Drosophila melanogaster merupakan salah satu serangga yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu genetika serta dijadikan model organisme diploid di laboratorium karena ukuran kecil, mempunyai siklus hidup pendek, jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak, murah biaya Serta perawatannya. (Stine, 1991 dalam Hotimah. H., dkk, 2017). Klasifikasi Drosophila melanogaster Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Subfilum : Mandibulata Kelas : Insecta Subkelas : Pterygota Ordo : Diptera Sub ordo : Cyclorrapha Famili : Drosophilidae Genus : Drosophila Sub Genus : Sophophora Spesies : Drosophila melanogaster Terdapat berbagai variasi strain Drosophila melanogaster dengan ciri-ciri tertentu seperti ditemukannya karakter-karakter alternatif dari tipe liar atau normal, seperti mata putih pada Drosophila, disebut fenotip mutan (mutan phenotype), yang sebenarnya berasal dari alel tipe liar yang mengalami perubahan atau mutasi. Ada sekitar 85 bentuk mutan yang menyimpang dari tipe normal, seperti bentuk sayap, warna tubuh, warna mata, bentuk bristel, dan ukuran mata. Mutan-mutan tersebut disebabkan oleh mutasi spontan tunggal yang jarang. Salah satu tipe Drosophila mutan adalah strain vestigial (vg). Ciri strain vg yaitu sayap pendek atau keriput (vestigial). Kondisi sayap ini yang mudah dibedakan dengan jenis mutan lainnya. Kelainan ini disebabkan adanya kelainan pada kromosom nomor 2, lokus 67,0 (Campbell et al, 2002). Karakteristik Drosophilla melanogaster tipe normal yaitu memiliki mata merah, mata majemuk berbentuk bulat agak ellips, warna tubuh kuning kecokelatan, memiliki sayap yang panjang mulai dari thorak sampai bagian tubuh paling belakang. Ukuran tubuh Drosophilla melanogaster berkisar antara 3-5 mm (Indayati, 1999 dalam Hotimah. H., dkk, 2017). Drosophilla melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuh betina yang lebih besar daripada tubuh Drosophilla melanogaster jantan, selain itu pada bagian belakang Drosophilla melanogaster jantan terdapat cincin berwarna hitam sedangkan yang betina tidak memiliki.
2.1.2 Kematangan Kelamin
Hartanti (1998) dalam Wijayanti, A. N. (2014) menyatakan bahwa pada umumnya individu jantan akan kawin ketika sudah mencapai kematangan seksual yaitu kira-kira berumur 12 jam setelah menetas. Pada individu betina mereka tidak akan kawin selama selang waktu 12 jam pertama setelah keluar dari pupa. Biasanya individu betina akan menolak kawin dengan jantan, hal tersebut menunjukkan bahwa individu betina belum mencapai aktivitas maksimum kematangan seksual sampai berumur 48 jam. D. melanogaster dianggap telah mencapai kedewasaan seksual setelah mampu menghasilkan dan mengeluarkan spermatozoa (untuk individu jantan) dan ootid (untuk individu betina). Kondisi kedewasaan seksual individu D. melanogaster akan mempengaruhi hasil dan kondisi keturunannya, baik jumlah keturunan maupun jenis kelamin keturunan. Kematangan seksual individu betina D. melanogaster juga akan berpengaruh terhadap kondisi keturunannya.
2.1.3 Tahap – Tahap Pacaran Drosophila melanogaster
Banyak upaya untuk menngetahui daya terima perempuan fokus pada peraturannya. Kematangan seksual wanita berkembang selama beberapa hari pertama setelah penetasan dan belum dewasa secara seksual, betina dewasa menolak pacaran laki-laki dengan berlari atau melompat pergi dan menendang dan mengggertar sayap mereka. Drosophila melanogaster betina yang telah kawin untuk sementara tidak dapat kawin, mereka mengusir ovipositor untuk menolak pacaran dengan Drosophila melanogaster jantan. Selama tahap pacaran Drosophila melanogaster jantan menyajikan berbagai isyarat sensorik, termasuk kontak dan feromon yang mudah menguap dan lagu pacaran (courtship song). Lagu pacaran (courtship song) nampaknya penting untuk proses pacaran karena Drosophila melanogaster jantan akan mengepak-ngepakan sayap yang dimilikinya (Bussel, J.J et.al. 2014) Menurut Meigen, (1830) dalam Kowalski et.al, (2014) lagu pacaran (courtship song ) terlibat dalam pengenalan spesies dan rangsangan seksual. Sinyal ini biasanya ditujukan kepada wanita untuk mengurangi aktivitas lokomotornya, sehingga memudahkan kopulasi, namun, tidak ada kuantifikasi akurat dari penggeraknya yang telah dibuat. indikator tingkat aktivitas: jarak pindah dan durasi gerakan. Menurut (Singh et.al, 2003) setiap spesies Drosophila melanogaster memiliki lama kopulasi yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut bergantung pada sperma jantan, status perkawinan betina dan bentuk ovipositornya, ukuran jantan, dan umur jantan. Umumnya, kopulasi yang lebih lama mengantar suksesnya reproduksi bagi jantan. 2.2 Kerangka Konseptual
Perkembangbiakan lalat buah Drosophila melanogaster secara seksual
dengan perkawinan D. melanogaster jantan dan betina disilangkan sebagai perkawinan pertama (Peremajaan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tahap - tahap pacaran Drosophila perkawinan lalat buah Drosophila melanogaster melanogaster
Macam strain Drosophila
melanogaster (strain nornal dan vestigial (vg)
Lama proses kopulasi
Drosophila melanogaster strain N♂ >< N♀ Drosophilla melanogaster strain vg♂ >< vg♀. Drosophilla melanogaster strain N♂ >< vg♀ dan vg♂ >< N♀. 2.3 Hipotesis Penelitian 1. Proses kopulasi pada Drosophila melanogaster strain N♂ >< N♀ lebih cepat daripada lama proses kopulasi pada persilangan Drosophilla melanogaster strain vg♂ >< vg♀. 2. Proses kopulasi pada Drosophila melanogaster strain N♂ >< N♀ dan Drosophilla melanogaster strain vg♂ >< vg♀ lebih cepat daripada lama proses kopulasi pada persilangan Drosophilla melanogaster strain N♂ >< vg♀ dan vg♂ >< N♀. DAFTAR RUJUKAN Bussel, J.J., Yapici, N., Zhang, X. S., Dickson, B. J., & Vosshal, L. B. 2014. Abdominal-B Neurons Control Drosophila Virgin Female Receptivity. Current Biology 24, 1584–1595, July 21, 2014 ª2014 Elsevier Ltd All rights reserved. (Online), http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.2014.06.011 (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24998527), diakses 25 Maret 2018.
Campbell, N. A., Recce, J. B., & Mitchell, L. G. 2002. Biologi. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Stine, Gerald.J. 1991. Laboratory exercise in genetics. Department Of Natural Sciences.
New York. Universitas of North Florida. Indayati, N. 1999.Pengaruh Umur Betina dan Macam Strain Jantan Terhadap Keberhasilan Kawin Kembali Individu Betina D. melanogaster. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang: FPMIPA IKIP Malang Hotimah, H., Purwatiningsih, & Senjarini. K. 2016. Deskripsi Morfologi Drosophilla melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia dan Plum. Jurnal ILMU DASAR Vol. 18No. 1, Januari 2017:55–60 Wahyuni, S. 2013. PENGARUH MATERNAL TERHADAP VIABILITAS LALAT BUAH (Drosophila melanogaster Meigen) STRAIN VESTIGIAL (vg). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jember: FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JEMBER Wijayanti, A. N., Lukitasari, M. 2014. PENGARUH UMUR BETINA Drosophilla melanogaster strain tx TERHADAP JUMLAH ANAKAN DAN JENIS KELAMIN F1 SEBAGAI BAHAN PANDUAN PRAKTIKUM GENETIKA. Florea Volume 1 No. 1, April 2014 (47-53) Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP PGRI Madiun Kowalski, Solange et.al. 2004. Courtship song in Drosophila melanogaster: a differential effect on male-female locomotor activity. Can. J. Zool. 82: 1258–1266 (2004) doi: 10.1139/Z04-102. (Online), (http://www.cb.upsud.fr/pdf/kowal_CanJZool2004.pdf), diakses diakses 25 Maret 2018. Singh, Shree Ram & Bashisth N. Singh. 2003. Female Remating in Drosophila: Comparison of Duration of Copulation between first and second matings in six species. (Online), (http://www.iisc.ernet.in/~currsci/feb102004/465.pdf), diakses 20 November 2014.