Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal:
panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium.
- Kel.organik (tumor,infeksi)
- Kel.darah (penyakit darah)
- Kel.fungsional (endokrin)
Penanganan: Sesuai kausa
2. Hipomenorea/ sedikit (<40 ml)
Perdarahan haid yg jumlahnya sedikit (<40ml atau ganti pembalut
<2x/hr)
Kausa : kekurangan steroid dan anovulasi
Penanganan:
- tdk perlu terapi jika siklus ovulatoar
- subsitusi hormon E&P bila perlu
- induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin anak.
Penyebab:
- Fase folikuler memanjang
- Fase sekresi memanjang
Penanganan:
- Tidak diberikan pengobatan jika tipe perdarahan teratur
- Induksi ovulasi diberikan jika tipe perdarahan memanjang
3. Amenorea/ tidak haid
Amenore dibagi dua bentuk:
- Amenore fisiologik:
Prapubertas
pasca menopause
Hamil
Laktasi
- Amenore patologik:
Amenore primer yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada
wanita usia 16 tahun.Disebabkan oleh:
- Pubertas terlambat
- Kegagalan dari fungsi indung telur
- Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan
vagina)
- Gangguan pada susunan saraf pusat
Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan seperti abortus dan
kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh; carcinoma corpusuteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia); hormonal.
2. Perdarahan fungsional :
- Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik)
dan kelainan gizi, metabolik, penyakitakut maupun kronis.
- Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan
pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit
akut ataupun kronis.
Terapi : kuretase dan hormonal
a. Amenore
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagau bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama
dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan
genetic. Pasien dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh hal ini
menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal,
memiliki tubuh feminism. Vagina kadang-kadang tidak ada atau
mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut
berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang
secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti
ini yang menyebabkan pasien mengalami amenorea yang permanen.
Amenorea primer juga dapat disebabkan karena kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropik amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan LH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormone ini menyebabkan
kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progresteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progresteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merangsang. Terjadilah amenorea. Hal ini adalah tipe keterlambatan
pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofisis anterior, seperi
adenoma pituitary.
Hypergonadotropik amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenorea primer. Hypergonadotropik amenorrhoea adalah kondisi dimana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progresteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
premature menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom
seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropik amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang
wanita tidak pernah mengalami menstruasi dan tidak memiliki tanda seks
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad (ovarium) tidak berkembang dan
hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenorea sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenorea yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium seperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
Langkah 1:
Dipastikan dulu kehamilan telah disingkirkan dan dilakukan pemeriksaan
kadar TSH dan prolaktin. Pemeriksaan kadar TSH untuk evaluasi
kemungkinan kelainan tiroid dan kadar prolaktin untuk evaluasi
hiperprolaktinemia sebagai penyebab amenorea. Adanya keluhan galakteroa
(keluarnya air susu tanpa adanya kehamilan) perlu pemeriksaan kadar
prolaktin dan foto sella tursika dengan MRI. Bila kedua pemeriksaan tersebut
dalam batas normal selanjutnya dilakukan tes progestin. Tes progestin
bertujuan untuk mengetahui kadar estrogen endogen dan patensi traktus
genitalia.
Langkah 2:
Langkah dua dikerjakan bila tidak terjadi perdarahan dengan tes progestin,
yaitu dengan pemberian estrogen progestin siklik. Estrogen konjugasi 1,25 mg
atau estradiol 2 mg setiap hari selama 21 hari ditambah pemberian progestin
(MPA 10 mg setiap hari) pada 5 hari terakhir. Bila tidak terjadi perdarahan
setelah langkah 2 menunjukkan bahwa terdapat gangguan pada kompartemen I
(Endometrium). Gangguan pada kompartemen I sering terjadi pada keadaan
tindakan kuret terlalu dalam ( sindroma Asheerman) atau infeksi endometrium
(TBC). Bila terjadi perdarahan berarti kompartemen I berfungsi baik dengan
stimulasi estrogen eksogen. Hasil ini juga menunjukkan bahwa estrogen
endogen tidak ada karena perdarahan yang terjadi akibat stimulus estrogen
progesteron eksogen secara siklik.
Langkah 3:
Langkah 3 dikerjakan untuk mengetahui penyebab tidak adanya estrogen
endogen. Seperti diketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh folikel yang sednag
berkembang di ovarium setelah mendapat stimulus gonadotropin yang berasal
dari sentral.
Hasil pemeriksaan pada langkah 3 bisa menunjukkan kadar gonadotropin
yang tinggi, rendah atau normal. Kadar gonadotropin tinggi menunjukkan
masalah dad di kompartemen II (ovarium), sedang bila kadar gonadotropin
rendah atau normal menunjukkan masalah di kompartemen III atau IV . bila
hasil kadar gonadotropin rendah atau normal diperlukan pemeriksaan Imaging
( MRI) untuk membedakan lokasi antara hipotalamus atau hipofisis.