Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mesin mixer merupakan salah satu dari berbagai jenis mesin yang
digunakan untuk mencampur berbagai jenis material, penggunaannya di bidang
industri maupun penelitian. Penggunaan mixer internal atau dua buah rol pada
proses pembuatan komposit yang masih bisa menimbulkan resiko degradasi
terhadap komposit itu sendiri, namun pada hal ini dapat diperbaiki dengan
melakukan suatu metode yang biasanya dikenal melt-mixing pada material.
Proses pencampuran dua atau lebih material sangat dipengaruhi oleh
beberapa parameter proses seperti kecepatan pengadukan,komposisi maupun
temperatur. Kualitas pencampuran jika menggunakan metode yang lama diukur
karakteristik fisis campuran seperti densitas, berat rata-rata partikel dan ukuran
masing-masing komponen dapat digunakan untuk mengukur seberapa random
campuran yang melakukan simulasi perubahan kualitas campuran selama proses
mixing menyatakan bahwa pada sistem butiran akan terlihat jumlah butiran yang
paling banyak maka akan memperlihatkan kualitas campuran yang kurang baik
bila dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen yang lebih sedikit.
Kecepatan sebagai salah satu parameter pengadukan akan mempengaruhi
sifat mekanik material yaitu seperti pada gel yang berasal dari polysacarida
kecepatan pengadukan ini akan mempengaruhi porositas dan juga terbentuknya
gelembung udara, pada material ini kecepatan pengadukan tinggi lebih disukai
karena akan menghasilkan modulus yang lebih tinggi. Selain kecepatan
pengadukan pada beberapa material seperti concrete memperlihatkan bahwa
waktu pengadukan akan adanya waktu yang lebih lama mengakibatkan penurunan
terhadap kekuatan kompresi material yang terlibat di dalamnya (Sulaiman,2016).
Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga
mixer tersebut menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Mixer
terdapat dua jenis yang berdasarkan jumlah propeller (turbin), yaitu mixer dengan
satu propeller dan mixer dengan dua propeller. Mixer dengan satu propeller
adalah mixer yang biasanya digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah dan
sedangkan mixer dengan dua propeller umumnya diigunakan pada cairan dengan
viskositas tinggi. Hal ini dikarenakan suatu propeller tidak akan mampu
mensirkulasikan keseluruhan massa dari bahan pencampur (emulsi) yang di pakai,
selain itu ketinggian emulsi bervariasi dari waktu ke waktu yang dibutuhkan.
Operasi mixing selalu mempunyai multi fungsi yaitu ketika proses dilakukan di
dalam tangki berpengaduk mekanis, pengaduk menjalankan banyak tugas.
1. Pengertian Pencampuran
Pencampuran adalah suatu proses yang akan menyebabkan tercampurnya
bahan ke bahan lainnya dimana bahan tersebut terpisah dalam fasa yang berbeda.
Suatu pencampuran merupakan sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan
dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, sementara itu
tidak ada perubahan fisik dalam suatu pencampuran, sifat kimia suatu
pencampuran yaitu seperti titik lelehnya dapat menyimpang dari komponennya.
Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.
Tujuan dari proses pencampuran yaitu mengurangi ketidakrataan dalam
komposisi, temperature atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan atau
terjadinya homogenisasi, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran.
Dampak dari hasil pencampuran tersebut adalah terjadinya keadaan serba sama,
terjadinya reaksi kimia, terjadinya perpindahan panas, dan perpindahan massa.
Dampak tersebut merupakan tujuan akhir dari suatu proses pencampuran.
Reaktor alir pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor
aliran turbular. Reaktor-reaktor tersebut memiliki persamaan diferensial biasa,
dimana pemecahan persamaan tersebut dapat diselesaikan jika boundary
condition diketahui. Model reaktor alir pipa digunakan untuk berbagi jenis fluida,
seperti cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran turbulen dan difusi aksial
menyebabkan pencampuran arah axial pada berbagai reaktor namun pada reaktor
alir pipa kondisi ini memiliki efek yang kecil dan diabaikan. Pada kasus model
reaktor alir pipa yang paling sederhana. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua
asumsi ini perlu, namun pemindahan asumsi ini menambah kerumitan masalah.
Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda serta reaksi yang
akan melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitas fluida itu sendiri.
Proses reaksi awal bahan baku pada PT.Petrokimia Gresik adalah liquid
(cair) antara Asam Fosfat (H3PO4) dengan Amonia. Pada proses ini Asam Sulfat
dinetralkan dengan Amonia hingga mencapai nisbah MR (Mol Ratio) antara 1-1,8.
Nilai tersebut bergantung dari grade yang diinginkan. Proses netralisasi ini
berlangsung di dalam reaktor pipa (pipe reactor) yang dipasang sedemikian rupa
sehingga slurry (campuran amoniak dan asam fosfat) yang dihasilkan langsung
tertuang ke dalam granulator. Temperatur slurry berkisar antara 120-150 0C.
Sistem pengoperasian pada reaktor jenis ini adalah dengan cara reaktan di
injeksikan kedalam lintasan tengah reaktor pipa tersebut, sementara itu gas inert
disalurkan melalui dinding pipa reaktor tersebut. Disini akan ada asumsi bahwa
hanya pada dasar pipa yang akan terdapat endapan, endapan yang terdapat pada
dasar pipa ini disebabkan oleh karena adanya kondisi pipa yang panas. Dengan
mengetahui kondisi operasi dari proses ini dan mengetahui spesifikasi reaktor.
Untuk reaksi heterogen, misalnya antara bahan baku gas dengan katalis
padat umumnya menggunakan model reaktor alir pipa. Katalis diletakkan pada
suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan baku seperti air melewati
sela-sela pasir pada saringan. Asumsi yang digunakan adalah tidak ada perbedaan
konsentrasi pada tiap-tiap komponen yang terlibat di sepanjang arah jari-jari pipa.
Reaktor alir pipa mempunyai ketinggian volumetrik pada unit konversi,
dapat digunakan pada jangka waktu yang lama dan kecepatan transfer panas dapat
dioptimasikan dengan menggunakan banyak tube tipis atau sedikit tube yang lebih
tebal yang disusun sejajar. Kerugian reaktor pipa alir ini adalah suhu yang sangat
tinggi pada pipa yang dapat menghasilkan kemiringan suhu yang tidak diinginkan
sehingga pemeliharaan reaktor alir pipa juga lebih mahal dibandingkan dengan
pemeliharaan reaktor Continous Stirred Tank Reactor (CSTR).
Pada Unit SP-36 di PT.Petrokimia Gresik, asam fosfat dan asam sulfat
dicampur dalam mixing tank menjadi mix acid. Sedangkan phosphat rocks dari
gudang dialirkan dari gudang ke ball mill melalui belt conveyor untuk
dihancurkan, setelah halus dimasukkan ke silo. Phosphat rocks yang telah halus
dimasukkan ke dalam cone mixer (R201) untuk dicampur dengan mix acid.
Setelah terjadi pencampuran, kemudian dialirkan melalui conveyor sehingga akan
mengalami penguapan secara alami dan terjadi perubahan dari slurry menjadi
plastis lalu menjadi solid. Produk tersebut untuk selanjutnya akan dikirim ke unit
granulasi untuk diubah menjadi butiran dan menuju dryer untuk menurunkan
kadar H2O dan kemudian menuju ke mesin screen untuk mengalami pemisahan
antara ukuran butirsn yang over size, under size dan standar.
Ukuran yang memenuhi standar, akhirnya menuju gudang untuk
melakukan pengantongan. Sementara itu, ukuran yang belum memenuhi syarat
(over size dan under size) akan dimasukkan kembali ke granulator untuk
mengalami proses dan begitu seterusnya, sehingga siap untuk di pack di dalam
gudang. Yang umum ditemui yaitu kneader yang berbentuk sigmoid yang
berputar didalam suatu can atau vessel dengan berbagai kecepatan. Prinsip dari
alat ini (double cone mixer) adalah disamping mencampur juga mengadon yaitu
membagi, mematahkan dan selalu membuat luas permukaan yang baru.
Berbeda dari continous stirred-tsnk reactor (CSTR), umpan steril pada
reaktor alir pipa secara otomatis menunjukkan konsentrasi nol biommasa pada
aliran plug flow yang mencegah sebagian fluida berpindah sepanjang pipa.Untuk
reaksi tunggal dengan kinetika biasa, reaktor alir pipa memiliki konversi substrat
yang tinggi dan konsentrasi produk tinggi daripada CSTR untuk volume setara.
Kebalikannya jika kinetikanya merupakan autocatalytic (laju reaksi yang
tinggi seiring dengan berkurang konsentrasi substrat). Proses mikrobial, reaktor
alir pipa biasanya terdiri dari effluent konsentrasi produk yang besar. Tetapi
syaratnya adalah inokulasi terus-menerus dan sulit pada proses pertukaran gas.
Pertumbuhan eksponensial mikrobial, CSTR lebih efisien dari reaktor alir pipa.
Pada industri PT. PUSRI unit pengolahan air (Water Treatment Plant) merupakan
salah satu unit utilitas yang berfungsi untuk mengolah air Sungai Musi menjadi air
bersih. Air digunakan sebagai air umpan boiler dan air pendingin.Unit pengolahan
air (water treatment plant) terdiri dari beberapa sistem yaitu, penjernihan
(Clarification), penyaringan (filtration), pembilasan (wash water recovery
system), penghilangan lumpur, dan penghilangan mikroorganisme.
1) Penyaringan zat padat terapung
Air dari Sungai Musi sebelum dikirim ke sistem utilitas, dipisahkan dari
kotoran yang berupa zat padat terapung dengan cara memasang penyaring di
sekitar Suction Pump. Kualitas dari air sungai yang akan diolah dapat diketahui
dengan analisa harian berdasarkan parameter pH, turbidity, dan SiO2.
2) Premix Tank
Sebelum air sungai memasuki tangki ini, pada pipa inlet terlebih dahulu
diinjeksikan beberapa bahan kimia, antara lain : Larutan Alum (Al2(SO4)3.xH2O),
berfungsi untuk membentuk floc melalui proses koagulasi dan flokulasi. Larutan
CausticSoda (NaOH), berfungsi untuk mengatur pH air sungai karena diperlukan
kondisi pH 5,8–6,2 pada system pembentukan floc.Coagulant aid (Sparant),
berfungsi untuk membantu proses koagulasi. Dan larutanChlorine (Cl2), berfungsi
untuk membunuh bakteri, jamur, lumut dan mikroorganisme yang terdapat dalam
air. Untuk mempermudah penginjeksian, masing-masing bahan dilarutkan terlebih
dahulu di tangki pelarut dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan Chlorine akan
dipanaskan dengan Heater menjadi difase gas. Premix Tank adalah tangki baja
dengan diameter 6,7 m, tinggi 4,57 m, dan kapasitas 98 m3. Premix Tank dapat
menampung air sungai lebih banyak yang telah diinjeksikan dengan bahan-bahan
kimia di atas dengan debit air yang cukup kuat yaitu 600 m3/jam.
Premix Tank dilengkapi dengan pengaduk yang berkecepatan lambat
agar tidak terjadinya pengendapan dan pencampuran antara air sungai yang kotor
dengan bahan-bahan kimia tersebut dan dapat berlangsung secara sempurna. Jika
pengaduk Premix Tank rusak maka sebagai penggantinya akan digunakan udara
yang dialirkan melalui 4 buah pipa yang telah dipasang pada sisi-sisi yang
berbeda dari Premix Tank tersebut dan dapat menampung air yang cukup banyak.
3) Clarifier/Floctreator
Air yang telah diinjeksi dengan bahan kimia siap diendapkan dengan
cara flokulasi pada Floctreator. Floctreator ini berdiameter 27,44 m, tinggi 6,4 m,
dan terbuat dari beton serta dilengkapi pengaduk. Floctreator berfungsi untuk
menjaga pembentukan floc dan mengendapkan partikel floc serta memperhatikan
pembentukan lapisan lumpur (sludge blanket) dengan pengadukan secara pelan.
Di dalam Clarifier terdapat pembuangan untuk sludge (sludge blowdown), selain
itu terdapat back flash yang berfungsi untuk mengalirkan air ke sludge blowdown
sehingga tidak adanya penyumbatan. Air dipisahkan melalui overflow.
Pemisahan padatan tersuspensi di dalam clarifier dilakukan berdasarkan
prinsip gravitasi dengan cara mengaduk campuran dengan speed agitator
menggunakan motor pada kecepatan putar tinggi agar larutan alum dapat
terdistribusi merata sehingga padatan tersuspensi akan turun ke bagian dasar
clarifier karena perbedaan massa jenis. Pada bagian bawah clarifier, terdapat rake
agitator dengan motor yang berfungsi untuk meratakan endapan lumpur. Pada
bagian atas clarifier terjadi overflow aliran air bersih yang selanjutnya akan
dikirim ke dalam tangki penampung, clear well melalui distributor yang
berjumlah 12 buah. Clear well berfungsi sebagai tempat penampcungan air
sementara. Di dalam clear well, air bersih tersebut akan ditambahkan caustic
postdose untuk dapat mengatur pH air pada rentang 6,5 – 7,5.
Clarifier merupakan reaktor inti dalam proses pengolahan air, khususnya
penghilangan partikel koloidal dalam air, dimana proses sedimentasi dari partikel
terflokulasi terjadi didalamnya. Aliran melalui media berbutir mempunyai pola
aliran yang berkelok-kelok dan kecepatan yang bervariasi, yang memungkinkan
lebih sering terjadinya benturan antar partikel koloid yang terdestabilisasi oleh
koagulan, sehingga flokulasi akan lebih efektif. Selama proses clarification,
dihilangkan juga water hardness (air keras) yaitu garam kalsium dan magnesium
yang larut dalam air. Hardness dapat dikurangi dengan jalan mereaksikan zat- zat
kimia yang akan mengendapkan hardness tersebut. Air bersih hasil pengendapan
dipisahkan melalui over flow di bibir clarifier dan endapannya dibuang
(blowdown) melalui bagian bawah clarifier. Kualitas air pada clarifier dapat
dikontrol di outlet clarifier dengan parameter pH antara 5,5 sampai dengan 6,2
kadar klorin 0,3 sampai dengan 1,5 ppm dan turbiditas kurang dari 5 ppm.
Keberhasilan proses operasi kimia tergantung pada efektifitas
pencampuran dan pengadukan dari fluida. Pengadukan yang dilakukan akan
menyebabkan suatu material akan bergerak secara spesifik, sedangkan
pencampuran adalah pendistribusian yang acak dan melalui satu atau yang lainnya
dari dua atau lebih fase. Aplikasi pencampuran yang paling umum mengandalkan
arus atau aliran untuk mencapai hasil proses yang diinginkan. Aplikasi ini dikenal
sebagai pengendalian arus, meliputi blending, suspensi solid, perpindahan panas.
Blending atau homogenisasi liquid blending dua atau lebih cairan adalah untuk
mendapat campuran homogen merata disemua titik di dalam tank.
Peralatan pencampuran merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pencampuran, tidak hanya menentukan pada derajat homogenitas yang dapat
dicapai, tetapi peralatan pencampuran juga mempengaruhi perpindahan panas
yang terjadi. Penggunaan peralatan yang tidak tepat dapat menyebabkan konsumsi
energi berlebihan dan tentunya akan merusak produk yang dihasilkan. Salah satu
peralatan yang menunjang keberhasilan pencampuran ialah pengaduk. Peralatan
yang digunakan pada operasi gas-liquid diantaranya sparged dan agitated vessel
serta bermacam-macam tipe tray tower, dimana fase gas terdispersi ke dalam
gelembung-gelembung gas ataupun foam. Tray tower merupakan jenis yang
terpenting, karena dapat menghasilkan counter current dan multi stage contact.
Double cone mixer merupakan alat pencampur yang cocok untuk bahan
halus dan rapuh. Penggunaan energi dalam pencampurannya kecil. Untuk
spesifikasi allat ini adalah kapasitas alat ini dari 2 sampai 100.000 liter dan
muatannya bekerja secara otomatis. Keuntungan dari double cone mixer ini adalah
mudah digunakan untuk pencampuran berbahan halus dan higienis serta bersih.
Fluid mixer biasanya didesain dengan mengaplikasikan dua ilmu
keteknikan sekaligus, yaitu ilmu kimia dan mekanika. Proses mixing
menggunakan impeller sebagai mixer yang akan mencampurkan dua fase atau
lebih yang terpisah. Langkah pertama dalam mendesain fluid mixer yaitu
melakukan proses desain berdasarkan perspektif ilmu kimia yang berpengaruh
pada konfigurasi impeller, kecepatan pengadukan, dan temperatur mixer.
Tidak seperti unit pengoperasian yang lainnya. Ada dua macam impeller
pengaduk, yaitu impeller aliran-aksial (axial-flow impeller) dan impeller aliran-
radial (radial-flow impeller). Impeller jenis pertama membangkitkan arus
sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua membangkitkan
arus pada arah tangensial atau radial. Propeller merupakan impeller aliran aksial
berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah. Arus mengalir melalui zat
cair. Kolom zat cair yang berputar dengan gerakan yang sangat turbulen itu
meninggalkan impeller dengan membawa ikut zat cair stagnan. Pengaduk aliran
aksil yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu putaran.
Pengaduk aliran radial menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan radial.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, F. S., Djaeni, M., Istadi. 2009. Optimasi Waktu Proses Pencampuran Bahan
Butiran Padat dalam Screw Mixer. Jurnal P&PT. Vol. 7(2): 583-588.
Harsono, dkk. 2010. Laporan Kerja Praktek Departemen Produksi I PT.
Petrokimia Gresik Periode 4 Januari 2010 - 26 Februari 2010.
Herliati.2005. Aplikasi Mixing Di Industri (Reaktor Tanki Berpengaduk). Jurnal
Vol 3(1): 22-25.
Sulaiman, F. 2016. Mengenal Industri Petrokimia. Jakarta: Untirta Press
Wahid, A. R., Mulyaningsih, N., Salahudin, X. 2017. Analisa Mesin Mixer
Horizontal Dengan Variasi Putaran dan Waktu pengadukan. Jurnal.
Vol 1(1): 45-55