Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS WAHAM

2.1 Konsep Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat
terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktifitasnya
sehari-hari.

2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi dua:
1) Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang
akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang
menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stress akut yang berkaitan,
dan tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2) Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan gejala
negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu
satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham
dan halusinasi.

2.1.2 Depresi
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan,
proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan prilaku lamban yang
terkesan malas (trias depresi).
2.1.3 Panik

1
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien
merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai dengan keluhan
fisik atau aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat
diobati.
2.1.4 Ganngguan Penyesuaian
Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.
2.2 Konsep Masalah Waham
2.2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).

2.2.2 Proses Terjadinya Waham

Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia
ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

2
Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya menyebabkan


klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap


bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang

3
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.3 Asuhan Keperawatan Masalah Waham

2.3.1 Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar
proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan
pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya
meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.

2. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.

3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan


jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:

4
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan
dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-
anak.
 Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk.
4. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.

5. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri

 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian


yang disukai dan tidak disukai.
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki / perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.

5
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
 Status mental
 Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

 Kebutuhan persiapan pulang


 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh
klien.
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat.
 Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien
mengenai masalah yang dimiliki klien.
 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6
6. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1) Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan


khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh :
“Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho.” Atau “Saya punya
tambang emas”.

2) Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang


berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan
hidup saya karena iri dengan kesuksesan saya.”

3) Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara


berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh:
“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih,
setiap hari.”

4) Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu


terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.

5) Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di


dunia/meinggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.

7
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk

mengkaji pasien dengan waham:

1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang


diungkapkan dan menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh


dan tidak nyata?

4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh


orang lain atau kekuatan dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau


kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang


diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak,
atau menerima keyakinan pasien.

8
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari


hasil pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan


waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

1) Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Rencana Keperawatan:

1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan


waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

9
2. Bantu orientasi realita.

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa


memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.

e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien,


menjelaskan hal yang sesuai realita).

f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan


realita.

3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang
menyangkut masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan
dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama
ini tidak tercapai.

4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional


pasien.

5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu
dan saat ini.

6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas


yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya
menggambar, bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.

10
8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita
seperti cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang
mendatangkan uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.

9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan
efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).

10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
klien, cara merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan
keteraturan pengobatan serta lingkungan yang tepat untuk klien.

2) Intervensi dan Rasional

1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan


dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran


hubungan interaksinya.
Rencana :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

11
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka


akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat
bagi klien dari pada hanya memikirkannya.
Rencana :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi


perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman
dan aman.
Rencana :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungki

12
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

d. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu


lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.
Rencana :
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan


mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek
samping obat.
Rencana :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan


mambentu proses penyembuhan klien.

13
Rencana:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang
: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan
follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri


rendah.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :
 Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan
kriteria evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.
 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain.
a. Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat
mengenali tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga
memudahkan perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama
penyebab prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri
dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang
dilakukan.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan
dengan orang lain.

14
2.3.4 Evaluasi

1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya
(waham) saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

15
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN
WAHAM

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang


tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di
Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu
perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”

“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :

“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”

“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R
rasakan?”

“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri pak R sendiri?”

“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”

“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”

“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”

16
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”

“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”

“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit
karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

TERMINASI :

“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”

“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”

“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”

SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekannya.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”

“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”

“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

KERJA :

17
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”

“Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.”

“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?”

“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”

“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak R ini.
Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”

“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan


kemampuan pak R?”

“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah
kita buat ya?”

“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”

“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju
pak?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum, setuju?”

SP 3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak R.”

“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”

18
“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R
minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”

“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit
saja?”

KERJA:

“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”

“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari,
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”

“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”

“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama
pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.”

TERMINASI :

“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat!”

19
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”

“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.

“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”

“Sampai besok ya pak.”

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA KELUARGA PASIEN


DENGAN WAHAM

SP 1 Keluarga Pasien: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ;


mengidentifikasi masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.

ORIENTASI :

“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas diruang
melati ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nma bapak
siapa? Senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat pak
R dirumah.”

“Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”

“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0 menit
saja?”

KERJA :

20
“Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R
lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi
seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupak salah satu gangguan proses
berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara enghadapinya. Setiap kali pak R
berkata bahwa ia seorang nabi, pak S dan ibu berikap dengan mengatakan;

Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi sulit bagi pak S
dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada yang hidup
didunia.

Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang
baik”

Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan
pak R. Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang
diinginkan oleh pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya kalau pak R punya
kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan punya kemampuan”

Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk
bermain suling dengan baik dicoba sekarang” dan kemudian setelah dia
melakukannya pak S dan ibu harus memberikan pujian.

Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.”

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari,
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi
dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah
punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang
cara merawat pak R dirumah nanti?”

21
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung kerumah sakit.”

“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan pembicaraan
kita tadi.”

“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan bapak
dan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.”

SP 2 Keluarga Pasien : Melatih kelurga cara merawat pasien.

ORIENTASI:

“Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang
ketemu lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien seperti
yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan cara-cara
merawat pasien tersebut ya pak, bu.”

“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”

KERJA:

“Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku nabi, coba bapak dan ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!”

“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas
kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !”

“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan positifnya
sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara
merawata Pak R.”

“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”

TERMINASI:

22
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk pak R!”

“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer elakukannya?”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya
pak,bu.”

SP 3 Keluarga Pasien: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ORIENRASI:

“Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal pak R selama dirmah.”

“Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
pak R?”

“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak dan ibu
ikut saya”

“Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 30
menit saja? Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan administrasinya”

KERJA:

“Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira
dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia tetap
melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan),
atau T (tidak mau melaksanakannya).”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh pak R
selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan
tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan

23
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas rumah
sakit, agar petugas rumah sakit dapat memantaunya.”

TERMINASI:

“Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu? Sudah
siap unutk melanjutkan dirumah?”

“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-apa
bapa dan ibu segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan
mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan bap dan ibu mohon
dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya pak,bu.”

“Silahkan ibu dan Bapak unutk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor depan!”

24

Anda mungkin juga menyukai