selailah jenggotmu (HR.
Tirmidzi, Ibn Majah)
6. Membasuh kedua tangan sampai ke siku dengan digosok tiga kali
dan menyelai jari-jari, dengan melebihkan membasuh (HR. Muslim
dari Abu Hurairah) kedua tangan mulai tangan kanan. “Menurut
‘Aisyah ra. Bahwa Rasulullah senang mendahulukan kanannya
(Muttafaqun Alaihi)
7. Usaplah ubun-ubun dan atas kepala dengan menjalankan kedua
telapak tangan dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan di
kembalikan lagi pada permulaan (HR. Jama’ah), kemudian usaplah
kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu jari dan sebelah
dalamnya dengan telunjuk sebanyak 1 kali (HR. Abu Dawud dan
Nasa’i dari Ibnu Umar)
Catatan: bagi yang memakai sorban cukup dengan mengusap
ubun-ubun (bagian depan kepala) dan atas sorban.
“diriwayatkan oleh Mughirah bin Syu’bah; bahwasanya nabi
Saw berwudhu lalu mengusap ubun-ubunnya, atas sorbannya
dan atas khuffnya (HR. Muslim, at-tirmidzi, an-nasai, abu daud,
dan ahmad)
8. Lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan
digosok tiga kali dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan
melebihkan membasuh keduanya dan mulailah dengan yang kanan

5
dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (HR. Muttafaqun
Alaihi dari Humran ra)
9. Tertib. Sesuai dengan keumuman lafal hadist “mulailah dengan apa
yang telah dimulai Allah” (HR. Imam Nasai, Ahmad dan Daruquthni)
10. Setelah berwudhu menghadap kiblat dan ucapkan “Asyhadu
allaa ilaa-ha-illallah wahdahu-laa-syarii-kalah, wa asyhadu anna
Muhammadan ‘abduhuwarasu-luh ”.( HSR. Nasa’i, Ibn Majah, dari
Umar ra. Setelah lafal illah-llah boleh disisipkan: wahdahu-la-syari-
kalah (HSR. Muslim dan Nasa’i)
Catatan: dalam riwayat tirmidzi (no hadist: 55) ada tambahan
“allahumaj alni minat tawwabiina wajalni minal
mutathohhirin” secara sanad, hadist dengan doa tambahan ini
cukup kontroversial karena ulama yang menghasankannya
namun mayoritas ulama mendhaifkannya karena sanadnya
kacau dan terputus

Peringatan: bagi yang tidak cermat dalam berwudhu diancam


dengan neraka wayl (muttafaqun Alaihi)

Hal-hal yang membatalkan wudhu


1. Keluarnya dari dua lubang (qubul dan dubur)
2. Tidur nyenyak dengan berbaring (telentang)
3. Menyentuh kemaluan tanpa alas atau pembatas
4. Hilang akal; gila, pingsan atau mabuk
5. bersetubuh

B. TATA CARA TAYAMMUM


Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir
mendapat mudlarat, atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak
mendapat air, maka tayammumlah dengan debu yang baik, untuk
mengganti wudlu dan mandi, maka:
1. letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya
dengan ikhlas niatmu karena Allah dan bacalah
Bismillahirrahmanirrahim.
2. Kemudian usaplah kedua tanganmu pada mukamu dan kedua telapak
tanganmu. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Hal-hal yang membatalkan tayammum

1. Semua hal yang membatalkan wudhu


2. Menemukan air suci sebelum mengerjakan shalat.
Bagi yang sudah sholat lalu menemukan air untuk bersuci pada saat
waktu shalat belum lewat maka ada dua pilihan kebolehannya, yakni,
ia boleh tidak mengulangi shalatnya lagi, dan kedua boleh juga ia
berwudhu lalu shalat lagi (HR. Abu Daud dan Nasa’i). namun jika
sudah bertayammum dan belum shalat, maka ia wajib berwudhu (HR.
Bukhori)
3. Habis masa berlakunya, yakni satu tayammum untuk satu shalat
kecuali bila dijama’. Inilah pendapat yang lebih kuat. Tetapi ada juga
yang berpendapat bahwa sebagai pengganti wudhu maka masa
berlaku tayammum sama dengan masa berlakunya wudhu.
6
C. TATA CARA MANDI JINABAT
Apabila kamu berjinabat karena mengeluarkan mani atau bertemunya
kedua persunatan atau kamu hendak menghadiri shalat Jum’ah atau
kamu baru selesai dari Haid atau Nifas, maka hendaklah kamu mandi:
1. Mulailah dengan membasuh (mencuci) kedua tanganmu dengan ikhlas
niatmu karena Allah.
2. Membasuh (cucilah) kemaluan dengan tangan kiri dan gosoklah tangan
dengan tanah (HR. Bukhori) atau apa yang menjadi gantinya dengan
sabun mandi
3. Lalu berwudlulah seperti biasa
4. Kemudian ambillah air dan masukkanlah jari-jari pada pangkal rambut
dengan sedikit wangi-wangian sesudah dilepaskan rambut-nya. Dan
mulailah dengan yang kanan.
5. Tuangkan air ke atas kepalamu tiga kali.
6. Lalu ratakanlah atas badanmu semuanya serta digosok dahulukan
bagian kanan.
7. Kemudian basuhlah (cucilah) kedua kakimu dengan mendahulukan
yang kanan dari pada yang kiri, dan jangan berlebih-lebihan dalam
menggunakan air. (HR. Bukhori dan Muslim)

D. TATA CARA MENGHILANGKAN NAJIS


Setelah kamu berwudlu dengan cara-cara yang tersebut diatas, maka
kamu dalam keadaan suci, selagi belum ada sesuatu yang keluar dari
salah satu dua jalan dan selama tidak menyentuh wanita (bersetubuh)
dan tidak menyentuh kemaluan dan tidak tidur yang nyeyak dengan
miring.
Apabila sebagian dari badanmu, pakaianmu dan tempatmu sholat
terkena najis hendaklah dibasuh (dengan menggosok dan
menghilangkannya kalau itu darah haid), sehingga hilanglah sifat-
sifatnya, bau dan rasanya, dengan air yang suci, dan tidak mengapa
tertinggal bekas salah satu sifat najis tadi. Dan untuk menghilangkan
najis kencing anak laki-laki yang belum makan makanan, percikkan
dengan air sampai basah. Dan apa yang terkena oleh liur anjing cucilah
tujuh kali, salah satunya dengan debu yang bersih.

E. ADAB DAN TATA CARA ISTINJA


Ada tata-kesopanan yang disuruh laksanakan sebaik-baiknya oleh setiap
muslim, di kala membuang hajatnya dan beristinja’, yaitu:

1. Kesopanan yang berkaitan dengan tempat buang hajat

Ketika buang air kecil maupun besar, hendaklah menghindari:

a. Jalan yang dilalui orang, atau tempat duduk mereka, karena hal itu
akan mengganggu mereka

Muslim (269) dan lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa
Nabi SAW bersabda:
7
ِ َّ‫ق الن‬
‫اس‬ َ ‫َان؟ قَا َل الَّذِى يَت َ َحلَّى فِ ْى‬
ِ ‫ط ِر ْي‬ ِ ‫ َو َماللَّعَّان‬:‫ قَالُوا‬،‫اِتَّقُوااللَّعَّانَي ِْن‬
‫ا َ ْوفِى ِظ ِلِّ ِه ْم‬
“Hindarilah oleh kamu sekalian dua perkara yang mendatangkan kutukan”.
Para sahabat bertanya: “Apakah dua perkara yang mendatangkan kutukan
itu?” Jawab Nabi: “Orang yang membuang hajatnya di jalan yang dilewati
orang, atau ditempat mereka berteduh”.

b. Lubang di tanah atau dinding atau semisalnya, karena kadang-kadang


mendatangkan bahaya.

Boleh jadi, di situ ada binatang yang berbahaya, seperti ketonggeng atau
ular, yang akan keluar lalu menyakiti orang yang tidak sopan itu: Atau
boleh jadi, di situ ada binatang lemah yang ersiksa karenanya.

Abu Daud (29) telah meriwayatkan dari Abdullah bin Sarjis, dia berkata:

‫سلَّ َم ا َ ْن يُبَا َل ِفى ْال ُج ْحر‬


َ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫س ْو ُل‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫نَ َهى َر‬
Rasulullah telah melarang mengencingi lubang. Maksudnya, lubang di
tanah

c. Di bawah pohon yang berbuah, demi menjaga agar buahnya itu tidak
kotor ketika jatuh, baik buah itu bisa dimakan atau pun yang diambil
manfaatnya. Dengan demikian, hati kita tidak merasa jijik kepadanya.

d. Air yang tergenang. Karena, akan menyebabkan hati kita merasa jijik
kepadanya, jika air itu banyak dan tidak bisa berubah oleh najis. Dan akan
mengakibatkan air itu tidak berguna, jika bisa berubah karena najis, atau
kurang dari dua kulah.

Muslim (281) dan lainnya telah meriwayatkan dari Jabir RA, dari Nabi SAW:

‫الرا ِك ِد‬ ِ ‫اَنَّهُ نَ َهى ا َ ْن يُبَا َل فِى ْال َم‬


َّ ‫اء‬
Bahwasanya beliau melarang kencing pada air yang tergenang.

Berak di situ tentu saja lebih buruk dan lebih patut dilarang. Dan larangan
di sini berarti karahah. Sedang Imam an-Nawawi menukilkan, bahwa
laranga di sini untuk tahrim. (lihat: Syarah Muslim (3/187).

2. Kesopanan yang berkaitan dengan keluar-masuk ke tempat buang


hajat.

Orang yang buang hajat, mustahab baginya mendahulukan kaki kirinya


ketika memasuki jamban, dan mendahulukan kaki kanan ketika ke luar.
Karena kaki kiri lebih tepat bagi tempat-tempat kotor dan najis.
8
Dan hendaknya jangan menyebut nama Allah Ta’ala. Begitu pula, menyebut
nama siapa saja yang dihormati.

Dan mustahab pula baginya mengucapkan dzikir-dzikir dan doa-doa yang


otentik berasal dari Rasululah SAW, sebelum masuk dan sesudah ke luar
dari jamban.

142 ‫ث َو ْال َخبَا ِئثِ(رواه البخارى‬


ِ ُ‫ع ْوذُ ِب َك ِمنَ ْال ُخب‬
ُ َ ‫ اَللَّ ُه َّم اِنِِّى ا‬،‫هللا‬
ِ ‫ِبا ْس ِم‬
375 ‫ومسلم‬

Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, sesungguhnya aku berlindung


kepada-Mu dari setan-setan lelaki dan setan-setan perempuan (H.R. al-
Bukhari: 142, dan Muslim: 375)

Al-Khutbuts: jamak dari khabits. Dan al-Khaba’its: jamak dari khabitsah.


Sedang maksudnya setan-setan lelaki dan perempuan. Dan sesudah ke luar
dari jamban, ucapkanlah:

ِ‫ ْال َح ْمدُ ِ َّّلِل‬،‫َب َعنِِّى اْالَذَى َو َعافَانِى‬


َ ‫ّلِل ا َّل ََذِى ا َ ْذه‬ ِ َّ ِ ُ‫غ ْف َران ََك ْال َح ْمد‬
ُ
‫ َودَفَ َع َعنِِّى اَذَاهُ(رواه ابو داود‬،ُ‫ى قُ َّوتَه‬ َّ ِ‫ َوا َ ْبقَى ف‬،ُ‫ا َّل ََذِى اَذَاقَنِى لَذَّتَه‬
‫ والطبرانى‬301 ‫ وابن اجه‬7 ‫ والتِّرمذى‬30)
Aku memohon kepada-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan
dariku penyakit dan memberiku kesehatan. Segala puji bagi Allah yang
telah membuat aku dapat merasakan kelezatannya, meninggalakan padaku
kekuatannya, dan menolak dariku bahayanya. (H.R. Abu Daud: 30, at-
Thirmidzi: 7, Ibnu Majah: 301, dan at-Thabrani).

3. Kesopanan yang berkenaan dengan arah.

Membuang hajat haram dilakukan dengan menghadap atau pun


membelakangi kiblat, jika hal itu dilakukan di tempat terbuka dan tidak ada
penutupnya yang cukup tinggi hingga menutupi aurat ketika itu. Begitu
pula, jika dilakukan dalam bangunan yang tidak sengaja disediakan untuk
buang hajat, sedang syarat-syarat penutup – sebagaimana tersebut tadi –
tidak terpenuhi. Dan dipersyaratkan pula, jauhnya dari penutup itu tidak
lebih dari 3 hasta orang biasa (= ± 150 cm). Adapun bila bangunan itu
sengaja disediakan untuk buang hajat, maka boleh saja menghadap
ataupun membelakangi kiblat.

Al-Bukhari (381), dan Muslim (26) telah meriwayatkan dari Abu Ayub al-
Anshari RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

ْ ‫ط فَالَ ت َ ْست َ ْق ِبلُ ْو‬


،‫اال ِق ْبلَةَ َوالَ ت َ ْست َ ْد ِب ُر ْوهَا ِببَ ْول ا َ ْو غَائِط‬ َ ِ‫اِذَااَت َ ْيت ُ ْم ْالغَائ‬
‫َولَ ِك ْن ش ِ َِّرقُ ْواا َ ْو غ ِ َِّربُ ْوأ‬
9
Apabila kamu mendatangi tempat buang hajat, maka janganlah kamu
menghadap atau membelakangi kiblat, ketika buang air kecil atau pun
besar. Akan tetapi, menghadaplah ke timur atau ke barat. (Dikatakan ke
Timur atau ke Barat, karena hadits ini disampaikan di Madinah yang
terletak disebelah utara kiblat. –Pen)

Hal tersebut di atas adalah khusus mengenai tempat terbuka atau tempat-
tempat lain yang semakna dengannya, yang tidak berdinding. Adapuin dalil
pengkhususan itu ialah hadits yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari
(148) dan Muslim (266) dan lainnya, dari Ibnu Umar RA, dia berkata:

‫صلَى‬ َّ ‫ض َحا َجتِى فَ َرا َ ْيتُ النَّ ِب‬


َ ََ ‫ي‬ ِ ‫صةَ ِلبَ ْع‬ َ ‫ت َح ْف‬ ِ ‫ظ ْه ِر بَ ْي‬َ َ‫اِ ْرتَقَ ْيتُ فَ ْوق‬
َّ ‫سلَّ َم ُم ْستَ ْد ِب َر ْال ِق ْبلَةَ ُم ْست َ ْق ِب َل ال‬
‫ش ِام‬ َ ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
Jadi, hadits yang pertama diartikan bagi tempat yang tidak disengaja
disediakan untuk buang hajat, dan tempat-tempat lain yang semakna
dengannya, yang tidak ada dindingnya. Sedang hadits kedua diartikan bagi
tempat yang sengaja disediakan untuk itu, dan tempat-tempat lain yang
semakna dengannya. Pengertian ini merupakan pengakuran di antara dalil-
dalil. Dalam pada itu tetap saja makruh membuang hajat – dengan
menghadap atau membelakangi kiblat – di tempat yang tidak disediakan
untuk itu, sekalipun berdinding

4. Kesopanan yang berkenaan dengan sikap orang yang buang hajat.

Orang buang hajat hendaknya bersandar pada kaki kirinya, dengan


menegakkan kaki kanan. Jangan memandang ke langit, ke farjinya maupun
kepada kotoran yang keluar darinya. Karena hal itu tidak patut dilakukan.
Dan makruh pula bagi orang-orang yang buang hajat, berbicara atau
melakukan pekerjaan selagi membuang hajatnya.

Mulim (370) dan lainnya telah meriwayatkan dari Ibnu Umar RA:

‫سلَّ َم َعلَيَ ِه فَلَ ْم‬


َ َ‫ ف‬:ُ‫سلَّ َم يَبُ ْول‬
َ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ا َ َّن َر ُج ًل َم َّر َو َر‬
َ ‫س ْو ُل هللا‬
‫يَ ُردَّ َعلَ ْي ِه‬
Bahwasanya ada seorang lelaki lewat ketika Rasulullah SAW buang air
kecil. Orang itu menyampaikan salam kepada beliau, namun beliau tidak
menjawabnya.

Dan diriwayatkan pula oleh Abu Daud (15) dan lainnya, dari Abu Sa’id RA,
dia berkata; pernah saya saya mendengar Nabi SAW bersabda:

ِ َ ‫ َكا ِشفَي ِْن َع ْن َع ْو َر ِت ِهما َ يَت َ َحدَّث‬،‫ط‬


‫ان‬ َ ِ‫ان ْالغَائ‬
ِ َ‫الر ُجالَ ِن يَض ِْرب‬َّ ‫الَيَ ْخ ُر ُج‬
َ ‫فَا َِّن هللاَ َع َّز َو َج َّل يَ ْمقُتُ َع‬.
‫لى ذَ ِل َك‬
10
Jangan hendaknya dua orang lelaki keluar untuk mendatangi tempat buang
hajat, dengan menyingkapkan auratnya sambil mengobrol. Karena Allah
‘Azza Wa jalla memurkai perbuatan seperti itu.

Dan perbuatan-perbuatan lain bisa dikiaskan kepada berbicara ini. Seperti


makan, minum, mengobrol dan lain sebagainya.

5. Menggunakan tangan kiri ketika beristinja’

Orang yang buang hajat hendaklah menggunakan tangan kirinya ketika


membersihkan tempat keluarnya kotoran, baik dengan air maupun dengan
batu dan semisalnya. Karena, tangan kiri lebih patut untuk itu. Dan
makruh menggunakan tangan kanan untuk pekerjaan ini. Demikian pula
makruh mengusap zakarnya dengan tangan kanan. Dan kalau pun benar-
benar memerlukan memegang zakar, karena harus membersihkannya
dengan batu atau benda padat lain semisalnya, maka peganglah benda itu
dengan tangan kanan tanpa menggerakkannya, lalu peganglah zakar
dengan tangan kiri, dan gerakkanlah ia sampai tempat keluarnya kotoran
itu.

ْ
ِ ‫اِذَابَا َل ا َ َحدُ ُك ْم فَالَ يَأ ُخذَ َّن ذَ َك َرهُ بَي ِْم ْي ِن ِه َوالَ يَ ْست َ ْن‬
‫ج ِبيَ ِم ْي ِن ْه‬
Apabila seorang dari kamu sekalian kencing, maka janganlah sekali-kali
memegang zakarnya dengan tangan kanannya, jangan pula beristinja’
dengan tangan kanannya.

KITAB SHOLAT
TATA CARA SHOLAT, BACAAN BESERTA ARTINYA

  


  
   
 
   
  
 
 
“Apabila kamu telah selesai shalat, maka ingatlah kepada Allah, sewaktu
berdiri, duduk dan berbaring. Kemudian kalau sudah amat tenteram,
maka kerjakanlah shalat itu (sebagaimana biasa), sesungguhnya shalat itu
diwajibkan kepada orang-orang yang mukmin, dengan tertentu
waktunya.”(QS. An-Nisa:103)

11
َّ ‫سو ِل‬
-ِ‫ّللا‬ ُ ‫ َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َر‬: ‫ِّللاِ رضي هللا عنه قال‬ َّ ‫عبَ ْيد‬ُ َ‫ط ْل َحةَ بْن‬
َ ‫ع ْن‬ َ
‫ص ْو ِته َوالَنَ ْفقَه‬َ ‫ى‬ ِّ ‫الرأْ ِس نَ ْس َمع دَ ِو‬ َّ ‫صلى هللا عليه وسلم ِم ْن أَ ْهل ن َْجدثَا ِئر‬
‫ع ِن‬ َ ‫ّللاِ صلى هللا عليه وسلم فَإِذَا ُهو َي ْسأ َل‬ َّ ‫سول‬ ُ ‫َما َيقُو ُل َحتَّى دَنَا ِم ْن َر‬
‫صلَ َوات فِى ا ْليَ ْو ِم‬ َ ‫س‬ ُ ‫ خ َْم‬:‫ّللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫سول‬ ُ ‫ فَقَال َر‬:‫اإل ْسالَ ِم‬ ِ
‫ع‬ َّ َ‫ ِإالِّ أَ ْن ت‬.َ‫ ال‬:‫غي ُْر ُها ؟ قَا َل‬
َ ‫ط َّو‬ َ ‫ى‬ َ ‫ فَقَا َل ه َْل‬:‫َواللَّ ْيلَة‬
ِّ َ‫عل‬
Hadis dari Thalhah bin ‘Ubaidillah bahwa ada seorang laki-laki penduduk
Najed yang kusut rambut kepalanya, datang kepada Rasulullah saw. Yang
kami dengar dengungan suaranya, tetapi tidak memahami apa yang
dikatakannya sehingga setelah dekat rupanya ia menanyakan tentang
Islam; maka sabda Rasulullah saw. :”Shalat lima waktu dalam sehari
semalam.” Kata orang tadi:”Adakah lagi kewajibanku selain itu? Jawab
Nabi saw. :”Tidak, kecuali bila kamu hendak bertathawwu’ (shalat
sunnat). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).

َّ َ ‫سول‬
‫ّللاِ صلى هللا‬ ُ ‫ قَال َر‬:‫ رضي هللا عنه قَا َل‬-‫ث‬ ِ ‫ع ْن َما ِلك ب ِْن ْال ُح َوي ِْر‬
َ
‫ي‬
ُّ ‫َار‬ َ ُ ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيت ُ ُمونِي أ‬
ِ ‫ َر َوا ُها َ ْلبُخ‬-‫ص ِلِّي‬ َ :‫عليه وسلم‬
Hadits dari Malik bin Huwairits ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda:
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku melakukan shalat”.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari).

Tata Cara Shalat Sesuai Sunnah Nabi Saw:

1. Berdiri menghadap kiblat, niat dalam hati, melakukan shalat dengan


ikhlas karena Allah Swt;

2. Melakukan takbiratul ihram, memulai shalat dengan mengucap takbir


“Allahu Akbar”, sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu,
atau dengan cara menyejajarkan ibu jari pada daun telinga;

3. Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri, dan


meletakkan keduanya di atas dada;

4. Membaca doa iftitah seperti :

ِ ‫ق َو اْلم ْغ ِر‬
,‫ب‬ ِ ‫ت بَ ْينَ ْال َم ْش ِر‬َ ‫اي َك َما بَا َع ْد‬ َ َ ‫طا ي‬ َ ‫اَللِّ ُه َّم بَا ِع ْد بَ ْينِي َو بَ ْينَ َخ‬
‫ ا َللِّ ُه َّم‬,‫ض ِمنَ الدَنَ ِس‬ ُ َ‫ب ْال َ ْبي‬ ُ ‫اي َك َما يُنَقَّي الث َّ ْو‬ َ ‫ط‬َ ‫ا َللِّ ُه َّم نَ ِقِّنِي ِمنَ ْال َخ‬
‫ج َواْلبَ َر ِد‬ِ ‫اء َوالث َّ ْل‬
ِ ‫اي ِبا ْل َم‬ َ ‫ا ْغ ِس ْل َخ‬
َ َ ‫طا ي‬
“Allahumma ba’id baini wa baina khathayaya kama ba’adta bainal
masyriqi wal maghribi. Allahumma naqqini minal khathaya, kama
12
yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allahummaghsil khathayaya
bil mai wats-tsalji wal baradi”, ada doa iftitah yang lain;

Artinya: Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara kesalahanku,


sebagaimana Kau telah jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah,
bersihkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana dibersihkannya
pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku
dengan air, salju dan air hujan beku
5. Membaca َ‫اَعَوَذَ َبَاللَ َمَنَ َالشَيَطَانَ َالرَجَيَم‬
“Audzubillahi minas
syaithanir rajim min hamzihi wanafkhihi wa naftsihi”, lalu membaca
“Bismillahirrahmanirrahim”, dan membaca surat al-Fatihah, lalu
membaca Amin;

6. Membaca salah satu surat atau beberapa ayat al-Qur’an;

7. Mengangkat kedua tangan seperti pada takbir yang pertama, disertai


membaca “Allahu Akbar”, kemudian ruku’;

8. Pada saat ruku’, kedua tangan memegang pada kedua lututnya


dengan merenggangkan jari-jari tangannya, lalu meratakan punggung
sejajar dengan leher, (HR. Bukhori) kemudian berdo’a:

‫ِك اَللِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلي‬


َ ‫س ْب َحان ََك اَللِّ ُه َّم َربَّنَا َو ِب َح ْمد‬
ُ
“Subhanaka allahumma rabbana wa bihamdika allahummaghfirli”
(Maha suci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, Ya
Allah, aku memohon ampun). ) HR. Bukhori dan Muslim )
atau berdo’a dengan salah satu do’a dari Nabi saw.;

C. Kemudian mengangkat kepala untuk I’tidal,


dengan mengangkat kedua belah tangan
seperti dalam takbiratul ihram sambil membaca
do’a

ُ‫س ِم َع هللاُ ِل َم ْن َح ِمدَه‬


َ
“Sami’allahu liman hamidah”

dan bila sudah lurus berdiri, lalu membaca do’a

ُ‫َربَّنَا َولَ َك ْال َح ْمد‬


“rabbana wa lakal hamdu”;) HR. Bukhori dan Muslim)

D. Melakukan sujud dengan bertakbir, lalu


meletakkan kedua lutut ke lantai dan jari-jari
kaki mengarah ke kiblat serta merenggangkan
kedua tangan dari kedua lambung dengan

13
mengangkat kedua siku.) HR. Bukhori dan
Muslim) .Dalam bersujud itu hendaklah berdo’a

‫ِك اَللِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلي‬


َ ‫س ْب َحان ََك ا َللِّ ُه َّم َربَّنَا َو ِب َح ْمد‬
ُ
“Subhanaka allahumma rabbana wa bihamdika allahummaghfirli”
(Maha suci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, Ya
Allah, aku memohon ampun). ) HR. Bukhori dan Muslim )
atau berdo’a dengan salah satu do’a dari Nabi saw.;

E. Lalu mengangkat kepala dengan bertakbir


kemudian duduk dengan tenang dan membaca
doa:

(HR. Tirmidzi) ‫ار ُز ْق ِني‬


ْ ‫اجبُ ْر ِني َوا ْه ِد ِني َو‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلي َو‬
ْ ‫ار َح ْم ِني َو‬

“Allahummaghfirli, warhami wajburni wahdini warzuqni” ,


(Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku,
tunjukilah aku, dan berilah rezeki kepadaku). Atau berdo’a dengan salah
satu do’a dari Nabi saw.; (HR. At-Tirmidzi)

12. Lalu sujud untuk yang kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca
tasbih atau doa seperti dalam sujud yang pertama. Kemudian
mengangkat kepala dengan bertakbir, lalu duduk sebentar (duduk
istirahat);

13. Lalu berdiri untuk raka’at yang kedua dengan menekankan tangan
pada tanah. Selanjutnya mengerjakan dalam rakaat yang kedua ini
sebagaimana dalam rakaat yang pertama, tanpa membaca do’a iftitah;

14. Setelah sujud kedua pada rakaat yang kedua, maka duduk tasyahhud
awal, dengan cara duduk di atas kaki kiri dan telapak kaki kanan
ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap kiblat (HR. Bukhori);
sementara kedua tangan diletakkan di atas kedua lutut dengan
menjulurkan jari-jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan
menggenggamkan jari kelingking, jari manis dan jari tengah, lalu jari
telunjuk ditegakkan, sementara ibu jari disentuhkan pada jari
tengah; (HR. Muslim)

15. Pada saat duduk tasyahhud awal membaca

ِ َّ ُ‫ي َو َر ْح َمة‬
‫ّللا‬ ُّ ‫س َال ُم َعلَي َْك أَيُّ َها النَّ ِب‬ َّ ‫صلَ َواتُ َو‬
َّ ‫الط ِيِّبَاتُ ال‬ َّ ‫ّلِل َوال‬ ِ َّ ِ ُ‫الت َّ ِحيَّات‬
َ‫صا ِل ِحينَ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن َال ِإلَه‬ ِ َّ ‫س َال ُم َعلَ ْينَا َو َعلَى ِعبَا ِد‬
َّ ‫ّللا ال‬ َّ ‫َوبَ َر َكاتُهُ ال‬
ُ‫سولُه‬ ُ ‫ّللاُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
َّ ‫ِإ َّال‬

14
“Attahiyatu lillah was shalawatu wat thayyibat. Assalamu ‘alaika ayyuna
Nabiyyuwa rahmatullahi wa barakatuhu Assalamu ‘alaina wa ‘ala
ibadillahis shalihin. Asyhadu an la ilaha ill

pallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu;

(Segala kehormatan, kebahagiaan, dan kebagusan adalah kepunyaaan


Allah. Semoga keselamatan bagi engkau, ya Nabi Muhammad, beserta
rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi
kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu hamba dan utusan-Nya). (HR. Bukhori)

lalu membaca shalawat pada Nabi

َ ‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِه‬


‫يم‬ َ ‫صلَّي‬
َ ‫ص ِِّل َعلَى ُم َح َّمد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّمد َك َما‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫ت َعلَى‬ َ ‫ار ْك‬
َ َ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّمد َو آ ِل ُم َح َّمد َك َما ب‬ ِ َ‫يم وب‬َ ‫َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِه‬
ٌ‫يم ِإنَّ َك َح ِميدٌ َم ِجيد‬
َ ‫يم َو آ ِل ِإب َْرا ِه‬
َ ‫ِإب َْرا ِه‬
“Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama
shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ali
Muhammad kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ali Ibrahim Innaka hamidum
majid.

(Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan


keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan
keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau
yang Maha Terpuji dan Maha Mulia)’

16. Kemudian berdiri untuk raka’at ketiga kalau shalatnya tiga rakaat atau
empat raka’at dengan bertakbir dan mengangkat kedua tangan seperti
pada takbiratul ihram;

17. Pada rakaat ketiga atau keempat, mengerjakan sebagaimana dalam


rakaat yang pertama, tanpa membaca do’a iftitah;

18. Setelah sujud kedua pada rakaat yang terakhir, maka duduk tasyahhud
akhir, dengan cara duduk dengan pantat di atas lantai, sementara
kaki kiri dimasukkan di bawah kaki kanan, sedangkan telapak kaki
kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap kiblat (HR.
Bukhori); sementara kedua tangan diletakkan di atas kedua lutut
dengan menjulurkan jari-jari tangan kiri, dan tangan kanan
menggenggamkan jari kelingking, jari manis dan jari tengah, lalu jari
telunjuk ditegakkan, sementara ibu jari disentuhkan pada jari tengah;

19. Pada saat duduk tasyahhud akhir, membaca “Attahiyatu lillah was
shalawatu wat thayyibat. Assalamu ‘alaika ayyuna Nabiyyuwa
rahmatullahi wa barakatuhu Assalamu ‘alaina wa ‘ala ibadillahis
shalihin. Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan
15
abduhu wa rasuluhu; lalu membaca shalawat pada Nabi “Allahumma
shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita ‘ala Ibrahim
wa ‘ala ali Ibrahim wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim Innaka hamidum majid.
Kemudian membaca doa dan mohon perlindungan dengan membaca

‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن ِفتْنَ ِة‬


ِ ‫ب َج َهنَّ َم َو ِم ْن َعذَا‬ ِ ‫ع ْوذُ ِب َك ِم ْن َعذَا‬ُ َ ‫اَللِّ ُه َّم اِ ِنِّي ا‬
ِ ‫ت َو ِم ْن ش ِ َِّر فِتْنَ ِة ْال َم ِسي‬
‫ْح الدَّ َّجا ِل‬ ِ ‫ْال َم ْحيَا َو ْال َم َما‬
“Allahumma inni ‘audzu bika min adzabi jahannam wa min ‘adzabil qabri
wa min fitnatil mahya wal mamati wa min syarri fitnatil Masihid Dajjal” (
HR. Muslim ); lalu membaca doa-doa lain yang diajarkan Nabi Saw;

20. Kemudian mengucapkan salam dengan berpaling ke kanan dan kiri,


yang pertama sampai terlihat pipi kanannya dan yang kedua sampai
terlihat pipi kirinya (HR. Muslim) oleh orang yang di belakangmu.
Adapun bacaan salamnya adalah “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi
wa barakatuh untuk yang ke kanan, dan yang ke kiri membaca
“Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh”, (HR. Abu Dawud)
tanpa menggerakkan kedua tangannya;

21. Setelah selesai salam, dianjurkan membaca dzikir dan doa sesuai
dengan petunjuk Rasulullah Saw; (Baca HPT hal 83-100)

22. Perhatian: Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara
melakukan shalat, baik dalam gerakan maupun bacaan. Ibrahim al-
Nakha’i berkata:

َّ ‫ت َ ْفعَ ُل ْال َم ْرأَة ُ ِفي ال‬


‫صالَ ِة َك َما يَ ْفعَ ُل ال َّر ُج ُل‬
Di dalam melaksanakan shalat, wanita dan laki-laki sama saja (Ibn
Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)

C. Dzikr-dzikir Sesudah Shalat Lima Waktu(dalam bahasa arab)

ِّ ‫أ َ ْست َ ْغ ِف ُرهللاَ ( ثالث‬


)‫مرات‬
Artinya:
“Aku mohon ampun kepada Allah 3 X

‫اإل ْك َر ِام (رواه‬ ْ َ‫ت يَاذ‬


ِ ‫اال َجالَ ِل َو‬ َ ‫سالَ ُم تَبَا َر ْك‬
َّ ‫سالَ ُم َو ِم ْن َك ال‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم ا َ ْن‬
َّ ‫ت ال‬
)‫مسلم‬
Ya Allah, Engkaulah Yang Sejahtera dan dariMu kesejahteraan itu (datang).
Engkau Pemberi berkah wahai pemilik keagungan dan kemuliaan”.
16
(HR. Muslim)

‫الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا َو ْحدَهُ الَش َِري َْك لَهُ لَهُ ْال ُم ْلكُ َولَهُ ْال َح ْمدُ َو ُه َو َعلَي ُك ِِّل‬
‫ش ْيء قَ ِدي ٌْر‬
َ
‫ت َوالَ يَ ْنفَ ُع ذَا ْال َج ِدِّ ِم ْن َك‬ َ ‫ْت َوالَ ُم ْع ِط‬
َ ‫ي ِل َما َمنَ ْع‬ َ ‫اَللِّ ُه َّم الَ َما ِن َع ِل َماأ َ ْع‬
َ ‫طي‬
)‫ْال َجدُّ (رواه البخاري و مسلم‬
Artinya:

“Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Esa, tiada sekutu bagiNya, milikNya
kekuasaan dan segala pujian, dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, tiada seorang pun yang mampu menghalangi terhadap pemberianMu,
dan tiada pula yang dapat memberi sesuatu yang Engkau tidak mau
atasnya pemberian, dan tidak berguna kekayaan itu bagi pemiliknya di
sisiMu”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

َّ ‫شيْطا َ ِن‬
‫الر ِجي ِْم‬ ِ ‫ع ْوذُ با‬
َّ ‫هلل ِمنَ ال‬ ُ َ‫ا‬
Artinya:
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

‫ي ْالقَيُّو ُم الَ تَأ ْ ُخذُهُ ِسنَةٌ َّو الَ ن َْو ٌم لَّهُ َما فِي‬ ُّ ‫هللاُ الَ إِلهَ إِالَّ ُه َو ْال َح‬
‫ِي يَ ْشفَ ُع ِع ْندَهُ ِإالَّ ِبإِ ْذنِ ِه يَ ْعلَ ُم َما‬ْ ‫ض َم ْن ذَاالَّذ‬ ِ ‫ت َو َما فِي اْل َ ْر‬ ِ ‫موا‬ َ ‫س‬
َّ ‫ال‬
‫شا َء َو ِس َع‬ َ ‫ش ْيء ِم ْن ِع ْل ِم ِه ِإالَّ ِب َما‬ َ ‫ط ْونَ ِب‬ُ ‫بَيْنَ أ َ ْي ِد ْي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم َوالَ يُ ِح ْي‬
‫ي ْالعَ ِظ ْي ُم‬
ُّ ‫ظ ُه َما َو ُه َو ْالعَ ِل‬
ُ ‫ض َوالَ يَؤ ُْودُهُ ِح ْف‬ َ ‫ت َوال َ ْر‬ َّ ‫ُك ْر ِسيُّهُ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬
)255 ‫(البقرة‬
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhlukNya). Ia tidak mengantuk dan tidak tidur. Hanya
milikNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi
syafa’at di sisi Allah tanpa seizinNya ? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Allah tak merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.(QS.al-Baqarah, 255)

َّ ‫الر ِحي ِْم قُ ْل ُه َو هللاُ أ َ َحدٌ هللاُ ال‬


‫ص َمدُ لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم يُ ْولَ ْد‬ َّ ‫من‬ ِ ‫الر ْح‬
َّ ‫هللا‬ِ ‫ِب ْس ِم‬
)4-1 , ‫حد ٌ (االخالص‬ َ َ ‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُوا ً أ‬
Artinya:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

17
Katakanlah bahwa Allah itu Esa. Allah itu tempat bergantung (semua
makhluk). Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tiada satu pun
yang menyamaiNya”.

‫شر َما َخلَقَ َو ِم ْن‬ ِّ ِ ‫ق ِم ْن‬ ِ َ‫ب ْالفَل‬ ُ َ ‫الر ِحي ِْم قُ ْل أ‬
ِ ِّ ‫ع ْوذُ ِب َر‬ َّ ‫من‬ ِ ‫الر ْح‬
َّ ‫هللا‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬
‫ت فِى ْالعُقَ ِد َو ِم ْن ش ِ َِّر َحا ِسد ِإذَا‬ ِ ‫ب َو ِم ْن ش ِ َِّر النَّفِّث‬ َ َ‫ش ِ َِّر غَا ِسق ِإذَا َوق‬
)5-1 ,‫سدَ (الفلق‬ َ ‫َح‬
Artinya”
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah ! Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai shubuh, dari
kejahatan makhlukNya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap
gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus
pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia
telah dengki”.

‫اس‬ِ َّ‫اس ِإل ِه الن‬


ِ َّ‫اس َم ِل ِك الن‬
ِ َّ‫ب الن‬ ُ َ ‫الر ِحي ِْم قُ ْل أ‬
ِ ِّ ‫ع ْوذُ ِب َر‬ َّ ‫من‬
ِ ‫الر ْح‬
َّ ِ‫ِب ْس ِم هللا‬
َ‫اس ِمن‬ ِ َّ‫صد ُْو ِر الن‬
ُ ‫س ِف ْى‬ ُ ‫ِى يُ َو ْس ِو‬ ْ ‫ِم ْن ش ِ َِّر ْال َو ْس َوا ِس ْال َخنَّاس اَلَّذ‬
)6-1,‫اس (الناس‬ ِ َّ‫ْال ِجنَّ ِة َوالن‬
Artinya:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah ! Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia,
Sesembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa
bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada (hati) manusia,
dari golongan jin dan manusia”.

ُ ‫اَللِّ ُه َّم أ َ ِع ِنِّ ْى َعلَى ِذ ْك ِر َك َو‬


)‫ش ْك ِر َك َو ُح ْس ِن ِعبَادَتِ َك (رواه ابو داود‬
Artinya:
“Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa dapat mengingatMu, dan
bersyukur kepadaMu serta (semakin) bagus dalam beribadah kepadaMu”.
(HR.Abu Dawud)
‫مرات‬ 33 ‫مرات اَهللُ ا َ ْكبَ ُر‬ 33 ِ‫ مرات ا َ ْل َح ْمدُ ِهلل‬33 ِ‫س ْب َحانَ هللا‬
ُ
)‫(رواه الترمذى و النسائى‬
Artinya:
Maha suci Allah 33 kali.
Segala puji bagi Allah 33 kali.
Allah Maha Besar 33 kali”.
(HR.al-Tirmidzi dan al-Nasa-i)

‫الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا َو ْحدَهُ الَش َِري َْك لَهُ لَهُ ْال ُم ْلكُ َولَهُ ْال َح ْمدُ َو ُه َو َعلَي ُك ِِّل‬
ُ‫ش ْيء قَ ِدي ٌْر الَ َح ْو َل َوالَ قُ َّوة َ ِإالَّ ِباهللِ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوالَ نَ ْعبُدُ ِإالَّ ِإيَّاه‬
َ
18
َ ‫ض ُل َولَهُ الثَّنَا ُء ْال َح‬
ِ ‫س ُن الَ ِإلهَ ِإالَّهللاُ ُم ْخ ِل‬
ُ‫صيْنَ لَه‬ ْ َ‫لَهُ ال ِنِّ ْع َمةُ َولَهُ ْالف‬
)‫ال ِدِّيْنَ َولَ ْو َك ِرهَ ْال َكافِ ُر ْونَ (رواه مسلم‬
Artinya:
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya,
milikNya segala kekuasaan dan pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izinNya. Tidak ada
Tuhan melainkan Allah, dan tidaklah kami beribadah kecuali kepadaNya,
hanya milikNya kenikmatan, keutamaan dan sanjungan yang baik. Tidak
ada Tuhan selain Allah dengan ikhlas beribadah kepadaNya walaupun
orang-orang kafir membenci”.(HR.Muslim)

Dzikr Sesudah Shalat Maghrib atau Shubuh

Selain dzikr-dzikr yang sudah disebutkan di atas, khusus sesudah


shalat maghrib dan shalat subuh disunnahkan menambah bacaan dzikr
dibawah ini :

ُ‫الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا َو ْحدَهُ الَش َِري َْك لَهُ لَهُ ْال ُم ْلكُ َولَهُ ْال َح ْمدُ يُ ْحيِ ْى َويُ ِم ْيت‬
)‫ مرات (رواه الترمذي‬10 ‫َيء قَ ِدي ٌْر‬ ْ ‫َو ُه َو َعلَى ُك ِِّل ش‬
Artinya:
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi Nya,
miliknya segala kekuasaan dan segala pujian. Ia yang menghidupkan dan
yang mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu 10 kali”. (HR.
Al-Tirmidzi)

)‫(رواه ابو داود‬ ِ َّ‫اَللِّ ُه َّم أ َ ِج ْرنِ ْي ِمنَ الن‬


‫ مرات‬7 : ‫ار‬
Artinya:
“Ya Allah selamatkanlah aku dari api neraka.... 7 kali”. (HR. Abu Dawud)
TATA CARA SHOLAT JENAZAH, BACAAN SERTA ARTINYA

  


    
   

(QS Ali Imron 3:102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

Sholat jenazah ini dilaksanakan dalam 4 takbir

Niat ikhlas karena Allah Swt

19
1. Takbir Pertama membaca al-Fatihah
   
   
  
   
   
   
  
  
  
   
1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang
2. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah , dan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.

2. Takbir kedua Membaca sholawat

َ ‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِه‬


‫يم‬ َ ‫صلَّي‬
َ ‫ص ِِّل َعلَى ُم َح َّمد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّمد َك َما‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫ت َعلَى‬ َ ‫ار ْك‬ َ َ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّمد َو آ ِل ُم َح َّمد َك َما ب‬ ِ َ‫يم وب‬َ ‫َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِه‬
ٌ‫يم إِنَّ َك َح ِميدٌ َم ِجيد‬
َ ‫يم َو آ ِل إِب َْرا ِه‬َ ‫إِب َْرا ِه‬
“Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita
‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim Innaka
hamidum majid.

(Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan


keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan
keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau
yang Maha Terpuji dan Maha Mulia)’

3. Takbir ketiga membaca doa

20
ِّ ِ ‫ْف َع ْنهُ َو ا َ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو‬
‫س ْع‬ ُ ‫ار َح ْمهُ َو َعافِ ِه َو اع‬ ْ ‫اَللِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو‬
‫ب‬ُ ‫طايَا َك َما يُنَقَّي الث َّ ْو‬ َ ‫ُم ْد َخلَهُ َوا ْغس ِْلهُ ِب َماء َو ث َ ْلج َو نَ ِقِّ ِه ِمنَ ْال َخ‬
‫ارا َخ ْي ًرا ِم ْن دَ ِار ِه َو ا َ ْه ًال َخ ْي ًرا ِم ْن‬ ً َ‫ض ِمنَ الدَّنَ ِس َوا َ ْب ِد ْلهُ د‬ ُ َ‫ْال َ ْبي‬
ُ‫ا َ ْه ِل ِه و زَ ْو ًجا َخي ًْرا ِم ْن زَ ْو ِج ِه َوقِ ِه فِتْنَةَ ْالقَ ْب ِر َو َعذَابَه‬
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu, wa akrim nuzulahu wa
wassi' madkhalahu- waghsilhu bimaa in wa tsaljin, wa naqqihi minal khatha
ya kama yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas, wa abdilhu daran
khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min
zaujihi- wa qihi- fitnatal qabri wa'adza-bah

Artinya;
Ya Allah, berilah ampunan, rahmat dan 'afiyat kepadanya. Muliakanlah
tempat
turunnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dengan airdan salju,
bersihkanlah dari segala kesalahan, sebagaimana pakaian putih
dibersihkan dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik
daripada rumahnya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya dan
jodoh yang lebih baik dari pada jodohnya. Jauhkanlah daripadanya fitnah
kubur dan siksaannya ( HR. Muslim dan Nasa’i)

4. Takbir keempat membaca doa

‫ص ِغ ْي ِرنَا َو َك ِب ْي ِرنَا َو‬


َ ‫شا ِه ِدنَا َو َغائِ ِبنَا َو‬ َ ‫اَللِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل َح ِيِّنَا َو َم ِيِّتِنَا َو‬
‫اإل ْسالَ ِم َو َم ْن‬ ِ ْ ‫ذَ َك ِرنَا َو ا ُ ْنث َانَا ا َللِّ ُه َّم َم ْن ا َ ْحيَ ْيت َهُ ِمنَّا فَا َ ْح ِي ِه َعلَي‬
‫ان‬
ِ ‫اإل ْي َم‬ ِ ْ ‫علَي‬ َ ُ‫ت َ َوفَّ ْيت َهُ ِمنَّا فَت َ َوفَّه‬
Allahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa wa syaahidinaa wa ghaaibinaa
wa shaghiirinaa wa kabiirinaa wa dzakarinaa wa untsaanaa Allahumma
man ahyaitahu minnaa fa ahyiihi 'alal Islam, wa man tawaffaitahu minnaa fa
tawaffahu 'alal iimaan

Artinya;
Ya Allah, berilah maghfirah (ampunan) kepada orang-orang kita yang hidup
dan yang mati, yang menyaksikan (hadir) dan yang tidak, yang tua dan yang
muda, yang pria dan yang wanita.Ya Allah, kepada orang yang 'Kau
hidupkan daripada kami, maka hidupkanlah diatas Islam dan kepada orang
yang 'Kau matikan daripada kami, maka matikanlah di atas Iman. ( HR.
Ahmad dan Tirmidzi )

DOA DALAM MENSHALATKAN JENAZAH ANAK-ANAK

ً ‫سلَفًا َو فَ َر‬
‫طا َو ا َ ْج ًرا‬ ْ ‫اَللِّ ُه َّم‬
َ ‫اجعَ ْل لَنَا‬
21
Alla-hummaj 'alhu lana- salafan wafarathan wa ajran.

Ya Allah, jadikanlah ia pendahulu (penjemput) dan pelebihan (tabungan)


serta
upah (pahala) bagi kami. ( HR. Baihaqi )

Tambahan do'a dalam menshalatkan janazah

ُ‫ضلَّنَا بَ ْعدَه‬
ِ َ ‫اَللِّ ُه َّم الَ ت َ ْح ِر ْمنَا ا َ ْج َرهُ َوالَ ت‬
Alla-humma la- tahrimna- ajrahuwa la- tadlil lana- ba'dahu-".

Ya Allah, janganlah Engakau menjauhkan kami dari pahalanya dan


janganlah
Engkau menyesatkan kami sesudahnya. ( HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Ucapan di waktu mengangkat dan meletakkan janazah

‫هللا‬ ُ ‫بِ ْس ِم هللاِ َو َعلَي ِملَّ ِة َر‬


ِ ‫س ْو ِل‬
Bismilla-hi wa 'ala- millati Rasulilla-h

Dengan nama Allah dan atas (mengikuti) peri-laku Rasulullah (HR. Lima
Ahli Hadist kecuali an-Nasa’i)

Ucapan di waktu mendapat musibah

ْ ُ‫اخل‬
‫ف ِلي َخي ًْرا‬ ِ ‫اجعُ ْونَ اَللِّ ُه َّم ا َ ِج ْرني ِ فِي ُم‬
ْ ‫ص ْيبَتِي َو‬ ِ ‫ّلِل َو اِنَّا اِلَ ْي ِه َر‬
ِ ِّ ِ ‫اِنَّا‬
‫ِم ْن َها‬
Inna- lilla-hi wa inna- ilaihi ra-ji'u-n.Alla-humma ajirni- fi- mushi-batiwakhluf
li- khairan minha

Sungguh kita ini kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita kembali. Ya


Allah,berilah kepadaku pahala dalam mushibahku dan gantilahkanlah
mushibah itu dengan kebaikan bagiku.(HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu
Majah)

Ucapan kepada yang dilayati (Keluarga mayat)

َ ‫شيْئ ِع ْندَهُ ِبا َ َجل ُم‬


‫س َّمي‬ َ ‫ّلِل َما ا َ َخذَ َولَهُ َما ا َ ْع‬
َ ‫طي َو ُك ُّل‬ ِ ِّ ِ
Lillaahi maa akhadza wa lahu maa'thawa kulla syaiin 'indahu- biajalim
musammaa

22
Adalah hak Allah untuk mengambil dan memberi, segala sesuatu itu ada
batasnya (HR. Bukhori dan Muslim)

***

DOA SEHARI-HARI
3. Do'a Bangun Tidur
َ‫الحمدَّلِلَالذيَأحياناَبعـدَماَأماتَناَوإَليهَالنَشور‬
“Segala puji bagi Allah Yang membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya
dan kepada-Nya kami dibangkitkan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Do'a Menjelang Tidur


َ‫باسمكَاللهمَأموتَوأحيا‬
“Dengan nama-Mu, ya Allah, aku mati dan hidup“. (HR. Bukhari dan
Muslim)

5. Do'a Masuk WCs

َ‫بسمَهللاَاللهمَإنيَأعوذَبكَمنَالَخبَثَوَالخبائَث‬
“Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari godaan setan laki-laki dan perempuan”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim. Sedang tambahan bismillah pada permulaan hadits, Lihat
Fathul Baari: 1/244)

6. Do’a Keluar Dari W.C

َ‫غفرانك‬
“Aku minta ampun kepada-Mu”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Ahmad)

7. Do'a Memohon Perlindungan Dari Fitnah Dajjal

َ‫َومن َفتَنة‬،‫َوَمنَ َعذاب َجَهنم‬،َ‫اللهم َإني َأعوذ َبك َمن َعذاب َالقبر‬
َ‫َومنَشرَفتنةَالمسيَحَالدجَال‬،‫المحياَوالممات‬
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur,
siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari
kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Do'a Agar Dapat Melunasi Hutang

23
َ‫ َوالبخل‬،‫ َوالعجز َوالكسل‬،‫اللهم َإني َأعوذ َبك َمن َالهم َوالحزن‬
َ‫َوضلعَالدينَوغلبةَالرجال‬،‫والجبن‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan
kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut,
dari cengkraman hutang dan laki-laki yang menindas-(ku)“ (HR. Bukhari)

9. Do'a Ketika Mengenakan Pakaian

َ‫الحمد َّلِل َالذي َكساني َهذاَ(الثوب) َورَزقَنيه َمنَ َغير َحو ٍل َمنَي‬
‫والَقو ٍَة‬
“Segala puji bagi Allah Yang telah memberikan pakaian ini kepadaku
sebagai rezeki dari-pada-Nya tanpa daya dan kekuatan dari-ku.” (HR.
seluruh penyusun kitab sunan, kecuali Nasa’i)

10. Do'a Ketika Mengenakan Pakaian Baru

َ،‫َأسأَلكَ َمنَ َخيرهَ َوخير َماَصنعَ َله‬،‫اللهم َلك َالحمد َأنت َكسَوتنيه‬
َ‫وأعوذَبكَمنَشرهَوشرَماَصنعَله‬
“Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, Engkaulah yang memberi pakaian
ini kepadaku. Aku mohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya
dan kebaikan yang ia diciptakan karenanya. Aku berlindung kepada-Mu
dari kejahatannya dan kejahatan yang ia diciptakan karena-nya” (HR.
Abu Dawud, At-Tirmidzi)

11. Do'a Keluar Rumah

َ‫َوالَحولَوالََقَوةََإالَبَالل‬،‫َتوكلتَعلىَهللا‬،‫بسمَهللا‬
“Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepada-Nya, dan
tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah” (HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi)

12. Do'a Masuk Rumah

َ‫َثمَليسلَمَعلى‬،‫َوعلَىَرَبنَاَتوكَلنا‬،‫َوبسمَهللاَخرجنا‬،‫بسمَهللاَولجنا‬
َ‫أهله‬
“Dengan nama Allah, kami masuk (ke rumah), dengan nama Allah, kami
keluar (darinya) dan kepada Tuhan kami, kami bertawakkal”. (HR. Abu
Dawud dan Muslim)

13. Do'a Untuk Saudara Yang Dianugerahkan Kelahiran Anak Yang Baru
Lahir

24
َ،‫ َوبلغَ َأشده‬،َ‫ َوشكرت َالوَاهب‬،‫بارك َهللا َلك َفي َالموهوب َلك‬
َ‫ورزقتَبره‬
“Semoga Allah memberkahi-mu atas pemberiannya kepadamu, engkau
layak bersyukur, (semoga) anakmu cepat dewasa dan engkau diberi rezki
berupa baktinya kepadamu“

Bagi yang diberi ucapan selamat, ia membalasnya dengan mengucapkan:

َ،‫ َوَرزقك َهللاَ َمثله‬،‫بارك َهللا َلك َوبارك َعليك َوجزاك َهللا َخَيرَا‬
َ‫وأجزلَثوابك‬
“Semoga Allah memberkahimu dan membalasmu dengan kebaikan dan
engkau diberi rezki seperti itu danbalasanmu dilipatgandakan“. (Lihat Al-
Adzkar An-Nawawi, hal. 349, dan Shahih Al-Adzkar Oleh Salim Al Hilaly
2/713)

14. Do'a Mohon Perlindungan Untuk Anak

َ‫ َومن َكلَ َعي ٍن‬،ٍ‫ان َوَهامة‬


ٍ َ‫أعيَذكما َبكلمات َهللا َالتامة َمن َكل َشَيط‬
ٍَ‫المة‬
“Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna, dari setan, binatang yang berbisa dan 'ain yang
menimpanya" (HR. Bukhari)

15. Do’a menjenguk orang sakit

َ ‫شافِي َال ِشفَا َء ِإ َّال ِشفَاؤ‬


‫ُك‬ َّ ‫ت ال‬ َ َ‫اس أ َ ْذهِبْ ْالب‬
َ ‫اس ا ْش ِف ِه َوأ َ ْن‬ ِ َّ‫ب الن‬َّ ‫اللَّ ُه َّم َر‬
‫سقَ ًما‬َ ‫ِشفَا ًء َال يُغَاد ُِر‬
“Ya Allah, Tuhan manusia. Hilangkanlah seluruh penyakit. Sembuhkanlah ia,
dan hanya Engkaulah Dzat Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada
kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan secara total tidak
lagi dihinggapi penyakit”.

16. Do'a Kepada Orang Sakit

َ‫الَبأسَطهو ٌرَإنَشاءَهللا‬
“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, Insya
Allah“. (HR. Bukhari)

17. Do'a Ta'ziah

25
َ‫َوأحسنَعزاءكَوغفرَلَميَتك‬،‫أعظمَهللاَأجرك‬
“Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan kamu bisa berkabung dengan
baik serta mayatnya diampuni oleh Allah“ (HR. Bukhari dan Muslim)

18. Do'a Untuk Mayat Anak Kecil

َ‫اللهمَأعذهَمنَعذابَالقبر‬
“Ya Allah, lindungilah dia dari azab kubur“ (HR. Malik, Ibnu Abi Syaibah,
dan Al-Baihaqi)

19. Do'a Berziarah Kubur

َ‫َوإنا َإن َشَاء‬،‫َمن َالمؤمَنيَن َوَالمسلمَين‬،‫السالم َعليكم َأهل َالديار‬


َ‫هللا َبكم َالحقون َ(َويرحم َهللا َالمستقَدمَين َمَناَوالَمستأخرين)َأَسأل‬
َ‫هللاَلناَولكمَالعافية‬
“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari orang-
orang mu’min dan muslim, dan sesungguhnya kami Insya Allah akan
menyusul kalian (Semoga Allah merahmati orang yang mendahului
diantara kita dan mereka yang menyusul kemudian). Aku memohon
kepada Allah untuk kami dan kalian keselamatan“ (HR. Muslim dan Ibnu
Majah)

20. Do'a Apabila Hujan Turun

‫اللهمَصيباَنافعا‬
“Ya Allah! Turunkanlah hujan yang bermanfaat” (HR. Bukhari

21. Do'a Ketika Berbuka Puasa

َ‫ذهبَالظمأَوابتلتَالعروقَوثبتَالَجرََإنََشاءَهللا‬
“Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala akan
tetap, insya Allah” (HR. Abu Dawud)

22. Do'a Sebelum Makan

َ‫بسمَهللا‬

Apabila lupa pada permulaannya, bacalah:


َ‫بسمَهللاَفيَأولهَوآخره‬
“Dengan menyebut nama Allah, pada awalnya dan akhirnya.” (HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi)

23. Do'a Sesudah Makan

26
َ‫الحمدَّلِلَالذيَأطعمنيَهذاَورزقنَيهََمنََغيرَحَو ٍلَمنيَوالَقَو ٍة‬
“Segala puji bagi Allah Yang memberi makan ini kepadaku dan Yang memberi
rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku” (HR. Penyusun kitab Sunan,
kecuali An-Nasai)

24. Do'a Ketika Bersin

Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu bersin,


hendaklah mengucapkan:

َ‫الحمدَّلِل‬
“Segala puji bagi Allah”,

Lantas saudara atau temannya mengucapkan:

َ‫يرحمكَهللا‬
“Semoga Allah memberi rahmat kepada-Mu”

Bila teman atau saudaranya mengucapkan demikian, bacalah:

َ‫يهديكمَهللاَويصلحَبالكم‬
“Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu”
(HR. Bukhari)

25. Do'a Kepada Pengantin Baru

َ‫باركَهللاَلكَوباركَعليكَوجمعَبينكَماَفَيَخَي ٍر‬
“Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan atasmu serta
mengumpulkan kamu berdua (pengantin laki-laki dan perempuan) dalam
kebaikan” (HR. Penyusun-penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai)
26. Do'a Sebelum Bersetubuh Dengan Istri Atau Suami

‫بسمَهللاَاللهَمَجنبناَالشيطانَوجنَبَالشيَطانَماَرزقتنا‬
“Dengan Nama Allah, Ya Allah! Jauhkan kami dari setan, dan jauhkan
setan untuk mengganggu apa yang Engkau rezekikan kepada kami” (HR.
Bukhari)

27. Do'a Agar Terhindar Dari Syirik

َ‫َوأَستغفركَلماَالََأعلم‬،‫اللهمََإنيَأعوذَبكَأنَأشركَبكَوَأنَاَأعَلم‬
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, agar tidak
menyekutukan-Mu, sedang aku mengetahuinya dan minta ampun
terhadap apa yang tidak aku ketahui” (HR. Ahmad)

28. Do'a Sesudah Mendengarkan Adzan


27
َ‫َآتَمحمداَالَوسيلة‬،َ‫َوالصَالَةَالقائمة‬،‫اللهمَربَهذهَالدعوةَالتامة‬
َ‫َوابعثهَمقاماَمحموداَالذَيَوَعدَته‬،‫والفضيلة‬
“Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat
(wajib) yang didirikan. Berilah Al-Wasilah (derajat di Surga, yang tidak akan
diberikan selain kepada Nabi r) dan fadhilah kepada Muhammad. Dan
bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqam terpuji yang telah
Engkau janjikan” (HR. Bukhari)

Disampaikan pada acara pengkayaan Materi Ujian Akhir Program (UAP)


AIK STIKES ‘Aisyiyah Palembang

Referensi :

- Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah


- Suara Muhammadiyah

28

Anda mungkin juga menyukai