Anda di halaman 1dari 11

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan alternatif diharapkan dapat menjawab permasalahan pakan saat ini


yaitu harga pakan ikan yang terus naik, masalah pencemaran lingkungan perairan
karena penumpukan sisa pakan dan munculnya berbagai macam penyakit yang
menyebabkan kematian pada ikan. Fahmi (2015) menyatakan bahwa syarat bahan
yang dapat dijadikan bahan baku pakan yaitu: tidak berbahaya bagi ikan, tersedia
sepanjang waktu, mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan, dan bahan
tersebut tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk menekan biaya pakan perlu dicari
bahan baku pakan alternatif yang harganya lebih murah dan memiliki kandungan
protein tinggi sesuai dengan kebutuhan ikan. Alternatifnya adalah penggunaan
tepung maggot (Sahwan, 2003).
Maggot (larva) lalat black soldier dapat dijadikan bahan baku alternatif
penganti tepung ikan sebagai bahan baku pakan. Maggot adalah organisme yang
berasal dari telur lalat black soldier dan salah satu organisme pembusuk karena
mengonsumsi bahan-bahan organik untuk tumbuh (Silmina et al., 2011). Maggot
Hermetia illucens dapat dijadikan pilihan untuk penyediaan pakan sumber protein
karena lalat ini mudah ditemukan, dikembangbiakkan dan merupakan salah satu
jenis bahan pakan alami yang memiliki protein tinggi. Keberhasilan produksi dan
kualitas maggot sangat ditentukan oleh media tumbuh, misalnya jenis lalat
Hermetia illucens menyukai aroma media yang khas maka tidak semua media
dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hermetia illucens. Fase pada siklus
hidup lalat black soldier yaitu maggot (larva), prepupa, pupa dan serangga dewasa
(Fahmi, 2015).
Tingginya nutrisi yang terkandung pada maggot, ketersediaannya yang
melimpah, pemanfaatannya yang tidak bersaing dengan manusia serta media
tumbuhnya yang mudah dibuat menunjukkan potensi yang baik sebagai alternatif
kombinasi pakan ikan. Maggot diharapkan dapat menjadi jawaban atas
permasalahan ketersediaan yaitu harga pakan yang murah dan mudah didapatkan,
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan serta dapat meningkatkan daya tahan
tubuh ikan (Fahmi, 2015).
1
2

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pakan alami ini sebagai berikut :


1. Mahasiswa dapat melakukan budidaya Maggot Hermetia illucens dengan
media yang berbeda.
2. Mahasiswa dapat mengetahui media yang paling cocok untuk budidaya
Maggot Hermetia illucens dalam skala laboratorium.

2
3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier fly
yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase
pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa (Silmina et al., 2011).
Menurut Rahmawati et al, (2010) klasifikasi maggot sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Stratiomydae
Subfamily : Hermetiinae
Genus : Hermetia
Species : Hermetia Illucens

Gambar 2.1. Maggot Hermetia illucens

Black Soldier Fly berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya
berwarna transparan (wasp waist) sehingga sekilas menyerupai abdomen lebah.
Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai
delapan hari. Lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih terlipat
kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak. Lalat
dewasa tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa hanya
beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya. Kebutuhan
nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang disimpan saat masa
pupa. Berdasarkan jenis kelaminnya, lalat betina umumnya memiliki daya tahan
hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan lalat jantan (Gunawan, 2012).
3
4

Serangga Hermetia illucense betina secara alami akan menempatkan


telurnya di sekitar sumber makanan, misalnya di sekitar tempat peternakan ayam,
kotoran hewan maupun tumpukan limbah bungkil sawit (Fahmi, 2015). Kegiatan
budidaya membutuhkan media tumbuh yang ketersediaannya melimpah serta
mudah didapatkan. Lalat black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi
limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun feses. Penelitian
Suciati & Faruq (2017) menunjukkan maggot bisa dikembangbiakkan pada
media ampas tahu.
Maggot yang diperoleh dapat di berikan ikan dengan beberapa cara yaitu
bisa diberikan secara langsung, dikeringkan terlebih dahulu, juga dapat
dicampurkan dengan bahan pakan lain. Katayane et al (2014) menyatakan bahwa
untuk memperoleh 1 kg larva lalat black soldier kering sebagai bahan baku pakan
dibutuhkan sekitar 3 kg larva lalat black soldier segar dengan kadar air 63,72%.
Maggot Hermetia illucens dapat dijadikan pilihan untuk penyediaan pakan
sumber protein karena lalat ini mudah ditemukan, dikembangbiakkan dan
merupakan salah satu jenis bahan pakan alami yang memiliki protein tinggi.
Keberhasilan produksi dan kualitas maggot sangat ditentukan oleh media tumbuh,
misalnya jenis lalat Hermetia illucens menyukai aroma media yang khas maka
tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hermetia illucens.

4
5

BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Budidaya Pakan Alami membahas tentang Budidaya Maggot


dilaksanakan pada tanggal 11-25 Oktober 2018. Bertempat di Laboratorium Basah
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1 dan 3.2
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam praktikum
No. Nama Alat Keterangan
1. Baskom Wadah budidaya maggot
2. Timbangan Menimbang bahan dan maggot
3. Saringan Tempat menyaring maggot

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam praktikum


No. Nama Keterangan
1. Daun pisang kering Tempat menempelkan telur
2. Dedak Media hidup meggot
3. Air bersih Mengencerkan bahan
4. Limbah sayur Media hidup maggot
5. Ampas tahu Media hidup meggot
6. Sisa buah Media hidup meggot

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :


1. Menyiapkan wadah pemeliharaan.
2. Memasukkan bahan berupa ampas tahu 1 kg, limbah sayur 1 kg dan sisa buah 1
kg serta menambahkan air bersih dan mengaduk hingga merata.
3. Menutup wadah dengan daun pisang kering.
4. Menempatkan wadah di tempat yang teduh dan terlindung dari air hujan.
5. Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan selama 2 minggu.

5
6

3.4 Perlakuan

Perlakuan pada praktikum ini menggunakan media budidaya maggot yang


berbeda-beda, adapun media yang digunakan sebagai berikut :
Kelompok 1 : Ampas tahu (3 kg)

Kelompok 2 : Limbah sayur (3 kg)


Kelompok 3 : Sisa buah (3 kg)
Kelompok 4 : Dedak (3 kg)
Kelompok 5 : Ampas tahu + Dedak (1,5 kg + 1,5 kg)
Kelompok 6 : Limbah sayur + Dedak (1,5 kg + 1,5 kg)
Kelompok 7 : Sisa buah + Dedak (1,5 kg + 1,5 kg)
Kelompok 8 : Ampas tahu+ Sisa sayur+Sisa buah (1 kg + 1 kg + 1 kg)

6
7

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Hasil yang didapatkan setelah praktikum Budidaya Maggot dapat dilihat


pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1 Data Berat Maggot
Perlakuan Berat bahan (kg) Berat total maggot (g)
Ampas tahu 3 97,2
Limbah sayur 3 32,3
Sisa buah 3 48,9
Dedak 3 270,8
Ampas tahu + dedak 1,5 + 1,5 2,8
Limbah sayur + dedak 1,5 +1,5 341
Sisa buah + dedak 1,5 + 1,5 227,6
Ampas tahu + limbah sayur + 1+1+1 241
sisa buah

400
341
350
Berat total maggot (g)

300 270.8
241
250 227.6

200

150
97.2
100
48.9
50 32.3
2.8
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan

Gambar 4.1 Grafik berat maggot

4.2 Pembahasan

Maggot adalah organisme pada fase kedua dari siklus hidup lalat black
soldier. Telur lalat black soldier menetas dan menjadi maggot. Maggot beranjak
pada fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Berdasarkan hasil
pengamatan budidaya, proses penetasan telur maggot selama ±6 hari. Lalat black
soldier betina meletakkan telurnya pada substrat daun pisang kering dalam waktu
7
8

±3 hari. Waktu penetasan berlangsung selama ±3 hari. Sependapat dengan Fahmi


(2015), yang menyatakan bahwa telur lalat black soldier menetas setelah 3–6 hari.
Pada saat meletakkan telur, lalat black soldier betina akan memastikan tempat
mereka bertelur dekat dengan sumber makanan yang tercukupi.
Proses panen budidaya maggot dilakukan minimal setelah dua minggu
masa budidaya maggot. Waktu 2 minggu telur lalat black soldier sudah menetas
dan memasuki fase larva instar kedua yang tumbuh sekitar 10 mm sebelum
melepaskan kulit menjadi larva instar ketiga. Larva instar ketiga tumbuh antara 15
mm dan 20 mm sebelum berada pada fase pre-pupa. Daur hidup maggot sebelum
menjadi lalat 37 hari karena dijadikan untuk pakan ikan harus sebelum maggot
berumur 37 hari dari proses bertelurnya.
Hasil yang didapat pada budidaya maggot masing-masing kelompok
menggunakan bahan baku yang berbeda dan mendapatkan hasil yang berbeda
pula. Budidaya maggot menggunakan bahan ampas tahu sebanyak 3 kg dan berat
maggot sebanyak 97,2 gram, bahan limbah sayur sebanyak 3 kg berat maggot
32,3 gram, kelompok 3 menggunakan sisa buah sebanyak 3 kg dengan hasil 48,9
gram, dedak sebanyak 3 kg hasil panen 270,8 gram, ampas tahu 1,5 kg yang
dicampurkan dengan dedak 1,5 kg mendapatkan hasil 2,8 gram, bahan limbah
sayur 1,5 kg dicampurkan dengan dedak 1,5 kg dengan hasil yang didapat 34,1
gram, bahan sisa buah 1,5 kg ditambah dengan dedak 1,5 kg hasil panen 227,6
gram, sedangkan ampas tahu 1 kg ditambahkan dengan limbah sayur 1 kg dan sisa
buah 1 kg mendapatkan hasil setelah panen 24,1 gram.
Dedak yang digunakan merupakan hasil sampingan dari pemecahan kulit
padi/gabah, yang terdiri atas lapisan kutikula luar dan hancuran sekam. Dedak
yang paling baik digunakan dalam budidaya maggot adalah dedak yang halus
karena penyerapan sari-sari yang dibutuhkan maggot lebih mudah, sehingga
merangsang serangga Black soldier untuk bereproduksi. Suciati (2017)
menjelaskan bahwa dedak mengandung nutrient yang dibutuhkan oleh maggot
seperti, protein kasar 12-14%, kadar lemak 7-19%, kadar abu 9-12%, serat kasar
8-13%, dan BETN 64-42%. Maggot akan mereduksi nutrient yang berada pada
media budidaya sebesar 50-70%

8
9

Hasil masing-masing media diketahui berat dari masing-masing bahan


untuk budidaya maggot mana yang lebih melimpah dan sedikit, dapat dilihat pada
tabel 4.1 maggot yang paling melimpah setelah dipanen yaitu media dedak dan
campuran dedak dengan limbah sayur dimana mendapatkan hasil yang sangat
banyak dari media yang lainnya. Pendapatan hasil maggot yang sedikit bukan
berarti tidak berhasil, hanya saja kemungkinan besar bahan-bahan yang digunakan
untuk budidaya maggot tidak membusuk dan larva maggot tidak tertarik untuk
menjadi tempat tinggalnya.
Hasil maggot yang paling sedikit didapatkan dari media yang
menggunakan ampas tahu dan dedak yang sudah dicampurkan. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan budidaya maggot Silmina (2011), menjelaskan
bahwa produksi maggot dipengaruhi oleh media yang disediakan yaitu kondisi
lingkungan budidaya maggot dan kandungan nutrien bahan. Dilihat dari kondisi
lingkungannya, maggot menyukai kondisi lingkungan yang lembab. Begitu juga
dengan kandungan nutrien pada media tumbuh maggot.
Perbedaan hasil yang diperoleh pada masing-masing media kemungkinan
disebabkan oleh kualitas media tumbuh yang berbeda sehingga berpengaruh
terhadap sumbangan zat gizi bagi telur-telur maggot untuk berkembang biak.
Bahan yang digunakan untuk media hidup maggot yang baik yaitu dedak dan
limbah sayuran, karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk
pertumbuhan serta perkembangan maggot yang hasilnya dapat diukur melalui
produksi berat segar maggot. Menurut Tran et al. (2014), dalam
membudidayakan maggot kadar air media harus rendah, karena maggot tidak
dapat berkembang baik bahkan tidak dapat tumbuh pada media dengan kadar air
tinggi. Penyebab lainnya selain perbedaan kadar air yang kemungkinan
berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan yang berdampak pada
produksi segar maupun produksi bahan kering maggot adalah suhu media.

9
10

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Maggot dapat tumbuh dan berkembangbiak pada berbagai jenis media seperti
limbah sayur, dedak, sisa buah, ampas tahu dan daun pisang kering.
2. Maggot dengan jumlah tertinggi diperoleh pada media limbah sayur dan
dedak 341 gram, sedangkan hasil yang paling rendah diperoleh pada media
ampas tahu 2,8 gram.

5.2 Saran

Pembudidayaan maggot untuk pakan ikan yang dilakukan sebaiknya


menggunakan media berupa limbah sayur dan dedak.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Aam Gunawan, 2012. Aplikasi maggot (Hermetia illucens) yang dibiakkan dalam
manur unggas sebagai campuran pakan periode pertumbuhan dan
produksi telur puyuh (Coturnix coturnix japonica). Disertasi, Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2017. KKP - FAO Sepakat Dorong
Pakan Mandiri Nasional. Retrieved.
Fahmi, M. R. (2015). Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-
larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. In
Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1 :
139-144.
Hem, S., S. Toure, Ce Sagbla, and M. Legendre. 2008. Bioconversion of Palm
Kernel Meal for Aquaculture: Experiences from the Forest Region
(Republic of Guinea). African Journal of Biotechnology. 7:1192-1198.
Katayane AF, Wolayan FR, Imbar MR. 2014. Produksi dan kandungan protein
maggot (Hermetia illucens) dengan menggunakan media tumbuh
berbeda. J Zootek. 34:27-36.
Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan dan
kandungan nutrisi larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera:
Startiomyidae) pada bungkil kelapa sawit. J Entomol Indones. 7:2841.
Rumondor, G., Maaruf, K., Wolayan, F. R., Tulung, Y. R. L., & Wolayan, F. R.
(2016). Pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung maggot black
soldier (Hermetia illucens) dalam ransum terhadap persentase karkas dan
lemak abdomen broiler. Zootec, 36(1), 131–138.
Sahwan, M. F. 2003. Pakan Ikan dan Udang: Formulasi, Pembuatan, Analisa
Ekonomi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Silmina, D., Edriani, G., & Putri, M. (2011). Efektifitas Berbagai Media Budidaya
Terhadap Pertumbuhan Maggot Hermetia illucens. Universitas bandung.
Bogor.
Suciati, R., & Faruq, H. (2017). Efektifitas media pertumbuhan maggot Hermetia
illucent (lalat tentara hitam) sebagai solusi pemanfaatan sampah organik.
Biosfer Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi. 2(1): 8–13.

Tran, G. Gnaedinger, C. Melin, C. 2014. Black soldier Fly Larvae (Hermetia


illucens). Melalui http://www.feedipedia.org/node.16388. Diakses pada
tanggal 4 November 2018
Zarkani A, Miswati. 2012. Teknik budidaya larva Hermetia illucens (Linnaeus)
(Diptera: Stratiomyidae) sebagai sumber protein pakan ternak melalui
biokonversi limbah loading ramp dari pabrik CPO. J Entomol Indonesia.
9:49-5
11

Anda mungkin juga menyukai