Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Asisten:
Atika Zulfa K, S.Farm.
Disusun oleh:
Shift/Kelompok : F/3
Annisa Nurazizah 100603160
Destiani Nuraini hasna 100603160
Sari Nurhayati Hidayah 10060316018
Siti sundari 10060315019
Destini nuramalia 10060316020
Mahbubah 10060315121
I. Tujuan Percobaan
1.1. Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
1.2. Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
1.3. Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil penetapan
kadar
Mekanisme kerja HPLC yaitu mula-mula solven diambil melalui pompa. Solven
ini dikemudian masuk ke dalam katup injeksi berbutar, yang dipasang tepat pada
sampel loop. Dengan pertolongan mikrosiring, sampel dimasukan ke dalam sampel
loop yang kemudian bersama-sama dengan solven masuk ke dalam kolom. Hasil
pemisahan dideteksi oleh detector, yang penampakannya ditunjukan oleh perekam
(pencatat = recorder). Tekanan solven di atur dengan pengatur dan pengukur tekanan.
Pompa pemasuk solven pada tekanan konstan hingga tekanan kurang lebih 4500 psi
dengan laju alir rendah, yakni beberapa milliliter per menit.
Rekorder menghasilkan kromatogram zat-zat yang dipisahkan dari suatu sampel.
Tahap pemekatan dengan ekstraksi solven dan penguapan untuk memperkecil
volum sering kali diperlukan sebelum pengerjaan sampel dengan HPLC. Hal ini
terutama sering dilakukan untuk analisis senyawa-senyawa hidrokarbon aromatic
polisiklik (PAH) atau residu pestisida dalam makanan. Sebagai alternative lain, sampel
air dapat di absorpsi oleh suatu adsorben padat (C8 atau C18 yang terikat pada silica
gel), diikuti dengan desorpsi dalam suatu solven yang kemudian langsung dimasukan
kedalam kolom. Suatu solven dengan polaritas rendah, misalnya CH3 berair yang
secara bertingkat mengalami perubahan menjadi CH3OH murni, menjamin pemisahan
yang baik pada C-18 yang terikat pada silica gel (Snyder dkk, 1979).
HPLC sebagai suatu metode pemisahan memiliki beberapa keuntungan yaitu
menghasilkan pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang tidak
mudah menguap ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya, mudah untuk
mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak merusak komponen
zat yang dianalisis, dan dapat dirangkai dengan instrumen lain untuk meningkatkan
efisiensi pemisahan. Sedangkan kekurangannya adalah larutan harus dicari fase
diamnya terlebih dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus mengetahui
kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi, harganya mahal
sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas (Snyder dkk, 1979)
Bahan baku yang digunakan yaitu parasetamol (C8H9NO2) atau asetaminofen
berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Kelarutannya larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N serta mudah
larut dalam etanol. BM parasetamol adalah 151,16. Parasetamol memiliki khasiat
sebagai analgetikum dan antipiretikum (Depkes RI, 1995).
3.2. Metanol
Rumus molekul : CH4OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berasa
Titik didih : 64,5OC
Bobot jenis : 0,7915 g/cm3
Berat molekul : 32,04 g/mol
Kerapatan : 1,11
Titik beku : -98oC
Perhatian : Dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, rasa
terbakar, inflamasi, kerusakan kornea, mudah terbakar
dan bersifat toksik.
(MSDS Methanol ScienceLab.com Chemicals and Laboratoty Equipment)
V. Prosedur Percobaan
5.1. Uji Kesesuaian Sistem
Larutan standar diinjeksikan berturut-turut sebanyak 7 kali ke dalam instrument
KCKT. Kemudian dihitung nilai simpang baku relatif (SBR) pada luas area standar,
waktu retensi dan faktor ikutan. Uji kesesuaian sistem dinyatakan memenuhi syarat
apabila nilai SBR nya < 2%.
Pengenceran: V1 × N1 = V2 × N2
10 ml × N1 = 1 ml × 514 ppm
N1 = 51,4 ppm
Pengenceran: V1 × N1 = V2 × N2
10 ml × N1 = 1 ml × 516 ppm
N1 = 51,6 ppm
Pengenceran: V1 × N1 = V2 × N2
10 ml × N1 = 1 ml × 516 ppm
N1 = 51,6 ppm
6.2. Perhitungan
6.2.1. Analisis Kuantitatif
60000000
49136895
50000000
38314526
luas area
40000000 31793034
30000000 24085041
20000000 15751106
8694462
10000000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
konsentrasi (ppm)
𝑥 = 61,4504896 ppm
2. Perhitungan kadar parasetamol:
61,4504896 ppm
% kadar parasetamol = × 100 %
51,6 𝑝𝑝𝑚
= 119,09 %
6.2.3. Cara “One Point Method”
𝐿𝑢
1. Cu = × Cs
𝐿𝑠
47609537
Cu = × 51,4 ppm
38314526
Cu = 63,86951523 ppm
= 123,78 %
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap
bahan baku paracetamol menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Adapun tujuan
dari analisis ini yaitu untuk memastikan bahwa bahan baku tersebut berupa
paracetamol. Prinsip dari KCKT adalah pemisahan suatu senyawa berdasarkan sifat
kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai ke detector. Jenis kromatografi yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah adsorpsi karena bahan yang digunakan
sebagai fase diam yaitu ODS (okta desil silica) gugus R pada pelapis siloksan adalah
rantai C8 (n-oktil) atau rantai C18 (n-oktildesil) sehingga kolom berisi silika yang
bersifat polar yang kemudian ditambahkan 18 atom C sehingga ODS bersifat non polar.
ODS paling banyak digunakan untuk KCKT karena mampu memisahkan senyawa-
senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, hingga tertinggi (Khopkar, 1990).
Kemudian sistem kromatografi yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu fase balik
karena fase diam bersifat kurang polar dibandingkan fase geraknya yang bersifat lebih
polar. Fase gerak dalam KCKT berupa zat cair yang disebut juga sebagai eluen atau
pelarut. Fase gerak yang digunakan yaitu campuran pelarut air : metanol dengan
perbandingan 1:3. Hal ini disebabkan karena senyawa yang dianalisis yaitu
paracetamol bersifat lebih polar. Molekul polar dalam campuran itu akan
menghabiskan sebagian besar waktu mereka bergerak dengan pelarut.senyawa non
polar dalam campuran akan cenderung membentuk reaksi dengan gugus hidrokarbon
karena gaya dispersi van der walls, dan juga akan kurang larut dalam pelarut karena
membutuhkan waktu untuk pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya diantara
molekul-molekul air atau metanol (Sumar, 1994). Fase gerak yang digunakan harus
dalam keadaan murni karena alat KCKT sangat sensitif. Pada kromatografi partisi fase
terbalik dengan kemasan fase terikat memang panjang pendeknya rantai karbon
mempengaruhi tertambatnya senyawa pada fase diam. Jenis detektor yang digunakan
yaitu UV 243 nm karena bahan uji yang digunakan paracetamol memiliki gugus
kromofor sehingga berfloresensi yang dapat terbaca oleh detektor UV kemudian
panjang detector yang digunakan 243 nm karena merupakan panjang gelombang
maksimal dari paracetamol sehingga kepekaannya pun maksimal dan memenuhi
hukum Lambert-Beer, selain itu jika dilakukan pengulangan maka kesalahannya akan
kecil (Sumar, 1994).
Hal yang dilakukan diawali dengan pembuatan larutan standar. Kemudian
dilanjutkan dengan uji kesesuaian sistem dengan menginjeksikan larutan standar ke
dalam instrumen KCKT hal ini dilakukan bertujuan untuk menilai apakah sistem
kromatografi yang di set sudah memenuhi syarat atau tidak atau biasa disebut validasi.
Menurut farmakope Amerika (United States Pharmacopeia, USP) menentukan
parameter-parameter yang dapat digunakan meliputi bilangan lempeng teori (N), factor
tailing, kapasitas dan nilai standar deviasi relative (RSD) tinggi puncak dan luas
puncak dari serangkaian injeksi. Didapat hasil berupa data waktu retensi dan luas area,
namun hal tersebut atau uji kesesuaian sistem tidak dilakukan oleh kelompok kami
dikarenakan keterbatasan waktu maka hasil berupa data yang kami dapat merupakan
hasil dari kelompok shift siang sebelumnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan larutan standar, larutan uji yang akan
dianalisis dan persiapan sampel dengan tujuan agar larutan terbebas dari gangguan-
gangguan, tidak berdampak buruk pada kolom, cocok dengan metode KCKT pelarut
sampel akan melarut dalam fase pembawa tanpa menganggu sampel yang diuji.
Pembuatan larutan uji dan larutan standar masing masing lalu setiap larutan
disaring menggunakan membran filter PTFE ukuran 0,45 µm proses penyaringan ini
bertujuan agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom dan menghilangkan gas dari
pelarutnya. Karena didalam kolom akan terjadi proses pemisahan, apabila tersumbat
maka dapat mengakibatkan gangguan pada saat proses pemisahan, Namun pada proses
pembuatan larutan standar pada analisis kuantitatif dibuat serangkai pengenceran
larutan standar untuk kurva kalibrasi dengan konsentrasi yang berbeda hal ini
dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu zat dalam suatu sampel yang
tidak diketahui dengan membandingkannya ke sampel standar yang telah diketahui
konsentrasinya maka dalam percobaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi
larutan uji paracetamol yang belum diketahui konsentrasinya dengan membandingkan
terhadap larutan standar paracetamol yang telah diketahui kosentrasinya.
Kemudian dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menginjeksikan
masing- masing larutan standar dan larutan uji kedalam alat KCKT. Pengujian analisis
kualitatif dengan teknik KCKT untuk mengetahui ada atau tidaknya zat paracetamol
didasarkan pada waktu retensi, dengan membandingkan antara waktu retensi dari
larutan uji dengan larutan standar. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan sampel
untuk keluar dari kolom. sedangkan untuk analisis kuantitatif didasarkan pada hasil
regresi liniear dan kromatogram yang terbentuk dengan menghitung konsentrasi
sampel berdsasarkan luas area puncak kromatogram dengan menggunakan persamaan
garis y=bx + a metode one point. Tetapi metode pembandingan area standar dan sampel
kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi
standar.
Pengujian analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan teknik HPLC, dalam
proses analisisnya HPLC memiliki beberapa tahapan. Diawali dengan menginjeksikan
sampel uji dan standar yaitu larutan yang sebelumnya telah disaring dengan membrane
filter PTFE kedalam kolom HPLC dengan injektor khusus, kemudian dilakukan
penyaringan , penyaringan ini bertujuan agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom
dan menghilangkan gas dari pelarutnya. Larutan didorong cepat saat melalui kolom
dengan bantuan pompa bertekanan tinggi. Komponen akan keluar dari kolom dengan
kecepatan yang berbeda dan terdeteksi oleh detektor. Detektor yang digunakan ialah
detektor UV karena paracetamol merupakan senyawa organik yang dapat menyerap
sinar UV karena memiliki gugus kromofor pada strukturnya. Kemudian hasil analisis
dengan HPLC menghasilkan data berupa kromatogram. Kromatogram merupakan
grafik antara intensitas komponen yang dibawa oleh fasa gerak terhadap waktu retensi.
Tampilan kromatogram yang baik berupa grafik lurus, lancip, dan simetris (Lindsey,S.
1992). Sampel melewati kolom HPLC tentu memiliki jangka waktu yang terukur dan
juga menjadi parameter, waktu yang dibbutuhkan sampel untuk melewati kolom
disebut sebagai waktu retensi. Kromatogram yang dihasilkan dari setiap konsentrasi
larutan standar diperoleh waktu retensi dan luas area kromatogram (Ghalib, 2012).
1. Eluen, berfungsi sebagai fase gerak yang membawa sampel masuk kedalam kolom.
2. Pompa, berfungsi mendorong fase gerak dan sampel masuk kedalam kolom
3. Injektor, berfungsi sebagai tempat memasukkan sampel dan dapat didistribusikan
masuk kedalam
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel
5. Detektor, untuk membaca ion yang lewat dalam detektor
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.
Adapun mekanisme KCKT yaitu fase gerak dan analit akan masuk ke kolom
dengan bantuan pompa bertekanan tinggi sehingga fase gerak dan analit dialirkan
melalui kolom ke detektor. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen - komponen
campuran, perbedaan kekuatan interaksi anatara analit (solut-solut) dengan stationary
phase pada kolom hasil rekaman yang diperoleh akan diolah pada kompouter berupa
puncak (Ghalib. 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan nilai SBR pada uji kesesuaian sistem telah
memenuhi syarat yaitu < 2,0% setelah dihitung berdasarkan 7 kali penyuntikan didapat
waktu retensi sebesar 1,157803771 dan luas area 0,8815171079 sehingga sistem
kromatografi yang diset sudah memenuhi syarat dan siap digunakan. Untuk penentuan
kadar terdapat dua cara yaitu cara kurva kalibrasi dan cara one point. Persen kadar
paracetamol dengan cara kurva kalibrasi setelah dilakukan perhitungan diperoleh kadar
sampel sebesar 119,090061% sedangkan persen kadar paracetamol dengan cara one
point setelah dilakukan perhitungan diperoleh kadar sampel sebesar 123,7781303%
sehingga kadar bahan baku paracetamol tidak memenuhi syarat karena menurut
farmakope indonesia edisi 4 bahwa bahan baku dinyatakan memenuhi syarat apabila
dalam rentang 98 % – 101 % hal tersebut kemungkinan disebabkan karena beberapa
faktor. Faktor pertama yaitu pada kondisi alat yang digunakan telah digunakan
berulang kali, faktor kedua berasal dari bahan baku paracetamol yang digunakan sudah
kedaluarsa, faktor ketiga yaitu kemungkinan pada masa penyimpanan kurang baik
sehingga tercemar, dan faktor yang terakhir adanya kontaminasi pada saat pengerjaan
(Ahmad, M., suherman 1995).
Analisis kualitatif yaitu dengan sebuah kromatogram akan memberikan
informasi kualitatif terhadap paracetamol dengan melihat waktu retensi atau posisi fasa
diam setelah masa elusi tertentu jika sampel tidak menghasilkan puncak pada waktu
retensi yang sama dengan standar maka dapat diasumsikan senyawa ini tidak ada dalam
sampel atau kadar dibawah limit deteksi sedangkan pada percobaan kami larutan uji
terdapat puncak pada waktu retensi yang sama dengan standar hal ini membuktikan
bahwa adanya senyawa pada sampel atau kadar cukup besar atau tidak dibawah limit
deteksi. Sedangkan untuk analisis kuantitatif yaitu suatu analisa dari masa solut dalam
suatu sampel yang dapat dilakukan berdasarkan perbandingan pengukuran tinggi atau
luas puncak dari solut dengan puncak standar referensi pada konsentrasi yang diketahui
baik larutan uji maupun larutan standar sama sama memiliki kadar yang tidak sesuai
dengan referensi pada farmakope IV (Adamovics. J. A.1990).
Dilihat dari kromatogram yang terekam atau terbentuk tailing factor pada
semua konsentrasi, tailing factor ini kemungkinan disebabkan karena fase gerak yang
kurang murni, partikel silika yang dipakai bukan partikel silika yang baik, adanya
komponen lain yang keluar tepat setelah peak, sampel bereaksi dengan gugus silanol
pada partikel silika, pH fase gerak yang tidak tepat. (Adamovics. J. A.1990).
Setelah didapat hasil persentasi kadar paracetamol, maka dengan menggunakan
metode kurva kalibrasi hasil persentasi lebih mendekati literatur dibandingkan dengan
one point sehingga cara kurva kalibrasi lebih baik dibandingkan dengan one point.
VIII. Kesimpulan
Analisis kualitatif dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi yaitu dengan
sebuah kromatogram akan memberikan informasi kualitatif terhadap bahan baku
paracetamol dengan melihat waktu retensi atau posisi fasa diam setelah masa elusi
tertentu.
Analisis kuantitatif dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi yaitu dengan
menentukan kadar bahan baku paracetamol melalui regresi linear (kurva kalibrasi) dan
berbagai konsentrasi.
Mutu bahan baku yang dilakukan dengan cara kurva kalibrasi lebih mendekati
literatur daripada dengan cara one point. Penetapan kadar yang didapat yaitu
119,090061% . Sehingga metode yg lebih baik digunakan pada praktikum ini yaitu
dengan menggunakan metode kurva kalibrasi
Gandjar, Gholib., dan Rohman, 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Ibnu Ghalib. (2012). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : pustakabelajar
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI Press
Lindsay, S. 1992. High performance liquid chrotomagraphy second edition, John
Wiley &Sons, Chischer, New York, Brisbane, Toronto, Singapore
Moffat, A. C., O. David and W. Brian. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons
In Pharmaceuticals, Body Fluids and Post-Mortem Material 3rd edition Book 2.
R.A.Day , Dr. Jan Dan Al-Underwood.(2002). Analitik Kimia Kuantitatif.Jakarta :
Erlangga.
Snyder, L. R and Kirkland J.J. 1979. Introduktion to modern liquid chromatography.
second edition. John Wiley & Sons.Inc NewYork, Chihester, Briebane, Toronto,
Singapore.
Sumar, Hendayana.(1994). Paracetamol. Jakarta : UI.Press