Anda di halaman 1dari 13

Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016, 44-56

Available online at http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah

SUKU FABACEAE DI KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF


HIDAYATULLAH, JAKARTA, BAGIAN 1: TUMBUHAN POLONG
BERPERAWAKAN POHON
FABACEAE IN ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH, JAKARTA, PART 1: LEGUME TREES
Arifin Surya Dwipa Irsyam1*, Priyanti2
1
Sekolah Pascasarjana Program Biologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Kampus IPB
Dramaga, Bogor
2
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

*Corresponding author: surya_dwipa@yahoo.com

Diterima: 07 Mei 2016. Direvisi: 01 Juni 2016. Disetujui: 10 Juni 2016.

Abstrak
Suku Fabaceae (polong-polongan) merupakan salah satu kelompok tumbuhan berbunga bernilai
ekonomi tinggi. Berbagai jenis yang ditanam sebagai tanaman hias dan pohon peneduh di tempat
umum, termasuk di kampus UIN Syarif Hidayatullah. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk
menyediakan informasi mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan polong berperawakan pohon di
kampus UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian dilakukan dengan metode jelajah dan studi pustaka.
Pengamatan lapangan dilakukan di kampus I dan II. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan
sebanyak 10 jenis anggota suku Fabaceae berperawakan pohon di lingkungan kampus. Kesepuluh
jenis tersebut tercakup dalam 3 anak suku, 8 puak, dan 10 marga. Suku Fabaceae juga dipakai
sebagai bahan ajar untuk mata kuliah Sistematika Tumbuhan.
Kata kunci: Fabaceae; Kampus; Pohon; Sistematika tumbuhan; UIN Syarif Hidayatullah

Abstract
Fabaceae (legumes family) is one of the flowering plant families, which is economically important. Various
species of Fabaceae were planted as ornaments and shade trees in public places, including in UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Therefore, this research aimed to provide information on the diversity of legume trees
in UIN Syarif Hidayatullah. Research was conducted by using survey method and literature review. Field
observations were conducted in Campus I and II. This research obtained 10 species of Fabaceae family
members, which were grouped into 3 subfamilies, 8 tribes, and 10 genera. Fabaceae family is also used as
teaching material in Plant Systematics study/course.
Keywords: Campus; Fabaceae; Plant systematics; Trees; UIN Syarif Hidayatullah
Permalink/DOI: http//:dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v9i1.3257

Copyright © 2016, Al-Kauniyah Jurnal Biologi,


p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720
Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

PENDAHULUAN dan suara; serta menyediakan spesimen hidup


Suku Fabaceae merupakan anggota dari untuk bahan ajar mata kuliah Sistematika
bangsa Fabales yang dicirikan dengan buah Tumbuhan di Kampus UIN. Tanaman yang
bertipe polong (Simpson, 2010; APG IV, berfungsi sebagai peneduh di Kampus UIN
2016). Suku ini terdistribusi secara luas di se- Syarif Hidayatullah dikelompokkan ke dalam
luruh dunia dan terdiri atas 18.000 jenis yang 27 suku. Salah satunya adalah suku Fabaceae
tercakup dalam 650 marga (Langran et al., (Priyanti, 2008a, 2008b; Hasanah, 2014).
2010). Berdasarkan ciri pada bunga dan biji, Makalah ini menyediakan informasi mengenai
ahli botani membagi suku Fabaceae menjadi keanekaragaman jenis tumbuhan polong
tiga anak suku, yaitu Caesalpinioideae, berperawakan pohon di Kampus UIN Syarif
Faboideae, dan Mimosoideae (Simpson, 2010; Hidayatullah yang bertujuan untuk memudah-
Langran et al., 2010). Pada sistem klasifikasi kan mahasiswa dalam mempelajari keaneka-
terdahulu, ketiga anak suku tersebut dianggap ragaman suku Fabaceae di kampus.
sebagai suku yang berbeda (Cronquist, 1981).
Suku ini merupakan salah satu suku tum- MATERIAL DAN METODE
buhan berbunga yang bernilai ekonomi tinggi. Penelitian dilakukan di kampus I dan II
Banyak anggotanya telah dibudidayakan se- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan
bagai tanaman pangan, penghasil buah, April 2016. Penelitian dilakukan dengan cara
tanaman hias, tanaman obat, penutup lahan, menjelajahi seluruh taman kampus (Priyanti,
penghasil kayu, minyak, gom, pewarna alami, 2008a, 2008b) dan studi pustaka (Backer &
insektisida, pengontrol erosi, dan pereklamasi Bakhuizen, 1963; Nielsen, 1992; Hou et al.,
tanah (Rachie et al., 1981; Simpson, 2010; 1996; Langran et al., 2010).
Quattrocchi, 2012). Suku Fabaceae memiliki Spesimen yang dikoleksi kemudian di-
perawakan yang beragam, mulai dari herba, catat nama jenis, nama lokal, perawakan, war-
perdu, liana hingga pohon. Sebagian besar na daun, bunga, dan buah (Rugayah et al.,
anggotanya yang berperawakan pohon dan 2004). Spesimen diidentifikasi menggunakan
liana memiliki bunga yang bentuk dan warna- pustaka sebagai berikut, Flora of Java vol. 1
nya indah, seperti Cassia spp., Erythrina spp., (Backer & Bakhuizen, 1963), Flora Male-
Mucuna novoguineensis Scheff., dan siana vol. 11 part 1: Mimosaceae (Legumi-
Strongylodon macrobotrys A.Gray. Oleh sebab nosae-Mimosoideae) (Nielsen, 1992), Flora
itu, jenis-jenis tersebut banyak ditanam sebagai Malesiana vol. 12 part 2: Caesalpiniaceae
penghias taman. (Leguminosae-Caesalpinioideae) (Hou et al.,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif 1996), Tree Flora of Sabah and Sarawak vol. 3
Hidayatullah terdiri atas kampus I dan kam-pus (Hou, 2000), dan Flora of China vol. 10:
II yang masing-masing seluas ±68.754 m2 serta Fabaceae (Langran et al., 2010). Kunci
±75.230 m2. Selain terdiri atas bangunan untuk determinasi tingkat anak suku dan jenis
perkuliahan, kampus I dan II juga memiliki disusun mengikuti Vogel (1987).
area taman. Taman di kampus I mempunyai
luas ±13.366 m2, sedangkan luas taman HASIL
kampus II sebesar ±16.634 m2 (Tim Ais BMN Berdasarkan hasil pengamatan, didapat-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). kan 10 jenis tumbuhan polong berperawakan
Salah satu perawakan tanaman yang pohon di kampus UIN Syarif Hidayatullah.
menghiasi taman-taman kampus adalah pohon Kesepuluh jenis tersebut tercakup ke dalam 3
yang mempunyai tajuk lebar dan bunga yang anak suku, 8 puak, dan 10 marga (Tabel 1).
bervariasi bentuk serta warnanya. Keberadaan Ciri morfologi dari perwakilan masing-masing
pepohonan di lingkungan kampus dapat mem- anak suku dapat dilihat pada Gambar 1. Kunci
perindah, menyejukkan, dan meneduhkan ling- determinasi anak suku, marga, dan deskripsi-
kungan di sekitarnya; mengurangi polusi udara nya diuraikan sebagai berikut:

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 45


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Kunci determinasi tingkat anak suku 2 a. Daun mahkota terdiri atas bendera,
1 a. Bunga bersimetri radial, daun kelopak sepasang lunas dan sepasang sayap,
mengatup pada kuncup bunga, daun benang sari memberkas 2….…. Faboidea
mahkota berlekatan…….... Mimosoideae 2 b. Daun mahkota terdiri atas daun mahkota
1 b. Bunga bersimetri bilateral, daun kelopak bagian tengah yang seperti bendera,
menyirip pada kuncup bunga, daun sepasang daun mahkota tepi bagian atas,
mahkota berlepasan……………...…….. 2 dan sepasang daun mahkota tepi bagian
bawah, benang sari tidak dalam dua
berkas………………….. Caesalpinioidea

Tabel 1. Jenis tumbuhan polong berperawakan pohon di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Anak suku Puak Jenis
Caesalpinioideae Caesalpinieae Delonix regia (Hook.) Raf.
Peltophorum pterocarpum (DC.) Backer ex K. Heyne
Cercideae Bauhinia purpurea L.
Detarieae Tamarindus indica L.
Faboideae Dalbergieae Pterocarpus indicus Willd.
Phaseoleae Erythrina cristagalli L.
Mimosoideae Acacieae Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth.
Mimoseae Adenanthera pavonina L.
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Ingeae Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W.Grimes

Anak Suku Caesalpinioideae Hidayatullah terdiri atas 4 jenis (D. regia, P.


Anak suku Caesalpinioideae terdiri atas pterocarpum, B. purpurea, dan T. indica) dan
171 marga dan 2.250 jenis (Clark, 2014a). Se- keempatnya dibagi dalam tiga puak yang
bagian besar anggotanya terdistribusi di ka- berbeda. Jenis yang termasuk dalam puak
wasan tropis. Kawasan Malesia tercatat me- Caesalpinieae yaitu D. regia dan P. Pterocar-
miliki 200 jenis yang tercakup dalam 35 mar- pum. Keduanya termasuk dalam puak Caesal-
ga dan sebanyak 30 jenis di antaranya meru- pinieae karena memiliki daun majemuk me-
pakan tanaman budi daya serta introduksi (Hou nyirip ganda (Langran et al., 2010). Anggota
et al., 1996). Secara morfologi, anggota dari puak Detarieae yang temukan di kampus UIN
anak suku Caesalpinioideae memiliki ciri yang adalah T. indica. Puak tersebut memiliki daun
khas, yaitu bunga bersimetri bilateral, daun majemuk menyirip dan kepala sari yang
kelopak saling berlepasan atau berlekatan, bertipe dorsifiks (Langran et al., 2010).
daun mahkota berjumlah lima helai yang saling Perwakilan dari puak Cercideae yang terdapat
berlepasan dan menyirap pada kuncup bunga, di lingkungan kampus adalah B. purpurea.
benang sari saling berlepasan atau berlekatan Berdasarkan ciri morfologinya, puak Cerci-
di bagian pangkal, benang sari dimorfis atau deae merupakan puak yang paling primitif
heteromorfis, dan secara umum bijinya tidak karena berdaun tunggal dengan 2 cangap,
memiliki pleurogram (Hou et al., 1996; kadang-kadang berdaun majemuk berpinak
Simpson, 2010; Clark, 2014a). Pleurogram daun dua, serta memiliki pertulangan daun
merupakan garis berbentuk huruf U atau menjari (Hou et al., 1996; Langran et al.,
bentuk jorong yang patah di permukaan biji 2010).
polong. Struktur ini banyak ditemukan pada Kunci determinasi jenis
anak suku Mimosoideae (Beentje, 2010). 1 a. Daun tunggal dan bercangap dua, daun
Catatan: Anak suku Caesalpinioideae mahkota jambon hingga ungu…..………
yang terdapat di kampus UIN Syarif ………………...…… Bauhinia purpurea

46 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

1 b. Daun majemuk, daun mahota kuning, pencahar, sedangkan daunnya untuk meng-
merah atau krem……………………..… 2 obati batuk (Koh et al., 2009).
2 a. Daun majemuk menyirip genap, daun
kelopak bercuping 4, benang sari kurang Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf.
dari 10, saling berlekatan membentuk Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf., Fl.
tabung, polong membengkak, berpulpa Tell. 2: 92. 1837; Backer & Bakh. f., Fl. Java
……………………… Tamarindus indica 1: 544. 1963; Hou, Larsen & Larsen, Fl.
2 b. Daun majemuk menyirip ganda, benang Males. Ser. 1, Spermat. v. 12 (2): 721. 1996;
sari 10, berlepasan, polong tertekan, pulpa Poinciana regia Bojer ex Hook., Bot. Mag. 56
tidak ada………………………………... 3 sub f. 2884. 1829; Backer, Schoolfl. Java 402.
3 a. Perbungaan tandan, bunga berdiameter >3 1911. Tipe: tidak ada.
cm, polong berkayu dan tidak bersayap, Pohon, hingga 15 m. Daun majemuk
melonjong-melengkung..... Delonix regia menyirip ganda; pinna 9–20 pasang; pinnula
3 b. Perbungaan malai, bunga berdiameter ≤3 10–25 per pinna, menjorong atau melonjong.
cm, polong tidak berkayu dan bersayap, Perbungaan tandan, aksilar. Daun kelopak
menggasing… .Peltophorum pterocarpus bercuping 5, berlekatan, bagian dalam keme-
rahan; daun mahkota 5, berlepasan, daun
Bauhinia purpurea L. mahkota bagian tengah putih kekuningan
Bauhinia purpurea L., Sp. PI. 1:375. dengan garis merah, daun mahkota bagian te-pi
1753 [Rheede, Hort. Malab. 1: 57. 1678, pi. 33 merah; benang sari 10, berlepasan, merah;
'Chovanna-Mandaru']; Backer, Schoolfl. Java putik 1. Polong melonjong, pipih, meleng-
416. 1911; Koord., Exk. Fl. Java 2: 366. 1912; kung, berkayu. Biji banyak, melonjong-
Backer & Bakh. f., Fl. Java 1: 533. 1963; Hou, menjorong, tertekan, cokelat.
Larsen & Larsen, Fl. Males. Ser. 1, Spermat. v. Distribusi: Delonix regia berasal dari
12 (2): 452. 1996; Phanera purpurea (L.) Madagascar dan telah dibudidayakan secara
Benth. in Miq., Pl. Jungh. (1852); Miq., Fl. luas di seluruh kawasan tropis (Hou et al.,
Ind. Bat. 1 (1): 60. 1855. Tipe: Filipina, 1996).
Merrill Sp. Blanc. 1050 (L neo). Lokasi: Fakultas Psikologi.
Pohon kecil, hingga 10 m. Daun tung- Nama lokal: flamboyan (Indonesia).
gal, agak membundar, bercangap 2. Perbu- Pemanfaatan: Jenis ini dibudidayakan
ngaan tandan, aksilar atau terminal. Daun ke- sebagai pohon peneduh. Bunga digunakan
lopak bercuping 5, berlekatan, hijau; daun untuk mengobati penyakit kewanitaan pada
mahkota 5, berlepasan, jambon hingga ungu pengobatan tradisional di India (Vidyasagar &
tua; benang sari fertil 3, staminodia 5–6, ber- Prashantkumar, 2007).
lekatan di bagian pangkal, putih hingga jam-
bon; putik 1. Polong memita, membengang. Peltophorum pterocarpum (DC.) Backer ex
Biji 10, membundar, pipih, cokelat. K. Heyne
Distribusi: Bauhinia purpurea berasal Peltophorum pterocarpum (DC.) Backer
dari kawasan Asia Tropis dan telah dibudi- ex K. Heyne, Nutt. PI. Ned.-Ind., 2: 755. 1927;
dayakan secara luas di Asia Selatan dan Asia Backer & Bakh.f., Fl. Java 1: 547 1963; Hou,
Tenggara (Hou et al., 1996). Larsen & Larsen, Fl. Males. Ser. 1, Spermat. v.
Lokasi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu 12 (2): 651. 1996; Hou, Tree Fl. Sabah &
Keperawatan. Sarawak 3: 160. 2000; Inga pterocarpa DC.,
Nama lokal: daun kupu-kupu Prodr. 2: 441. 1825; Miq., Fl. Ind. Bat. 1 (1):
(Indonesia). 107. 1855. Tipe: S. coll., s.n.. “in ins. Timor.
Pemanfaatan: Jenis ini ditanam sebagai Fl. ign. (v.s. comm. à Mus. Par.)” (P holo; K
pohon peneduh. Akar B. purpurea digunakan iso).
secara tradisional untuk mengobati demam dan Pohon, hingga 30 m. Daun majemuk
bagian bunga digunakan sebagai obat menyirip ganda; pinna 4–14 pasang; pinnula

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 47


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

10–15 per pinna, melonjong. Perbungaan ma- Nama lokal: asam (Indonesia).
lai, aksilar atau terminal. Daun kelopak bercu- Pemanfaatan: Bunga dan buah digu-
ping 5, berlekatan, bagian luar cokelat, bagian nakan oleh masyarakat di Asia sebagai bumbu
dalam kuning terang; daun mahkota 5, berle- masakan dan bahan makanan. Secara tradi-
pasan, kuning terang, bagian pangkal cokelat; sional, asam jawa telah dimanfaatkan sebagai
benang sari 10, berlepasan, kuning; putik 1. obat. Bagian kulit batang dimanfaatkan seba-
Polong menggasing, pipih, tepi bersayap, ti- gai obat luka. Daun yang masih muda
dak membengang. Biji 3–4, melonjong, pipih, digunakan untuk mengobati rematik, luka, dan
cokelat terang. mengurangi rasa sakit, sedangkan biji yang
Distribusi: Sri Lanka, Thailand, telah ditumbuk dimanfaatkan sebagai obat
Kamboja, Vietnam Selatan; jenis ini terdis- diare dan disentri (Coronel, 1991).
tribusi secara luas di kawasan Malesia hingga
Australia sebelah utara (Hou et al., 1996). Anak Suku Faboideae (Papilionoideae)
Lokasi: Auditorium Harun Nasution. Anak suku Faboideae merupakan anak
Nama lokal: soga (Indonesia). suku terbesar, karena terdiri atas 13.800 jenis
Pemanfaatan: Jenis ini ditanam sebagai yang tercakup dalam 480 marga. Selain itu,
pohon peneduh di perkebunan dan tanaman anak suku ini juga memiliki area distribusi
hias. Bagian kulit kayu dapat dimanfaatkan yang lebih luas dibandingkan dengan dua anak
sebagai pewarna alami dan obat (Rifai, 1987; suku lainnya (Clark, 2014b). Anak suku
Wulijarni-Soetjipto & Lemmens, 1991; Hou, Faboideae dapat dengan mudah dikenali ber-
2000). dasarkan ciri morfologinya, yaitu bunga bersi-
metri bilateral dengan bentuk daun mahkota
Tamarindus indica L. seperti kupu-kupu, karena terdiri atas bagian
Tamarindus indica L., Sp. Pl. 1: 34. bendera, sepasang lunas, dan sepasang sayap.
1753; Miq., Fl. Ind. Bat. 1 (1): 82. 1855; Bagian benang sarinya terbagi menjadi dua
Backer, Schoolfl. Java 420. 1911; Backer & berkas di mana 9 benang sari saling berlekatan
Bakh. f., Fl. Java 1: 529. 1963; Hou, Larsen & satu sama lain dan satu benang sari lainnya
Larsen, Fl. Males. Ser. 1, Spermat. v. 12 (2): bebas atau kesepuluh benang sarinya saling
729. 1996. Tipe: LINN 49.2 (LINN lecto). berlekatan menjadi satu. Selain itu, seluruh
Pohon, hingga 20 m. Daun majemuk anggota Faboideae tidak memiliki pleurogram
menyirip genap; anak daun 10–18 helai, me- pada bijinya (Simpson, 2010; Clark, 2014b).
lonjong sempit. Perbungaan tandan, aksilar Catatan: Anak suku Faboideae berpe-
atau terminal. Daun kelopak bercuping 4, ber- rawakan pohon di kampus UIN Syraif
lepasan, bagian luar kemerahan, bagian dalam Hidayatullah hanya diwakili oleh 2 jenis, yaitu
kuning; daun mahkota 5, berlepasan, 3 daun E. crista-galli dan P. indicus. Kedua jenis
mahkota bagian atas berkembang, 2 daun tersebut dikelompokkan dalam puak ber-beda
mahkota bagian bawah tereduksi, krem atau berdasarkan ciri morfologinya. Erythrina
kuning dengan garis kemerahan; benang sari crista-galli merupakan anggota dari puak
tereduksi, kurang dari 10, berlekatan, hijau; Phaseoleae karena memiliki daun berpinak
putik 1. Polong melonjong, membengkak, daun tiga, bersendi daun, dan terdapat daun
berisi pulpa, cokelat, masam, tidak mem- penumpu pada pinak daunnya (Lackey 1977;
bengang. Biji banyak, membundar telur sung- Langran et al., 2010). Jenis selanjutnya yakni
sang, memipih, cokelat. P. indicus yang termasuk dalam puak
Distribusi: Tamarindus indica diduga Dalbergieae. Pada umumnya puak ini memi-
berasal dari kawasan Afrika dan telah dibu- liki daun majemuk menyirip gasal yang tidak
didayakan secara luas di kawasan tropis (Hou berbintik-bintik kelenjar dan tidak berdaun
et al., 1996). penumpu, serta polong yang tidak membe-
Lokasi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu ngang saat masak (Langran et al., 2010).
Keperawatan dan Pusat Bahasa UIN.

48 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Gambar 1. Perbandingan morfologi bunga pada suku Fabaceae. Anak suku Caesalpinioideae: A.
ranting fertil Bauhinia purpurea; B. bunga bersimetri bilateral dengan daun mahkota
yang terdiri dari (1) daun mahkota tengah, (2) sepasang daun mahkota tepi bagian atas
dan (3) sepasang daun mahkota tepi bagian bawah. Anak suku Faboideae: C. ranting
fertil Erythrina crista-galli; D. bunga bersimetri bilateral dengan daun mahkota yang
terdiri dari (4) bendera, (5) sepasang sayap, dan (6) sepasang lunas. Anak suku
Mimosoideae: E. ranting fertil Adenanthera pavonina; F. bunga yang bersimetri radial
.
Kunci determinasi jenis muk
. berpinak daun tiga; perbungaan
1 a Pohon kecil, hingga 7 m; daun maje- tandan;
. bunga berukuran >1,5 cm, daun

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 49


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

kelopak dan daun mahkota merah Kalimantan, Indonesia. 2: 366. 1997; Djøker,
……..…………...Erythrina crista-galli Seed Leaflet 37: 1–2. 2000. Tipe: Borabere,
b Pohon, hingga 30 m; daun majemuk Papua New Guinea, L.J. Brass 722 (A syn).
menyirip gasal; perbungaan tandan Pohon, hingga 30 m. Daun majemuk
atau malai; bunga berukuran ≤1,5 cm, menyirip gasal; pinak daun 5–7 pasang; anak
daun kelopak hijau, daun mahkota daun 7–9 per tangkai daun; membundar telur.
kuning ...................Pterocarpus indicus Perbungaan tandan atau malai, aksilar atau
terminal. Bunga berukuran ≤1,5 cm; daun
Erythrina crista-galli L. kelopak bercuping 5, berlekatan, melonceng,
Erythrina crista-galli L., Mant. pl. 1: 99. hijau; daun mahkota 5, berlepasan, terdiri atas
1767; Backer, Schoolfl. Java 361. 1911; bendera, sepasang lunas, dan sepasang sayap,
Backer & Bakh. f., Fl. Java 1: 628. 1963; kuning; benang sari memberkas dua, 9 benang
Bean, Austrobaileya 7(4): 641-658. 2008. sari berlekatan, 1 benang sari bebas, kuning;
Micropteryx crista-galli (L.) Walp., Linnaea pu-tik 1. Polong membulat pipih, tidak mem-
23: 740. 1840. Corallo-dendron crista-galli bengang, tepi bersayap. Biji 1–4, membulat
(L.) Kuntze, Revis. Gen. Pl.: 172. 1891. Tipe: pipih, cokelat saat masak.
Brazil, undated, D. Vandelli s.n. (LINN lecto, Distribusi: Pterocarpus indicus tersebar
Cat. no. 888.4 fide Howard, 1988). di Asia Tenggara, New Guinea, Kepulauan
Pohon kecil, hingga 7 m. Daun maje- Solomon, dan Amerika Serikat (Orwa et al.,
muk berpinak daun 3; anak daun 3 helai, 2009). Jenis ini telah dibudidayakan sebagai
membundar telur. Perbungaan tandan, aksilar tanaman tepi danau dan sungai (Argent et al.,
atau terminal. Bunga berukuran >1,5 cm; daun 1997).
kelopak bercuping 5, berlekatan, melonceng, Lokasi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
hijau; daun mahkota 5, berlepasan, terdiri atas Keperawatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
bendera, sepasang lunas, dan sepasang sayap, dan tepi koridor kampus I.
merah; benang sari memberkas dua, 9 benang Nama lokal: angsana (Indonesia).
sari berlekatan, 1 benang sari bebas, kuning; Pemanfaatan: Jenis ini menghasilkan
putik 1. Polong menjorong, membengang. Biji kayu untuk konstruksi bangunan, industri
2–6, menjorong, hitam. meubel, instrumen musik, dan dekorasi interior
Distribusi: Erythrina crista-galli tersebar (Argent et al., 1997). Selain itu, bagian
di Argentina, Brasil, Bolivia, Paraguay, dan pepagan pohon digunakan sebagai bahan baku
Uruguay. Selain itu, jenis ini telah obat (Soerianegara & Lemmens, 2002).
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis di
dunia, termasuk Indonesia (Backer & Anak Suku Mimosoideae
Bakhuizen, 1963), Afrika Selatan, California Anak suku Mimosoideae terdiri atas
(USA), dan Australia (Bean, 2008). 3.720 jenis yang tercakup dalam 72 marga dan
Lokasi: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. terdistribusi di kawasan tropis dan sub-tropis
Nama lokal: dadap merah (Indonesia). (Clark, 2014c). Sebanyak 19 marga terdapat di
Pemanfaatan: Jenis ini banyak dibudi- kawasan Malesia dan 15 marga di antaranya
dayakan sebagai tanaman hias karena memi- merupakan tumbuhan asli dari kawasan ini
liki bunga yang bentuk dan warnanya menarik (Nielsen, 1992). Anak suku Mimosoideae
(Backer & Bakhuizen, 1963; Bean, 2008). memiliki ciri morfologi yang khas, di
antaranya bunga berukuran kecil dengan
Pterocarpus indicus Willd. simetri radial, perbungaan bonggol, daun ke-
Pterocarpus indicus Willd., Sp. Pl. 3: lopak bercuping lima dan saling berlekatan
904. 1802; Backer, Schoolfl. Java 388. 1911; membentuk tabung, daun mahkota berjumlah
Backer & Bakh. f., Fl. Java 1: 615. 1963; lima helai yang saling berlekatan di bagian
Argent et al., Manual of the Larger and More pangkal dan mengatup pada kuncup bunga,
Important Non-Dipterocarp Trees of Central

50 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

serta biji memiliki pleurogram yang terbuka 58. 1992. Tipe: Kepulauan Golbum Selatan,
(Nielsen, 1992; Clark, 2014c). Australia, Cunningham s.n. (K lecto).
Catatan: Anak suku Mimosoideae ber- Pohon, hingga 20 m. Daun tereduksi
perawakan pohon yang terdapat di Kampus menjadi filodia, melancor-melengkung. Per-
UIN Syarif Hidayatullah terdiri atas A. bungaan bulir, aksilar atau terminal. Daun
auriculiformis, A. pavonina, L. leucocephala, kelopak bercuping 5, berlekatan, hijau ke-
dan F. moluccana. Keempat jenis tersebut kuningan; daun mahkota 5, berlekatan, kuning
dikelompokkan dalam 3 puak yang berbeda. terang; benang sari banyak, kuning terang;
Puak Acacieae diwakili oleh A. auriculiformis putik 1. Polong terpuntir saat masak, mem-
yang dicirikan dengan benang sari berjumlah bengang. Biji hitam, pusar biji jingga terang.
banyak yang berlepasan atau berlekatan hanya Distribusi: Acacia auriculiformis berasal
pada bagian pangkal (Langran et al., 2010). dari Australia (Queensland, Northern
Puak Mimoseae diwakili oleh A. pavonina dan Territory) dan Malesia (New Guinea,
L. leucocephala yang dicirikan dengan benang Kepulauan Kai), kemudian diintroduksi ke
sari yang jumlahnya sama atau dua kali dari kawasan Malesia Barat (Nielsen, 1992).
jumlah daun mahkota (Nielsen, 1992). Puak Lokasi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Ingeae diwakili oleh F. moluccana yang Keperawatan serta Fakultas Ilmu Sosial dan
memiliki benang sari berjumlah banyak yang Politik.
saling berlekatan membentuk tabung (Nielsen, Nama lokal: akasia (Indonesia).
1992; Langran et al., 2010). Pemanfaatan: Kayu dimanfaatkan untuk
Kunci determinasi jenis bahan bangunan dan kulit batang sebagai
1 a Tumbuhan dengan daun yang tereduksi sumber senyawa tanin. Jenis ini juga ditanam
menjadi
. filodia berbentuk melancor- sebagai tanaman peneduh (Nielsen, 1992).
melengkung........Acacia auriculiformis
b Tumbuhan berdaun majemuk menyirip Adenanthera pavonina L.
ganda…..............................................3 Adenanthera pavonina L., Sp. Pl. 1:384.
2 a Anak daun menjorong hingga mem- 1753; Miq., Fl. Ind. Bat. 1 (1): 46. 1855;
bundar
. telur atau membundar telur Backer, Schoolfl. Java 426. 1911; Backer &
sungsang, polong memita-melancor, Bakh. f., Fl. Java 1: 563. 1963; Nielsen, Fl.
biji berwarna merah terang.................... Males. Ser. 1, Sper-mat. v. 11 (1): 173. 1992.
………………..Adenanthera pavonina Tipe: Herb. Hermann 2: 30, No. 160 (BM
b Anak daun melonjong, polong melon- lecto).
jong, biji berwarna cokelat atau Pohon kecil-sedang, hingga 15 m. Daun
hijau.....................................................4 maje-muk menyirip ganda; pinna 3–6 pasang;
3 a Pinak daun 4–8 pasang, perbungaan pinnula 4–9 pasang per pinna, menjorong
bonggol,
. daun mahkota putih ............... hingga membundar telur atau menjorong-
.........................Leucaena leucocephala membundar telur sungsang. Perbungaan tan-
b Pinak daun 8–24 pasang, perbungaan dan, aksilar atau terminal. Daun kelopak ber-
bulir yang tersusun membentuk malai, cuping 5, berlekatan, hijau kekuningan; daun
daun mahkota krem atau kuning kehi- mahkota 5, berlekatan, hijau kekuningan, ku-
jauan...................Falcataria moluccana ning tua setelah antesis; benang sari 10, berle-
pasan, putih; putik 1. Polong memita-melan-
Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth cor, spiral setelah membengang. Biji 10–11,
Acacia auriculiformis A. Cunn. ex menjorong atau membulat telur sungsang,
Benth., Lond. J. Bot. 1: 377. 1842; Backer, merah.
Schoolfl. Java 431. 1911 (‘auricu-laefÓrmis’); Distribusi: Adenanthera pavonina
Backer & Bakh.f., Fl. Java 1: 558. 1963; terdistribusi di seluruh kawasan Asia Tropis,
Nielsen, Fl. Males. Ser. 1, Spermat. v. 11 (1): mulai dari Sri Lanka hingga Melanesia
(Nielsen, 1992).

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 51


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Lokasi: Pusat Bahasa UIN. 1783. Tipe: Anon. s.n. "Mimosa latisiliqua",
Nama lokal: saga pohon (Indonesia). "Mimosa leucocephala" (P-LA holo).
Pemanfaatan: Jenis ini banyak dibudida- Pohon kecil, hingga 10 m. Daun
yakan sebagai tanaman hias dan pohon pene- majemuk menyirip ganda; pinna 4–8 pasang;
duh. Daun mudanya dapat dikonsumsi sebagai pinnula 5–20 pasang per pinna, melonjong.
sayur. Kayunya kadang dimanfaatkan untuk Perbungaan membonggol, aksilar atau termi-
bahan bangunan (Nielsen, 1992). nal. Daun kelopak bercuping 5, berlekatan,
kehijauan; daun mahkota 5, berlekatan, putih;
Falcataria moluccana (Miquel) Barneby & benang sari 10, berlekatan, putih; putik 1.
J. W. Grimes Polong melonjong, lurus, membengang. Biji
Falcataria moluccana (Miquel) Barneby 15–30, membundar telur sempit, hijau saat
& J. W. Grimes, Mem. New York Bot. Gard. muda, cokelat setelah masak.
74: 255. 1996; Albizia moluccana Miquel, Fl. Distribusi: Leucaena leucocephala
Ned. Ind. 1: 26. 1855. Tipe: Banda, Miquel s.n. berasal dari kawasan Amerika Tropis dan
(holo?). diintroduksi ke daerah tropis lainnya (Nielsen,
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, 1992).
Bull. Mus. Natn. Hist. Nat. Paris, ser. 4, 5, Lokasi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
sect. B, Adansonia no 3 & 4: 327, 357, pi. 9, Keperawatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
10. 1983; Nielsen, Fl. Males. Ser. 1, Spermat. dan Kafe Cangkir.
v. 1.1 (1): 151. 1992; Adenanthera falcata L., Nama lokal: petai cina (Indonesia).
Sp. Pl. 2: 550. 1762. Tipe: ‘Clypearia alba’ Pemanfaatan: Kayu digunakan sebagai
Rumphius, Herb. Amboin. 3: 176, t. 111. 1743. kayu bakar, sedangkan bijinya dikonsumsi oleh
Pohon, hingga 40 m. Daun majemuk masyarakat di Indonesia dan Filipina (Jones et
menyirip ganda; pinna 8–24 pasang; pinnula al., 1997).
8–27 pasang per pinna, melonjong-melancor.
Perbungaan bulir, tersusun dalam malai, PEMBAHASAN
aksilar. Daun kelopak bercuping 5, berlekatan, Sebagian ahli taksonomi yaitu Dahlgren
hijau; daun mahkota 5, berlekatan, krem (1980) dan Cronquist (1981) memisahkan
hingga kuning kehijauan; benang sari banyak, tumbuhan polong menjadi tiga suku yang ber-
berlekatan, putih; putik 1. Polong melonjong, beda, yaitu Papilionaceae, Caesalpiniaceae,
lurus, membengang. Biji 10–15, melonjong, dan Mimosaceae, karena memiliki perbedaan
hijau zaitun. ciri morfologi bunga. Suku Papilionaceae
Distribusi: Falcataria moluccana terdis- mencakup jenis-jenis dengan daun mahkota
tribusi di kawasan Malesia (Maluku, New bunga berbentuk kupu-kupu. Suku
Guinea, Kepulauan Bismarck) hingga Caesalpiniaceae terdiri atas jenis yang memi-
Kepulauan Solomon (Nielsen, 1992). liki bunga bersimetri bilateral dengan daun
Lokasi: Auditorium Harun Nasution. mahkota yang saling berlepasan dan menyi-
Nama lokal: sengon (Indonesia). rap, sedangkan Mimosaceae terdiri dari jenis-
Pemanfaatan: Jenis ini banyak dibudi- jenis yang bunganya bersimetri radial. Pada
dayakan sebagai tanaman penghasil kayu sistem klasifikasi Takhtajan (2009), ketiga su-
(Nielsen, 1992). ku tersebut diposisikan sebagai anak suku
Caesalpinioideae, Mimosoideae, dan
Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit Faboideae (Papilionoideae), sehingga ketiga-
Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit, nya berada dalam satu tingkatan suku yang
Taxon 10(2): 53. 1961; Backer & Bakh. f„ Fl. sama. Sistem klasifikasi Takhtajan untuk suku
Java 1: 560. 1963; Nielsen, Fl. Males. Ser. 1, Fabaceae juga sejalan dengan sistem APG
Spermat. v. 11 (1): 182. 1992; Mimosa yang disusun berdasarkan hasil analisis filo-
leucocephala Lam., Enc. Meth. Bot. 1:12. genetika (APG, 1998; APG II, 2003; APG III,
2009; APG IV, 2016). Saat ini pengelasifika-

52 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

sian tumbuhan polong mengikuti sistem klasi- Pekerjaan Umum No. 05/PRT/ M/2008
fikasi APG. mengenai Pedoman penyediaan dan
Suku Fabaceae memiliki tingkat variasi pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan
morfologi yang tinggi, sehingga masih dibagi perkotaan. Meskipun tidak berdaun sempit, E.
menjadi 29 puak (Lewis et al., 2005; Langran crysta-galli dan B. purpurea ditanam sebagai
et al., 2010). Anak suku Caesalpinioideae ter- penghias taman karena memiliki bentuk tajuk,
diri atas 4 puak, sedangkan Faboideae terbagi daun dan bunga yang bernilai estetika.
menjadi 22 puak dan Mimosoideae dibagi ke Kampus UIN Syarif Hidayatullah terba-
dalam 3 puak (Lewis et al., 2005; Langran et gi menjadi Kampus I dan Kampus II. Seba-
al., 2010). Anggota suku Fabaceae berpera- nyak tiga jenis Fabaceae berperawakan pohon
wakan pohon yang terdapat di Kampus UIN tumbuh di Kampus I dan tujuh jenis lainnya
Syarif Hidayatullah diwakili oleh 8 puak, yai- ditemukan di Kampus II. Pada penelitian
tu Caesalpinieae, Cercideae, Detarieae, sebelumnya belum diinformasikan tentang ke-
Dalbergieae, Phaseoleae, Acacieae, anekaragaman Fabaceae di Kampus II
Mimoseae, dan Ingeae. (Priyanti, 2008b). Hal tersebut dikarenakan
Kampus UIN Syarif Hidayatullah telah Kampus II memiliki taman yang lebih luas
berdiri sejak tahun 1957 yang dilengkapi de- (±16.634 m2) dibandingkan taman di kampus I
ngan bangunan non fisik berupa sarana dan (±13.366 m2) (Tim Ais BMN UIN Syarif
prasarana lingkungan sebagai ruang terbuka Hidayatullah Jakarta, 2014).
hijau atau taman seluas ±30.000 m2 (Tim Ais Berdasarkan data tahun 2008, saat ini
BMN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). terdapat jenis-jenis pohon dari suku Fabaceae
Tetumbuhan yang ditanam di taman kampus yang sudah tidak ditemukan di kawasan Kam-
memiliki perawakan yang bervariasi, mulai pus I (Priyanti, 2008b). Jenis-jenis tersebut
dari terna hingga pohon. Tetumbuhan tersebut yaitu Parkia spesiosa (petai), Samanea saman
ditanam untuk tujuan keindahan, mengurangi (trembesi), D. regia (flamboyan), dan A.
polusi udara dan suara, serta penyumbang pavonina (saga pohon). Hal tersebut dikarena-
oksigen (Priyanti, 2008a, 2008b; Hasanah, kan lahan tempat tumbuh dari P. spesiosa dan
2014). Tumbuhan Fabaceae berperawakan A. pavonina telah mengalami alih fungsi la-han
pohon yang ditanam sejak awal berdirinya UIN sebagai lokasi parkir dan gedung perpus-
Syarif Hidayatullah dan masih dapat dijumpai takaan. Selain itu, jenis D. regia dan S. saman
saat ini adalah P. indicus yang ditandai dengan tidak ditemukan lagi di Kampus I karena telah
diameter batang mencapai 78 cm, sedangkan mati dan tidak ditanam kembali.
pepohonan yang ditanam di tahun-tahun Beberapa jenis pohon dari suku
berikutnya memiliki diameter batang antara Fabaceae yang terdapat di kampus, seperti P.
20–50 cm. indicus, D. regia, dan A. auriculiformis, dapat
Jenis tumbuhan Fabaceae berperawak-an dimanfaatkan sebagai penyerap logam berat.
pohon yang ditemukan di Kampus UIN Syarif Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa P.
Hidayatullah terdiri atas 10 jenis. Sebagian indicus mampu mengakumulasi Pb yang ter-
besar jenis tersebut dipilih sebagai tanaman dapat di udara (Martuti, 2013; Inayah et al.,
hias dan peneduh di kampus karena memiliki 2010). P. indicus yang ditanam di jalan proto-
perakaran dan batang yang kuat, ranting tidak kol Kota Tangerang mengakumulasi Pb di
bermunculan di pangkal batang, perawakan udara dengan kisaran 1.12–12.38 µg/g (Inayah
dan bentuk tajuk cukup indah, daun berukuran et al., 2010). Sama halnya dengan D. regia
kecil sehingga tidak membahayakan pengguna yang dapat menyerap logam Co, Zn, Ni, dan
jalan atau taman jika jatuh, bunga yang tidak Pb di udara (Farahat, 2011). Oleh sebab itu,
beracun, tahan terhadap iklim kering, tahan keduanya merupakan jenis yang tepat untuk
terhadap pencemaran udara dan kendaraan ditanam sebagai pohon peneduh di pinggir
bermotor, serta mudah ditanam. Kriteria- jalan. Pemilihan A. auriculiformis sebagai
kriteria ini sesuai dengan Peraturan Menteri pohon peneduh atau tanaman hias sebaiknya

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 53


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

perlu dipertimbangkan kembali, meskipun media pembelajaran sistematika tumbuhan di


jenis ini dapat menyerap kandungan logam Pb UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
dan Sn di tanah (Sari, 2015). Hal tersebut
dikarenakan A. auriculiformis menghasilkan REFERENSI
serbuk-serbuk sari yang mengandung protein Angiosperm Phylogeny Group [APG]. (1998).
alergenik dan dapat menyebabkan alergi pada An ordinal classification for the sukues
saluran pernafasan pengguna taman maupun of flowering plants. Annals of the
jalan (Chew et al., 2000; Rengganis, 2009). Missouri Botanical Garden, 85(4), 531-
Pada umumnya tumbuhan Fabaceae 553.
yang ditanam di lingkungan kampus merupa- Angiosperm Phylogeny Group [APG II].
kan tumbuhan introduksi. Meskipun demiki- (2003). An update of the Angiosperm
an, juga terdapat 2 jenis yang berasal dari ka- Phylogeny Group classification for the
wasan Malesia, yaitu F. moluccana dan A. orders and sukues of flowering plants.
auriculiformis. F. moluccana berasal dari ka- Botanical Journal of the Linnean
wasan Malesia Tengah (Maluku) dan Malesia Society, 141, 399-436.
Timur (New Guinea, Kep. Bismarck). Sekitar Angiosperm Phylogeny Group [APG III].
tahun 1870an, jenis tersebut tersebar secara (2009). An update of the angiosperm
luas di Asia Tenggara, mulai dari Burma phylogeny group classification for the
hingga Filipina (Rachie et al., 1981). A. orders and sukues of flowering plants.
auriculiformis berasal dari kawasan Malesia Botanical Journal of the Linnean
Timur (New Guinea), kemudian jenis tersebut Society, 161, 106-121.
diintroduksi ke kawasan Malesia Barat seba- Angiosperm Phylogeny Group [APG IV].
gai penghasil kayu bakar dan pohon peneduh (2016). An update of the angiosperm
(Nielsen, 1992; Contu, 2012). phylogeny group classification for the
Berdasarkan pemanfaatannya, pepohon- orders and sukues of flowering plants:
an dari suku Fabaceae hanya ditanam sebagai APG IV. ‎ Botanical Journal of the
tanaman hias dan peneduh jalan di kampus. T. Linnean Society, 181, 1-20.
indica dan P. pterocarpum juga memiliki ke- Argent, G., Saridan, A., Campbell, E. J. F.,
gunaan lain yang belum dimanfaatkan secara Wilkie, P., Fairweather, G., Hadiah, J.
optimal oleh masyarakat kampus. Buah T. T., Middleton, D. J., Pendry, M., &
indica dapat dimanfaatkan sebagai bumbu Yulita, K. S. (1997). Manual of the
serta bahan olahan untuk selai dan permen, larger and more important non
sedangkan bagian kulit batang dari P. dipterocarp trees of Central Kalimantan
pterocarpum merupakan sumber pewarna co- Indonesia. (vol. 2). Samarinda: Forest
kelat alami (Rifai, 1987; Coronel, 1991). Se- Research Institute.
lain sebagai penghasil warna cokelat, kulit ba- Backer, C.A., & Bahkuizen van den Brink,
tang P. pterocarpum dapat dicampur dengan R.C. Jr. (1963). Flora of Java. (vol. 1).
tarum (Indigofera sp.), yang juga berasal dari Groningen: P. Noordhoff.
suku Fabaceae, untuk menghasilkan warna Bean, A. R. (2008). A taxonomic revision of
hitam (Rifai, 1987). Erythrina L. (Fabaceae: Faboideae) in
Australia. Austrobaileya, 7(4), 641-658.
KESIMPULAN Chew, F. T., et al. (2000). Evaluation of the
Kesepuluh jenis pohon berbuah po-long allergenicity of tropical pollen and
yang tumbuh di Kampus I dan II UIN Syarif airborne spores in Singapore. Allergy,
Hidayatullah Jakarta dikelompokkan ke dalam 55(4), 340-347.
anak suku Caesalpinoideae, Faboideae, dan Clark, R. (2014a). Leguminosae (Fabaceae):
Mimosoideae. Jenis tersebut memiliki fungsi Caesalpinioideae. In Utteridge, T. &
sebagai tanaman hias dan pohon peneduh di Bramley, G. (Eds.). The Kew: Tropical
lingkungan kampus, serta digunakan sebagai plant sukues identification handbook.
(pp. 56-57). Kew: Royal Botanic Garden.

54 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Clark, R. (2014b). Leguminosae (Fabaceae): (Pterocarpus indicus) dan rumput gajah


Papilionoideae. In In Utteridge, T. & mini (Axonopus sp.) di jalan protokol
Bramley, G. (Eds.). The Kew: Tropical Kota Tangerang. Jurnal Valensi, 2(1),
plant sukues identification handbook. 340-346.
(pp. 60-61). Kew: Royal Botanic Garden. Jones, R. J., Brewbaker, J. L., & Sorensson, C.
Clark, R. (2014c). Leguminosae (Fabaceae): T. (1992). Leucaena leucocephala
Mimosoideae. In Utteridge, T. & (Lamk) de Wit. In Mannetje, L.’t &
Bramley, G. (Eds.). The Kew: Tropical Jones, R. M. (Eds.). Plant Resources of
Plant Sukues Identification Handbook. South-East Asia No. 4: Forages. Wage-
(pp.58-59). Kew: Royal Botanic Garden. ningen: Pudoc.
Contu, S. (2012). Acacia auriculiformis. The Koh, H. L., Chua, T. K., & Tan, C. H. (2009).
IUCN Red List of threatened species A Guide to medicinal plants: An
2012. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN. illustrated, scientific and medicinal
UK.2012.RLTS. approach. Singapore: World Scientific
Coronel, R. E. (1991). Tamarindus indica L. In Publishing Co.
Verheij, E. W. M. & Coronel, R.E. Lackey, J. A. (1977). A synopsis of Phaseo-
(Eds.). Plant resources of South-East leae (Leguminosae, Papilionoideae).
Asia No. 2: Edible fruits and nuts. (pp (Disertasi). Iowa State University, Iowa,
298-301). Wageningen: Pudoc. USA.
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Langran, X., et al. (2010). Flora of China:
classification of flowering plants. New Fabaceae. (vol. 10). Beijing: Science
York: Columbia University Press. Press.
Dahlgren, R. M. T. (1980). A revised system Lewis, G. P., et al. (2005). Legumes of the
of classification of the angiosperms. world. Richmond, U.K.: Royal Botanic
Botanical Journal of the Linnean Gardens, Kew.
Society, 80(2), 91-124. Martuti, N. K. T. (2013). Peranan tanaman
Farahat, E. (2011). Biomonitoring of airborne terhadap pencemaran udara di jalan
heavy metals pollution by Delonix regia protokol Kota Semarang. Biosantifika,
(Boj. ex Hook.) Raf. in Greater Cairo, 5(1), 36-42.
Egypt. Taeckholmia, 31, 1-12. Nielsen, I. C. (1992). Flora Malesiana ser. 1.
Hasanah, F. (2014). Biomassa pohon dan (vol. 11(1): Mimosaceae (Leguminosae-
parameter vegetasi untuk estimasi Mimosoideae)). (pp 1-226). Leiden:
karbon di kampus I UIN Syarif National Herbarium of the Netherlands.
Hidayatullah Jakarta. (Skripsi). UIN Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R.,
Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia. & Anthony, S. (2009) Agroforestree
Hou, D., Larse, K., & Larsen, S. S. (1996). database: A tree reference and selection
Flora Malesiana ser. 1. (vol. 12(2): guide version 4.0. (14 Mei 2016).
Caesalpiniaceae (Leguminosae-Caesal- Diunduh dari http://www. worldagrofo
pinioideae)). (pp. 409-730). Leiden: restry.org/site/treedbs/treedatabases.asp.
National Herbarium of the Netherlands. Priyanti. (2008a). Tanaman monokotil di
Hou, D. (2000). Leguminosae-Caesalpi- Kampus I dan II UIN Syarif
nioideae. In Soepdamo, E. (Ed.). Tree Hidayatullah Jakarta. Al-Kauniyah
flora of Sabah and Sarawak. (vol. 3). (pp. Jurnal Biologi Lingkungan, 2(1), 29-36.
119-180). Malaysia: Joint publiccation of Priyanti. (2008b). Tanaman peneduh di
Sabah Forestry Department, Forest Kampus I UIN Syarif Hidayatullah
Research Institute Malaysia & Sarawak Jakarta. Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Forestry Department. Lingkungan, 2(2), 93-100.
Inayah, S. N., Thamzil, L., & Etyn, Y. (2010). Quattrocchi, U. (2012). CRC world dictionary
Kandungan Pb pada daun angsana of medicinal and poisonous plants:

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 55


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

common names, scientific names, Soerianegara I. & Lemmens, R. H. M. J.


eponyms, synonyms, and etymology (Five (Eds.). Sumber daya nabati Asia
Volume Set). New York: CRC Press. Tenggara: Pohon penghasil kayu
Rachie, K. O. 1981. tropical legumes: perdagangan yang utama. Jakarta:
resources for the future. Washington PROSEA–Balai Pustaka.
D.C.: National Academy of Science. Takhtajan, A. (2009). Flowering plants. (Ed.
Rengganis, I. 2009. Kealergenikan serbuk sari 2). Berlin/Heidelberg: Springer Science.
Indonesia pada manusia. (Disertasi). Tim Ais BMN UIN Syarif Hidayatullah
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Jakarta. (2014). Mapping: Tanah dan
Bogor, Bogor, Indonesia. bangunan UIN Syarif Hidayatullah
Rifai, M. A. 1987. Sekilas pengamatan terhdap Jakarta. Jakarta: Bagian Akuntansi dan
tetumbuhn penghasil perwarna alami Pelaporan Biro Perencanaan dan Ke-
Indonesia. In Sastrapradja, D. et. al. uangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(Eds.). Risalah Kongres Ilmu Penge- Vidyasagar, G. M., & Prashantkumar, P.
tahuan Nasional IV. 3, 123-151. (2007). Traditional herbal remedies for
Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F. I., & gynecological disorders in women of
Hidayat, A. (2004). Pengumpulan data Bidar district, Karnataka, India.
taksonomi. In Rugayah, Widjaja, E. A., Fitoterapia, 78 (1), 48-51.
& Praptiwi (Eds). Pedoman pengum- Vogel, E. F. (1987). Guidelines for The
pulan data keanekaragaman flora. (pp. Preparation of Revisions. In Vogel, E. F
(pp. 1-14). Bogor: Puslit-LIPI. (Ed.). Manual of herbarium taxonomy
Sari, E. (2015). eksplorasi vegetasi fitore- theory and practice. Jakarta: UNESCO.
mediator dan bakteri rizosfer resisten Wulijarni-Soetjipto, N., & Lemmens, R. H. M.
logam berat pb dan sn di lahan bekas J. (1991). Peltophorum pterocarpum
tambang timah Pulau Bangka. (Tesis). (DC.) Backer ex K. Heyne. In:
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indo- Lemmens, R. H. M. J., & Wulijarni-
nesia. Soetjipto, N. (Eds.). Plant resources of
Simpson, M. G. (2010). Plant systematics. South-East Asia No. 3: Dye and tannin
California: Elsevier Academic Press. producing plants. Wageningen: Pudoc.
Soerianegara, I., & Lemmens, R. H. M. J.
(2002). Pterocarpus indicus Willd. In

56 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720

Anda mungkin juga menyukai