A. Pengertian konseling
Ada banyak ahli mendefinisikan macam-macam pengertian konseling, salah satunya
adalah menurut :
ANTHONY YEO
Konseling merupakan sejenis pertolongan emosional, psikologis, yang
disediakan untuk mereka yang menghadapi situasi - situasi hidup yang agak tidak
wajar, dimana mereka mengalami sejumlah besar masalah.
SHERTZER & STONE, 1974
Konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing -
masing disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan
dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien.
TAYLER, 1969.
Dalam konseling bukan hanya klien yang belajar, tetapi konselor juga belajar
untuk memahami dirinya agar suatu persetujuan dapat dicapai.
A. Konseling pribadi-sosial
Konseling pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan
memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik
dan pergaulan.Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah
hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Contoh konseling pribadi-sosial adalah dengan keluarga. Dalam konseling
keluarga di bagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Konseling anak
Beberapa masalah dasar pada anak-anak :
mencapai komunikasi yang tepat
menangani perasaan ketergantungan
bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya
membantu konseli untuk menyadari kebutuhan akan bantuan
menciptakan suasana yang menyenangkan
terapi permainan
teknik-teknik konseling
2. konseling orang dewasa
Ada dua masalah utama yang ada pada orang tua dan berpengaruh pada anak-
anak yang harus diperhatikan yaitu :
C. Konseling karir
Pemahaman terhadap dunia kerja menjadi hal penting bagi individu sebagai
bekal dan persiapan memasuki dunia kerja. Konseling karir dapat menjadi media
untuk berbagi mengenai masalah-masalah karir dan atau hal-hal lain yang terkait
karir.
1. Perlunya konseling karir
TAHAP PERKEMBANGAN
A. Prinsip-prinsip perkembangan
Menurut Hurlock (1978) bahwa ada 10 fakta dasar mengenai perkembangan - yang
biasanya disebut "prinsip-prinsip perkembangan", yaitu:
1) Prinsip pertama perkembangan adalah bahwa perkembangan menyangkut
perubahan.
2) Prinsip kedua perkembangan adalah bahwa perkembangan awal lebih
penting daripada perkembangan selanjutnya.
3) Prinsip ketiga perkembangan menekankan kenyataan bahwa perkembangan
timbul dari interaksi kematangan dan belajar.
4) Prinsip keempat perkembangan adalah bahwa pola perkembangan dapat
diramalkan.
5) Prinsip kelima perkembangan adalah bahwa pola perkembangan
mempunyai karakteristik tertentu yang dapat diramalkan
6) Prinsip keenam perkembangan adalah bahwa terdapat perbedaan individu
dalam perkembangan.
7) Prinsip ketujuh perkembangan adalah bahwa terdapat periode dalam pola
perkembangan.
8) Prinsip kedelapan perkembangan adalah adanya harapan sosial untuk
setiap periode perkembangan
9) Prinsip kesembilan perkembangan adalah bahwa setiap bidang
perkembangan mengandung kemungkinan bahaya.
10) Prinsip kesepuluh perkembangan adalah bahwa kebahagiaan bervariasi
pada berbagai periode dalam pola perkembangan.
A. Konseling individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi
dalam wawancara antara konselor dan seorang konseli (siswa). Tahap-tahap konseling :
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ; Menurunnya kecemasan klien;
Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis; Pemahaman baru
dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan Adanya rencana hidup masa yang akan
datang dengan program yang jelas.
B. Konseling kelompok
1. Hakikat konseling kelompok
D. Bagi konselor manfaat dari konseling kelompok antara lain kesempatan untuk
mengobservasi perilaku konseli; membuktikan dirinya sebagai orang yang bersedia
melibatkan diri; meyakinkan para konseli akan kegunaan layanan konseling,; dan
dapat melayani lebih banyak orang.
1. Konseling Individu
a. Hubungan antar pribadi dalam konseling 1 klien1 konselor
f. INSIGHT: mencari tahu secara lebih mendalam latar belakang dan faktor-faktor
yang mendorong perbuatan, pemikiran, dan perilaku seseorang. Perubahan perilaku
selalu didahului insight.
2. Konseling Kelompok
a. Antara klien-konselor;antarklien
- Efektivitas konseling adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-
tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya dalam proses konseling.
- Faktor efektivitas konseling :
(a) karakteristik konselor :
efektif (Congruence, Acceptance, Empati).
menarik (Intelektual, Estetika, Kasih sayang).
(b) karakteristik konseli :
Memahami konseli meliputi :
- Kepribadian Konseli menentukan keberhasilan proses konseling, aspek
kepribadian meliputi emosi, sikap, intelektual, motivasi dll
- Harapan Konseli : harapan konseli terhadap konseling adalah mendapat
informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jawaban dari persoalan yang
dihadapi, dan mencari upaya agar dirinya lebih baik dan berkembang.
- Pengalaman dan Pendidikan Konseli : Dengan pengalaman dan pendidikan
yang memadai konseliakan lebih mudah memahami dirinya persoalan akan
lebih jelas dan terarah.
Aneka ragam konseli : Konseli Suka Rela , Konseli Terpaksa, Konseli
Enggan, Konseli Bermusuhan, Konseli Krisis
(c) setting lingkungan :
Dunia kesehatan / kedokteran
Perusahaan dan industri
Bidang pendidikan.
HUBUNGAN DAN DIAGNOSIS NILAI MORAL ETIKA DAN
HUKUM DALAM PRAKTIK KONSELING
- Nilai dalam konseling : Nilai para konselor mempengaruhi nilai yang dipegang oleh
klien. Kecenderungan yang ditimbulkan dalam sebagian besar studi adalah adanya
hubungan antara nilai yang dipegang oleh klien dengan yang dimiliki oleh konselor
(kelly, 1989).
- Nilai moral dan etika : moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa
Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.
- Etika dan pemikiran moral :
Intuisi personal : Biasanya orang-orang memiliki perasaan berkenaan dengan
apa yang dirasa benar pada setiap situasi. Karena hal tersebut lebih bersifat
implisit ketimbang eksplisit, respon moral atau etika personal ini paling tepat
dipahami sebagai intuitif
Kode etik yang dikembangkan oleh profesi : Pengaturan konseling oleh badan
profesi di sebagian besar negara di semakin meningkat. Salah satu fungsi
organisasi profesional seperi British Association for Counselling and
psychotherapy atau British Psychological Society adalah untuk menegaskan
standar etika praktik.
Prinsip etik : Pada saat dimana baik instuisi personal atau kode etik tidak dapat
memberikan solusi terhadap isu moral atau etika, konselor harus membuat
referensi kepada prinsip filosofis atau etika yang lebih umum.
Teori umum tindakan moral : Aplikasi pendekatan utilitarian akan
mempertimabangkan keputusan etis berdasarkan biaya dan keuntungan bagi
tiap partisipan dalam suatu peristiwa misalnya: klien, keluarga, orang lain
yang terlibat dan konselor sendiri.
- Strategi untuk mempertahankan standart etika : Peningkatan perhatian di tunjukkan
oleh organisasi professional dalam beberapa tahun terakhir terhadap bagaimana
memepertahankan dan menguatkan standar etis. Semua organisasi professional
mensyaratkan anggota mereka untuk mematuhi kode etik formal, dan segala bentuk
prosedur penegakan displin untuk mendisiplinkan anggota yang melanggar kode ini.
- Landasan hukum dalam konseling
Undang-Undang dasar 1945
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1
Permendiknas No. 22/2006 tentang standar isi dan satuan pendidikan dasar
dan menengah.
Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik
kompetensi konselor.
PP No. 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan
SK Menpan No. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya.
SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993
tentang petunjuk pelaksanan jabatan funsional Guru dan angka kreditnya
SK Mendikbud No. 025/0/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan
jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
SK Menpan No. 118/1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah
dan angka kreditnya.
SK Mendikbud No. 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan
fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya.