Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL,


DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. 1 Kajian Pustaka

2.1.1 Drosophila melanogaster


Drosophila melanogaster merupakan salah satu serangga yang memiliki peranan
yang sangat penting dalam perkembangan ilmu genetika serta dijadikan model
organisme diploid di laboratorium karena ukuran kecil, mempunyai siklus hidup pendek,
jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak, murah biaya Serta perawatannya.
(Stine, 1991 dalam Hotimah. H., dkk, 2017).
Klasifikasi Drosophila melanogaster
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Subkelas : Pterygota
Ordo : Diptera
Sub ordo : Cyclorrapha
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Sub Genus : Sophophora
Spesies : Drosophila melanogaster
Terdapat berbagai variasi strain Drosophila melanogaster dengan ciri-ciri tertentu
seperti ditemukannya karakter-karakter alternatif dari tipe liar atau normal, seperti mata putih
pada Drosophila, disebut fenotip mutan (mutan phenotype), yang sebenarnya berasal dari alel
tipe liar yang mengalami perubahan atau mutasi. Ada sekitar 85 bentuk mutan yang
menyimpang dari tipe normal, seperti bentuk sayap, warna tubuh, warna mata, bentuk bristel,
dan ukuran mata. Mutan-mutan tersebut disebabkan oleh mutasi spontan tunggal yang jarang.
Salah satu tipe Drosophila mutan adalah strain vestigial (vg). Ciri strain vg yaitu sayap
pendek atau keriput (vestigial). Kondisi sayap ini yang mudah dibedakan dengan jenis mutan
lainnya. Kelainan ini disebabkan adanya kelainan pada kromosom nomor 2, lokus 67,0
(Campbell et al, 2002).
Karakteristik Drosophilla melanogaster tipe normal yaitu memiliki mata merah,
mata majemuk berbentuk bulat agak ellips, warna tubuh kuning kecokelatan, memiliki sayap
yang panjang mulai dari thorak sampai bagian tubuh paling belakang. Ukuran tubuh
Drosophilla melanogaster berkisar antara 3-5 mm (Indayati, 1999 dalam Hotimah. H., dkk,
2017). Drosophilla melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuh betina
yang lebih besar daripada tubuh Drosophilla melanogaster jantan, selain itu pada bagian
belakang Drosophilla melanogaster jantan terdapat cincin berwarna hitam sedangkan yang
betina tidak memiliki.

2.1.2 Kematangan Kelamin


Hartanti (1998) dalam Wijayanti, A. N. (2014) menyatakan bahwa pada umumnya
individu jantan akan kawin ketika sudah mencapai kematangan seksual yaitu kira-kira
berumur 12 jam setelah menetas. Pada individu betina mereka tidak akan kawin selama selang
waktu 12 jam pertama setelah keluar dari pupa. Biasanya individu betina akan menolak kawin
dengan jantan, hal tersebut menunjukkan bahwa individu betina belum mencapai aktivitas
maksimum kematangan seksual sampai berumur 48 jam. D. melanogaster dianggap telah
mencapai kedewasaan seksual setelah mampu menghasilkan dan mengeluarkan spermatozoa
(untuk individu jantan) dan ootid (untuk individu betina). Kondisi kedewasaan seksual
individu D. melanogaster akan mempengaruhi hasil dan kondisi keturunannya, baik jumlah
keturunan maupun jenis kelamin keturunan. Kematangan seksual individu betina D.
melanogaster juga akan berpengaruh terhadap kondisi keturunannya.

2.1.3 Tahap – Tahap Pacaran Drosophila melanogaster


Banyak upaya untuk menngetahui daya terima perempuan fokus pada peraturannya.
Kematangan seksual wanita berkembang selama beberapa hari pertama setelah penetasan dan
belum dewasa secara seksual, betina dewasa menolak pacaran laki-laki dengan berlari atau
melompat pergi dan menendang dan mengggertar sayap mereka. Drosophila melanogaster
betina yang telah kawin untuk sementara tidak dapat kawin, mereka mengusir ovipositor
untuk menolak pacaran dengan Drosophila melanogaster jantan. Selama tahap pacaran
Drosophila melanogaster jantan menyajikan berbagai isyarat sensorik, termasuk kontak dan
feromon yang mudah menguap dan lagu pacaran (courtship song). Lagu pacaran (courtship
song) nampaknya penting untuk proses pacaran karena Drosophila melanogaster jantan akan
mengepak-ngepakan sayap yang dimilikinya (Bussel, J.J et.al. 2014)
Menurut Meigen, (1830) dalam Kowalski et.al, (2014) lagu pacaran (courtship song )
terlibat dalam pengenalan spesies dan rangsangan seksual. Sinyal ini biasanya ditujukan
kepada wanita untuk mengurangi aktivitas lokomotornya, sehingga memudahkan kopulasi,
namun, tidak ada kuantifikasi akurat dari penggeraknya yang telah dibuat. indikator tingkat
aktivitas: jarak pindah dan durasi gerakan. Menurut (Singh et.al, 2003) setiap spesies
Drosophila melanogaster memiliki lama kopulasi yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut
bergantung pada sperma jantan, status perkawinan betina dan bentuk ovipositornya, ukuran
jantan, dan umur jantan. Umumnya, kopulasi yang lebih lama mengantar suksesnya
reproduksi bagi jantan.
2.2 Kerangka Konseptual

Perkembangbiakan lalat buah Drosophila melanogaster secara seksual


dengan perkawinan D. melanogaster jantan dan betina disilangkan
sebagai perkawinan pertama (Peremajaan)

Faktor-faktor yang mempengaruhi


tahap - tahap pacaran Drosophila
perkawinan lalat buah Drosophila
melanogaster
melanogaster

Macam strain Drosophila


melanogaster (strain nornal dan vestigial
(vg)

Lama proses kopulasi


Drosophila melanogaster strain N♂
>< N♀
Drosophilla melanogaster strain vg♂
>< vg♀.
Drosophilla melanogaster strain N♂
>< vg♀ dan vg♂ >< N♀.
2.3 Hipotesis Penelitian
1. Proses kopulasi pada Drosophila melanogaster strain N♂ >< N♀ lebih cepat daripada
lama proses kopulasi pada persilangan Drosophilla melanogaster strain vg♂ >< vg♀.
2. Proses kopulasi pada Drosophila melanogaster strain N♂ >< N♀ dan Drosophilla
melanogaster strain vg♂ >< vg♀ lebih cepat daripada lama proses kopulasi pada
persilangan Drosophilla melanogaster strain N♂ >< vg♀ dan vg♂ >< N♀.
DAFTAR RUJUKAN
Bussel, J.J., Yapici, N., Zhang, X. S., Dickson, B. J., & Vosshal, L. B. 2014. Abdominal-B
Neurons Control Drosophila Virgin Female Receptivity. Current Biology 24, 1584–1595, July
21, 2014 ª2014 Elsevier Ltd All rights reserved. (Online),
http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.2014.06.011
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24998527), diakses 25 Maret 2018.

Campbell, N. A., Recce, J. B., & Mitchell, L. G. 2002. Biologi. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:
Erlangga

Stine, Gerald.J. 1991. Laboratory exercise in genetics. Department Of Natural Sciences.


New York. Universitas of North Florida.
Indayati, N. 1999.Pengaruh Umur Betina dan Macam Strain Jantan Terhadap
Keberhasilan Kawin Kembali Individu Betina D. melanogaster. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Malang: FPMIPA IKIP Malang
Hotimah, H., Purwatiningsih, & Senjarini. K. 2016. Deskripsi Morfologi Drosophilla
melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia dan Plum. Jurnal ILMU DASAR
Vol. 18No. 1, Januari 2017:55–60
Wahyuni, S. 2013. PENGARUH MATERNAL TERHADAP VIABILITAS LALAT BUAH
(Drosophila melanogaster Meigen) STRAIN VESTIGIAL (vg). Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Jember: FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
Wijayanti, A. N., Lukitasari, M. 2014. PENGARUH UMUR BETINA Drosophilla
melanogaster strain tx TERHADAP JUMLAH ANAKAN DAN JENIS KELAMIN F1
SEBAGAI BAHAN PANDUAN PRAKTIKUM GENETIKA. Florea Volume 1 No. 1, April
2014 (47-53) Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP PGRI Madiun
Kowalski, Solange et.al. 2004. Courtship song in Drosophila melanogaster: a differential
effect on male-female locomotor activity. Can. J. Zool. 82: 1258–1266 (2004) doi:
10.1139/Z04-102. (Online), (http://www.cb.upsud.fr/pdf/kowal_CanJZool2004.pdf), diakses
diakses 25 Maret 2018.
Singh, Shree Ram & Bashisth N. Singh. 2003. Female Remating in Drosophila: Comparison
of Duration of Copulation between first and second matings in six species. (Online),
(http://www.iisc.ernet.in/~currsci/feb102004/465.pdf), diakses 20 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai