Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar,
1998 ).
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. ( Taufan,
2011).
Pre eklamsi adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable ( usia kehamilan >
20 minggu dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria
dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi
penyakit trofoblastik. ( Taufan, 2011)
Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam tri wulan ke 3
pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnyan mola hidatidosa.
(Prawirohardjo, 2005).
Klasifikasi
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih
.Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter.
Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena
itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.
Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat
hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan
terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang
dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit
deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme
sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi
intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah
menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di
keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama
angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.
Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme.
Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II
akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme
bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah
dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya
edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral ,
nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan
pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya
pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya
anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya
oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas.
Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan
dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan
meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat.
Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri.
Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi
urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak
protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata,
akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan
retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan
diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan
menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation serta
memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia
duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat
menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang
meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas
dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang
sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan
sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah
sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan
mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa
keperawatan kurang pengetahuan.
Pathway Preeklamsia
Untuk mendownload pathway preeklamsia format doc, DISINI
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak
berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan
terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan
lainnya.
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
5. Gangguan pernafasan sampai cyanosis.
6. Terjadi gangguan kesadaran
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
Urinalisis
2. Radiologi
Ultrasonografi
Kardiotografi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
1. Pada Ibu
Eklapmsia
Solusio plasenta
Pendarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah ( DIC )
Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada Janin
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre-Eklamsia
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap
PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!
Pengkajian
1. Data subyektif :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM.
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
2. Data Obyektif :
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah ).
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir.
4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Monitor tekanan darah tiap 4 jam. R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau
lebih merupkan indikasi dari PIH.
Catat tingkat kesadaran pasien. R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan
aliran darah otak.
Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan
respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ). R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari
perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.
Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus. R/.
Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM. R/. Anti
hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG ; Normal
Intervensi :
Monitor DJJ sesuai indikasi. R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia,
prematur dan solusio plasenta.
Kaji tentang pertumbuhan janin. R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan
karena hipertensi sehingga timbul IUGR.
Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun ). R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin.
Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM. R/. Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST. R/. USG dan NST untuk
mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Kaji tingkat intensitas nyeri pasien. R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan
demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
Jelaskan penyebab nyerinya. R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
kooperatif.
Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul. R/. Dengan nafas
dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru
optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan ibu. R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa.
Jelaskan mekanisme proses persalinan. R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan
diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif.
gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif. R/. Kecemasan akan dapat
teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif.
Beri support system pada ibu. R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi
keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
Implementasi
Evaluasi
Daftar Pustaka