PROGRAM IMUNISASI
Disusun Oleh :
Pemegang Program Imunisasi
B. Latar Belakang
Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling mendekati
kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Salah satu
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya
kesehatan untuk bayi yaitu imunisasi. Program imunisasi di Indonesia kemudian
diperbaharui dan dikembangkan semenjak tahun 1977 dengan tujuan memberikan perlindungan
terhadap 7 macam penyakit: TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B
melalui antigen BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B dan TT.
Pembangunan bidang kesehatan menitik beratkan kepada upaya promotif dan preventif
tanpa meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif. Imunisasi merupakan upaya preventif yang
telah terbukti sangat cost effektif dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
PD3I yang saat ini masuk dalam program imunisasi di I ndonesia adalah Hepatitis B,
Polio, Campak, Perthusis, Diptheri, Tetanus dan TBC. Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pemerintah selalu berupaya mengembangkan vaksin baru dalam
rangka mencegah lebih banyak penyakit yang masuk dalam program imunisasi nasional, antara
lain Hemophilus Influensa type B (HiB), Rotavirus, JE dan lain-lain. Dalam pengembangan
vaksin baru tersebut sangatlah dibutuhkan saran dan rekomendasi dari team ahli dibidang
imunisasi antara lain Technical Advisorry Group (TAG) dan Technical Working Group (TWG).
Keberhasilan pelaksanaan imunisasi dapat diukur dengan tingginya cakupan imunisasi
dasar lengkap pada bayi tanpa mengesampingkan aspek kualitas. Kualitas pelayanan imunisasi
antara lain dapat diukur dengan manajemen pengelolaan vaksin, akurasi data laporan, tidak
terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Hasil cakupan imunisasi pada bayi dari tahun ketahun tidak mencapai cakupan 100%,
sehingga mengakibatkan akumulasi anak yang rentan yang akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya kejadian luar biasa (KLB), terutama campak. Untuk mengurangi resiko terjadinya
KLB yang diakibatkan oleh rendahnya cakupan, dipandang perlu dilakukannnya crash program ,
yaitu pemberian imunisasi (campak dan polio) kepada anak usia 0-59 bulan.
Aspek lain yang harus diperhatikan dalam meningkatkan keberhasilan imunisasi adalah
ketersediaan logistik sampai ketingkat pelayanan secara tepat waktu, tingginya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan tersedianya sistem pelaporan yang memadai.
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi,
kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat
memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan,
b. Tahapan Kegiatan
Bimbingan teknis Imunisasi ke petugas kab/kota dan Puskesmas terpilih dengan
melakukan Pengumpulan data imunisasi ke Kab/kota, Monitoring evaluasi pelaksanaan
imunisasi di Kab/kota dan Penyusunan laporan dan rekomendasi
F. Sasaran
a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan), Bayi 18 Bln, Bayi 24 Bln
b. Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan)
c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
d. Anak sekolah dasar (kelas I-III)
H. Biaya
Sumber biaya berasal dari BOK (Bantuan Operasional Keuangan)