Anda di halaman 1dari 13

Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

PRILAKU HIDROLIS BENDUNG KARET DIISI AIR

M. Syahril BK 1, Dedi Tjahyadi 1 dan M. Budi Saputra 1

ABSTRACT

This paper presents experimental study of hydraulic characteristic of water filled rubber dam.
Several parameter had been studied such as v-notch, vibration phenomena, geometry
deformation and discharge coefficient. Good agreement was found between experimental study
and literature study.The result had shown that: V-notch phenomena does not occur on water
filled rubber dam for any deflated height, vibration phenomena was occured when deflated
height reach 43% from the actual height, the discharge coefficient for free-flow is bigger than
submerged-flo and the deformation were reached for both free flow and submerged flow
condition.
Keywords : Rubberdam, Experimental Study, Hydraulic Characteristic

LATAR BELAKANG bendung karet, merupakan salah satu faktor


utama yang menjadi penghambat upaya
Pengembangan teknologi bendung karet penguasaan teknologi pembangunan
pertama kali dilakukan di Amerika serikat bendung karet. Oleh karena itu, penelitian
pada tahun 1948. Dibandingkan dengan ini mencoba mempelajari prilaku hidrolis
bendung tetap dan bendung gerak, bendung karet berisi air dengan tujuan :
Bendung Karet dianggap lebih ramah  Menentukan ambang batas tinggi
lingkungan dan lebih tahan dari musim penggembosan optimum bendung
dingin sehingga diadopsi oleh negara- karet.
negara lain seperti Jepang, Cina, Iran,  Menentukan kurva debit mercu
Thailand, Filipina, Indonesia dll. Pada saat bendung saat penggembosan optimum.
ini, telah dibangun sebanyak > lebih dari  Deformasi tubuh bendung akibat aliran
6000 buah Bendung Karet di 20 negara. air.
 Mengamati fenomena Vibrasi dan
Pembangunan bendung karet di Indonesia
Vnotch
baru dilakukan pada tahun 1989 di Demak,
Jateng. Sejak saat itu, dikenal dua tipe
teknologi pembangunan bendung karet di KARAKTERISTIK BENDUNG KARET
indonesia yaitu bendung karet berisi air BERISI AIR
(tipe RRC) dan berisi udara (tipe jepang).
Tipikal Prototip Konstruksi Bendung
Penggunaan Bendung Karet sangat efektif
Karet
untuk sungai yang tidak mengandung
sedimen berbentuk runcing. Walaupun Tubuh bendung karet terdiri dari lapisan
mempunyai prospek yang baik, kurangnya karet dan lapisan perkuatan dari
pemahaman pada teknologi terkait, kanvas/kain. Lapisan perkuatan yang
mengakibatkan teknologi bendung karet berfungsi sebagai tulangan tubuh bendung
sangat sedikit digunakan. Perilaku hidrolis

1
Pengajar Teknik Sipil ITB

100 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


dan mampu menahan gaya tarik akibat Karet sangat dipengaruhi oleh tekanan
tekanan air, terdiri dari selapis atau udara atau air dalam tubuh Bendung Karet.
beberapa lapis kain. Antar lapisan kanvas Dengan perkataan lain harga h/H
tersebut selalu diletakan lapisan perantara dipengaruhi oleh P/H. Besaran debit aliran
dari karet. Lapisan luar bendung karet diatas mercu bendung karet dapat dihitung
tersebut mempunyai ketebalan 5mm, berdasarkan rumus empiris sbb.:
berdaya tahan terhadap cuaca, tidak mudah
pecah, tahan terhadap kikisan (oleh pasir, a. Peluap sempurna
EPDM) dan tahan terhadap kelelahan (pada
Q = C.B.h3/2 ...................................(1)
daerah angker). Karena kebanyakan sungai
di Indonesia selalu mengandung sedimen dimana
maka disarankan agar ketebalan lapisan Q = debit aliran di atas mercu
luarnya dibuat 2.5-5 mm lebih tebal dari
(m3/det)
lapisan luar bendung karet impor. Pada
C = Koef pengaliran mercu bendung
umumnya Bendung Karet tersebut diikat
dengan embedded dan clemping yang = 1,77 h/H + 1,05 (berisi udara
dikaitkan ke pondasi beton melalui sebuah dengan 0 < h/H < 0,6)
angker. Untuk mencegah vibrasi, = 1,37 h/H + 0,96 (berisi air
penggembosan bendung karet berisi air bisa dengan 0< h/H < 1,0 )
dilakukan antara 40-100% dari tinggi B = Lebar tubuh bendung (m)
maksimum. Tinggi air maksimum diatas h = Tinggi air di atas mercu bendung
mercu bendung karet dapat diambil sebesar (m)
1.1-1.2 H yang merupakan tinggi air diudik H = Tinggi pembendungan (m)
Bendung Karet pada saat banjir rencana
terjadi. Aliran air diatas mercu Bendung

Type Bendung Diisi Udara Muka air di udik


bendung

1.
0
Y/H
Type Bendung Diisi
air

0
1.0 2.0
X/H
Gambar 1. Perbandingan geometri bendung karet berisi air dan berisi udara

b. Peluap tidak sempurna hd = Kedalaman air di hilir ( m )


c. Peluap tenggelam
Q = C’.B.h3/2 ................................... (2)
Q = C’’.B.h3/2 .................................. (3)
dimana
C’ = (-0,2 (hd-H)/h+1,1).C untuk (0,5 < dimana
(hd-H)/h <0,85) C” = (2,82(hd-H)/h) { 1-(hd-H) /h)}.C
untuk 0,85 < (hd-H)/h < 1,0

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 101


Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

Gambar. 2. Hubungan antara P/H dan h/H pada Bk anti V Notch


(P= Tekanan air di badan bendung ( kg/cm2))

Karena bersifat fleksibel, pada saat dialiri PENGATURAN EKSPERIMEN DI


air, tubuh Bendung Karet akan bergerak ke LABORATORIUM
arah hilir sehingga tingginya berubah.
Perubahan tinggi air dihilir bendung karet Geometri Bendung Karet
juga dapat merubah posisi dan tinggi Model uji Bendung Karet dibuat dari
puncak bendung karet sebagai akibat lembaran karet polos dan karet sintetis
adanya perubahan tekanan dalam kantong tanpa serat setebal 2mm dan diuji pada
bendung karet. Fenomena tersebut dapat saluran trapesium dengan lebar atas 3m
dipelajari dari parameter P’/H’ dan h/H’sbb.: dan lebar dasar 2m. Gambar 3 menunjukan
potongan memanjang Bendung Karet
a). Peluap Sempurna beserta parameter hidraulis dan
penempatan peralatan pengukurnya sbb.:
P’/H’ = 0.1397 ( Y3/H’ ) + 1.6897.... (4)
o Pipa-U sebagai pengukur tekanan udara
h/H’ = -0.0186 ( Y3/H’ ) + 0.109 ..... (5) dalam tubuh bendung
o Pintu ukur Rechbock sebagai pengukur
b). Peluap Tenggelam debit
P’/H’ = 0.0124 Ln ( Y3/H’ ) + 1.8167 ..... (6) o Parameter hidraulis sbb.:
 hu’ = tinggi bacaan muka air
h/H’ = 0.1134 Ln ( Y3/H’ ) + 0.1094 .... (7) dihulu
dimana  hi’ = tinggi muka air di hilir
P = tekanan dalam kantung BK.  hi = tinggi muka air dihilir dari
H’ = tinggi bendung karet dikala elevasi 0.00
kembung 100 %.  H = tinggi bendung dalam
kondisi mengembang
Y3 = tinggi air di hilir BK.
h = tinggi limpasan air diatas mercu
Bendung Karet.
hu = tinggi air total di udik BK.

102 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


M T1 M T2

M T3

P E N G A TU R K E TIN G G IA N
M U K A A IR H ILIR

2 .5 m

hu'
24.5 m m

P ipa-U digunakan untuk m engukur tekanan udara

Gambar. 3. Potongan memanjang Bendung Karet dan letak alat pengukur

Metoda Pengukuran diatas mercu bendung pada tiap tinggi


bendung optimum (tetap) dengan debit
Ada beberapa jenis pengukuran yang
berubah-ubah.
dilakukan disini diantaranya adalah :
 Seri pengukuran III
1. Pengukuran debit dengan formulasi
Pengamatan deformasi tubuh bendung
Q = 1,39.h 5/2
.............................. (8) akibat aliran air di atas mercu bendung.

2. Pengukuran elevasi muka air.


HASIL DAN KAJIAN EXPERIMENTAL
3. Pengukuran tinggi muka air diatas
mercu. Kalibrasi Debit Limpasan Bendung
4. Pengukuran tinggi muka air di hilir
Karet
bendung.
5. Pengukuran tinggi tekanan Air didalam Kalibrasi limpasan dilakukan dengan
tubuh bendung. mengamati kurva debit pada mercu
Seri pengukuran. bendung karet. Hasil pengukuran diolah
untuk memperoleh grafik hubungan antara
Dilakukan beberapa seri pengukuran yaitu h/H dan q/(gz3)0.5, grafik tersebut
meliputi :
selanjutnya digunakan untuk mencari tinggi
 Seri Pengukuran I
Merupakan pengamatan tinggi muka air diatas bendung dengan lebar BK
penggembosan yang dapat menimbulkan yang sudah ditentukan. Hasil pengukuran
vibrasi dan perubahan prilaku aliran saat menunjukan bahwa grafik tersebut
dilakukan penggembosan. Pengamatan ini mempunyai kecenderungan garis lurus
dilakukan untuk beberapa debit tetap dengan persamaan sbb.:
dimana pada tiap debit dilakukan variasi
tinggi bendung. Identifikasi vibrasi h/H = 0.023 q/(gz3)0.5 + 0.027 ..............(9)
dilakukan melalui pengamatan dimana
perubahan/getaran muka air.
z = selisih muka air udik dan hilir bendung
 Seri Pengukuran II
karet (m)
Merupakan pengamatan untuk mencari
tinggi air maximum dan koefisien debit

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 103


Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

G rafik hubungan h/H vs q/(gz3)0.5

0.14
0.13
0.12
0.6627
0.11 y = 0.0473x

0.1
0.09
h/H

0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
1.00 1.25 1.50 1.75 2.00 2.25 2.50 2.75 3.00 3.25 3.50 3.75 4.00 4.25 4.50 4.75 5.00

q/(gz3)0.5*100

Gambar. 4. Grafik untuk menghitung debit yang lewat diatas mercu BK

Dengan memasukan kalibrasi tersebut ke Hasil Pengamatan Perubahan


persaman (1), untuk bendung karet pada Geometri, Vibrasi dan V-knot
kondisi aliran bebas (pelimpah sempurna)
diperoleh persamaan koefisien aliran sbb.:
Hasil pengamatan sebanyak 3 seri dapat
C = 0.079 ( h/H’) + 1.1477.................. (10) disajikan pada uraian di bawah ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk a). Seri I : Pengukuran debit tetap
limpasan air yang sama, perhitungan dan tinggi bendung berubah-ubah
dengan menggunakan rumus (1), (2) dan Penurunan tinggi bendung dilakukan secara
(3) diatas akan memberikan lebar Bendung bertahap mulai dari tinggi maksimum 329.9
Karet yang cenderung lebih besar dari lebar mm. Pada seri ini vibrasi mulai teramati saat
bendung tipe lainnya (misalnya bendung ketinggian bendung mencapai 167.5 mm
mercu bulat). dan tekanan 150 cm (pada debit 28.19
lt/s). Gejala vibrasi terus berlanjut dan
semakin membesar seiring dengan
penurunan tinggi bendung. Pada debit
29.19 lt/s vibrasi terjadi pada ketinggian
bendung 175 mm, tekanan 200 cm
kemudian terus membesar dan pada debit
ketiga 19.37 lt/s vibrasi terjadi pada
ketinggian tubuh bendung 148. 5 mm,
tekanan 160 cm.

104 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Grafik P /H vs h /H
Q = 28.09 lt/det Q = 29.10 lt/det
Q = 19.11 lt/det Linear (Q = 19.11 lt/det)

0.45
0.4
0.35
h/H 0.3
0.25
0.2
0.15
0.85 0.9 0.95 1 1.05 1.1 1.15 1.2
P /H

Gambar. 5. Kondisi Batas Vibrasi

Disini terlihat bahwa vibrasi mulai terjadi vibrasi kemiringan garis pada 3 macam
pada saat penurunan tinggi bendung debit hampir berhimpit sehingga dapat
mencapai 43%- 56% dari tinggi bendung ditarik suatu garis lurus. Hal ini
semula dan mencapai puncaknya pada saat menunjukkan bahwa kondisi batas vibrasi
ketinggian tubuh bendung 25 %. Terdapat tidak dipengaruhi oleh debit aliran.
kesamaan dengan data literatur yang ada
bahwa penurunan tidak diijinkan pada b). Sesi II : Debit Bendung Berubah
ketinggian <40%. Fenomena yang sama dan Tinggi Bendung Tetap
ditemukan untuk pengaliran dengan kondisi Pada seri ini, aliran dianggap sebagai free
tenggelam. flow (aliran sempurna) dengan tiga jenis
Dari pengamatan juga didapatkan bahwa V tinggi bendung yaitu : 91.2%, 64%, dan
knot tidak terjadi pada bendung karet diisi 43%. Percobaan dilakukan pada dua kondisi
air. Pada gambar 5 terlihat bahwa pada saat aliran yaitu tenggelam dan tidak tenggelam.

Grafik Lengkung Debit tinggi bendung 100%

37.5
37
36.5
hu (cm)

36
35.5
35
34.5
34
0 5 10 15 20 25
Q (lt/det)

Gambar. 6. Lengkung Debit 100%

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 105


Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

Grafik h/H vs C tinggi bendung 100%

1.5

C y = 0.9396x + 1.2533
1

0.5

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
h/H

C = Q/b*h1.5 Linear (C = Q/b*h1.5)

Gambar. 7. Perbandingan h/H vs C = Q/b*h3/2 100%

Grafik Q vs C tinggi bendung 100%

1.4

C 1.35

1.3

1.25
0 5 10 15 20 25
Q (lt/det)

C = Q/b*h1.5 Linear (C = Q/b*h1.5)

Gambar. 8. perbandingan Q vc C 100%

Dari grafik tersebut, terdapat beberapa kondisi tenggelam untuk bendung dengan
kesamaan diantaranya kondisi tenggelam ketinggian 91.2 % dicapai bila hi/H > 0.58.
selalu dicapai pada ketinggian air di hilir Kemudian untuk tinggi bendung pada 64%
melebihi 13 cm, kecuali pada ketinggian dan 43% didapat kondisi batas tenggelam
ketiga 43%. untuk mendapatkan syarat adalah sama bila nilai hi/H > 0.58. Bilangan
tenggelam secara umum maka kita harus ini dapat kita gunakan sebagai batasan
membuat grafik hubungan dari bilangan penentuan kondisi aliran akibat penurunan
tidak berdimensi, dan didapatkan bahwa ketinggian tubuh bendung.

106 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


q/(gH3)0.5 vs h/H tinggi bendung 100%

h/H 0.14
y = 6.3395x + 0.0271
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
q/(gH3)0.5

Persamaan Teoritis Linear (Persamaan Teoritis)

Gambar 9. q/(gH3)1/2 vs h/H 100%

Grafik hi/H vs hi/hu tinggi be ndung

0.8
0.6
hi/hu

0.4
0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
hi/H

tiggi bendung 91,2% tinggi bendung 64% tinggi bendung 43%

Gambar. 10. Hubungan hi/H vs hi/hu ketinggian bendung (91%, 64% & 43%)

Q v s h u t in g g i b e n d u n g

400

350
free flow 91,2%
Tenggelam 91,2%
h u (c m )

300
free flow 64%

250 Tenggelam 64%


Tenggelam 43%

200 free flow 43%

150
0 10 20 30 40
Q ( lt /d e t )

Gambar 11. Lengkung Debit ( 91.2%, 64% dan 43%)

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 107


Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

Dari grafik terlihat bahwa lengkung debit peningkatan tinggi bendung. Agar lengkung
untuk free flow maupun fixed flow memiliki ini berlaku secara umum maka grafik dibuat
bentuk yang sama. Pada aliran tenggelam tidak berdimensi dengan membagi kedua
terdapat perbedaan kenaikan hu ruas dengan (gH3)1/2 sehingga didapat
dibandingkan dengan free flow, dimana grafik-grafik sbb :
perbedaannya sebanding dengan

Grafik h/H vs C

1.2
free flow 91,2%
1
Tenggelam 91,2%
0.8
free flow 64%
0.6
C

free flow 43%


0.4
Tenggelam 64%
0.2
Tenggelam 43%
0
0.15 0.25 0.35 0.45 0.55
h/H

Gambar 12. Perbandingan h/H vs C = Q/b*h3/2(91%, 64% & 43%)

Grafik Q vs C

1.2

1
0.8 free Flow 91,2%
C (m1/2/det)

Tenggelam 91,2%
0.6
free Flow 64%
0.4
free Flow 43%
0.2 Tenggelam 64%
0 Tenggelam 43%
0 10 20 30 40
Q (lt/det)

Gambar 13. perbandingan Q vc C(96%, 64% dan 43%)

108 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Gr afik q/(gH3 ) 0.5 vs h/H

0.6

0.5 Free flow 91,2%

0.4 Tenggelam 91,2%


Free flow 64%
h/H 0.3
Free flow 43%
0.2 Tenggelam 64%
0.1 Tenggelam 43%
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
q/(gH 3 )0.5

Gambar 2. q/(gH3)1/2 vs h/H(91%, 64% & 43%)

Dari grafik-grafik diatas terlihat bahwa nilai Dari grafik grafik diatas dapat diambil
koefisien pengaliran pada aliran tenggelam kesimpulan bahwa penurunan yang
lebih kecil dibandingkan aliran free flow dilakukan untuk tinggi 91.2%, 64%, dan
karena pada fre flow berlaku Q = C B h3/2 43% memiliki syarat-syarat sebagai aliran
dimana bila nilai h, C, B naik maka nilai Q tenggelam apabila perbandingan hi/H >
semakin besar sedangkan pada aliran 0.58 karena bila lebih kecil daripada 0.58
tenggelam nilai Q tetap dan bila nilai h naik maka yang terjadi adalah aliran free-flow.
maka nilai C harus menjadi semakin kecil.

c). Sesi III : Pengukuran Profil bendung Karet


Profil bendung karet

350

300
Tinggi bendung (mm)

250

200

150

100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
jarak Melintang (cm)

Pada Saat kondisi penuh dan tdk diairi kondisi air tdk sampai melewati mercu bendung
kondisi hi = 28.98 cm dan hu = 35.02 (Tenggelam) air melewati mercu bendung (free flow)

Gambar. 3. Profil Bendung Sudah Diisi Air sebelum Dialiri Air

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 109


Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

Profil tubuh bendung

350

tinggi Bendung (mm)


300
Hmax tdk terlimpas : 329 mm 250
200
Hmax terlimpas air : 310.7 mm 150
100
Persentase penurunan : 5.56%
50
0
50 40 30 20 10 0
Jatak Melintang (cm)

Bendung Tidak Dialiri Air Bendung dialiri Air yang melimpas

Gambar. 4. perbandingan Hbendung saat tidak dialiri dan saat dialiri.

Dari grafik grafik diatas dapat kita lihat tinggi yang diinginkan untuk mengantisipasi
bahwa pada saat air mulai dialirkan tinggi penurunan tubuh bendung akibat limpasan
bendung menjadi berkurang sebagai akibat air.
terdorongnya posisi tubuh bendung
kedepan. Pada saat air mulai melimpas Perhitungan Hidrolis data penelitian
diatas tubuh bendung ketinggian tubuh Dari grafik diatas kita dapat
bendung berkurang karena berat massa air menggunakannya untuk desain perhitungan
diatas tubuh bendung. Setelah air bendung karet diisi air dan tahap penurunan
melimpas, aliran air sebelah hilir tinggi bendung. namun untuk penurunan
mengimbangi tekanan air dari hulu sehingga tinggi bendung dibutuhkan grafik yang
terjadi perubahan posisi dan tinggi dapat menunjukkan perbandingan
bendung. Dapat kita simpulkan untuk desain perubahan h/H akibat perubahan hi/H
tinggi bendung maka kita harus dibawah ini beberapa grafik tersebut :
menambahkan faktor sebesar 0.6 % dari

G r a f ik h i/H v s h /H

0 .5 7
0 .5 2
0 .4 7 F re e F l o w 9 1 ,2 %
0 .4 2 T e n g g e l a m 9 1 .2 %
0 .3 7 F re e F l o w 6 4 %
h /H

0 .3 2 F re e F l o w 4 3 %
0 .2 7 T e n g g e la m 6 4 %
0 .2 2 T e n g g e la m 4 3 %
0 .1 7
0 .1 2
0 0 .5 1 1 .5
h i/H

Gambar. 5. hi/H vs h/H tinggi bendung 91.2%,64%,43%

110 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Studi banding hasil perhitungan parameter b). tinggi mercu diturunkan sehingga
pengaliran Bendung Karet dengan Hbendung :64% dari tinggi bendung
menggunakan grafil-grafik tersebut diatas penuh ?
dengan cara nalitis dilakukan untuk debit c). tinggi mercu diturunkan sehingga
rata-rata Q = 10 m3/det dan beberapa Hbendung : 43% dari tinggi bendung
kondisi sbb.: penuh ?
a). tinggi mercu diturunkan sehingga Dari hasil Bandung tersebut diatas dapat
Hbendung : 91,2% dari tinggi bendung
dilihat nilai dari perhitungan percobaan dan
penuh ?
laboratorium hampir mendekati untuk Q =
10 m3/det, Hbendung = 2 m. h/H = 0.2

Grafik perbandingan %tinggi vs C untuk hi/H= 0.3 dan hi/H = 1


untuk debit harian 10 m3/det dan tinggi bendung 2 m

1.5
C (m 0.5/det)

0.5

0
0 20 40 60 80 100
% tinggi bendung
Free-flow Tenggelam Pow er (Free-flow ) Pow er (Tenggelam)

Gambar 18 Grafik Prosentase tinngi Bendung terhadap koefisien pengaliran C

Untuk kondisi pengaliran sama, studi 2. perlu diperhatikannya perubahan tinggi


banding dengan hasil pengukuran bendung karena ini akan amat
sebelumnya ( “Perilaku hidrolis bendung mempengaruhi nilai C.
karet diisi udara”, Risma, 2003), didapatkan
bahwa koefisien debit untuk bendung karet KESIMPULAN
diisi udara lebih besar dibandingkan dengan
yang diisi air. Dari hasil pengamatan Berdasarkan pengamatan tersebut di atas
tersebut beberapa perbedaan dengan hasil dapat disimpulkan beberapa hal sbb.:
perhitungan dapat disimpulkan sbb.: 1. Terjadinya vibrasi diakibatkan oleh
1. kavitasi pada tubuh bendung sehingga perubahan tekanan didalam tubuh
dengan perhitungan langsung bendung karet, dimana untuk
didapatkan nilai C yang besar oleh pencegahannya sebaiknya penurunan
karena itu disarankan untuk tubuh bendung hanya diijinkan sampai
menggunakan bilangan yang tidak 43%.
berdimensi sehingga kita dapatkan nilai 2. Dari hasil pengamatan dan perhitungan
C yang konstan. kita menyimpulkan bahwa nilai
koefisien debit saat tinggi bendung

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 111


Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air

diturunkan lebih kecil dibandingkan PU Pengairan, Buku Petunjuk Perencanaan


saat tinggi bendung penuh. Irigasi : Standar Perencanaan Irigasi,
3. Kondisi tenggelam dicapai bila nilai Jakarta, Desember 1989.
perbandingan hi/H melebihi angka
PU Pengairan, Final Report Pengukuran Dan
0.58 untuk tinggi bendung 91.2%,
Perencanaan Bendung Karet Cisawi dan
64%, dan 43%.
Cisiri
4. Fenomena V-knot tidak terjadi pada
bendung karet diisi air karena tidak Seminar at Water Power; Niagara Fall Flash
mudah termampatkan seperti udara. Board Alternatif Including Rubber Dam,
5. Koeffisien debit saat free flow lebih August 23-25, 1989.
kecil besar dibandingkan dengan saat
tenggelam. Sudjarwa, Bendung karet Kembang Kempis
6. Koefisien debit bendung karet yang diisi Serba Guna, Jakarta 1993
udara lebih besar dibandingkan dengan Sumitomo Electric Industries Ltd, Tehnical
yang diisi air Description Of Sumigate Inflatable Rubber
7. Deformasi terjadi baik sebagai akibat dam, okt 1985.
berat massa air diatas tubuh bendung
maupun sebagai akibat dorongan air. Risman, Kajian Laboratorium ; Prilaku
Hidrolis Bendung Karet Diisi Udara, Tugas
DAFTAR PUSTAKA Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi
Bridgestone Corporation., Installing The Bandung.
Rubber Dam, march 1989. Laboratorium Mekanika Fluida Dan
Bridgestone Corporation., Rubber Dam, July Hidraulika, Pengenalan Bendung Karet dan
1991. Pintu Apung Buatan Indonesia, Departeman
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan
PU Pengairan. Final Report Pekerjaan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung.
Pengkajian Bendung Karet di Indonesia,
Jakarta., 1998.

112 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

Anda mungkin juga menyukai