Anda di halaman 1dari 113

STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR OBJEK WISATA

PANTAI MARUMASA DESA DARUBIAH, KECAMATAN BONTOBAHARI,


KABUPATEN BULUKUMBA

SOCIO-ECONOMIC STRUCTURE OF COMMUNITY AROUND OBJECT


TOURISM MARUMASA DESIGN OF DARUBIAH, BONTOBAHARI DISTRICT,
REGENCY OF BULUKUMBA

SKRIPSI

UMI PURNAMA SARI


E411 14 012

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2018

i
STRUKTUR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR OBJEK
WISATA PANTAI MARUMASA DESA DARUBIAH, KECAMATAN
BONTOBAHARI, KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

UMI PURNAMA SARI


E411 14 012

SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT GUNA


MEMPEROLEH DERAJAT KESARJANAAN PADA
DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

ii
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Judul Skripsi : Stuktur Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar


Objek: Wisata Pantai Marumasa Desa Darubiah,
Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba

Nama Mahasiswa : Umi Purnama


: Sari

Nim : E411 14: 012

E411 13 012

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan
tulisan atau pemikiran dari orang lain. Apabila dikemudian hari, terbukti
atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan Skiripsi ini
merupakan hasil karya orang lain, Saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Makassar, 27 Februari 2018


Yang menyatakan,

Umi Purnama Sari

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Ayah dan Ibuku yang telah banyak memberikan kasih sayang, nasehat,

serta berbagai dukungan baik moril maupun material yang tidak ternilai

harganya.

Buat Suamiku yang InshaAllah yang menjadi teman hidupku dunia dan

akhirat yang senantiasa mengiri dan memberikan dorongan dalam setiap

langkahku.

Saudara-saudaraku yang telah memberikan banyak bantuan kepada

penulis.

Teman-teman seperjuanganku RESOLUSI14 yang selalu mendukung .

I love u so much!!!

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Untaian rasa syukur penulis


haturkan kepada Sang Penguasa Ilmu yang Hakiki, Allah SWT. Rabb yang
senantiasa menyertai dalam tiap desah nafas. Rabb yang selalu mencurahkan
segenap kasih dan sayangnya serta mengukir rencana terindah untuk tiap insan
yang meniti jalan-Nya. Terima kasih yang teramat dalam penulis haturkan kepada
Dr. Mansyur Radjab, M.Si selaku pembimbing I. Terima kasih karena telah
menjadi sosok yang begitu berarti dalam perjalanan studi ananda. Terima kasih
karena telah menjadi orang tua bagi ananda selama mengenyam pendidikan di
dunia kampus. Bagi ananda, jasa yang beliau torehkan tak mampu diurai satu per
satu. Kepada pembimbing II Sultan, S.Sos, M.Si yang telah menorehkan jasa
yang sangat penting dalam perjalanan akademik penulis. Telah membimbing dan
berbagi ilmu serta mengarahkan dalam penyelesaian tugas akhir yang disusun
oleh penulis. Terimakasih atas segenap nasehat yang diberikan kepada penulis
untuk menjalankan tanggungjawab secara maksimal untuk mencapai hasil yang
terbaik. Ucapan terima-kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan pula
kepada:
1. Allah SWT dan Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa
melimpahkan berkah dan rahmat kepada penulis.
2. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Muhtar Malik, S.Pd, MM dan
ibunda Megawati Aziz, AMd.PD yang telah mengiringi dengan do‟a,
memberikan kasih sayang dan didikan yang tegas, suamiku tercinta Depri
Setiawan Bastin, S.Pi serta saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan
semangat, dorongan dan do‟a kepada penulis.
3. Ibunda Prof. Dr. Hj. Dwia A. tina NK,MA selaku Rektor Universitas
Hasanuddin Makassar.
4. Bapak Prof Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
5. Dr. Mansyur Rajab selaku Ketua Departement dan Dr.M. Ramli, AT

vii
selaku Sekertaris Departement Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin .
6. Seluruh Staf Dosen Departemen Sosiologi yakni Bapak dan Ibu yang telah
mendidik penulis dalam menempuh pendidikan di Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, sehingga
penulis bisa menyelesaikan studi dengan baik. Dan seluruh staf karyawan
Departemen Sosiologi dan Staf kepustakaan yang telah memberikan bantuan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa. Terkhusus kepada Ibu Rosnaini,
SE dan Pak Pasmudir, S.Hum yang selalu menampakkan sikap yang
bersahabat kala penulis berhadapan dengan masalah administratif dalam
dunia akademik.
7. Keluarga Mahasiswa Sosiologi (Kemasos) Fisip Unhas yang telah memberi
ruang bagi penulis dalam mengenal panggung keorganisasian meskipun
penulis sadar bahwa tak banyak jasa yang kami torehkan. Salam Bumi Hijau
untukmu Kemasosku.
8. Teman-teman seangkatan dan seperjuanganku yakni „RESOLUSI’ 2014
yang tak sanggup penulis urai satu per satu yang telah mengukir kisah indah
dan menorehkan banyak jasa selama menjadi mahasiswa.
9. Kepada Sahabat sekaligus keluarga saya Riska Eka Putri, Nur Sandrawali
Gosul, Nursyamsi, St.Ningwidio Wulandari, Megi Marulina.P Serta
Sahabat Semasa SMA yang selama ini menemani dan memberi masukan
kepada penulis, yang selalu menemani dikala susah dan senang.
10. Kepada keluarga baruku yang setia menyemangati dan memberi inspirasi
baru dalam menyelesaikan studi di Kampus Merah. Teman- teman KKN
Reguler Angkatan 94 Desa Alitta, Kec.Mattirobulu Kab. Pinrang Tahun
2017.

Makassar, 27 Februari 2018

Penulis

viii
ABSTRAK

Judul Skripsi : Stuktur Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar


Objek Wisata Pantai Marumasa Desa
Darubiah, Kecamatan Bontobahari,
Kabupaten Bulukumba
Nama Mahasiswa : Umi Purnama Sari

Nim : E411 14 012

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif untuk
menggambarkan bagaimana dampak pariwisata dalam pengembangan objek wisata
pantai Marumasa.. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba, lebih
spesifik lagi di Kawasan objek wisata Pantai Marumasa, Desa Darubiah Kecamatan
Bontobahari. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik wawancara secara
mendalam (indepth interview) untuk mencari data langsung dari sumbernya (data
primer), untuk pendokumentasian dilakukan untuk mencari data sekunder. Sampel
diambil dengan teknik purposive sampling sehingga peneliti dapat memilih sampel
yang benar-benar mengetahui permasalahan penelitian. Hasil penelitian ini didapatkan
dampak dari pengembangan objek wisata terhadap perubahan struktur sosial berwujud
pada perubahan struktur ekonomi yaitu adanya pergeseran okupasi dalam hal pekerjaan
pada masyarakat sekitar objek wisata pantai Marumasa dan adanya peningkatan
pendapatan. Perubahan struktur sosial yaitu adanya Peningkatan orientasi pendidikan.
Adapun bentuk perubahan dalam suatuu masyarakat yaitu perubahan peran terhadap
istri, dan perubahan pola budaya masyarakat.

Kata Kunci : Perubahan, Masyarakat, Stuktur, Objek wisata

ix
ABSTRACK

Title : Socio-Economic Structure Of Community Around Object Tourism


Marumasa Design Of Darubiah, Bontobahari District, Regency Of
Bulukumba
Name : Umi Purnama Sari
NIM : E 411 14 012

In this research, the researcher uses a descriptive qualitative research to describe


how the impact of tourism in the development of Marumasa beach tourism object.
The research location is conducted in Bulukumba Regency, more specifically in
Marumasa Beach tourist area, Darubiah Village, Bontobahari District. In the data
collection the researcher uses in-depth interview technique (indepth interview) to
search the data directly from the source (primary data), for documentation done to
find secondary data. The sample is taken by purposive sampling technique so that
the researcher can choose the sample that really know the research problem. The
results of this study obtained the impact of the development of tourist attraction to
changes in tangible social structures in the economic structure changes that is the
shift occupation in terms of work on the community around Marumasa beach
attractions and the increase in income. Changes in the social structure that is the
Increased orientation of education. The form of change in a society that is
changing the role of the wife, and changes in cultural patterns of society.

Keywords: Change, Society, Structure, Tourist Attraction

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ..................................................................................... .i

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI................................... ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…..........................v

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

ABSTRAK...................................................................................................ix

ABSTRACT..................................................................................................x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 9
D. Kegunaan Penelitian…………………………………..10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Pustaka…………………………………………11
1. Objek Wisat………………………………………...7
2. Dampak pengembangan pariwisata .......................... 13
3. Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat ..... 18
B. Kerangka Konseptual…………………………………..27
C. Deskripsi Fokus Penelitian……………………………..30

xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................... 34
B. Tipe dan Dasar Penelitian ................................................ 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 36
E. Sumber Data Penelitian ................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ....................................................... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PENELITIAN


A. Kondisi Desa Darubiah.................................................... 41
B. Keadaan Penduduk .......................................................... 42
C. Keadaan Sosial ................................................................ 45
D. Keadaan Ekonomi ........................................................... 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Informan .................................................... 49
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................... 52

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 88
B. Saran….. .......................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian 1

2. Instrumen Pedoman Wawancara 2

3. Dokumentasi Foto di Lapangan 3

4. Daftar Riwayat Hidup 4

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepualauan dengan potensi yang

hampir disegala sektor, salah satunya sektor pariwisata. Sebagai Negara

yang memiliki potensi pariwisata yang besar, tentu membuat sector

pariwisata di Indonesia harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Tetapi Pariwisata bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga

masalah sosial, budaya, politik dan seterusnya. Parawisata adalah suatu

sistem yang multi kompleks, dengan berbagai aspek yang saling terkait

dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Dalam beberapa

dasawarsa terakhir, pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika

masyarakat dan menjadi salah satu prime mover dalam perubahan sosial

budaya (Pitana dalam Pitana , 2005:6).

Sebagai indutsri modern pariwisata sebenarnya merupakan

sebuah industri yang kompleks, yang meliputi industri perhotelan, rumah

makan, kerajinan atau cinderamata, tour dan travel dan sebagainya

sehingga sektor ini bisa berfungsi sebagai katup pengaman atas berbagai

persoalan ketenagakerjaan yang makin serius di masa-masa mendatang.

Di samping itu, perkembangan sektor pariwisata selain sebagai penghasil

devisa Negara juga memberikan keuntungan kepada daerah, serta

1
masyarakat yang tinggal di daerah wisata. Hal inilah yang kemudian

mendorong semangat bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk

memajukan pariwisata, dengan jalan memperbaiki fasilitas yang ada serta

melengkapi dan membangun fasilitas di daerah wisata.

Pengembangan objek wisata juga bertujuan untuk memenuhi

tuntutan wisatawan yang pada umumnya berasal dari kota, menginginkan

suasana baru di pedesaan atau di alam yang jauh dari kebisingan dan

hiruk piku kota. Sementara bagi wisatawan mancanegara yang berasal

dari daerah industri, berkeinginan melakukan perjalanan yang bermakna

dengan melihat daerah atau wilayah yang suasananya berbeda dengan

daerah asalnya (Chafid Fandeli, 2000 : 57).

Dengan diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004, UU No.33

Tahun 2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah

Daerah untuk megelola wilayahnya, membwa implikasi semakin besarya

tanggung jawab dan tuntunan untuk menggali dan mengembangkan

seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka

menopang perjalanan pembangunan di daerah.

Pemerintah dalm hal ini para stakholders kepariwisataan yang

menyadari besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali,

mengembangkan serta membangun asset objek dan daya tarik wisata,

yang merupakan modal awal untuk bangkitnya kegiatan pariwisata.

Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan memikirkan dan


2
mengusahakan serta membenahi potensi objek wisata dan daya tarik

wisata ( M.Yunus, 2000 dalam Muhammad Tahwin 2003).

Pengembangan sector pariwisata hakekatnya merupakan

interaksi antara proses sosial, ekonomi, dan industry. Oleh karena itu

unsur-unsur yang terlibat di dalam proses mempunyai fungsi masing-

masing. Peran serta masyarakat diharapkan mempunyai andil yang sangat

besar dalam proses ini. Untuk itu masyarakat ditempatkan pada posisi

memiliki, mengelola, merencanakan dan memutuskan tetang program

yang melibatkan kesejahteraannya (Korten dalam Kusmayadi dan Ervina

2000).

Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah tujuan wisata di

wilayah Indonesia secara khusus di Kabupaten Bulukumba merupakan

salah satu kawasan yang menyimpan beragam kekayaan, baik kekayaan

alam maupun kekayaan budaya dan adat istiadat yang selalu mengisi

setiap ruangdalam aktivitas tradisional yang terdapat dalam masyarakat

Bulukumba. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kunjungan

wisatawan terfavorit, terdapat banyak obyek wisata yang sangat potensial

dan tentu sangat berpengaruh dalam kinerja perekonomian Kabupaten

Bulukumba. Kabupaten Bulukumba memiliki beberapa potensi

parawisata yang paling menonjol berada dikawasan pesisir Kecamatan

Bontobahari. Karena potensi tersebut kecamatan ini dikembangkan

sebagai objek wisata bahari oleh pemerintah setempat. Saat ini terdapat
3
15 obyek wisata dengan berbagai keindahan dan keunikan yang

dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Bulukumba. Antusias

pengunjung ke berbagai pantai di Kabupaten Bulukumba sangat

bertambah setiap tahun, bahkan bukan masyarakat lokal saja tetapi

pengunjung dari berbagai daerah maupun wisatawan internasional juga

meramaikan kawasan wisata tersebut. Dengan wilayah geografis yang

eksotis antara pegunungan dan pantai, menjadikan Bulukumba menjadi

tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan.

Berikut ini jumlah wisatawan Asing yang berkunjung ke

Kabupaten Bulukumba dari tahun 2012-2016 :

Tabel 1
Jumlah Wisatawan Asing Yang Datang Ke Kabupaten Bulukumba
Setiap Tahun, 2012-2016
5000
4500
4000
3500
3000
Series 1
2500
Series 2
2000
Series 3
1500
1000
500
0
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Data Primer Diolah 2017

4
Dari tabel diatas terlihat, bahwa jumlah pengunjung pada

tahun 2012 sebanyak 2500, 2013 sebanyak 2940, 2014 sebanyak 3670,

2015 sebanyak 4198 dan 2016 terus meningkat sebanyak 4499.

Peningkatan jumlah wisatwan ini merupakan dampak dari semakin

dikenalnya objek pariwisata yang sangat menjanjikan di Provinsi

Sulawesi-Selatan khususnya di Kabupaten Bulukumba. Sebagai daerah

yang mempunyai banyak potensi wisata dan meningkatnya wisatawan

yang berkinjung, diharapkan pengembang wisatanya dapat diandalkan

untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar demi

kemajuan ekonomi daerah maupun Negara.

Pantai Marumasa merupakan salah satu pantai yang berpasir

putih yang ada di Desa Darubiah, Kecamatan Bontobahari Kabupaten

Bulukumba. Pantai Marumasa adalah objek wisata yang termasuk

golongan wisata terbaru di Bulukumba. Puncak terekpostnya Pantai

Marumasa yaitu di awal tahun 2016, sejalan dengan perkembangan

tekonologi yang semakin menampakkan pengaruhnya disetiap kehidupan

individu maupun masyarakat dan secara langsung maupun tidak

langsung, juga terasa jelas mempengaruhi masyarakat sekitar objek

wisata pantai Marumasa . Dengan pasir putih yang panjang dan kondisi

airnya yang sangat jernih tidak kalah dengan pantai Bira, panaroma alam,

deburan ombak, tigginya tebing-tebing pinggiran pantai dapat menikmati

terbit terkadang saat terbenangnya matahari, Selain berpasir putih, pantai


5
ini diapit oleh dua buah tanjung yang semakin menambah keindahan

panaroma ini sehingga keunikan dan keindahannya dapat memanjakan

mata pengunjung. Pantai ini juga berfungsi sebagai pelabuhan alam bagi

masyarakat Dusun Marumasa Desa Darubiah. Seiring dengan

perkembangan, Pantai Marumasa ini menjadi dikenal akan potensi-

potensi sumber daya alamnya dan sumber daya manusia yang dapat

menarik wisatawan untuk berkunjung. Akses yang dekat dari jalan poros

memudahkan pengunjung untuk singgah menikmati Pantai Marumasa.

Jarak pantai ini dari kawasan Tanjung Bira kurang lebih 4 Km. Oleh

Karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak pengunjung memilih

untuk datang ke pantai tersebut.

Desa Darubiah merupakan pemekaran wilayah dari Desa Bira

yang cukup terkenal dengan destinasi pariwisata pasir putihnya di pantai.

Sebagai salah satu desa yang sangat jauh dari perkotaan, Desa Darubiah

ini wilayah paling potensial untuk Industri Kerajinan, Perdagangan,

Perkebunan dan Pariwisata. Desa Darubiah berusaha memanfaatkan

potensi-potensi wilayah yang mereka miliki dengan menjadikan desa

wisata dengan menonjolkan keindahan alam yang mereka miliki. Hal

tersebut didukung oleh kondisi geografis desa serta masyarakatnya,

dukungan Pemerintah Daerah untuk pengembangan potensi Perindustrian

dan Pertukangan. Di desa ini masyarakatnya memiliki profesi yang

berbeda-beda, namun Kebanyakan masyarakatnya menggantungkan


6
hidupnya dibidang perikanan dan perkebunan tak lain kepala rumah

tangga yang bekerja sebagai nelayan atau petani, sedangkan ibu rumah

tangga kebanyakan sebagai petenun sarung dan ibu rumah tangga saja.

Dengan adanya pantai marumasa serta perkembangan pengunjung yang

semakin meningkat ini menjadi salah satu sumber penghasilan bagi

masyarakat di sekitar daerah tersebut. Semakin ramainya wisatawan yang

berkunjung mampu membuka kesempatan kerja yang semakin luas dan

juga telah menumbuhkan harapan dan cita-cita munculnya peluang

meningkatkan pendidikan, karena penambahan pendapatan yang

dirasakan oleh masyarakat bisa digunakan untuk membiayai pendidikan

anak mereka sehingga anak-anak tersebut mempunyai kesempatan yang

lebih baik di masa datang.

Kunjungan wisatawan disuatu tempat menyebabkan terjadinya

interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan wisatawan yang dapat

memberikan energi dobrak yang luar biasa, serta mampu membuat

masyarakat setempat mengalami metamorfose dalam berbagai aspeknya.

Perlu kita sadari bahwa pada dasarnya industri pariwisata

bersifat lintas sektoral, menyentuh segala aspek kehidupan manusia, baik

itu ekonomi, pendidikan, sosial budaya maupun lingkungan alam di mana

ia hidup sehingga pariwisata dan pengembangannya dapat menimbulkan

berbagai dampak terhadap masyarakat maupun perorangan. Bahkan tidak

7
jarang pengembangan pariwisata tersebut mampu merubah tata kehidupan

masyarakat dimana pariwisata itu dikembangkan. Perubahan itu bisa

menyangkut perubahan pada struktur sosial budaya maupun ekonomi

masyarakat yang bersangkutan.

Pada dasarnya perubahan-perubahan dalam masyarakat

Indonesia merupakan akibat dari adanya pembangunan yang dilaksanakan

pemerintah bersama rakyat Indonesia sendiri. Perhatian utama pemerintah

dalam pemabngunan pedesaan, dengan menitik beratkan pada program

pembangunan untuk kemajuan pedesaan, karena sebagian sebar penduduk

masih berpenghasilan rendah bahkan masih berada dalam garis

kemiskinan.

Pengembangan pariwisata pada daerah tujuan wisata

diharapkan mampu memperhatikan kelestarian akan adat istiadat serta

budaya lokal dan mampu memberikan tambahan pendapatan pada

masyarakat di daerah tujuan wisata. Adanya pengembangan secara fisik

serta arus keluar masuk wisatawan sedikit banyak akan membawa

pengaruh pada masyarakat lokal, sehingga diperlukan perhatian sejak dini

akan dampak pengembangan pariwisata di suatu daerah tempat tujuan

wisata guna mewujudkan pengembangan pariwisata yang mampu

menjaga kelestarian nilai budaya dan berdaya guna bagi masyarakat.

8
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka

permasalahan yang akan diangkat adalah :

1. Bagaimana dampak pengembangan objek wisata pantai Marumasa

Desa Darubiah terhadap pekerjaan, pendapatan dan pendidikan

masyarakat di sekitar objek wisata pantai Marumasa?

2. Bagaimana bentuk perubahan sosial yang tejadi dimasyarakat akibat

pengembangan objek wisata pantai dilihat dari pekerjaan, pendapatan

dan pendidikan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian disini

yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dampak pengembangan objek wisata pantai

Marumasa Desa Darubiah terhadap pekerjaan, pendapatan dan

pendidikan masyarakat di sekitar objek wisata pantai Marumasa.

2. Untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi dimasyarakata akibat

pengambangan objek wisata pantai Marumasa dilihat dari pekerjaan,

pendapatan, dan pendidikan.

9
D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan

penelitian ini yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut ini:

1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian akademis dalam ilmu sosial

terutama di bidang sosiologi.

2. Sebagai salah-satu syarat untuk menyelesaikan studi pada tingkat

kesarjanahan strata satu (SI) reguler pada Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin.

3. Sebagai salah-satu syarat untuk menyelesaikan studi pada tingkat

kesarjanahan strata satu (SI) reguler pada Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin.

4. Sebagai bahan bacaan dan sumber referensi yang dapat dijadikan

sebagai bahan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya sesuai

dengan judul penelitian ini.

10
BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Objek Wisata

Pengertian objek wisata juga memiliki beberapa versi yang

berbeda antara lain menurut J. S. Badudu yang tertuang dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia, objek wisata adalah sesuatu yang dibicarakan,

dipikirkan, sesuatu yang menjadi sasaran. Sedangkan pengertian objek

yang digabung dengan wisata memiliki arti yang sedikit berbeda, yaitu

objek wisata adalah tempat-tempat yang dikunjungi yang mempunyai

sejarah, tempat yang indah dan yang menyenangkan untuk dilihat dan

dikunjungi.

Menurut Chafid Fandeli (2000: 58) objek wisata adalah

perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta

sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan obyek wisata alam adalah objek

wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan Sedangkan objek

wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada

keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati objek dan daya tarik wisata. Seorang wisatawan berkunjung ke


11
suatu tempat/daerah/Negara karena tertarik oleh sesuatu yang menarik

dan menyebabkan wisatawan berkunjng ke suatu tempat/daerah/Negara

disebut daya tarik dan atraksi wisata (Mappi, 2001:30).

Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri-ciri

khas yang ditonjolkan oleh tiap-tiap objek wisata. Menurut Andi Mappi

S, (2001:30-33). Objek wisata dikelompokan ke dalam tiga jenis, yaitu :

a. Objek wisata alam, misalnya : laut, pantai, gunung (berapi), danau,

sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam

dan lain-lain.

b. Objek wisata budaya, misalnya : upacara kelahiran, tari-tari

(tradisional), musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat, upacara

turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan bersejarah,

peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun (tradisional), tekstil

lokal, pertunjukan (tradisional), adat istiadat lokal, museum dan lain-lain.

c. Objek wisata buatan, misalnya : sarana dan fasilitas olahraga,

permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap), ketangkasan

(naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan

lainlain.

Membangun objek wisata tersebut harus memperhatikan

keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya daerah

setempat, nilai- nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, dan objek

wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dapat
12
dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha maupun Perseorangan dengan

melibatkan dan bekerjasama pihak-pihak yang terkait.

UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan disebutkan

bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan. Kata wisatawan (tourist) merujuk kepada orang.

Secara umum wisatawan menjadi subset atau bagian dari traveler atau

visitor (Pitana 2009:35)

Berdasarkan hal tersebut diatas, objek wisata dapat

diklasifikasikan berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil

buatan manusia. Pada dasarnya objek wisata pantai Marumasa ini

mempunyai kekayaan alam dan hasil buatan manusia karena selain

memiliki panorama yang indah dengan keindahan alamnya juga terdapat

campur tangan manusia diantaranya jalan setapak dan beberapa tempat

untuk mengambil gambar(selfie) yang disediakan.

2. Dampak pengembangan pariwisata

Pengembangan Kepariwisataan dapat didefinisikan secara

khusus sebagai upaya penyediaan atau peningkatan fasilitas dan

pelayanan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (Santoso, 2006:23).

Kita menyadari bahwa bila pada suatu daerah tujuan wisata yang

berkembang baik dengan sendirinya akan memberikan dampak positif


13
pada daerah itu,karena itu dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup

luas bagi penduduk sekitar, alasan utama pengembangan pariwisata

sangat erat hubungannya dengan pembangunan ekonomi di daerah tempat

di mana daerah tujuan wisata itu berada (Yoeti, 1997 : 33).

Menurut Oka A. Yoeti (1997:13-14), berkembangnya suatu

objek wisata tergantung pada produksi industri pariwisata yang meliputi

daya tarik wisata, kemudahan perjalanan, sarana dan fasilitas serta

promosi. Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata berdasarkan

Direktorat Jenderal Pariwisata biasa mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga

seluruh bagi pengembangan pariwisata di perhitungkan dengan

memperhatikan pula perhitungan untung rugi apabila dibandingkan

dengan pembangunan sektor lain.

2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan

program pembangunan semasa ekonomi, fisik dan sosial sesuatu

negara.

3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga

membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam

masyarakat.

4. Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga

pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan


14
lingkungan alam sesuatu negara, bukannya justru merusak lingkungan

alam dan budaya yang khas itu.

5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga

pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin dan dapat

menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang positif.

6. Tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas-jelasnya berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang masak sesuai kemampuan.

7. Pencatatan (monitoring) secara terus-menerus mengenai pengaruh

pariwisata terhadap suatu masyarakat dan lingkungan sehingga

merupakan bahan yang baik untuk meluruskan kembali akibat

perkembangan pariwisata yang merugikan sehingga merupakan sarana

pengendalian pengembangan yang terarah.

Alasan utama dalam pengembangan pariwisata pada suatu

daerah tujuan wisata, baik secara lokal maupun regional atau ruang

lingkup nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan

pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Pengembangan

kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata akan selalu

diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.

Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non

ekonomis, adanya kegiatan pariwisata akan mengundang hasrat dan

keinginan untuk memelihara semua aset wisata yang dimaksud. Alasan

ketiga mengapa pariwisata perlu dikembangkan ialah untuk


15
menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian,

mengetahui tingkah laku orang lain terutama bagi masyarakat di mana

proyek kepariwisataan dibangun (Yoeti,1997 : 33-34)

Pengembangan objek wisata tidak dapat berdiri sendiri tetapi

berkaitan erat dengan sektor ekonomi, sosial, dan budaya dalam

masyarakat, sehingga perlu memperhatikan dalam segala macam segi

tanpa terkecuali (Mill,Robert Christie, 2000:167).

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang

pengembangan pariwisata didaerah tujuan wisata menurut Suwantoro

(2001 : 19-24) meliputi :

1. Objek dan daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi

yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan

wisata. Daya tarik objek wisata pantai Marumasa adalah keindahan alam

pantai dari atas tebing. Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata

berdasar pada: (a) adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa

senang, indah, nyaman, dan bersih, (b) adanya aksebilitas yang tinggi

untuk mengunjunginya, (c) adanya spesifikasi atau ciri khusus yang

membuatnya langka, (d) adanya sarana dan prasarana penunjang untuk

melayani wisatawan, (e) objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (

pegunungan, sungai, pantai, hutan dan lain-lain).

2. Prasarana pariwisata
16
Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam, sumber daya buatan

manusia mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, telekomunikasi, dan lain

sebagainya.

3. Sarana pariwisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang disediakan di daerah

tujuan wisata ialah, biro perjalanan, tempat makan serta sarana

pendukung lainnya.

Pengembangan pariwisata tentu saja memberikan dampak

positif maupun dampak negatif terhadap tempat wisata tersebut. Suatu

tempat wisata tentu memiliki dampak-dampak lingkungan sekitarnya.

Pengembangan pariwisata dan kunjunga wisatawan yang meningkat dapat

menimbulkan dampak dan pengaruh positif maupun negative dan terkena

dampak tersebut adalah masyarakat. Lingkungan, ekonomi, serta sosial.

Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah

penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki

kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat

terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat

obyek wisata, tenaga kerja yang memadai di mana pihak pengelola obyek

wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek


17
wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana

membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Menurut Mill (Dalam landasan teori kepariwisataan 2009)

Secara ringkas dalam bidang ekonomi, kegiatan pariwisata dapat

memberikan dampak positif diantaranya:

1. Terbukanya lapangan pekerja baru

2. Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat

3. Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan masyarakat

yang memacu ekonomi lainnya.

3. Konsep Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat

Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatau

yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan

perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka

waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, konsep dasar

perubahan mencakup tiga gagasan :

1. Perbedaan

2.Pada waktu berbeda

3. Diantara keadaan sistem sosial yang sama.

Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini

dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan

dengan perubahan. Adanya perubahan tersebut akan dapat diketahui bila

kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat


18
pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan

masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan yang terjadi di dalam

masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus,

ini berarti bahwa setiap masyarakat kenyataannya akan mengalami

perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat

yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini di

karenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan tersebut,

dapat berupa perubahan terjadi secara lambat bahkan lebih cepat,baik

dengan disengaja (intended change) maupun secara tidak sengaja

(unintended change). Pada umumnuya perubahan-perubahan yang terjadi

dalam masyarakat sebagai akibat adanya proses formasi ataupun

reformasi dari pola-pola dalam masyarakat tersebut, karena pengaruh dari

luar sehingga timbul perubahan dalam struktur.

Setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami

perubahan-perubahan Hal ini terjadi karena menusia mempunyai

kepentingan-kepentingan yang berbeda. Perubahan ini merupakan

fenomena sosial yang wajar. Seperti yang diungkapkan oleh Soekanto

(2000: 264), bahwa setiap masyarakat pasti pernah mengalami perubahan,

ini disebabkan tidak adanya masyarakat yang hidup secara terisolasi

mutlak.

Perubahan dari aspek sosial merupakan suatu proses perubahan

yang terjadi di dalam masyarakat yang meliputi, aspek kehidupan sosial,


19
interaksi sosial, status sosial, dan tindakan sosial lainnya. Perubahan

kendatinya terjadi karena adanya perubahan sikap dan perasaan bahwa

ingin merubah struktur yang sudah ada menjadi lebih baik lagi,

Sedangkan perubahan sosial dari aspek ekonomi merupakan proses

berubahnya system di masyarakat yang meliputi perubahan perekomian

masyarakat tersebut. Hal tersebut meliputi perubahan mata pencaharian,

perubahan penghasilan, bahkan sampai peningkatan taraf kehidupan yang

lebih baik lagi (http: Elearen. Ibrahim.bpplsp-reg5.go.id).

Menurut Wilbert Moore perubahan sosial didefinisikan sebagai

perubahan penting dari struktur sosial, dan yang dimaksud struktur sosial

adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Moore memasukan ke

dalam definisi perubahan sosial berbagai ekpresi mengenai struktur

seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Perubahan sosial didefinisikan

sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola

sosial dan bentuk-bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antar

hubungan yang mapan dan standar perilaku (Lauer, 2003:55).

Samuel Koening mengartikan bahwa perubahan-perubahan

sosial itu menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam

pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi tersebut terjadi karena sebab-

sebab yang intern dan ekstrn. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat

dimengerti bahwa yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah

perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi perubahan struktur,


20
sistem dan organisasi sosial sebagai akibat dari adanya modifikasi dari

pola-pola kehidupan manusia, yang dipengaruhi oleh adanya faktor

kebutuhan intern dan ekstern masyarakat itu sendiri.

Penekanan diatas ditujukan pada perubahan struktural karena

perubahan struktural lebih mengarah pada perubahan sistem sebagai

keseluruhan. Struktur sosial merupakan sejenis kerangka pembentukan

masyarakat dan oprasinya. Jika strukturnya berubah, maka semua unsur

lain cendrung berubah pola (Nasrullah, 2008:156-157). Empat tingkat

perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku

individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa

tentang kekuatannya maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan

dan siklus perubahan akan dapat berguna.

Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk

“evolusi” antara lain Herbert Spencer dan August Comte. Keduanya

memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu

masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju kearah yang

positif. Perubahan sosial menurut mereka berjalan lambat namun menuju

suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.

Menurut Spencer, suatu organisme akan bertambah sempurna

apabila bertambah kompleks dan terjadi diferensiasi dan integrasi.

Perkembangan masyarakat pada dasarnya berarti pertambahan

diferensiasi dan integrasi, pembagian kerja dan perubahan dari keadaan


21
homogeny menjadi heterogen. Seperti halnya Spencer, pemikiran Comte

sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam. Pemikiran Comte yang

dikenal dengan aliran positivism, memandang bahwa masyarakat harus

menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut

dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte

menjelaskan bahwa setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan

pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang bersidfa

progresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi

perkembangan antara perkembangan makhluk hidup, Comte men atakan

akan menjadi kompleks dan terspesialisasi.

Menurut Barker (2006;35) menegaskan perubahan sosial

sebagai perubahan multidimensi dan saling terkait mencakup ekonomi,

teknologi, politik, budaya dan identitas.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah

kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang

ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi(pekerjaan), pendidikan serta

pendapatan.

Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk

“evolusi” antara lain Herbert Spencer dan August Comte. Keduanya

memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu

masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju kearah

22
positif. Perubahan sosial menurut mereka berjalan lambat namun menuju

suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.

Faktor penyebab penyebab terjadinya perubahan sosial

dinyatakan Soekanto (2006:275) yaitu faktor internal, terjadinya

pertambahan atau penyusutan jumlah penduduk,penemuan-penemuan

baru atau teknologi, konflik/pemberontakan, yang terjadi didalam

masyarakat itu sendiri. Faktor eksternal terjadinya perubahan sosial

adalah terjadinya peristiwa-peristiwa fisik bencana alam, peperangan,

kontak dengan pengaruh dari kebudayaan lain.

a. Faktor pendorong perubahan sosial

Menurut Soekanto (2007:287), adapun faktor pendorong

adanya perubahan yaitu :

1. Kontak dengan kebudayaan lain

2. Sistem pendidikan yang sudah maju

3. Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan

untuk maju

4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)

yang buka merupakan delik

5. Sistem terbuka dalam lapisan masyarakat (open stratification)

6. Adanya penduduk yang heterogen

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu

8. Orientasi kemasa depan


23
9. Nilai meningkatkan taraf hidup

b. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan kedalam

beberapa bentuk yaitu :

1. Perubahan lambat (Evolusi)

Perubahan secara lambat atau evolusi memerlukan waktu yang

lama. Perubahan ini biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang

saling mengikuti dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan

sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya

berusaha menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru

yang ditimbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

2. Perubahan Cepat (Revolusi)

Perubahan yang berlangsung secara cepat dinamakan dengan

revolusi. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan

terlebih dahulu maupun tanpa direncanakan. Selain itu dapat dijalankan

tanpa kekerasan maupun dengan kekerasan. Ukuran kecepatan suatu

perubahan sebenarnya relative karena revolusi pun dapat memakan waktu

lama. Perubahan-perubahan tersebut dianggap cepat Karena mengubah

sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan

dan hubungan antara manusia. Suatu revolusi dapat juga berlangsung

dengan didahului suatu pemberontakan.

24
Secara sosiologis, persyaratan berikut ini harus dipenuhi agar

suatu revolusi dapat tercapai.

a. Harus ada keinginan dari masyarakat banyak untuk mengadakan

perubahan. Didalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas

terhadap keadaan dan harus ada keinginan untuk mencapai keadaan

yang lebih baik.

b. Ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu

memimpin masyarakat untuk mengadakan perubahan.

c. Pemimpin harus dapat menampung keinginan atau aspirasi dari rakyat

untuk kemudian merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu program

kerja.

d. Ada tujuan konkret yang dapat dicapai. Artinya, tujuan itu dapat dilihat

oleh masyarakat dan dilengkapi oleh suatu ideology tertentu.

e. Harus ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi, yaitu

saat dimana keadaan sudah tepat dan baik untuk megadakan suatu

gerakan.

3. Perubahan kecil

Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada

unsur-unsur struktur social yang tidak membawa pengaruh langsung atau

berarti bagi masyarakat. Seperti contohnya yaitu pada zaman dahulu,

kaum perempuan di Indonesia setiap harinya mengenakan baju kebaya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan mode, model


25
pakaian yang mereka kenakan pun mengalami perubahan. Ada yang

memakai rok panjang, rok mini, celana panjang, kaos dan lain lain.

4. Perubahan Besar

Perubahan besar adalah perubahan yang berpengaruh terhadap

masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti dalam system kerja, system

hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. 21

5. Perubahan yang dikehendaki

Perubahan ini adalah perubahan yang diperkirakan atau yang

telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak

mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak ini dinamakan

agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat

kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam perubahan pada

lembaga-lembaga kemasyarakatan.

6. Perubahan Struktural

Perubahan struktural adalah perubahan yang sangat mendasar

yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat.

7. Perubahan Proses

Perubahan proses adalah perubahan yang sifatnya tidak

mendasar. Perubahan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari

perubahan sebelumnya.

26
B. Kerangka Konseptual

Perkembangan dunia pariwisata dalam dekade ini, telah

mengalami perkembangan pesat dan terjadi suatu fenomena yang sangat

global dengan melibatkan jutaan manusia, baik dikalangan masyarakat,

industri pariwisata maupun kalangan pemerintah, dengan biaya yang

cukup tinggi.

Perkembangannya pariwisata telah mengalami berbagai

perubahan baik perubahan pola, bentuk, dan sifat kegiatan, dorongan

orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir maupun sifat

perkembangan itu sendiri.

Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan

kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata,

seperti usaha perhotelan, restoran, dan penyelenggaraan paket wisata atau

tour dan travel. Di samping itu pariwisata juga merupakan wahana yang

menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat berbagai jenis

pariwisata dapat ditempatkan di mana saja (footlose). Oleh sebab itu

pembangunan wisata dapat dilakukan di daerah yang pengaruh penciptaan

lapangan kerjanya paling menguntungkan.

Industri pariwisata sering dianggap sebagai jawaban untuk

memperbaiki masalah ekonomi akan dapat diatasi, hal ini dikarenakan

industri pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja baru yang jelas

akan dapat memberikan lebih banyak peluang ekonomi, di samping juga


27
dapat menjadi sarana untuk menjaga dan memperbaiki lingkungan dan

mendorong pembangunan ekonomi.

Berbagai peluang ataupun kesempatan bagi masyarakat

setempat muncul terutama di sektor informal yang lebih mempunyai nilai

kesejahteraan yang tinggi, sehingga orang akan meningkatkan pendidikan

untuk meraih apa yang dapat dimanfaatkan dari pengembangan ini.

Sehingga akan terjadi suatu pergeseran akupasi yang semula bermata

pencaharian dari sektor perikanan ke sektor informal dari pariwisata,

seperti sebagai pemilik lahan tempat berfoto(selfie), warung cinderamata,

warung makanan dan minuman, pemandu wisata dan tukang parkir.

Dalam perkembangannya arus ekonomi uang yang semakin

pesat dapat menimbulkan sikap komersial di dalam kehidupan bersama

dalam masyarakat dan akan mengikis rasa saling kebersamaan yang telah

ada dalam masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian dan langkah

pengembangan yang lebih terarah. Sehingga apabila dibuat skema akan

nampak sebagai berikut:

28
Pengembangan
Objek Wisata

Struktur Sosial Ekonomi

1) Pendapatan
2) Pekerjaan

3) Pendidikan

Bentuk perubahan

Bagan 1

Kerangka Pemikiran

29
C. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Dampak adalah pengaruh dari suatu kegiatan terhadap suatu obyek

atau sasaran program. Dalam hal ini yang dimaksud adalah pengaruh

pengembangan objek wisata a terhadap perubahan struktur masyarakat.

2. Pengembangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau

instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan kepariwisataan

untuk merubah atau menjadikan suau daerah yang semula kurang

efekif dan efisien dalam kegunaannya menjadi lebih efektif dan efisien

dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana fisik pada daerah yang

bersangkutan, serta pemberian program bimbingan dan pembinaan

kepada masyarakat.

3. Objek wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki

sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga

mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi

wisatawan, disertai kesadaran penuh tentang adanya tanggung jawab

yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan alam dan peningkatan

kesejahteraan penduduk setempat.

4. Perubahan struktur masyarakat adalah segala perubahan pada

lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini

perubahan struktur sosial ekonomi dalam suatu masyarakat

30
PENELITIAN TERDAHULU

No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil Temuan Penelitian

Peneliti Penelitian

1. Hendrita DAMPAK Kualitatif 1. Faktor pendorong


Ampris PENGEMBANGAN
Dengan pengembangan
Echalanti KAMPOENG
Analisis Kampoeng Wisata
WISATA TAMAN
LELE KOTA deskriptif Taman Lele adalah
SEMARANG
potensi alam, potensi
TERHADAP
aksebilitas, letak yang
TERCIPTANYA
PELUANG USAHA strategis, harga tiket yang
BAGI
terjangkau, SDM yang
MASYARAKAT
memadai, dan kondisi
SEKITAR
keamanan yang baik.

2. Faktor Penghambat

pengembangan

Kampoeng Wisata

Taman Lele adalah

promosi yang kurang,

banyaknya pesaing, dana

anggaran masih kurang,

fasilitas kurang terawatt,

31
keadaan jalan semrawut,

dan pelayanan kurang

baik

3. Strategis

pengembangannya

adalah membuka

kesempatan bekerjasama,

menambah

fasilitas,meningkatka

promosi.

2. Wawan DAMPAK SOSIAL Deskriptif Menunjukkan bahwa

Kurniawan EKONOMI Kualitatif peluang usaha di sekitar

PEMBANGUNAN objek wisata Umbul

PARIWISATA Sidomukti termasuk

UMBUL dalam kategori tinggi.

SIDOMUKTI Warga sekitar

KECAMATAN memanfaatkan momen

BANDUNGAN ini untuk berdagang, jasa

KABUPATEN tourleader hingga

32
SEMARANG menjadi karyawan objek

wisata Umbul Sidomukti.

Peningkatan pengunjung

pasca renovasi benar-

benar mampu

meningkatkan

pengunjung.

3. Isna Dian DAMPAK Kualitatif Pengembangan Kawasan

Paramitasari PENGEMBANGAN dengan Wisata Dieng

PARIWISATA analisis memberikan dampak

TERHADAP deskriptif positif dan negatif bagi

KEHIDUPAN masyarakat lokal dilihat

MASYARAKAT dari segi fisik, sosial

LOKAL (STUDI budaya, dan ekonomi

KASUS DI sebagian besar dampak

KAWASAN pengembangan Kawasan

DIENG Dieng memberikan

KABUPATEN dampak positif sehingga

WONOSOBO) dapat menjadikan

kehidupan masyarakat

semakin baik.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga

bulan Desember 2017. Jadwal penelitian ini dimaksudkan untuk

mengukur sejauh mana penulis dapat melakukan penelitian sesuai dengan

tepat waktu. Keseluruhan penelitian ini menghabiskan waktu selama

kurang lebih 3 bulan, yang dimulai dari tahap persiapan, menyiapkan

dokumen penelitian yang dibutuhkan, menyusun pedoman teknis

penelitian, penentuan informan penelitian, peninjauan lokasi, serta

berusaha secara sistematis memperhatikan aspek-aspeklain terkait

kebutuhan data penelitian.

2. Lokasi Penelitan

Penelitian ini dilakukan di sekitar pantai Marumasa yakni

Masyarakat Desa Darubiah, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten

Bulukumba. Masyarakat Desa Darubiah yang dimaksud dalam penelitian

ini bukan dalam artian secara administratif melainkan siapa saja yang

melakukan aktivitas sosial ekonomi di sekitar pantai Marumasa, karena

pantai Marumasa terletak di Desa Darubiah. Adapun alasan dipilihnya

lokasi ini sebagai tempat penelitian adalah peneliti melihat objek wisata

di desa Darubiah merupakan obyek wisata yang sedang dikembangkan,


34
sehingga peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian di tempat ini

guna menghindarkan akibat negatif yang akan timbul akibat adanya

pengembangan industri pariwisata tersebut.

B. Tipe Dan Dasar Penelitian

Berdasarkan tujuan yang menjadi target dari peneliitian, maka

peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, kualitatif

deskriptif yaitu prosedur penelitian data-data deskriptif berupa kata- kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,

2007;112). Dalam penelitian jenis ini peneliti berusaha mengembangkan

konsep dan menghimpun fakta dengan cermat tanpa melakukan hipotesa,

akan tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Informan dan Responden

Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling.

Artinya teknik pengambilan informan di pilih secara sengaja. Informan

dalam kegiatan penelitian ini adalah masyarakat sekitar pantai Marumasa

yang berhubungan langsung dengan obyek wisata tersebut, diantarnya :

1. Pemilik warung

2. Pemandu wisata

3. Tukang parkiran

35
D. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan jenis data yaitu data primer(data yang secara

langsung diperoleh dari sumberdaya, melalui wawancara dan observasi)

data data sekunder (data yang tidak secara langsung diperoleh dari

sumberdaya verupa dokumen, catatan tertulis), maka penulis

menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu :

a. Observasi langsung (pengamatan)

Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara

melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Metode observasi

adalah menjaring partisipan keterangan-keterangan empiris yang detail

dan aktual dari unit analisis penelitian.

Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti, tujuannya

untuk mengamati realita yang ada. Ini dimaksudkan untuk mengatahui

obyektivitas dari kenyataan yang ada tentang keadaan dan kondisi objek

yang diteliti, serta peneliti juga dapat menetuntukan informan yang akan

diwawancarai.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung kepada narasumber/informan, dengan maksud untuk

mencari informasi yang berkaitan dengan kajian dalam penelitian ini.

Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan

yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian.


36
Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat

diperoleh dengan jalan bertanya langsung. Adapun wawancara yang

dilakukan adalah wawancara tidak bertrukstur dimana dalam metode ini

memungkinkan pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih

terbuka, tetap focus, sehingga diperoleh informasi yang kaya dan

pembicaraan tidak kaku.

Wawancara ditujukan pada informan yang telah terpilih secara

purposive sampling, kepada tokoh masyarakat setempat, pemilik warung

atau cinderamata, , serta bagian-bagian yang lain yang termusak dalam

aktivitas kepariwisataan, seperti pemandu wisata, lain sebagainya.

c. Studi Pustaka

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mempelajari buku-buku, referensi-referensi, laporan-laporan, majalah-

majalah, jurnal-jurnal, dan media lainnya yang berkaitan dengan objek

penelitian.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-

data mengenai objek peneliti. Hasil penelitian dari observasi dan

wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh

foto-foto pada saat turun melaksanakan penelitian ini.

37
E. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

a .Data primer adalah data yang secara langsung diperoler dari

narasumber/ informan dengan cara wawancara mendalam (Indepth

Interview).

b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dari studi kepustakaan atau

dokumentasi yang berupa buku-buku bacaan terkait dengan masalah

penelitian.

1. Majalah atau koran

2. Artikel

3. Dokumen pemerintah dalam hal ini desa Darubiah dan Dinas

Pariwisata kabupaten Bulukumba

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bognan dan Biklen (1982)

sebagaimana dikutip dalam Moleong (2007) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang

lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal

dari analisis data adalah mengumpulkan data penelitian yang ada,


38
menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil

penelitiannya kepada orang lain. McDrury (Collaborative Group

Analysis of Data 1999) seperti yang dikutip Moleong (2007) tahapan

analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: (1) Membaca atau

mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada

dalam data, (2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan

tema- tem a yang berasal dari data. (3) Menuliskan „model‟ yang

ditemukan., dan (4) Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara

mendalam dengan informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar

memahami dan mengetahui situasi obyek penelitian. Setelah melakukan

wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil

wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara,

mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang

didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah

peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya

peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan

reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat

abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang

bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-

kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi

39
bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang

kemudian dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain

penelitian. Analisis Domain menurut Sugiyono (2009), adalah

memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari

obyek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh domain ini

dengan cara melakukan pertanyaan grand dan minitour. Sementara itu,

domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk

penelitian selanjutnya. Mengenai analisis taksonomi yaitu dengan

memilih domain kemudian dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga

dapat diketahui struktur internalnya.

40
BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Desa Darubiah

Desa Darubiah merupakan salah satu desa dalam wilayah

Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Terletak kurang lebih

antara 5° 25' 40, 80" LS- 4° 23' 27,24" LS dan 102° 8' 21,4" BT - 102°

10' 7,32" BT Secara administratif, wilayah Desa Darubiah memiliki

batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Ara

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Bira

Sebelah Timur : berbatasan dengan Teluk Bone

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Tanah Lemo

Luas wilayah Desa Darubiah adalah 16,85 km² yang secara

administratif Pemerintahan terbagi menjadi 3 (tiga ) dusun masing-

masing :

1. Dusun Biralohe

2. Dusun Dauhe

3. Dusun Kasuso.

41
Sebagaimana wilayah tropis, Desa Darubiah mengalami musim

kemarau dan musim penghujan dalam tiap tahunnya. Jarak Pusat

Pemerintahan Desa Darubiah dengan ibukota Kecamatan 9 km dan

ibukota Kabupaten 38 km. Kondisi Topografi Daratan Desa Darubiah

relatif berbukit dengan ketinggian sekitar 0-50 m diatas permukaan laut

dan keadaan suhu udara rata-rata sebesar 25°-38°.

Penggunaan sumberdaya lahan untuk bangunan di Desa

Darubiah relatif beraneka ragam yakni Lahan Perkantoran seluas ± 3 ha,

Lahan Sekolah seluas ± 3 ha, Tempat Peribadatan seluas ± 2 ha, Lahan

Perkebunan seluas ± 125 ha, Lahan Pemukiman seluas ± 420 Ha, dan

Lahan Falilitas Umum seluas ± 187 ha.

Desa Darubiah merupakan wilayah paling potensial untuk

Industri Kerajinan, Perdagangan, Perkebunan dan Pariwisata. Hal tersebut

didukung oleh kondisi geografis desa serta masyarakatnya, dukungan

Pemerintah Daerah untuk pengembangan potensi Perindustrian dan

Pertukangan.

B. Keadaan Penduduk

Kondisi demografis suatu wilayah memiliki keterkaitan dengan

beberapa unsur dalam kependudukan, antara lain adalah mengenai jumlah

penduduk dan komposisi penduduknya. Kondisi demografis di suatu

42
wilayah tersebut dapat dijadikan patokan dalam menentukan

kebijaksanaan pembangunan suatu pemeribtahan.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah keseluruhan penduduk di Desa Darubiah terhitung

3701 jiwa, (laki-laki 1.471 (jiwa dan perempuan 1.699 jiwa) terbagi dalam

977 KK.

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat

dijadikan petunjuk bagi kemungkinan perkembangan penduduk suatu

daerah di masa yang akan datang.Dalam hal ini usia produktif ditentukan

antara umur 10 – 56 tahun. Untuk lebih jelasnya Jumlah Penduduk di

Desa Darubiah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin dapat kita

lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Dusun I Dusun II Dusun III Jumlah


Kelamin Biralohe Dauhe Kasuso
(a) (b) (c) (d) (b+c+d)

Laki-laki 405 Jiwa 499 Jiwa 567 Jiwa 1.471 Jiwa


Perempuan 489 Jiwa 600 Jiwa 610 Jiwa 1.699 Jiwa
Jumlah 894 Jiwa 1099 Jiwa 1177 Jiwa 3.170 Jiwa
Jumlah KK 276 KK 339 KK 362 KK 977 KK
Sumber : Kantor Desa Darubiah, 2017

43
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Usia Jumlah

1 Usia 0 – 4 Tahun 74

2 Usia 5 – 9 Tahun 193

3 Usia 10 – 14 Tahun 240

4 Usia 15 – 19 Tahun 272

5 Usia 20 – 24 Tahun 268

6 Usia 25 - 29 Tahun 286

7 Usia 30 – 34 Tahun 228

8 Usia 35 – 39 Tahun 207

9 Usia 40 – 44 Tahun 218

10 Usia 45 – 49 Tahun 229

11 Usia 50 – 54 Tahun 197

12 Usia 54 – 59 Tahun 208

13 Usia 60 Tahun ke atas 308

Sumber : Kantor Desa Darubiah, 2017

Adanya komposisi penduduk menurut umur sangatlah penting ,

karena dengan komposisi ini dapat memberikan gambaran mengenai

pertumbuhan penduduk, besarnya penduduk usia kerja, dan beban

ketergantungan, Umur juga merupakan suatu karakteristik yang pokok

44
karena umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap tingkah laku

demografis dan sosial ekonomi penduduk.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

terbesar adalah pada kelompok usia 60 Tahun ke atas, yaitu sebesar 308

jiwa. Sedangkan jumlah terkecil adalah pada usia 0-4 Tahun yaitu sebesar

74 jiwa. Jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-

masing sebesar 1471 jiwa dan 1699 jiwa.

C. Keadaan Sosial

Pendidikan di Indonesia makin heboh, kehebohan tersebut

bukan disebabkan oleh kehabisan mutu pendidikan nasional tetapi lebih

banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan

pendidikan di Indonesia. Perasaan ini disebabkan karena beberapa hal

yang mendasar.

Gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka, kemajuan

teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa

Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah

dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan

kehidupan dengan Negara lain.

Setelah kita amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius

dalam peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik

45
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya

manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan memenuhi

pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Tabel 4.3 Keadaan Sosial Desa Darubiah

No. Uraian Jumlah

A. Tingkat Pendidikan

1. Belum sekolah 90

2. SD / sederajat

3. SMP / sederajat 247

4. SMA / sederajat 91

5. Diploma / Sarjana 37
Sumber : Kantor Desa Darubiah, 2017

D. Keadaan Ekonomi

Adanya mata pencaharian dalam suatu kehidupan masyarakat

sangatlah penting, karena dengan adanya mata pencaharian tersebut maka

kebutuhan ekonomi masyarakat akan terpenuhi. Keadaan ekonomi mata

pencaharian ini dapat menggambarkan karakteristik disuatu wilayah.

46
Tabel 4.5 Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Darubiah
No Uraian Jumlah
.
A. Kesejahteraan Sosial

1. Keluarga Prasejahtera 207

2. Keluarga Prasejahtera 1 274

3. Keluarga Prasejahtera 2 259

4. Keluarga Prasejahtera 3 185

5. Keluarga Prasejahtera 3 plus 47

B. Mata Pencaharian

1. Nelayan 379

2. Petani 196

3. Buruh Tani/Nelayan 25

4. Tukang Kayu 18
5. Pedagang 170

6. Penjahit 12

7. PNS 28

8. TNI/Polri 5

9. Pengrajin 37

10. Industri kecil 270

13. Supir 11

15. Guru Swasta 28

Sumber : Kantor Desa Darubiah, 2017

47
Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah Nelayan, hal ini

disebabkan karena sudah turun temurun, sejak dulu bahwa masyarakat

adalah Nelayan dan juga minimnya tingkat pendidikan yang

menyebabkan masyarakat tidak mempunyai keahlian dan akhirnya

mempunyai pilihan lain selain menjadi nelayan, selain itu disusul industry

kecil selain nelayan.

48
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada BAB V ini didasarkan pada seluruh data

yang berhasil dihimpun padaa saat penulis melakukan penelitian lapangan

di Desa Darubiah, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Data

yang dimaksud dalam hal ini merupakan data primer yang bersumber dari

jawaban para informan dengan menggunakan pedoman wawancara atau

wawancara secara langsung sebagaai media pengumpulan data yang

dipakai untuk keperluan penelitian.

Dari data ini diperoleh bebrapa jawaban menyangkut tentang

bagaimana struktur sosial ekonomi akibat pengembangan objek pantai

marumasa.

A. Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak enam orang,

dimana dalam menentukan informan dilakukan dengan cara teknik

(purposive sampling) yang dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria

tertentu yaitu masyarakat yang beraktivitas sekitar pantai Marumasa.

Dalam penetuan informan, pertama-tama dipilih satu atau dua orang,

tetapi karena dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang

49
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu

dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.

Begitu seterusnya, sehingga jumlah informan yang peneliti temukan

sebanyak enam orang.

Identitas informan yang dipilih atas bebrapa identifikasi seperti

nama, umur, jenis kelamin, status dalam keluarga.

Adapun karakteristik informan penelitian secara spesifik

akan diuraikan sebagai berikut ini:

1.) Informan pertama, yang disingkat namanya sebagai inisial : Ibu RW

berstatus seorang ibu berumur 45 tahun, mempunyai 3 orang anak dan

semuanya masih menempuh pendidikan di bangku SD SMP dan SMA.

Suaminya berinisial TJ berprofesi sebagai Nelayan. Beliau memiliki

salah satu warung makan di kawasan objek wisata pantai Marumasa,

Beliau menyediakan makanan yang diminati pengunjung objek wisata,

seperti ikan bakar, dan gorengan. Sebelum adanya perkembangan pantai

berprofesi sebagai petenun sarung.

2.) Informan kedua, yang disingkat namanya sebagai inisial : Ibu NL

merupakan seoarang ibu yang berumur 55 thn, suaminya inisial TJ

berprofesi sebagai nelayan, keduanya memiliki 6 orang anak, ada yang

50
masih bersekolah dan ada yang sudah tidak bersekolah lagi. Beliau

memiliki salah satu tempat jualan bahan campuran,warung makan dan

pakaian ole-ole khas Bulukumba dikawasan objek wisata pantai

Marumasa, sebelum adanya perkembangan pantai berprofesi sebagai

Petenun sarung.

3.) Informan ketiga, yang disingkat namanya sebagai inisial : Ibu BD

merupakan seoarang perempuan berumur 50 tahun, memiliki suami yang

berprofesi sebagai nelayan. Selama 6 bulan beliau menekuni pekerjaan

sebagai penjual disalah satu warung makan dikawasan objek wisata

pantai Marumasa, sebelum adanya perkembangan pantai beliu berprofesi

sebagai Petenun sarung.

4. Informan keempat, yang disingkat namanya sebagai inisial : Bapak

AM merupakan seorang kepala rumah tangga berumur 65 tahun, beliau

sebagai tukang parkir di pantai Marumasa dan dianggap orang yang

paling tua di sekitar dan termasuk tokoh masyarakat di Desa Darubiah ,

sebelum melakukan aktivitas di pantai Marumasa beliau sebegai pelaut

(pelayaran) namun sudah pensiun, istrinya berinisial AK dan juga

memiliki usaha warung makan di kawasan pantai Marumasa. Keduanya

mempunyai 5 orang anak, ada yang sudah menikah dan ada yang masih

bersekolah.

51
5. Informan kelima, yang disingkat namanya sebagai inisial : DY 19

tahun, merupakan salah satu pemandu wisata sekaligus tukang parkir

yang ada diobjek wisata pantai Marumasa. Semenjak umur 1 tahun orang

tuanya sudah meninngal dunia. Beliau tinggal bersama tantenya yang

dianggap kurang mampu sehingga tidak bersekolah, untuk mendapatkan

uang jajan DY harus bekerja sendiri. Dalam memandu wisata beliau

mengenakan tarif sebesar 2.000/orang.

6. Informan ke enam yang disingkat namanya sebagai : Bapak AS 65

tahun, beliau memanfaatkan peluang yang ada disektor pariwisata

dengan membuka usaha tempat foto (selfie) diatas tebing sekitar pantai

yang sudah digelutinya selama kurang lebih 9 bulan. Sebelum mengalami

perkembangan seperti saat ini beliau berprofesi sebagai pensiuanan PNS,

istrinya sudah meninggal dunia, anak-anaknya semua sudah menikah,

sehingga yang membantu menjalankan usahanya hanya keponakannya

saja.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sebagaimana telah diungkapkan di depan bahwa pariwisata

merupakan salah satu industri yang selama ini diyakini mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan

lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta

52
menstimulasi sektor produktif lainnya. Sebagai sektor yang kompleks ia

juga meliputi industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan

tangan dan cinderamata.

Industri pariwisata dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang

sanagat besar baik bagi negara, bagi wilayah setempat yang bersangkutan,

maupun bagi Negara asal dari para wisatawan yang datang berkunjung.

Timbulnya dampak pariwisata sebagai konsekuensi dari

pengembangan pariwisata itu jika dilihat dari segi ekonomi merupakan

dampak yang positif, karena pariwisata mendatangkan devisa negara bagi

masyarakat yang tinggal di daerah tujuan wisata, perkembangan

pariwisata tersebut berarti terbukanya kesempatan kerja yang berarti

mengurangi jumlah pengangguran dan adanya kemungkinan bagi

masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka.

Kegiatan pariwisata ini dilakukan oleh masyarakat tersebut

untuk mendorong kemajuan perekonomian masyarakat setempat dan

tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan pariwisata mendorong kemajuan

perekonomian masyarakat sehingga dalam suatu Negara juga ikut

berpengaruh karena kemajuan perekonomian dari masing masing

daerahnya dan beban yang ditanggung oleh Negara pun ikut berkurang.

Kita menyadari bahwa bila pada suatu daerah tujuan wisata yang

berkembang baik dengan sendirinya akan memberikan dampak positif

53
pada daerah itu, karena itu dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup

luas bagi penduduk sekitar, alasan utama pengembangan pariwisata

sangat erat hubungannya dengan pembangunan ekonomi di daerah tempat

dimana daerah tujuan wisata itu berada.

Perkembangan pariwisata seringkali mampu mempengaruhi

atau mampu merubah tata kehidupan masyarakat di mana pariwisata

tersebut dikembangkan. Perubahan yang tampak jelas biasanya adalah

perubahan pada struktur ekonomi masyarakat, karena dengan adanya

pengembangan pariwisata ini masyarakat bisa memanfatkan situasi

tersebut untuk mencari rejeki misalnya saja berjualan makanan dan

minuman, cinderamata di lokasi wisata. Dengan demikian akan terjadi

suatu pergeseran okupasi pada masyarakat dari tani ke pariwisata.

Terjadinya pergeseran ini diharapkan akan mampu meningkatkan taraf

hidup masyarakat sehingga dengan demikian kemampuan untuk

masyarakat memperbaiki pendidikan pun akan meningkat.

Sesuai dengan hasil dari transkrip wawancara yang telah

dilakukan oleh penulis di beberapa kesempatan terdahulu lebih tepatnya

pada proses wawancara mendalam di lapangan dengan beberapan

informan yang secara sengaja dipilih untuk menjadi subjek penelitian kali

ini dan sekaligus menjadi output dari sumber data penelitian yang ingin

dicapai, sehingga penelitian ini diharapkan nantinya akan menemukan

54
pokok permasalahan penelitian yang diangkat oleh penulis. Adapun hasil

penelitian secara spesifik akan diuraikan yang dimana bagian rumusan

masalah adalah sebagai berikut :

a. Pergeseran okupasi (Perubahan pada mata pencaharian)

Mata pencaharian dapat didefinisikan sebagai pekerjaan

pokok yang dilakukan oleh masyarakat. Selain itu perspektif mata

pencaharian dalam perubahan masyarakat desa dan pengembangan

sususan atau bentuk dapat dilihat sebagai tanggapan atau kritik terhadap

pengembangan konseptual yang mana sebagai proses yang dapat diatur

dari bawah dan salah satu yang berhubungan dalam campur tangan dan

pemindahan sumber daya ( Leong, N 2011)

Perkembangan pariwisata seringkali mampu mempengaruhi

atau mampu merubah tata kehidupan masyarakat di mana pariwisata

tersebut dikembangkan. Perubahan yang tampak jelas biasanya adalah

perubahan pada struktur ekonomi masyarakat, karena dengan adanya

pengembangan pariwisata ini masyarakat bisa memanfatkan situasi

tersebut untuk mencari rejeki misalnya saja berjualan makanan dan

minuman, cinderamata di lokasi wisata. Dengan demikian akan terjadi

suatu pergeseran okupasi pada masyarakat. Terjadinya pergeseran ini

diharapkan akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga

dengan demikian kemampuan untuk masyarakat memperbaiki pendidikan

55
pun akan meningkat. Perlibatan masyarakat merupakan kata kunci untuk

mempercepat pencapaian kesejahteraan melalui pengembangan

pariwisata. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu RW berikut ini :

“Dulu dirumahja kerja sarung tiap hari, tapi penghasilnnya


tidak sebanding dengan capekta kasian jadi diusahakanmi
dapat modal buka usha disini”.

(Wawancara Mendalam, 20 November 2017)


Pukul. 10.00-12.00 Wita.

Berbicara masalah dampak, timbulnya dampak pariwisata

sebagai konsekuensi dari pengembangan pariwisata itu jika dilihat dari

segi ekonomi merupakan dampak yang positif, karena pariwisata

mendatangkan devisa negara dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah

tujuan wisata, perkembangan pariwisata tersebut berarti terbukanya

kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran dan

adanya kemungkinan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan

dan standar hidup mereka. Kajian yang banyak dilakukan para ahli

dengan jelas menyatakan bahwa hanya dengan keterlibatan masyarakat di

dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pembagian kerja maka

mereka dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pariwisata.

Setiap masyarakat mengalami perubahan. Perubahan tidak

berjalan secara tiba-tiba, namun mempunyai gejala atau tahapan-tahapan

sebelum mengalami perubahan. Setiap desa punya kecenderungan untuk

mengalami perubahan bergerak menuju pola kota. Perubahan ini dapat


56
terjadi apabila di rencanakan secara sistematis, namun juga dapat terjadi

apabila terkontrol atau tidak terencana terlebih dahulu. Perubahan yang

terjadi desa Darubiah ini tidak direncanakan oleh pembuat kebijakan

yang menentukan arahnya dari perubahan yang dituju. Perubahan apapun

betuknya akan meninggalkan bentuk yang diubah dan akan berjalan

menuju kepada bentuk yang baru yang diharapkan (meskipun tidak

direncanakan tapi peubahan bisa diharapkan). Demikian juga halnya

dengan Desa Darubiah. Sebelum berkembang sebagai daerah tujuan

wisata seperti sekarang ini. Desa Darubiah merupakan daerah pertanian

perikanan, dan pengarajin sarung tenun yang agak statis. Kondisi ini

tercermin dalam jenis mata pencaharian penduduknya yang kurang

beragam, karena sebagian besar masyarakat Desa Darubiah , terutama

yang tinggal di sekitar obyek wisata istrinya bermata pencaharian pokok

sebagai sebagai pengrajin petenun sarung dan ibu rumah tangga. Hal

yang senada juga diungkapkan oleh Ibu BD sebagaimana dua

pernyataannya yang saling mendukung satu sama lain berikut ini :

“Dulu saya nak tinggalja dirumah mattenung, sambil jual-


jualka manisan assala ada seng kudapat manna ta sedikit
didapat”
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 14.15-16.00 Wita.

“Kerjaka begini karna bantu suamiku kah siksa juga suami


kalau kita istri tinggal jeki dirumah baru biaya hari-hari
banyak. Sama-sama kerja bagus dirasa, karna saya disini

57
bermalam dek kalau ada rombongan yang datang mau
bermalam, jadi menjualma sampai pagi juga baru na sewa
tempat-tempatku toh. Anak-anakku sama suamiku ikut tongmi
bermalam disini jadi saya itu beda-beda suasana tempat
kumpul keluargaku dek seru tong dirasa”.
(Wawancara mandalam, 17 Desember 2017)
Pukul 14.15-16.00)

Salah satu faktor yang mendorong masyarakat pantai

Marumasa untuk membuka usaha, karena tuntunan ekonomi, dimana kita

dapat melihat kondisi sekarang yang tiap keluarga memiliki kebutuhan

yang semakin banyak, dan tidak semua kebutuhan tersebut dapat

terpenuhi dari penghasilan suami, serta naiknya kebutuhan pokok yang

cukup tinggi membuat istri di Desa Darubiah sekitar pantai berpikir untuk

mencari pekerjaan. Kedudukan dan peranan kaum istri nelayan pada

masyararakat pesisir sangat penting karena dalam sistem pembagian kerja

secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum istri nelayan mengambil

peranan yang besar dalam kegiatan sosial-ekonomi didarat, sedangkan

suami berperan dilaut untuk mencari nafkah dengan menangkap ikan.

Dengan kata lain, darat adalah ranah istri, sedangkan laut adalah ranah

suami. Dampak pembagian kerja diatas mengharuskan kaum istri untuk

selalu terlibat dalam kegiatan public, yaitu mencari nafkah keluarga

antisipasi jika suami mereka tidak memperoleh penghasilan. Kegiatan

melaut merupakan kegiatan spekulatif dan terikat oleh musim. Oleh

karena itu, nelayan yang melaut belum bisa dipastikan memperoleh

58
penghasilam. Dengan demikian dalam menghadapi kerentanan ekonomi

dan kemiskinan masyarakat nelayan, pihak yang paling terbebani dan

bertanggung jawab untuk mengatasi dan menjaga kelangsungan hidup

rumah tangga adalah kaum istri (Kusnadi, 2006). Hal ini senada dengan

yang di ungkapkan oleh Ibu NL sebagai berikut :

“Suamiku pendapatannya berapa tongji kasian na kalau tidak


pergimi kerja kaya kencang angin begitu tidak ada tongmi
nadapat nak,”.
(Wawancara mendalam, 20 November 2017)
Pukul 13.30-15.15 Wita

Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan sebagai

perubahan pemikiran masyarakat yang akan menetukan dan

memperngaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan pokok

masyarakat yang dahulunya bergeser. Berikut ini penjelasan yang

diungkapkan salah satu informan Bapak AM :

“Selain kerjaka disini juga, istriku mau juga kerja disini, jadi
saya usahakanmi buatkan tempat jualan juga”
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 14.30-15.15 Wita

Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat dalam hal

pekerjaan, para istri yang tinggal disekitar objek wisata tersebut tetap

bekerja namun pendapatannya tidak seberapa dengan kebutuhan hari-hari

mereka . Suami yang mencari nafkah sebagai nelayan dan pertanian, rata-

rata hasil yang diperoleh dari pekerjaannya pun masih tergolong rendah

59
dan pada umumnya hanya cukup dipakai untuk memenuhi kebutuhan

pokok keluarga saja, sehingga pada saat itu sebagian besar masyarakat

Desa Darubiah, terutama yang tinggal di daerah tujuan wisata hidup

secara sederhana. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Ibu NL yang

mengatakan sebagai berikut:

“Adanya mi ini pantai nak dijadikan tempat wisata na


penduduk sebagian sekitar-sekitar disni bisa menjual-jual buka
usaha, coba kalau tidak ada , mungkin hanya tinggal dirumah
saja atau mattenung sarung kah disini rata-rata begituji
nakerja”.
(Wawancara mendalam, 20 November 2017)
Pukul 13.30-15.15 Wita

Setelah adanya perkembangan pantai Marumasa menjadi objek

wisata seperti sekarang ini, cukup banyak perubahan yang terjadi

dimasyarakat. Dengan semakin ramainya objek wisata oleh kunjungan

para wisatawan yang biasanya bersifat massal dari berbagai daerah

ternyata juga mampu mempengaruhi atau merubah tata kehidupan

masyarakat sekitarnya, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi

objek wisata tersebut. Perubahan ini merupakan salah satu bentuk usaha

penyesuaian diri (adaptasi) yang dilakukan oleh masyarakat untuk

mengatasi suatu keadaan alam biologi dan lingkungan sosial tertentu

untuk dapat memenuhi syarat-syarat dasar yang ada agar dapat

melangsungkan hidupnya.

60
Perkembangan pariwisata ini mendorong masyarakat untuk

membuka usaha pada objek wisata yang ada yang berhubungan langsung

dengan wisata tesebut, seperti berdagang dengan membuka warung-

warung disekitar pantai, menyewakan rumah-rumah/ gazebo,

menyewakan kamar mandi, menjadi tukang parkir. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu NL sebagai berikut :

“Kalau mattennungka sarung adaji kudapat-dapat juga nak


tapi tidak seberapaji kasian, tidak cukup juga untuk hari-
hariku‟ karna diterima perminggu gajinya, itumi berpikirka
dulu mauka‟ buka usaha disini buka warung-warung kecil
sekalian rumah-rumah untuk na duduk-duduki kalau ada
rombongan datang”.

(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)

Pukul 10.00-12.00 Wita

Ungkapan yang mendukung dari Ibu NL berikut ini :

“Sebelum orang luar menjual disini lebih baik ambil


memangma lokasi jualan disini apalagi dekatji dari rumah,
enak juga kurasa selamaka menjual disini karna suamiku
kalau pulang dari tangkap ikan pagi atau sore kesinimi bantu-
bantuka, anak-anakku juga pulang sekolah kesinimi jadi tidak
terlalu siksaja bekerja”.
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita
Sama halnya dengan DY yang memanfaatkan peluang dengan

adanya perkembangan di objek wisata ini, ia mengungkapkan bahwa ;

“ Dulu saya kak ikut-ikutka pergi tangkap ikan sama om ku


kak, masih kuingat itu, pulangku dulu dari cari ikan kuliat hari-
hari banyak orang pergi disini foto-foto, makan-makan, itu

61
omku nasuruhka bikin-bikin usaha parkir sama temani orang
kalau mau naik di tebing jadi kalau ada kudapa‟-dapa‟
kubelanjami sama kukasi tanteku juga yang kutinggali
rumahnya. Saya tidak adami semua orang tuaku kak, jadi
haruska kerja selagi adaji mau dikerjakan, karna tidak bagus do
kalau berharapki sama orang biarpun tinggalja sama om dan
tanteku”.

( Wawancara mendalam, 20 November 2017)

Pukul 15.30-16.15 Wita

Sebagai masyarakat pedesaan, sudah barang tentu dengan

segala kreatifiasnya masyarakat selalu memanfaatkan seoptimal mungkin

potensi alamnya, mulai dari bertani, berkebun, berternak,nelayan, dan

pariwisata. Ketergantungan mereka terhadap lahan sangat kental nuansa

ekonomi maupun sosialnya. Secara ekonomis, lahan dapat menjadi

melakukan aktivitas penunjang atau usaha yang diposisikan sebagai

bentuk memenuhi kepentingan mencari nafkah. ]

Hal ini dapat kita lihat bahwa perkembangan objek pantai

Marumasa ini mendorong masyarakat sekitar objek wisata melakukan

pergesaran okupasi dari pengrajin ke sektor pariwisata. Dimana, setiap

individu berhak untuk melakukan pekerjaan sebagai alat untuk memenuhi

tujuan dan keinginannya Yang melatar belakangi adanya pergeseran

okupasi ini karena pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa

keuntungan yang di dapat lebih banyak pada sektor pariwisata tersebut

sehingga bisa memenuhi kebutuhan hari-harinya


62
b. Perubahan Pendapatan

Berbicara masalah dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata

tentunya sangat besar pengaruh kepada masyarakat sekitar objek wisata

tersebut. Perubahan mendasar dari dampak ekonomi ditimbulkan oleh

kegiatan wisata tersebut terhadap kondisi masyarakat, seperti mialnya

peningkatan pendapatan masyarakat. Dampak dari ekonomi ini terbagi

menjadi dua bagian, yaitu dampak secara langsung, merupakan manfaat

yang langsung dirasakan oleh masyarakat (Vanhove, 2005). Ketika

pengunjung mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan permintaan

terhadap produk dan jasa di tingkat lokal dan pada akhirnya akan

menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal yang bekerja dilokasi

itu. Kedua, yaitu dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal

dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung.

Menurut Sukirno (2006:47) pendapatan adalah jumlah

penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama

satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi

bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Biro

pusat statistik menbedakan pen dapatan menjadi dua yaitu :

1) Pendapatan berupa barang

63
Pendapatan berupa barang merupakan segala penghasilan

yang bersifat regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berupa balas jasa

dan diterimakan dalm bentuk barang atau jasa. Barang dan jasa yang

diterima/di peroleh dimulai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi

atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut.

Demikian juga penerimaan barang secara cuma-Cuma, pembelian barang

dan jasa dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan

pendapatan berupa barang.

2) Pendapatan berupa uang

Berdasarkan bidang kegiatannya, pendapatan meliputi

pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor informal. Pendapatan

sector formal adalah segala penghasilan baik berupa barang atau uang

yang bersifat regular dan diterimakan biasanya balas jasa atau

kontraprestasi di sektor formal yang terdiri dari pendapatan berupa uang,

meliputi : gaji, upah, dan hasil infestasi dan pendapatan berupa barang-

barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi, perumahan, maupun

berupa rekreasi.

Pendapat sektor informal adalah segala penghasilan baik

berupa barang maupun uang yang diterima segala balas jasa atau

kontraprestasi di sektor informal yang terdiri dari pendapatan dari hasil

64
infestasi, pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil bersih usaha yag

dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari hasil kerajinan rumah.

Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama

wistawan tinggal disuatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak

pula uang yang dibelanjakan di daerah atau tempat objek wisata tersebut.

Dengan adanya kegiatan konsumtif ini dari wisatawan yang datang maka

akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata tersebut. Oleh

karena itu, semakin tingginya arus kinjungan wisatawan, maka

pendapatan masyarakat yang melakukan aktivitas usaha di objek wisata

tersebut semakin meningkat.

Seperti yang dikemukakan oleh Bapak AS dan Ibu BD

mengaku bahwa pendapatan yang mereka dapatkan tidak menentu,

apabila hari biasa pendapatan yang dia peroleh beda dengan hari libur,

tapi mereka bersyukur dengan apa yang dia dapatkan karena sudah bisa

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Berikut ini pernyatan Bapak AS

setelah wawancara mendalam sebagai berikut :

“Alhamdulillah Saya sendiri kurasa sekali manpaatnya nak


kalau masalah ekonomi, karna saya dulu itu tidak ada sekali
penghasilanku diluar gaji pensiunku, na ini adami kubelikan
makanan hari-hari. Kalau hari biasa dapatka kadang sekitar Rp.
100.000 per hari, tapi kalau hari libur paling sedikitmi kalau
Rp. 300.000 nak.Inimi sekarang apa yang kudapat disini
bisama kembangkan ini tempat, kah kalau begitu-begitu terusji
pasti bosan pengunjung”.

65
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 13.00- 14.15 Wita

Keberdaan objek wisata pantai Marumasa membawa pengaruh

besar terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekita pantai tersebut.

Seperti yang dikatakan Prakoso (2012) mengakatan bahwa pariwisata

merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh pemerintah untuk

mendapatkan devisa dan penghasilan. Hal tersebut terbukti pada

masyarakat yang berada di sekitar objek wisata pantai Marumasa

mengalami perubahan khususnya peningkatan pendapatan.

Hal yang senada juga di ungkapkan oleh ibu BD sebagai

berikut :

“Kalau hari biasa itu dapatka paling sedikit Rp. 50.000, pernah
juga bulan lalu sama sekali tidak ada kudapat itu hari dek tapi
tetapja berusaha terus, tidak bosan-bosanja kerja. Hari sabtu
sama minggu biasa dapatka Rp. 150.000 karna kalau hari libur
banyak dari daerah datang kesini rombongan jadi disituma juga
dapat banyak untung dek, apalagi saya seringka bermalam
disini. Itumi untuk masalah ekonomi Alhamdulillah sebagian
kita-kita disini adami kemajuan sedikit dek karena semenjak
ada ini pantai adami di dapat-dapat perhari atau perminggu kita
istri-istri disini, bisa meki‟ juga bantu suami kasian.selama
kerjaka yang diliat mata, sekarang kurbaiki rumahku jadi itu
tongmi enakna kalau kerjaki.
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita

66
Untuk memenuhi kebutuhan hidup tentunya

pendapatansebagai pemasukan merupakan sesuaru yang dianggap

penting bagi seseorang. Semakin seseorang memiliki pendapatan yang

tinggi maka potensi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga

semakin tinggi pula. Pengembangan pariwisata dapat dikatakan salah

satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya dan bertujuan

untuk memberikan manfaat terutama bagi perlindungan, pelestarian, serta

pemanfaatan potensi wisata dan jasa lingkungan sumber daya alam

khususnya di wilayah sekitar pantai. Di lain pihak, masyarakat dapat

merasakan manfaatnya secara langsung di sektor kepariwisataan melalui

terbukanya lapangan usaha yang menciptakan kesempatan kerja baru

serta mampu meningkatkan pe;ndpatan bagi masyarakat (Damsar (2009 :

11).

Penyelenggaraan kepariwisataan ini juga ditujukan untuk

meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas, meratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan

daerah, memperkenalkan dan mendaya gunakan objek dan daya tarik

wisata Indonesia serta memumpuk rasa cinta tanah air.

Sejak Desa Darubiah berkembang sebagai obyek wisata yang

ramai dikunjungi oleh para wisatawan, kehidupan masyarakat di sekitar

67
obyek wisata mengalami perubahan yang cukup berarti, karena

pengunjung yang datang ke sana memberikan kontribusi terhadap

perekonomian masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

mendalam yang penulis peroleh melalui informan bernama Bapak AM,

yang sempat mengatakan kepada penulis bahwa:

“Selama begini terus pengunjung nak kalau setiap hari libur,


masyarakat sekitar disini pasti sebagian sudah cukup
meningkat ekonominya dan cukup memadaimi dalam arti
relatif, tapi kalau berbicara ada yang masih kurang pasti juga
ada karna kalau hari biasa tidak seberapaji toh pengunjung
yang datang, kalau hari biasa juga beda-beda pendapatan
sesama penjual, kadang disini ada yang sama sekali tidak ada,
ada juga banyak pengunjungannya karna beda-beda rezeky nya
orang nak” .
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 14.30-15.15 Wita
Hal ini senada dengan kutipan wawancara mendalam dari DY
berikut ini:

“Biasa itu kak kadang adaji juga yang tidak bayar parkirannya,
jadi kalau hari biasa sedikitji yang datang kesini na ada tongmi
tidak bayarki disitumi tidak seberapaji kudapat, tapi seimbangji
karna kalau kuantar orang naik di tebing kan na bayarja ta‟ 2000
per-orang.
(Wawancara mendalam, 20 November 2017)
Pukul 15.30-16.15 Wita
Selain dari pengembangan objek wisata , upaya ang bisa

dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai kesejahtraan hidup salah

satunya dengan beriwirausaha ini akan menciptakan masyarakat yang

mandiri sehingga mampu untuk meningkatkan ekonominya. Berikut ini

68
yang dikemukakan oleh informan Ibu RW bahwa:

“Selamaka kerja disini dek syukurma adami bisa disimpan-


simpan dalam artian meningkatmi sedikit keuangan kasian, karna
saya kerjaka kubantu suamiku cari uang dek, kalau dia ji kerja
apami mau dimakan hari-hari, mana lagi kalau ada kebutuhan
mendadak kasian na tidak ada uang mau meki‟ apa, na itumi
lebih baik usahaka juga‟, mumpung adaji kemauan. Ini dulu
waktu sebelum puasa sama sudah lebaran, banyak sekali
pengunjung setiap hari jadi waktu itu banyak-banyak
pendapatan, itumi hasilnya rencana mau buat villa diatas tebing”
(Wawancara Mendalam,20 November 2017)
Pukul. 10.00-12.00 Wita.

Aktivitas pariwisata akan mempengaruhi model ekonomi

yang ada diwilayah tersebut. Perubahan yang terjadi karena aktivitas

pariwisata sangat berpengaruh pula pada struktur ekonomi masyarakat.

Kesempatan kerja,pendapatan perkapita maupun distribusinya akan

memberikan peluang bagi kepada peningkatan produksi maupun

kesejahteraan masyarakat. Adanya perubahan kondisi ekonomi masyarakat

mendorong komponen-komponen ekonomi untuk merubah lingkungannya

sesuai dengan daya dukung lingkungan, baik dalam bentuk kelembagaan

maupun infrastrukturnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

mendalam yang penulis peroleh melalui informan bernama Bapak AM,

yang sempat mengatakan kepada penulis bahwa:

“Sekarang bagusmi jalan jadi banyakmi orang kesini berlibur,


dulu… itu jalan rusak sekali, susah sekali masuk mobil,
sedangkan kita orang disini jarangki kesini selain itu yang
pergi cari ikan”

69
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 14.30-15.15 Wita

Objek wisata pantai Marumasa sudah banyak mengalami

perubahan misalnya dari segi pembangunannya, yang dulunya tempat

wisata ini dilihat dari sepanjang jalan masuk kawasan pantai Marumasa

masih banyak jalan lubang-lubang, namun sekarang sudah ada perubahan

meskipun belum terlihat begitu sempurna . Selama menajadi objek wisata

pantai yang menjadi popular di mata masyarakat Bulukumba,selain

keindahan pemandangan pantai kawasan Marumasa juga bisa di tempati

untuk wisatawan untuk bakar-bakar ikan karena mudah didapatkan, bisa

dari nelayan setempat bisa pula dari pelabuhan bira.

Ibu NL yang mempunyai beberapa tanggungan dalam

keluarganya ia berusaha bekerja membantu suami dalam memenuhi

kebutuhan hari-harinya, ia mengaku bahwa sebelum melakukan aktivitas di

pantai Marumasa, masalah keuangan sangat terbatas karna apabila

suaminya sakit tidak bisa bekerja maka pendapatan keseharianya tidak ada,

sedangkan yang ia andalkan cuma pendapatan suami saja. Berikut

pernyataan Ibu NL sebagaimana dua pernyataannya yang saling

mendukung satu sama lain sebagai berikut :

“Saya suamiku kalau pulang dari menangkap ikan pergimi


najual dek keliling kampung, jadi pernah dulu kecelakaan sakit
kakiknya berapa hari itu tidak bisa bangun, tidak pergimi cari
uang kasian, jadi yang di andalkan ini tidak adami waktu itu,
70
mana lagi kalau mattennungka sarung ta‟ 1minggu ditunggu
nakasiki orang uang jadi itu tongmi yang ada saja dimakan. Eh
untung itu ada keluarga nasuruhka menjual-jual disini, ada
tongmi didapat hari-hari manna sike‟de (sedikit).
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita

“Disini rata-rata penjual kaya adami langganan masing-


masing kalau dari daerah luar karna kaya saya, langgananku
ada dari Bone,Makassar,Gowa satu hari sebelum kesini itu
menelpon untuk di siapkan makanan, jadi sesuai apa yang
naminta itumi dibuatkan, kaya Ikan bakar. Jadi kalau pergimi
suamiku tangkap ikan diambilkanmi, tapi kalau tidak ada ikan
yang namaui nadapat suamiku, pergika di pelabuhan Bira
belikanki”.
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita

Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan

bahwa dari segi ekonomi ternyata perkembangan pariwisata objek pantai

Marumasa di Desa Darubiah maka dampak perekonomian terlihat dari

aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih

baik, dimana sebelum adanya pengembangan objek wisata pantai

aktivitas masyarakat sekitar objek wisata hanya ibu rumah tangga,

pengrajin sarung yang dalam artian pendapatan yang didapatkannya tidak

dapat tercukupi memenuhi kebutuhan hari-hari mereka, namun dengan

adanya pengembangan objek wisata pantai masyarakat sekitar objek

wisata bisa mendapatkan pekerjaan untuk menambah pendapatan. Dengan

kata lain, berkembangnya pariwisata pada suatu daerah biasanya secara

71
otomatis akan memberikan kontribusi yang positif terhadap masyarakat,

karena dengan perkembangan pariwisata tersebut maka masyarakat dapat

mengambil keuntungan dari para wisatawan yang datang. Sejak objek

wisata berkembang menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh

para wisatawan, tingkat perekonomian masyarakat di sekitar obyek wisata

mulai mengalami peningkatan.

c. Pendidikan

Industrialisasi dalam perspektif sosiologi dipandang menjadi

penggerak utama (prime mover) dari terjadinya perubahan sosial.

Industrialisasi dapat menjadi penggerak utama dari terjadinya perubahan

sosial karena industrialisasi dapat merubah hubungan-hubungan produksi

antar manusia, memberikan efek sosial primer (urbanisasi, mobilitas

horizontal dan vertical). Perubahan kelas sosial sekunder (perubahan

kehidupan keluarga atau lembaga sosial lainnya). Dalam hal ini

pariwisata sebagai bentuk industri modern juga dapat dipandang sebagai

penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakat karena pariwisata

biasanya akan datang pada suatu kawasan / daerah dengan memaksakan

bahasa prinsip dagangannya dan dengan segala jalan akan

membengkokkan nilai-nilai agraris tradisional yang telah ada pada daerah

yang didatanginya.

Perkembangan pariwisata diharapkan dapat membawa

kemajuan bagi masyarakat, baik kemajuan di bidang kehidupan sosial


72
seperti kemajuan pendidikan atau tingkat ilmu pengetahuan. Dan

kemajuan ini diharapkan pula dapat menaikkan atau merubah status sosial

masyarakat.

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan

serta sebagai faktor yang dominan dalam pembentukan sumber daya

manusia yang berkualitas. Pendidikan selain penting dalam mengatasi

dan mengikuti tantangan zaman serta dapat membawa pengaruh positif

dalam berbagai sendi-sendi kehidupan sehingga tidaklah mengherankan

apabila pendidikan senantiasa mendapat banyak perhatian yang lebih.

Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Pada

dasarnya pendidikan itu mengajarkan setiap individu untuk berpikir dan

bertindak mencerminkan dirinya sebagai individu penerus generasi yang

baik. Pendidikan dewasa ini sudah banyak melahirkan berbagai macam

model pendidikan.

Pendidikan yang diselenggarakan pada suatu institusi sosial

yang disebut sekolah dan setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi

sampai akhir peserta didik akan mendapatkan tanda tamat belajar (ijazah)

disebut sebagai pendidikan formal. Sedangkan yang dimaksud pendidikan

non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan

sekolah dan tujuannya adalah menambah pengetahuan dan keterampilan.

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional dijelaskan bahwa jalur pendidikan itu dibagi menjadi


73
tiga bagian yaitu : pendidikan formal, pendidikan non formal dan

pendidikan informal sehingga menimbulkan tiga lembaga pendidikan

pula.

Lingkungan keluarga khususnya orang tua memiliki pengaruh

terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Orang tua akan selalu berusaha

memberikan yang terbaik bagi anaknya, terutama dalm hal pendidikan.

Orang tua selalu berharap agar pendidikan anaknya lebih baik daripada

pendidikan mereka. Hal ini disebabkan karena orang tua beranggapan

bahwa pendidikan yang tinggi akan membuat masa depan anak-anaknya

lebih baik dari pada masa depan mereka. Oleh karena itu, tidak sedikit

orang tua yang banyak lulusan sekolah dasar tapi mampu menyekolahkan

anaknya sampai sekolah menengah bahkan ada yang sampai perguruan

tinggi. Hal ini seesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa

seberapa pun keadaan pendidikan orang tua menginginkan anaknya lebih

tinggi pendidikannya dibandingkan dirinya ( Fauzi Adhim, M 2004:13).

Pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang

terlaksana di dalam keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat

mempunyai peranan yang sangat penting, apalagi di era globalisasi seperti

saat ini. Untuk itu kesadaran masyarakat tersebut dapat tumbuh karena

adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, misalnya saja adalah

peningkatan kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat.

74
Pandangan masyarakat sekitar pantai Marumasa tentang

pendidikan formal yang ada sekarang sudah mulai terbuka. Pada saat

sekarang sudah tidak didapatkan lagi anak-anak yang menginjak usia

sekolah tapi tidak sekolah. Bahkan sekarang sudah ada anak-anak yang

berasal dari daerah sekitar obyek wisata yang sudah menjadi sarjana.

Atau duduk di bangku perguruan tinggi. Semuanya itu tentu saja tidak

terlepas dari adanya peningkatan ekonomi yang dirasakan oleh

masyarakat. Hal ini senada yang dikemukakan oleh Ibu RW sesuai hasil

wawancara mendalam berikut ini :

“Sekarang kalau masalah pendidikan adami perubahan sedikit,


kaya anak-anakku Alhamdulillah sekolah semuaji nak,itumi
ku syukuri karna dulu itu anakku yang ke tiga ini hampir tidak
bisa kukasi lanjut di SMA karna maui sekolah di SMA 1
Bulukumba tapi kubilang dimanaka mau ambil uang biayai
sekolahmu sedangkan ade‟-ade‟mu ini sekolah juga semua, na
kalau ituji pendapatannya suamiku kasian tidak cukupmi nak,
tapi untung itu adami pendapatan tambahan hari-hari dari sini
jadi kubilang pergi meko pale mendaftar nak, itumi luluski jadi
sekolahki sekarang di sana.”
(Wawancara Mendalam, 20 November 2017)
Pukul. 10.00-12.00 Wita.

Hal ini senda dengan kutipan wawancara mendalam dari informan Ibu
NL sebagai berikut :
“Dulu nak hampirma mau pergi merantau Di Malaysia saya
sebelumka kerja disini, karna anakku yang SD 2 orang tidak
mau pergi sekolah kalau tidak dikasi uang jajan na anak-anak
sekarang pergi sekolah itu uang dulu naminta beda sama kita
dulu, ini 1 yang masih kuliah butuh uang pembayaran na tidak
adami uang dipegang, daripada putus sekolahnya anakku

75
banting tulang meki apa ta‟kala kita mo orang tua begini. Itu
suamiku dulu nalarangka pergi itumi na bikinkanma disini
tempat jualan”
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita
Dari keadaan di atas yang diungkapkan oleh Ibu RW dan Ibu

NL diperoleh kesimpulkan bahwa sekarang para orang tua sudah mulai

menyadari mengenai arti penting dari pendidikan anak-anaknya, maka

dari itu mereka bekerja keras membantu suami dalam hal mencari nafkah

karena mereka juga mulai menyadari bahwa dengan pendidikan tinggi

akan dapat lebih menjamin untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik

atau paling tidak dapat hidup lebih baik daripada para orang tua mereka.

Tingkat pendapatan orang tua erat hubungannya dengan

pendidikan anak-anaknya. Untuk dalam menempuh pendidikan anak

tentunya memerlukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan misalnya

bayar uang sekolah, alat tulis menulis, pakaian, buku-buku, uang

transportasi. Bagi keluarga yang pendapatannya rendah tentunya biaya

yang dialokasikan untuk pemenuhan pendidikan anak relaif kecil atau

bahkan tidak sama sekali. Sebagaimana yang dikatakan Mulyanto dalam

Zoel Fikar (2013:29-30) bahwa “Golongan yang berpenghasilan kecil

adalah golongan yang memperoleh pendapatan sebagai imbalan terhadap

kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan

76
kebutuhan pokoknya. Jadi bagaiamana mungkin memenuhi kebutuhan-

kebutuhan lain bila kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi”.

Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah sangat berpengaruh

terhadap perkembangan anak dalam hal pendidikan, apabila kita

perhatikan bahwa dengan adanya orang tua hidup dalam status sosial

ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan

fundamental seperti dalam memperoleh perhatian yang lebih mendalam

pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-

malasah kebutuhan primer kehidupan manusia.

Seperti halnya yang diungkapkan salah satu informan yaitu

Bapak AM yang dianggap sebagai orang yang ditaui di objek wisata

pantai Marumasa, dalam melihat masalah pendidikan mengaku bahwa

dalam hal pendidikan memang sudah ada perubahan karna faktor

ekonomi orang tua yang sudah mulai meningkat, dibandingkan sebelum

adanya perkembangan objek wisata pantai Marumasa tersebut, yang

dulunya pendapatan dominan bisa menghidupi keluarga hanya suami saja

dengan penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan hari-hari,

sekarang istri sudah mempunyai penghasilan tambahan dalam rumah

tangganya. Berikut ini pernyataan Bapak AM :

“Jelas.. ada-adami perubahan,karna dulu orang tua sekitar


disini itu sangat kewalahan sekali kalau kasi sekolah karena
cuma suaminya saja na andalkan kerja itupun sebagai
kebanyakan nelayan na ditauji itu berapa tongji kalau nelayan

77
na dapat. Tapi akhir-akhir ini masalah pendidikan anaknya
sudah baik karna rata-rata anaknya sekolah ji, beda sama tahun
–tahun kemarin ada anaknya mau sekolah na tidak nakasi
sekolah karna faktor ekonomi tidak mendukung toh”
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 14.30-15.15 Wita

Meskipun masyarakat sekitar objek wisata dapat mengatasi

masalah peningkatan pendidikan terhadap anak namun pendidikan

informal terhadap anak juga dibutuhkan dalam perkembangan belajar.

Kesibukan orang tua sebagai pekerja keras yaitu ayah yang dominan

sebagai nelayan dan ibu bekerja di objek wisata pantai marumasa,

menyita waktu untuk keluarga dalam hal perkembangan pendidikan anak.

Mereka menjadi kurang perhatian atau tidak pernah menanyakan ada

pekerjaan rumah atau tidak dan tidak pernah menanyakan ada masalah

dalam pemenuhan kebutuhan sekolah. Hal itu terjadi bahwa orang tua

jarang dirumah

Berkembangnya pariwisata di Desa Darubiah telah membawa

perubahan-perubahan yang cukup berarti bagi masyarakat yang

melakukan aktivitas khusunya di daerah sekitar objek wisata pantai

Marumasa , dalam hal di bidang pendidikan. Dengan perkembangan

pariwisata tersebut telah mengakibatkan adanya peningkatan status

ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat. Peningkatan status sosial

78
ekonomi tersebut, telah mendorong masyarakat terutama penduduk di

sekitar objek wisata untuk lebih meningkatkan pendidikan anak-anaknya.

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak

dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan yang diperoleh anak dalam

keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap

lingkungan. Bantuan orang tua dalam membantu belajar anak dirumah

sangatlah diperlukan, karna disamping keluarga menjadi pendidik yang

utama dan pertama pada anak, disamping itu anak lebih banyak

menghaabiskan waktunya dirumah daripada lingkungan sekolah.

Dari segi ekonomi dapat terlihat bahwa masyarakat sekitar

objek wisata pantai Marumasa dapat menyekolahkkan anaknya, namun

dari sisi lain kita dapat melihat bahwa dengan kesibukan orang tua

mencari nafkah. Kesibukan orang tua khusunya pada ibu dalalam bekerja

dapat meyita waktu untuk keluarga dalam hal perkembangan pendidikan

anak, mereka mejadi kurang perhatian atau tidak mendapat perhatian

penuh dari kedua orang tuanya, dan tidak menanyakan ada masalah dalam

pemenuhan kebutuhan sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu RW

dalam wawancara mendalam sebagai berikut:

“Itumi juga, sibukki kerja cari uang begini tapi anakku


kurang kuperhatikanmi kasian kalau ada tugas-tugasnya, kah
anak-anak sekarang malas sekali belajar dirumah kalau tidak
di suruh belajar, kalau capek meki biasa sudah isya itu tidur
meki”
(Wawancara mendalam, 20 November 2017)

79
Pukul 10.00-12.00 Wita
Hal ini senada yang diungkapkan ibu NL bahwa :

“Kalau masalah belajar dirumah selamaka kerja iya berubah,


karna malam kerjaki bahan-bahan yang mau di jual, tidak
adami waktu cari tau tugasnya anak-anak, tapi kalau ada
waktu biasa kuajar mengajiki”
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita

Dari wawancara diatas dapat kita lihat bahwa , semenjak

adanya perekmbangan pariwisata orang tua khusunya ibu dalam

keluarga, sudah mulai mengalami adanya perubahan menuntun anak

dalam melakukan pendidikan informal. Kesibukan dalam mencai nafkah

sehingga tidak adanya waktu luang.

d. Bentuk perubahan di masyarakat akibat pengembangan objek wisata

pantai Marumasa dari pekerjaan, pendapatan dan pendidikan

1. Perubahan Peran Istri

Pada masyarakat pedesaan sekarang ini, tuntunan kehidupan

saat ini semakin bertambah terutama bidang sosial ekonomi. Semua ini

mengakibatkan status istri tidak lagi sebagai ibu rumah tangga saja

melainkan dituntut peranannya dalam berbagai kehidupan sosial

kemasyarakatan, seperti turut bekerja membantu suami, bahkan untuk

menopang ekonomi keluarga.

80
Dalam perkembangan pariwisata ini dapat dilihat bahwa

beberapa ibu rumah tangga yang melakukan pergeseran pekerjaan.

Terlibatnya istri dalam publik didiorong oleh berbagai motivasi,

menambah penghasilan keluarga merupakan motivasi istri kalangan

ekonomi lemah untuk bekerja mencari nafkah. Saat seorang ibu rumah

tangga memasuki dunia public maka disaat itu pula ia akan disebut

sebagai istri yang melakukan peran ganda.

Pengembangan objek wisata pantai Marumasa menyebabkan

masyarakat sekitar Objek wisata pantai Marumasa pengalami adanya

perubahan termasuk perubahan pada pekerjaan istri. Salah satu bukti

nyata yaitu mengenai peran ganda kaum istri. Di satu pihak, wanita

bekerja dapat berperan membantu mendapatkan penghasilan suami, di sisi

lain dituntut untuk ikut berperan dalam urusan rumah tangga (domestik).

Terbaginya pekerjaan dalam hal ini istri yang sudah memiliki

anak harus mengambil pekerjaan yang tidak menuntut banyak dalam

ragka untuk berhasil menggabungkan pekerjaan dengan tanggung jawab

didalam rumah tangga mereka (Baurgard,2008). Dengan kata lain bahwa

seorang ibu harus cermat membagi waktu yang digunakan untuk

membantu suami mencari nafka Hal ini pun selaras dengan apa yang

telah disampaikan oleh informan BD sebagai berikut :

81
“Sebelumka pergi kerja memasak memangma jadi anak-
anakku sebelum pergi sekolah makan semua dulu, jadi kalau
pergika disini ma bungkusma makan, kah suamiku kalau
pulangmi jual ikan kesinimi makan juga, begitu juga sama
anak-anakku”.

(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)


Pukul 14.15-16.00 Wita.

Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Ibu BD dan Ibu RW


sebagai berikut :
“Kalau saya dirumah jarang sekali ada makan sebelumna pergi
sekolah anak-anak, suamiku juga, siang-siang disini semuaji
makan kah memasakja saya disini, malampi itu baru
dirumahka lagi memasak”
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 14.30-15.15 Wita

Dalam sebuah rumah tangga seorang istri atau ibu rumah

tangga yang baik, sering dinilai motor penggerak keluarga. Berikut ini

yang dingkapkan ibu RW sebagai berikut :

“Kesinika itu saya buka jualan kalau hari biasa jam 10 pi,
selesaipi semua pekerjaan rumah, memasak, bersih-bersih tapi
kalau hari libur tidak sempatma memasak dirumah karna buru-
buru meki kesini, jadi kalau hari libur itu suami sama anakku
kesini semua ji, karna disinika memasak”.
(Wawancara Mendalam, 20 November 2017)
Pukul. 10.00-12.00 Wita.

Berdasarkan wawancara diatas, diperoleh kesimpulan bahwa

meskipun istri ikut mencari nafkah, namun peran yang dipegang istri

sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi suami dan anak dirumah tetap

berjalan, dan melaksanakan perannya sebagai ibu rumah tangga.

82
2. Perubahan Pola Budaya

Masyarakat yang merupakan suatu sistem sosial, secara

disadari atau tidakakan mengalami perubahan. Terjadinya perubahan

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama adanya penerimaan

terhadap unsur-unsur yang baru, seperti beralihnya mata pencaharian

dari ibu rumah tangga, pengarajin, nelayan, pengangguran menjadi

pelayan jasa pariwisata, pedagang. Kedua, menerima adanya akulturasi

yaitu dapat berbaur dengan masyarakat yang datang dari luar

(wisatawan).

Perkembangan pariwisata dapat menimbulkan perubahan

yang berdampak positif dan negatif. Namun, hal yang harus dipikirkan

dan diperhatikan bahwa perubahan yang menimbulkan dampak negatif.

Fakta-fakta yang muncul dari perkembangan pembangunan pariwisata

adalah yang mengakibatkan perubahan sosial dimasyarakat, seperti

perubahan sikap dan tingkat laku yang ditunjukkan oleh angota-angoota

masyarakat. Masyarakat yang tinggal dipedesaan umumnya bermata

pencaharian sebagai petani atau nelayan, pertemuan yang terjadi antara

masyarakat agraris atau nelayan dan sektor kepariwisataan akan

melahirkan perubahan-perubahan yang homogen menuju yang relative

kompleks, baik itu dalam pola tingkah laku ataupun kebudayaan.

83
Untuk mengetahui bentuk perubahan dimasyarakat akibat

pengembangan objek wisata pantai Marumasa dilihat dari pekerjaan,

pendapatan dan pendidikan sebagai berikut :

Perubahan sosial budaya meruapakan berubahnya struktur

sosial pada suatu masyarakat. Perubahan tersebut merupakan gejala

umum yang terjadi sepanjanh masa dalam setiap masyarakat. Secara

sosiologis pariwisata terdiri dari 3 interaksi yaitu interaksi bisnis,

interaksi politik dan interaksi kultural. Interaksi bisnis dimana interaksi

yang kegiatan ekonomi menjadi bisnis materialnya dan ukuran-ukuran

yang digunakan adalah ukuran-ukuran yang bersifat ekonomi. Dalam

dimensi interaksi kultural dimungkinkan adaanya pertemuan antara dua

atau lebih warga dari pendukung unsur kebudayaan yang berbeda.

Pertemuan ini mengakibatkan saling sentuh, saling pengaruh, saling

memperkuat sehingga bisa terbentuk suatu kebudayaan baru.

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang

menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tidak ada masyarakat

yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan

tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Budaya atau adat

istiadat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung dan menjadi

norma dalam masyarakat atau pola-pola perilaku tertentu dari warga

masyarakat.

84
Dari tinjauan observasi peneliti sebelum mengadakan

wawancara kepada informan, diketahui bahwa berbiacara masalah

kebudayaan, masyarakat Desa Darubiah dahulunya sangat

mempertahankan kebiasaannya seperti tolong menolong saat ada acara

misalnya pesta pernikahan, gotong royong sesama masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas hal yang diungkapkan oleh informan Ibu

BD yang sempat mengatakan sebagai berikut :

“Iye‟… masih dilakukanji kebiasaan kalau ada tetangga yang


bikin acara kerumahnya jeki‟ bantu-bantu kaya dulu, jadi
kalau ada acara na hari liburji ganti-gantianka anakku
menjual disini, karna sudah dia taumi juga menjual, nataumi
juga menghitung uang kalau ada yang beli tapi kalau hari
sekolah terpaksa kututupki dulu disini.”
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita

Adanya perubahan dari hasil peningkatan pendapatan

masyarakat sekitar objek wisata pantai Marumasa sehingga dapat

menyekolahkan anaknya. Dampak yang dapat dilihat bahwa dari segi

pengetahuan anak yang semakin maju mampu membantu orang tua

mencari nafkah. faktor yang mendorong perubahan dapat kita lihat dari

Desa Darubiah salah satunya ialah pola pendidikan yang sudah maju

Soekanto (2007:287). Hal yang senada diungkapkan ibu NL :

“Tetap jeki baku datangi kaya kalau ada yang bikin acara

tetangga atau keluarga,biarki cari uang tetapji baku bantu

85
orang disini, mau tidak mau biasa kututupki disini, kalau ada

waktu biasa siang-siang kesinima lagi bukaki tapi kalau hari

libur banyak pengunjung suamiku sama anakku yang jaga

dulu”

(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)


Pukul 10.00-12.00 Wita
Berdasarkan uraian dari informan diatas dapat kita simpulkan bahwa

mengenai masalah perubahan dari segi kebiasaan,silaturahmi masyarakat

sekitar objek wisata masih terjaga, dan belum mengalami perubahan.

Hal ini senada yang diungkapkan Bapak AS sebagai berikut :

“Disini kalau ada acara mangali-aliki kalau tidak datangaki,


jadi saya kalau ada acara pengantin, orang meninggal atau
orang sakit begitu terpaksa tidak kesinika‟, ituji keponakanku
menjaga disini”
(Wawancara mendalam, 24 Desember 2017)
Pukul 13.00- 14.15 Wita
Selain masalah kebiasaan adat istiadat, dalam

pariwisata terdapat pula dampak yang ditimbulkan disuatu daerah

terhadap sosial budaya sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima

pengaruh dengan cepat tanpa adanya penyaringan yang ketat terhadap

kedatangan wisatawan, salah satu hal adalah dimana daerah yang dituju

merupakan daerah yang lemah dalam bidang ekonomi, dengan

sendirinya akan mengikuti perkembangan zaman dan merubah tatanan

86
perekonomian sendiri, misalnya mata pencaharian semula mereka

lakukan secara tradisional dan meninggalkan menjadi lebih modern. Hal

ini seperti yang diungkapkan ibu BD sesuai dengan wawancara

mandalam sebagai berikut :

“Tidak pernahma mattennung sarung, karna hari-harima


disini menjual, jadi kalau ada yang datang suruh buat tidak
kita terimami karna tidak ada waktu kerjaki”
(Wawancara mendalam, 17 Desember 2017)
Pukul 14.15-16.00 Wita.

Hal ini senada yang diungkapkan oleh ibu RW sesuai dengan hasil
wawancara bahwa :

“Tidak bisa meki mattennumg itu nak kalau kerja meki begini
apa kalau begituan harus peki hari-hari kerjaki”.
(Wawancara mandala, 20 November 2017)
Pukul 10.00-12.00 Wita

Berdasarkan wawancara diatas, diperoleh kesimpulan bahwa

secara tidak langsung perkembangan pariwisata selain memberikan

dampak positif terhadap masyarakat, juga memberikan dampak negatif.

Pariwisata yang tidak terkontrol dapat merubah ekpresi atau

mengikisnya kebudayaan lokal agar sesuai dengan kebutuhan aktivitas

pariwisata, dimana masyarakat meninggalkan pekerjaan pengrajin

sarung yang dikenal sebagai salah satu ciri khas di daerah tersebut demi

mendapatkan pendapatan yang lebih di sektor pariwisata.

87
88
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari

pembahasan data dan informasi yang telah diperoleh di lokasi penelitian,

maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini dalam rumusan

masalah yang dianggap penting yang bisa disimpulkan dari hasil dan

pembahasan penelitian di atas yaitu sebagai berikut:

1. Dengan adanya pengembangan pantai dan bertambahnya

pengunjung di jadikan sebagai objek wisata di Desa Darbiah,

perubahan struktur sosial ekonomi yang dirasakan oleh

masyarakat khususnya disekitar objek pantai, masyarakat

merasakan adanya lapangan usaha yang dapat dimanfaatkan

penambahan pendapatan dari bidang parawisata yaitu membuka

jasa pelayanan seperti membuka warung makanan, pemandu

wisata, jasa parkir, selain itu masyarakat juga menjual pakaian

khas Bulukumba.

2. Peningkatan pendapatan mempunyai pengaruh besar terhadap

masyarakat sekitar objek wisata pantai Marumasa, yaitu dalam

bidang pendidikan anak-anaknya, dimana sebelumnya orang tua

89
yang mempunyai banyak anak merasakan sangat sulit untuk

menyekolahkan anaknya.

3. Bentuk perubahan yang terjadi di Desa Darubiah dilihat dari

pekerjaan, pendpatan dan pendidikan yaitu : Kebiasaan yang

begitu kuat di Desa Darubiah khususnya sekitar objek wisata

pantai Marumasa sehingga sangat sulit untuk untuk diubah

maupun ditinggalkan serta mengikisnya kebudayaan karna adanya

pergeseran pekerjaan, dimana meninggalkan ciri khas dari derah

tersebut pengrajin sarung menjadi pedagang.

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini mengenai struktur

sosial ekonomi masyarakat sekitar objek wisata pantai Marumasa Desa

Darubiah maka disarankan sebagai berikut :

1. Kepada aparat pemerintah khususnya Dinas Sosial Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bulukumba agar lebih memperhatikan

perkembanan lokasi wisata di Desa Darubiah Kecamatan

Bontobahari agar dapat mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat

untuk meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik.

2. Wisatawan yang berkunjung diharapkan lebih menjaga kebersihan

lingkungan agar tetap terjag kelestarian lingkungan.

90
3. Wisatawan yang telah berkunjung diharapkan untuk dapat

menceritakan kembali mengenai keindahan alam kepada teman,

saudara, relasi, dan lain-lain.

4. Masyarakat hendaknya dalam pengembangan dan pengelolaan objek

wisata lebih memperhatikan dalam usaha kelestarian lingkungan.

5. Kepada Masyarakat Desa Darubiah khusunya di sekitar objek wisata

pantai Marumasa agar tidak terlalu mengikuti atau meniru wisatawan

atau pengunjung yang datang, tetap menjaga kebudayaan adat

istiadat, kebersamaan, silaturahmi sesama penjual karna itu dapat

menjadi daya tarik.

91
DAFTAR PUSTAKA

Abercrombien,N, 2010, “Kamus Sosiologi” Terjemahan, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Andi Mappi Sammeng, 2001, “ Cakrawala Parawisata”, Jakarta: Balai


Pustaka

Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan


Daerah dari Sektor Pariwisata”, Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro

Arikunto ,Suharsimi, 1993, “Manajemen Penelitian”, : Jakarta : PT.Raja


Grafindo Persada

Bachtiar,Wardi, 2013 “Sosiologi klasik dari Comte Hingga Parsons”


Bandung : Remaja Rosdakarya

Chaney, David. 2003 “Lifstyle” Jakarta :PT Raja Garfindo Persada

Cohen , B.J, 1979. “Introduction to sociology”. New York :

Mc.Graw

Hill BookDamanik, Janianton dan Weber, 2006. “Perencanaan Ekowisata


dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta : PUSPAR UGM

Goffman, Erving. 1959.” The Presentation of Self in Everyday Life”.


Jakarta ; Erlangga

Fendeli, Chafid dan Mukhlisom, 2000 ”Pengusaha Ekowisata”.


Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Gadjah Mada

Haryatmoko. 1986. Manusia dan Sistem : Pandangan tentang manusia


dalam Sosiologi Talcott Parson. Yogyakarta : Kanisius

Jalal,Fasli dan Dedi Supardi,2001, “Reformasi Pendidikan Dalam


Konteks Ekonomi Daerah”, Yogyakarta :Adicitra Karya Nusa

92
Kurniawati, Erna. 2002. “Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap
Perubahan Struktur Masyarakat di Kawasan Obyek Wisata
Parangtritis”. Surakarta : FISIP UNS

Lauer, Robert H, 2003, “Perspektif Tentang Perubahan Sosial”, Jakarta:


Rineka Cipta

Lexy J. Moleong,2007,”Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung Remaja :


Rosdakarya

Mill, Robert Christine,2000, “Tourism The Internasional Business”,


Jakarta: PT Grafindo Prrsada

Nazzir Nasrullah,2008, “ Teori-Teori Sosiologi”, Bandung: Widya


Padjajaran

Nyoman S.Pendit,2006,“Ilmu Parawisata(Sebuah Pengantar Perdana)”.


Jakarta : PT Pradnya Paramita

Pitana,Gede, 2005,”Sosiologi Parawisata”. Yogyakarta: Andi


Yogyakarta

Poloma, Margaret. 2000. “Sosiologi Kontemporer”. Jakarta :Rajawali


Press

Ritzer, George. 2003. “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma


Ganda”. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Soekanto,Soerjono.2012 ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta : Rajawali


Pers

S, Wojowasito, 1997, “Kamus Umum Lengkap”, Bandung : Pengarang

Soeranto,1995,” Metode penelitian”. Yogyakarta : UUP AMP YPKN

Sugiyono.2009, “Metode Penelitian Kulitatif dan Kuantitatif dan R&D”.


Bandung : Alfabeta

Sandra dan Sunarti.2007. “ Analisi Dampak Pembangunan Pariwisata


Pada Aspek Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat: Studi
Kasus PadaDesa Wisata Bejiharjo.Malang. Vol . 49 No.2

93
Willie Wijaya, 2004, “ Kamus Lengkap Inggris-Indonesia” Semarang :
Bintang Jaya

Yoeti, Oka A. 1996.“Pemasaran Pariwisata”. Bandung: Angkasa

Sumber Lain :

Http://Subadra./ Wordpress.com/20070826/BaliTourismwatch/PERAN-
MASYARAKAT-LOKAL-DALAM-PEMBANGUNANm
PARIWISATAran

http;//www.docstoc.com/docs/22044104/PERUBAHAN-SOSIAL-DARI-
PEMBERDAYAAN-KOMUNITAS-DALAM-PENYEDIAAN

http: Elearen. Ibrahim.bpplsp-reg5.go.id

94
LAMPIRAN 1 :

PETA LOKASI PENELITIAN

95
LAMPIRAN 2 :

PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Informan

1.Nama Lengkap : ..................................................


Umur : ..................................................
Alamat : ..................................................
Hari/ Tanggal wawancara :…………………………………..

B. Indikator Pekerjaan ,Pendapatan, dan Pendidikan

2.. Sebelum bekerja di objek wisata ini, apa pekerjaan anda ?

3. Apa yang mendorong Anda memilih untuk bekerja di objek wisata pantai
Marumasa ini ?

4. Menurut Anda, bagaimana dengan pendapatan yang didapatkan sehari-hari ?

5. Setelah anda bekerja di objek wisata pantai ini, dari segi ekonomi, apa saja yang
Anda rasakan ?

6. Menurut anda, apakah ada perubahan pendidikan anak-anak sekarang setelah ada
objek wisata pantai Marumasa ?

C. Indikator Bentuk perubahan Masyarakat

7. Sebagai istri yang mempunyai tanggung jawab mengurusi anak dan


suami,bagaimana dengan pekerjaan anda dirumah setelah bekerja di objek wisata
pantai marumasa?

8. Setelah anda bekerja di objek wisata pantai Marumasa, bagaimana dengan


kebiasaan-kebiasaan sebelumnya dengan keluarga atau tetangga?

9. Bagaimana dengan pekerjaan anda sebelumnya, apakah masih tetap dilanjutan atau
tidak?

96
LAMPIRAN 3 :

DOKUMENTASI FOTO DI LAPANGAN

(Keterangan : Melakukan Wawancara dengan informan )

97
(Keterangan: Pengunjung yang datang ke pantai Marumasa)

98
(Keterangan : Keindahan Pantai Marumasa )

99
LAMPIRAN 4 :

RIWAYAT HIDUP

UMI PURNAMA SARI dilahirkan pada tanggal 03 April

1996 di Bulukumba, anak keempat dari lima bersaudara

pasangan Muhtar Malik,S.Pd,M.M dan Megawati, A.Md.Pd.

Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 26 Matekko pada

tahun 2002 dan lulus pada tahun 2008, kemudian

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Gantarang dan

lulus pada tahun 2011. Selanjutnya melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 8

Bulukumba dan berhasil lulus pada tahun 2014 sebagai siswa Jurusan IPS. Pada

tahun 2014 diterima sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, melalui jalur SNMPTN (Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis

menjadi Anggota Kemasos Fisip.

100

Anda mungkin juga menyukai