Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


LNG merupakan singkatan dari Liquefied Natural Gas atau bisa diartikan
sebagai gas alam yang dicairkan. Prinsip utama pencairan ini adalah menurunkan
suhu gas dari 22 °C menjadi -160 °C dengan proses pendinginan dan expansi pada
temperatur rendah sekali yang disebut cryogenic temperatur yaitu 160 °C pada
tekanan di bawah 1 atm.
Tujuan dari pencairan adalah untuk mempertinggi efesiensi pengangkutan
dan penyimpanan (Loading & Storage), karena volume gas sebelum dan sesudah
dicairkan adalah 620:1 artinya kita akan mendapatkan 1 cuft LNG jika kita
mencairkan gas alam sebanyak 620 cuft. Pada masa-masa lalu pemakaian gas
alam sebagai sumber energi masih belum mendapat perhatian karena kesulitan
dalam pengangkutan dan penyimpanan.
LNG merupakan alternatif energi yang mempunyai prospek cukup baik
dewasa ini, karena hasil pembakarannya memiliki tingkat polusi yang rendah,
efisiensi pembakarannya cukup tinggi sehingga mudah dikontrol.
Bagi masyarakat Indonesia, LNG merupakan sumber daya alam yang
potensial. Semula sumber daya alam ini berbentuk endapan gas bumi sangat luas
yang terpendam didalam perut bumi. Kemudian gas bumi tersebut diproses
menjadi bahan bakar cair. Tanpa LNG, gas bumi yang berjumlah ratusan triliyun
kaki kubik akan tetap terperangkap di dalam perut bumi.
Gas alam selain mengandung gas-gas hidrokarbon juga mengandung
senyawa yang dapat mengkontaminasi seperti gas CO2 dan H2S, N2 serta uap air
dengan kadar CO2 sebesar 19,2 % volume dan uap air yang relatif besar
dibandingkan H2S sebesar 10 ppm dan N2 yang bernilai trace.
Pada umumnya gas yang diperoleh dari lapangan atau dari perut bumi,
masih mengandung gas-gas atau materi lain yang tidak diinginkan tersebut,
ini disebut impurities atau zat pengotor. Gas CO2 dan H2S tergolong impurities
yang sangat merugikan.
1
2

Seiring dengan menipisnya cadangan gas alam dari sumber ladang gas,
maka kadar CO2dan H2S akan semakin tinggi. Oleh karena itu harus dilakukan
upaya untuk meminimalisasikan kandungan gas-gas tersebut dengan
meningkatkan efisiensi proses penyerapan gas tersebut dengan menggunakan
larutan benfield.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui proses pencairan gas alam.
2. Untuk mengetahui aplikasi dari hasil pencairan gas alam.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses pencairan gas
alam.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui proses dalam industri pencairan gas alam.
2. Dapat mengenal alat-alat dalam proses pencairan gas alam.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gas Alam


Gas Alam atau yang sering disebut dengan gas bumi adalah bahan atau materi
yang terdiri dari fosil-fosil dan terbentuk dalam wujud gas. Gas alam dapat ditemukan
di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara yang diambil dengan cara
pengeboran (drilling). Komponen (utama ) dalam gas alam yaitu metana 80-95%,
etana 5-15%, propana dan butana <5%.
Gas alam juga merupakan campuran hidrokarbon ringan yang terbentuk
secara alami yang bercampur dengan beberapa senyawa non-hidrokarbon. Gas
alam tak terasosiasi dihasilkan dari cadangan yang tidak mengandung minyak
(sumur kering). Di sisi lain, gas alam terasosiasi bersinggungan dengan dan/atau
terlarut dalam minyak bumi serta merupakan produk yang dihasilkan bersama
minyak. Komponen prinsip dari kebanyakan gas alam adalah metana.
Hidrokarbon parafinik berberat molekul lebih tinggi (C2-C7) biasanya ada dalam
jumlah kecil dalam campuran gas alam, dan kadarnya sangat bervariasi tergantung
pada lapangan gas asalnya. Gas alam tak-terasosiasi normalnya mengandung
kadar metana lebih tinggi daripada gas alam terasosiasi. Gas alam terasosiasi
mengandung hidrokarbon lebih berat dengan kadar lebih tinggi.
Zat non-hidrokarbon dalam gas alam bervariasi dari satu lapangan gas ke
lapangan lainnya. Beberapa senyawa ini merupakan asam lemah, seperti hidrogen
sulfida dan karbon dioksida. Yang lain merupakan bahan inert, seperti nitrogen,
helium dan argon. Beberapa cadangan gas alam berisi cukup banyak helium untuk
diproduksi komersial.
Hidrokarbon berberat molekul lebih tinggi dalam gas alam merupakan
bahan bakar dan juga bahan baku kimia yang penting dan biasanya dihasilkan
dalam bentuk cairan gas alam. Sebagai contoh, etana mungkin dipisahkan untuk
dipakai sebagai bahan baku perengkahan kukus untuk memroduksi etilena.
Propana dan butana diambil dari gas alam dan dijual sebagai gas petroleum
dicairkan (LPG). Sebelum gas alam digunakan ia harus diproses atau diolah untuk

3
4

memisahkan zat pengotor dan mengambil hidrokarbon lebih berat (lebih berat dari
metana).

2.2 Proses Pengolahan Gas Alam


Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen
sulfida, dan uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam
untuk konsumsi rumah tangga tidak bisa ditoleransi karena sifat racunnya. Zat ini
juga menyebabkan karat pada peralatan logam. Karbon dioksida tidak diinginkan,
karena zat ini akan mengurangi nilai panas gas dan akan memadat pada tekanan
tinggi dan temperatur rendah yang dipakai pada pengangkutan gas alam. Untuk
mendapatkan gas alam kering, maka gas-gas asam harus diambil dan uap air
dikurangi. Sebagai tambahan, gas alam dengan sejumlah berarti hidrokarbon berat
harus diolah untuk mendapatkan cairan-cairan gas alamnya.
2.2.1 Proses Pengolahan Gas Alam Cair
Pencairan gas alam menjadi LNG/LPG bertujuan untuk memudahkan
dalam penyimpanan dan transportasi gas alam yang diolah di kilang LNG/LPG.
Proses awal yaitu Process Train adalah unit pengolahan gas alam hingga
menjadi LNG serta produk-produk lainnya (pencairan fraksi berat dari gas alam).
Dalam pengolahan gas alam di process train dilakukan proses pemurnian,
pemisahan H2O dan Hg, serta pendinginan dan penurunan tekanan secara
bertahap hingga hasil akhir proses berupa LNG. Terdiri beberapa tahapan yaitu:
Plant 1 - Gas Purification
Proses di Plant 1 adalah pemurnian gas dengan pemisahan kandungan
CO2 (Karbon Dioksida) dari gas alam. Kandungan CO2 tersebut harus dipisahkan
agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Pemisahan CO2 dilakukan dengan
proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine (MEA), yang sekarang diganti
dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi Ucarsol. Proses ini dapat
mengurangi CO2 sampai di bawah 50 ppm dari aliran gas alam. Batas maksimum
kandungan CO2pada proses selanjutnya adalah 50 ppm.
Plant 2 - Gas Dehydration And Mercury Removal
5

Selain CO2, gas alam juga mengandung uap air (H2O) dan Mercury (Hg)
yang akan menghambat proses pencairan pada suhu rendah. Pada Plant 2,
kandungan H2O dan Hg dipisahkan dari gas alam. Kandungan H2O pada gas alam
tersebut akan menjadi padat dan akan menghambat pada proses pendinginan gas
alam selanjutnya karena dapat menyumbat pipa dan alat lainnya saat mengalami
pembekuan, serta untuk mengurangi masalah karat dan mencegah terbentuknya
hidrat. Hidrat adalah senyawa padat berwarna putih yang terbentuk dari reaksi
kimia-fisik antara hidrokarbon dan air pada tekanan tinggi dan temperatur rendah
yang digunakan untuk mengangkut gas alam melalui jalur pipa. Hidrat
mengurangi efisiensi jalur pipa. Untuk mencegah pembentukan hidrat, gas alam
bisa diolah dengan glikol, yang melarutkan air secara efisien. Etilena glikol (EG),
dietilena glikol (DEG), dan trietilena glikol (TEG) merupakan contoh pelarut
untuk pengambilan air. Trietilena glikol (TEG) lebih baik jika dipakai pada proses
fasa-uap karena tekanan uapnya yang rendah, yang mengakibatkan sedikit saja
kehilangan glikol. Absorber TEG normalnya berisi 6 hingga 12 nampan (tray)
bubble-cap untuk melakukan proses absorpsi air.
Cara lain untuk menghilangkan hidrat gas alam adalah dengan
menyuntikkan metanol ke dalam jalur gas untuk menurunkan temperatur
pembentukan hidrat hingga di bawah temperatur atmosfer. Air juga bisa dikurangi
atau diambil dari gas alam dengan memakai adsorben padat seperti saringan
molekular atau gel silika.
Pemisahan kandungan H2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara
absorbsi menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H2O maksimum 0,5
ppm. Kandungan mercury (Hg) pada gas alam tersebut jika terkena peralatan yang
terbuat dari aluminium akan terbentuk amalgam. Sedangkan tube pada Main Heat
Exchanger 5E-1 yang merupakan alat pendingin dan pencairan utama untuk
memproduksi LNG adalah terbuat dari aluminium. Pemisahan kandungan Hg
(Mercury Removal) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan adsorben. Bed
Mercury Removal yang berisi Sulfur Impregnated Activated Charcoal dimana
merkuri akan bereaksi membentuk senyawa HgS, hingga kandungan Hg
maksimum 0,1 ppm.
6

Plant 3 - Fractination
Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger
5E-1 pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan
(fractination) gas alam dari fraksi-fraksi berat (C2, C3, ..., dst) perlu dilakukan.
Proses fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3. Pemisahan gas alam dari fraksi
beratnya dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah dipisahkan dari fraksi
beratnya, gas alam didinginkan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar -50°C
dan selanjutnya diproses di Plant 5 untuk didinginkan lebih lanjut dan dicairkan.
Sedangkan fraksi beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik didihnya dengan
beberapa alat (Deethanizer, Deprophanizer dan Debuthanizer) untuk mendapatkan
prophane, buthane dan condensate.
Plant 4 - Refrigeration
Selain penurunan tekanan, proses pencairan gas alam dilakukan dengan
menggunakan sistem pendingin bertingkat. Bahan pendingin yang digunakan:
Propane dan Multi Component Refrigerant (MCR). MCR adalah
campuran Nitrogen, Methane, Ethane, Prophane dan Buthane yang digunakan
untuk pendinginan akhir dalam proses pembuatan LNG. Plant 4 menyediakan
pendingin Prophane dan MCR. Baik prophane maupun MCR sebagai pendingin
diperoleh dari hasil sampingan pengolahan LNG.
Siklus Pendingin Prophane
Cairan prophane akan berubah fase menjadi gas prophane setelah
temperaturnya naik karena dipakai mendinginkan gas alam maupun MCR. Sesuai
dengan kebutuhan pendinginan bertingkat pada proses pengolahan LNG, kondisi
cairan prophane yang dipakai pendinginan ada 3 tingkat untuk MCR dan 3
tingkat untuk gas alam. Gas prophane setelah dipakai untuk pendinginan
dikompresikan oleh Prophane Recycle Compresor 4K-1 untuk menaikkan
tekanannya, kemudian didinginkan oleh air laut, dan selanjutnya dicairkan dengan
cara penurunan tekanan. Demikian siklus pendingin propane diperoleh.
Siklus Pendingin MCR
Cairan MCR berubah fase menjadi gas MCR dengan kenaikan temperatur karena
dipakai pendinginan gas alam pada Main Heat Exchanger 5E-1. Gas MCR
7

tersebut dikompresikan secara seri oleh MCR First Stage Compresor 4K-2 dan
MCR Second Stage Compressor 4K-3 untuk menaikkan tekanannya. Pendinginan
dengan air laut dilakukan pada interstage 4K-2 dan 4K-3 serta pada discharge 4K-
3.
Plant 5 - Liquefaction
Pada Plant 5 dilakukan pendinginan dan pencairan gas alam setelah gas alam
mengalami pemurnian dari CO2, pengeringan dari kandungan H2O, pemisahan
Hg serta pemisahan dari fraksi beratnya dan pendinginan bertahap oleh prophane.
Gas alam menjadi cair setelah keluar dari Main Heat Exchanger 5E-1 dan
peralatan lainnya selanjutnya ditransfer ke storage tank.

Diagram Alur dari Sebuah Proses Pengolahan Gas Alam


Aliran blok diagram di atas adalah konfigurasi umum untuk pengolahan
gas alam mentah dari non-associated gas well dan bagaimana gas alam mentah
diolah menjadi gas jual kepada end user atau pasar. Hasil pengolahan gas alam
mentah dapat berupa :
1. Gas alam kondensat
2. Sulfur
3. Etana
8

4. Gas alam cair (NGL): propana, butana dan C5 + (istilah yang umum
digunakan untuk pentana ditambah dengan molekul hidrokarbon yang
lebih tinggi)
Proses yang dijelaskan pada diagram di atas:
1. Gas alam mentah berasal dari beberapa sumur yang berdekatan,
dikumpulkan dan proses pengolahan pertama yang terjadi adalah proses
menghilangkan kandungan air dan gas alam kondensat. Hasil kondensasi biasanya
dialirkan kilang minyak dan air dibuang sebagai waste water.
2. Gas alam mentah kemudian dialirkan ke pabrik pengolahan di
mana pemurnian awal biasanya menghilangkan kandungan asam (H2S dan CO2).
Proses yang dipakai pada umumnya adalah Amine Treating yang biasa
disebut Amine Plant.
3. Proses berikutnya adalah untuk menghilangkan uap air dengan
menggunakan proses penyerapan dalam trietilen glikol cair (TEG).
4. Proses berikutnya adalah untuk mengubah menjadi fase gas alam cair
(NGL) yang merupakan proses paling kompleks dan menggunakan pabrik
pengolahan gas modern.
2.2.2 Pengolahan Gas Asam
Gas-gas asam dapat dikurangi atau diambil dengan satu atau beberapa cara
berikut:
1. Absorpsi fisik dengan memakai pelarut absorpsi selektif.
Proses komersial penting yang digunakan adalah proses Selexol, Sulfinol,
dan Rectisol. Pada proses-proses ini, tidak ada reaksi kimia yang terjadi antara gas
asam dan pelarutnya. Pelarutnya, atau absorben, adalah cairan yang selektif
menyerap gas-gas asam tetapi membiarkan hidrokarbonnya. Sebagai contoh, pada
proses Selexol, pelarutnya adalah dimetil eter dari polietilena glikol. Gas alam
mentah dilewatkan berlawanan arah melalui pelarut yang mengalir ke bawah.
Ketika pelarut menjadi jenuh dengan gas-gas asam, tekanannya diturunkan,
sehingga hidrogen sulfida dan karbon dioksida dilepaskan kembali. Pelarutnya
kemudian didaur ulang ke menara absorpsi.
9

Gambar memperlihatkan proses Selexol


Proses Selexol untuk pengambilan gas asam: (1) absorber, (2) drum
flash, (3) kompresor, (4) drum tekanan-rendah, (5) stripper, (6) pendingin.

2. Adsorpsi fisik dengan memakai adsorben padat.


Pada proses ini, suatu padatan digunakan dengan luas permukaan besar.
Saringan molekular (zeolita) banyak dipakai karena bisa menyerap sejumlah besar
gas. Biasanya, lebih dari satu unggun adsorpsi dipakai untuk operasi sinambung.
Satu unggun digunakan sedangkan yang lainnya diregenerasi. Regenerasi
dilakukan dengan melewatkan bahan bakar panas melewati unggun.
Saringan molekular hanya bisa bersaing jika jumlah hidrogen sulfida dan
karbon disulfidanya rendah. Saringan molekular juga bisa menyerap air, bukan
hanya gas asam.
3. Absorpsi kimia (Chemisorption) dengan memakai pelarut (suatu bahan
kimia) yang bisa bereaksi reversibel dengan gas-gas asam.
Proses ini dikenal akan kemampuannya yang tinggi dalam menyerap
sejumlah besar gas-gas asam. Proses ini memakai larutan basa yang relatif lemah,
10

seperti monoetanolamina. Gas asam akan membentuk ikatan lemah dengan basa
ini yang kemudian bisa mudah diregenerasi. Mono- dan dietanolamina sering
digunakan pada proses ini. Konsentrasi amina biasanya pada rentang 15 dan 30%.
Gas alam dilewatkan melalui larutan amina sehingga membentuk sulfida,
karbonat, dan bikarbonat. Dietanolamina adalah pelarut yang lebih disukai karena
laju karatnya rendah, kemungkinan hilangnya amina lebih kecil, memerlukan
utilitas lebih sedikit, dan memerlukan dietanolamina tambahan yang minimal.4
Dietanolamina juga bereaksi reversibel dengan 75% karbonil sulfida (COS),
sedangkan mono- bereaksi irreversibel dengan 95% COS serta membentuk
produk penguraian yang mesti dibuang. Diglikolamina (DGA), adalah pelarut
amina lain yang digunakan dalam proses Econamina (Gbr. 1-2).4 Absorpsi gas-
gas asam terjadi dalam absorber yang berisi larutan DGA aqueous, dan larutan
panas yang kaya (jenuh dengan gas asam) dipompakan ke regenerator. Larutan
diglikolamina memiliki titik beku yang rendah, sehingga cocok untuk digunakan
di daerah beriklim dingin. Larutan basa kuat merupakan pelarut gas-gas asam
yang efektif. Namun, larutan ini biasanya tidak dipakai untuk pengolahan gas
alam volume besar karena gas-gas asam ini membentuk garam stabil, yang tidak
gampang diregenerasi. Sebagai contoh, karbon dioksida dan hidrogen sulfida
bereaksi dengan larutan natrium hidroksida aqueous menghasilkan natrium
karbonat dan natrium sulfida.
Namun, larutan basa kuat bisa digunakan untuk mengambil merkaptan dari
aliran gas dan cairan. Sebagai contoh, pada Proses Merox, pelarut kaustik yang
mengandung katalis seperti kobalt, yang dapat merubah merkaptan menjadi
disulfida yang tak terlarut dalam kaustik, dipakai untuk aliran yang kaya
merkaptan setelah pengambilan H2S. Udara dipakai untuk mengoksidasi
merkaptan menjadi disulfida. Larutan kaustik kemudian didaur-ulang untuk
regenerasi.
11

2.3 Produk Gas Alam


1. LNG (Liquefied Natural Gas)
LNG atau gas alam adalah gas hasil ekstraksi yang telah dipisahkan dari
kandungan metananya, komponen utamanya yaitu metana (CH4).

2. LPG (Liquefied Petrolium Gas)


LPG (Liquefied Petrolium Gas) atau gas minyak bumi yang dicairkan
adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam,
komponen utamanya yaitu propana (C3H8) dan butana (C4H10).

3. Dan lain sebagainya seperti: CNG, HSD, MFO, IFO


CNG (Compressed Natural Gas) atau gas alam terkompresi adalah
alternatif bahan bakar selain bensin atau solar, komponen utamanya yaitu metana
(CH4).

2.4 Peyimpanan dan Transportasi Gas Alam


Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi:
1. Transportasi melalui pipa salur.
2. Transportasi dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas) dengan kapal
tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
3. Transportasi dalam bentuk CNG (Compressed Natural Gas), di daratan
dengan road tanker sedangkan di laut dengan kapal tanker CNG, untuk
pengangkutan jarak dekat dan menengah (antar pulau).

2.5 Pemanfaatan Gas Alam


2.5.1 Sebagai bahan bakar, antara lain:
1. Bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas atauUap (PLTU).
2. Bahan bakar industri ringan, menengah dan berat.
3. Bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV).
4. Sebagai kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya.
2.5.2 Sebagai bahan baku, antara lain;
12

1. bahan baku pabrik pupuk petrokimia dan metanol.


2. bahan baku plastik (LDPE, LLDPE, HDPE, PE, PVC)
3. industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan
2.5.3 Sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural
Gas (LNG).

2.6 Jenis Sumur Gas Alam


Gas alam mentah terutama berasal dari salah satu dari tiga jenis sumur:
1. Sumur minyak mentah;
2. Sumur gas;
3. Sumur kondensat.
Gas alam yang keluar dari sumur minyak mentah biasanya disebut
associated gas. Gas ini ada sebagai gas di atas minyak mentah yang terbentuk
didalam tanah, atau bisa saja larut dalam minyak mentah. Gas alam yang keluar
dari sumur gas dan sumur kondensat, di mana ada sedikit atau bahkan tidak ada
kandungan minyak mentah disebut non-associated gas. Sumur gas biasanya hanya
memproduksi gas alam mentah, sedangkan sumur kondensat menghasilkan gas
alam mentah bersama dengan hidrokarbon berat molekul rendah. Gas ini pada
fase cair pada kondisi ambien contoh pentana disebut sebagai gas alam kondensat
(kadang-kadang juga disebut bensin alami atau hanya kondensat). Gas alam bisa
disebut sweet gas ketika relatif bebas dari hidrogen sulfida, namun gas yang
mengandung hidrogen sulfida disebut sour gas.
Gas alam mentah juga dapat berasal dari cadangan metana dalam pori-pori
lapisan batubara, dan terutama teradsorpsi ke permukaan batubara itu sendiri. Gas
tersebut disebut sebagai coalbed gas atau coalbed methane. Coalbed gas telah
menjadi sumber energi penting di akhir akhir ini.

2.7 Kontaminan dalam Gas Alam Mentah


Gas alam mentah utamanya terdiri dari metana (CH4), molekul
hidrokarbon terpendek dan paling ringan juga sejumlah:
13

1. Gas hidrokarbon yang lebih berat: etana (C2H6), propana (C3H8), butana
normal (n-C4H10), isobutana (i-C4H10), pentana dan bahkan hidrokarbon dengan
berat molekul yang lebih tinggi. Ketika diproses dan dimurnikan menjadi produk
jadi, semua ini secara kolektif disebut sebagai NGL (Cairan Gas Alam).
2. Gas asam: karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), methanethiol
(CH3SH) dan ethanethiol (C2H5SH).
3. Gas lain: nitrogen (N2) dan helium (He).
4. Uap air. Juga sebagai larutan garam dan gas terlarut (asam). Gas alam
mentah harus dimurnikan untuk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh
perusahaan pipa transmisi utama dan distribusi . Standar kualitas bervariasi dari
pipa ke pipa dan biasanya tergantung dari desain sistem pipa dan pangsa pasar
yang dilayaninya.

2.8 Sifat-Sifat Gas Alam


Gas alam yang diolah terutama mengandung metana; sifat keduanya (gas
alam dan metana) hampir serupa. Namun, gas alam bukanlah metana murni, dan
sifatnya terpengaruh oleh adanya zat pengotor, seperti N2 dan CO2 dan sejumlah
kecil hidrokarbon lebih berat yang tak terpisahkan. Salah satu sifat penting gas
alam adalah nilai panasnya. Jumlah nitrogen atau karbon dioksida yang relatif
lebih tinggi akan menurunkan nilai panas gas tersebut. Metana murni memiliki
nilai panas 1.671 kJ/m3. Nilai ini turun menjadi hampir 1.490 kJ/m3 jika gas
mengandung sekitar 10% N2 dan CO2. (Nilai panas nitrogen atau karbon dioksida
adalah nol.) Pada sisi lain, nilai panas gas alam bisa melebihi metana karena
adanya hidrokarbon berberat molekul lebih tinggi, yang memiliki nilai panas lebih
tinggi. Sebagai contoh, nilai panas etana adalah 2.981 kJ/m3, bandingkan dengan
1.671 kJ/m3 untuk metana. Nilai panas hidrokarbon yang biasanya terkandung
dalam gas alam ditunjukkan pada Tabel 1-4.
Gas alam biasa dijual sesuai dengan nilai panasnya. Nilai panas satu
produk gas merupakan fungsi dari zat yang ada dalam campuran tersebut. Pada
perdagangan gas alam, nilai panas satu juta BTU (1,055 juta kJ) hampir sama
dengan 1.000 ft3 (28,3 m3) gas alam.
14

BAB III
TUGAS KHUSUS

3.1 Prinsip Kerja Heat Exchanger

3.1.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas

Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu
suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses
terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang
panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya
pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida
dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Pada umumnya perpindahan panas dapat berlangsung melalui 3 cara yaitu secara
konduksi, konveksi, dan radiasi.

a. Konduksi (hantaran)

Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling


berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada
dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
maka akan memberikan panas.

Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul


lainnya, tanpa molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat
padat.

Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi
disebut penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat
panas (isolator panas ).

14
15

Q = k * A * (T1-T2) / X

Ket: A : luas bidang perpindahan panas

X : Panjang jalan perpindahan panas(tebal)

q : Panas yang dipindahkan

b. Konveksi (aliran/edaran)

Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan
partikel atau zat tersebut secara fisik.

Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh


karena adanya dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang
peranan penting. Konveksi hanya terjadi pada fluida

Ket: Q = h * A * (T2 – T1)

h = koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.

Q = panas yang dipindahkan

A = luas perpindahan panas

Dalam melaksanakan operasi perpindahan panas, perlu


diperhitungkan jumlah panas yang dipindahkan (q), perbedaan suhu (T)

,dan tahanan terhadap perpindahan panas (R).

Persamaan utama yg menghubungkan besaran – besaran diatas adalah::

Ket: q = A * (T2 – T1) / R = U * A * (T2 – T1)

q = Jumlah panas yang dipindahkan

R = Tahanan terhadap perpindahan panasU = 1/R =


Koefisien perpindahan panas keseluruhan, gabungan
antara konduksi dan konveksi (k.W / m2. C )

Harga U atau R tergantung pada jenis zat (daya hantar), kecepatan aliran, dan
ada tidaknya kerak.
16

c. Radiasi (pancaran)

Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu


energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.

Panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Perpindahan


seperti ini tidak memerlukan zat antara/media.

Q = σ . T4

Ket: Q = jumlah panas yang dipancarkan

T = suhu mutlak

σ = tetapan Stefan – Boltzman, = 4,92 kkal / (jam. m2.K4 )

d. Hubungan U dengan k dan h

1/U = 1/ha + x/k + 1/hb


Atau
R = Ra + Rk + Rb
Adanya kotoran/endapan (kerak) akan memperbesar tahanan terhadap
perpindahan panas atau memperkecil U, sehingga persamaan menjadi:

1/U = R = Ra + Rk + Rb + Rf

Rf : tahanan karena fouling (kotoran)


17

e. Isolasi Panas

Mencegah kehilangan panas alat –alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu


tinggi ke sekeliling yang suhunya lebih rendah, atau sebaliknya.

Untuk alat-alat dengan suhu rendah, isolasi mencegah masuknya panas


karena suhu sekitarnya yang lebih tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang dapat
timbul bila orang menyentuh permukaan benda yang panas atau dingin sekali.

Bahan Isolasi: a. daya hantar panas rendah

b. dapat menahan arus konveksi

c. disesuaikan dengan suhuPermukaan datar: makin tebal,


makin sedikit panas yang hilang

f. Perbedaan Suhu Rata-rata

Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju


pemindahan panas. Suhu fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan
digunakan perbedaan suhu rata-rata.

(𝐓𝟐 – 𝐭𝟐) – (𝐓𝟏 – 𝐭𝟏)


∆T =
𝑳𝒏 (𝑻𝟐−𝒕𝟐)/(𝑻𝟏−𝒕𝟏)

Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log mean
temperature diffrence) disingkat LMTD

Q = U * A *(Δ T) LMTD

Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

a. Secara kontak langsung

panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas
yang terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida. Contoh :
18

aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat
bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.

b. Secara kontak tak langsung

Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding


pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

3.2 Jenis – jenis Heat Exchanger

Ada beberapa jenis heat exchanger yang banyak digunakan dalam industri,
yaitu:

a. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )

Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan
cairan lainnya dalam pipa.

Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis
selongsong dan buluh ( shell and tube heat exchanger ).
19

Gambar 2 . Penukar panas jenis pipa rangkap

(double pipe heat exchanger )

b. Penukar panas cangkang dan buluh ( shell and tube heat exchanger )
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa
yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel
pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ),
namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.

Gambar 3.Penukar panas jenis cangkang dan buluh

( shell and tube heat exchanger )

Tipe-tipe yang dikenal dari jenis heat exchanger ini adalah :

1. Fixed tube sheet

2. Floating tube sheet

3. Tipe pipa U
20

4. Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada shellnya.

Dengan heat exchanger jenis ini dapat diperoleh luas bidang perpindahan
panas yang besar dengan volume alat yang relative lebih kecil. Untuk pipa bisa
dibuat dari berbagai jenis bahan kontruksi, disesuaikan dengan alat sifat korosif
fluida yang ditangani. Heat exchanger ini dapat digunakan untuk
pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi segala macam fluida.

1) Tubes

Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa – pipa biasa,
tetapi pipa-pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari berbagai
material. Umumnya digunakan pipa berukutran diameter luar ¾ inch atau 1 inch.
Tetapi tersedia juga pipa-pipa dengan dengan diameter luar1/4; 1,75; 1,50 inch.
Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG (Birmingham Wire Gauge). Makin
besar bilangan BWG, makin tipis pipanya.

Misalnaya : untuk pipa 1 inch

BWG 8 mempunyai tebal 0,165 inch

BWG 10 mempunyai tebal 0,134 inch

BWG 16 mempunyai tebal 0,065 inch

Tersedia BWG mulai dari 8 sampai 18.

Tube terpasang pada tube – sheet dengan pitch 1,25 DO (diameter luar).
Formasi pipa dapat membentuk segitiga atau bujur sangkar.

2) Shell

Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan pada
standar baja karbon. Untuk ukuranbesardibuat dari pelat yang di roll atau di- las.
Untuk heat exchanger yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi biasa digunakan :

Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in

Tebal 7/8 in untuk diameter 31 in

Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk kemungkinan korosi.


21

3) Baffle

Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell,


sehingga seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan
membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas yang
besar. Luas baffle lebih kurang 75% penampang shell. Spasi antar baffle tidak
lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat alan didapat kehilangan
tekanan yang besar.

c. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )

Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan
oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi
empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain
mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

Gambar 4. Penukar panas jenis pelat and Frame

d. SDAdiabatic wheel heat exchanger

Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko


yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar
panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda
22

besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar
panas cairan.

e. Pillow plate heat exchanger

Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu


untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless
steel. Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh
permukaan tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar
tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas
ke permukaan selembar tebal dari logam.

Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola
serpentin garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan
yang cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan,
menyediakan ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan
penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.

f. Dynamic scraped surface heat exchanger

Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat
exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan
tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling
aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores
permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer
panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.

g. Phase-change heat exchanger

Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar
panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih)
atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke
cairan. Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan
umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas.

Distilasi setup biasanya menggunakan kondensor untuk mengkondensasika


uap distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki
23

uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk


mendidihkan air menjadi uap.

Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang
sering disebut boiler atau generator uap. Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir
yang disebut reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati
panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap
memproduksi dari air dalam proses, disebut generator uap. Semua pembangkit
listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin
memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke
kondensat (air) untuk digunakan kembali.

Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan


tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer
panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan,
seperti pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.

Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang mengandung
bahan dalam struktur mereka yang memiliki perubahan fasa. Hal ini biasanya
padat ke fase cair karena perbedaan volume kecil antara negara-negara
ini. Perubahan fase efektif bertindak sebagai buffer karena terjadi pada suhu
konstan tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas untuk menerima panas
tambahan. Salah satu contoh di mana ini telah diteliti untuk digunakan dalam
elektronik pesawat daya tinggi.

3. Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas

Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

a. Counter current flow (aliran berlawanan arah)

b. Paralel flow/co current flow (aliran searah)

c. Cross flow (aliran silang)

d. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)


24

3.3 Komponen Heat Exchanger

Pemindahan panas dalam heat exchanger dilakukan dengan


mengkontakkan dua fluida melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas atau
pendingin berada dalam suatu jaket, didalampipa atau diluar pipa. Luas bidang
pemanas harus cukup (sesuai persamaan perpindahan panas dan kebutuhan panas
). Adapun komponen-komponen dari heat exchanger antara lain:
1. Heat Exchanger (HE)
Alat untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan
aliran fluida lainnya.
2. Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses Sebagai
pemanas digunakan steam atau fluida panas lain yang ada.
3. Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai
pendingin digunakan air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.
4. Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas latennya.
5. Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan pekat.
6. Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.
7. Reboiler
Penyediankan panas untuk menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk
distilasi, absorpsi, stripping.
3.4 Aliran Multi Pass

Alir fluida dalam tube sering dibuat beberapa kali melewati shell.
Dengan cara ini penampang aliran dalam tube menjadi lebih kecil dan laju linier
menjadi besar, sehingga diperoleh koefisien perpindahan panas besar.
25

3.5 Aspek Operasi dan Pemeliharaan

Salah satu masalah utama dalam pemeliharaan HE adalah pengendapan


kotoran (fouling) pada permukaan bidang perpindahan panas. Hal ini
menyebabkan peningkatan tahanan panas ( koef perpindahan panas mengecil).
Fouling juga menambahntahanan terhadap aliran fluida. Bertambahnya tambahan
memperbesar beda suhu rata-rata(LMTD).
Endapan yang membentuk kerak pada suatu tempat dapat mengakibatkan
pemanasan (meningkatkan suhu) yang berlebihan pada suatu tempat dan dapat
merusak pipa/tube (over heating).
Biasanya ”shelland tube heat exchanger” dirancangdengan luas bidang
pemanas yang berlebihan dari seharusnya sehingga penurunan koefisien
perpindahan panas tidak langsung mengakibatkan penyimpangan besar
kinerja(performance) heat exchanger tersebut.
Bila fouling telah melewati harga tertentu ( kerak semakin tebal),
kemampuan pelat/pipa sudah tidak lagi sebagaimana disyaratkan. Sebelum hal ini
terjadi , alat harus segera dihentikan untuk dibersihkan keraknya.
Kinerja (kemampuan kerja) heat exchanger dapat dievaluasi dengan
membuat neraca panas. Untukm itu dikumpulkan data. Untuk memudahkan
penetapan kapan penghentian harus dilakukan, dapat dilakukan pengamatan
perubahan LMTD dan kehilangan tekanan pada tube (lihat grafik Δ P atau Δ T
LMTD terhadap waktu. HE
Bila P dan / atau LMTD telah mencapai suatu harga tertentu, berarti
fouling sudah cukup banyak dan harus dihentikan untuk dibersihkan.
Tiap heat exchanger punya harga batasnya sendiri-sendiri yangb berlainan
dan perlu diamati untuk menetapkan jadwal pemvbersihan, operasi yang tepat
(sesuai petunjuk yang diberikan) akan memperpanjang selang waktu pembersihan
dan umur heat exchanger.
Saat yang paling menentukan justru pada saat ”start Up” dan ”shut down”,
pada saat ini bisa terjadi kejutan panas (perubahan panas tiba-tiba) dan hantaran
hidrolik yang dapat menimbulkan tegangan berlebihan dan tidak seimbang yang
dapat merusak sambungan-sambungan, pipa, packing dan atau timbul kebocoran.
26

Laju alir dalam sehell yang terlalu besar (berlebihan dari seharusnya)
dapat menimbulkan vibnrasi (getaran) yang sangat membahayakan.
27

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah


sebagai berikut :
a. Bahan baku pembuatan urea adalah gas alam mentah hasil pengeboran
b. Dalam pembuatan pupuk urea diperlukan 5 unit plant, yaitu : Plant 1 - Gas
Purification, Plant 2 - Gas Dehydration And Mercury Removal, Plant 3 –
Fractination, Plant 4 – Refrigeration, dan Plant 5 - Liquefaction
c. Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger
pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan
(fractination) gas alam dari fraksi-fraksi berat perlu dilakukan.

d. Hasil pengolahan gas alam mentah dapat berupa gas alam kondensat,
sulfur, etana, gas alam cair (NGL): propana, butana dan C5 + (istilah yang
umum digunakan untuk pentana ditambah dengan molekul hidrokarbon
yang lebih tinggi)
e. Hasil Akhir dari pencairan gas alam adalah LNG (Liquefied Natural Gas),
LPG (Liquefied Petrolium Gas), dan lain sebagainya seperti: CNG, HSD,
MFO, IFO.

27

Anda mungkin juga menyukai