TINJAUAN TEORI
5
6
2.1.3 Patofisiologi
Kondisi anatomis dari tulang tibia yang terletak dibawah subkutan memberikan
dampak terjadinya resiko fraktur terbuka lebih sering sering dibandingkan tulang
panjang lainnya apabila mendapat suatu trauma.
Mekanisme cedera dari fraktur cruris dapat terjadi akibat adanya daya putar atau
puntir dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua kaki dalam tingkat yang
berbeda. Daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek,
biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari
fragmen tulang dapat menembus kulit. Cedera langsung akan menembus atau
merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah yang paling sering.
Pada kondisi klinik fraktur cruris terbuka di klasifikasikan menurut Gustillo
(1990) dengan menyesuaikan derajat kerusakan dari jaringan lunak yang terjadi.
8
2.1.3.1 pathway
Trauma putar atau puntir, trauma trauma dengan daya angulasi, cedera tidak
langsung pada kaki
Salah satu fragmen tulang yang patah dapat menembus kulit . cedera langsung
akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur
Ketidakmampuan
melakukan Kerusakan Kerusakan otot, Kerusakan
pergerakan kaki satraf spasme kulit vaskular
otot
Hamabatn mobilitas
resiko tinggi trauma Nyeri Kerusakan Kerusakan arteri dan
integritas banyak darah yang
jaringan hilang
Pembengkakan lokal
Respon Ketidaktahuan Pasca bedah
psikologis teknik mobilisasi
Resiko syndrom
Port de kompartemen
Ansietas Resiko malunion,
entree
gangguan citra delayed union, non
tubuh union, footdrop
Pemenuhan
Respon lokal : nyeri,
informasi
Terapi parestesia, perfusi distal
fasiotomi menurun,CRT >3 detik,
denyut nadi (-), pucat
9
Waktu penyembuhan luka pada anak anak jauh lebih cepat daripada
orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses
osteogenesis pada periostenum dan endostenum, serta proses
remodeling tulang. Pada bayi proses penyembuhan luka sangat cepat
dan aktif, namun kemampuan ini berkurang apabila umur bertambah
2.1.5.1.2 Lokalisasi dan konfigurasi fraktur
Lokalisasi fraktur merupakan peranan penting. Fraktur metafisis
penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis. Disamping itu
konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat
penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontak
yang lebih banyak.
2.1.5.1.3 Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum tidak bergeser,
maka penyembuhan dua kali lebih cepat dari pada fraktur yang
bergeser.
2.1.5.1.4 Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka
penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Namun apabila salah satu
sisi vaskularisasinya buruk maka akan menghambat bahkan tidak
terjadi tautan atau yang disebut dengan non-union.
2.1.5.1.5 Reduksi serta imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi
yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan
mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan
mengganggu dalam penyembuhan fraktur.
2.1.5.1.6 Waktu imobilisasi
Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
terjadi tautan (union), maka kemungkinan terjadi non-union sangat
besar.
2.1.5.1.7 Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak
12
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh : tidak adanya nadi, CRT
menurun atau lebih dari 2 detik, sianosis bagian distal, hematoma yang
lebar, serta dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan
emergen si pembidaian, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi dan pembedahan.
Sindrom emboli lemak adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel sel lemak yang
diahasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.
Jika tidak segera ditangani maka akan menyebabkan koplikasi yang lama diantara
nya :
(1) Delayed Union
Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai waktu
yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Delayed union adalah
fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan ( tiga bulan untuk
anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
(2) Non- Union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8
bulan dan tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi
palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi
bersama infeksi yang disebut sebagai infected pseudoatrhosis.
(3) Mal- Union
Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi
terdapat dedformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan atau
menyilang, misalnya pada fraktur radius-ulna.
2.1.7 Imobilisasi
Pada pasien pasien fraktur, untuk mengkaji adanya gangguan otot dapat
menggunakan tehnik ROM. Range Of Motion (ROM) merupakan istilah
baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik normal maupun
abnormal.ROM juga digunakan sebagai dasar untuk menetapkan kelainan
atau untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal. Sebgaimana
telah disingggung sebelumnya, dikenal gerakan sendi aktif dan pasif
sehingga penilaian ROM juga terbagi menjadi dua, yakni ROM pada
17
gerakan sendi yang aktif dan ROM pada gerakan sendi yang pasif.
Gerakan ROM aktif ataupun pasif ini dapat diprogramkan tiap 4-6 jam
sekali. Macam macam gerakan ROM sebagai berikut :
2.1.7.1 Abduksi dan Aduksi
Gerakan Abduksi dan aduksi dapat ditemuakn pada sendi, bahu, panggul,
sendi metakarpofalangeal dan metatarsofalangeal. Abduksi adalah gerakan
yang menjauhi garis tengah tubuh. Sementara Aduksi adalah gerkan yang
mendekati garis tengah tubuh. Pada tangan dan kaki, garis tengah terletak
pada jari tengah tangan kaki.
2.1.7.2 Dorsofleksi dan Plantar/ Palmarfleksi
Dorsofleksi adalah gerakan dari jari jari kaki atau ibu jari kaki dengan arah
permukaan ke dorsal, sedangkan gerakan dorsofleksi pada jari jari tangan
dan pergelangan tangan juga terhadap permukaan dorsal. Plantarfleksi
adalah gerakan pada jari kaki dan ibu jari kaki kearah permukaan plantar
kaki. Palmarfleksi adalah gerakan jari jari tangan kearah permukaan
palmar.
2.1.7.3 Inversi dan Eversi
Gerakan inversi dan eversi terjadi secara simultan pada sendi subtalar dan
midtarsal kaki. Eversi adalah gerakan berputar permukaan plantar kaki
kearah luar menghadap tungkai bawah. Inversi adalah gerakan berputar
permukaan plantar kaki ke dalam terhadap tungkai bawah.
2.1.7.4 Rotasi interna dan Rotasi eksterna
Rotasi interna/ rotasi media dan rotasi eksterna/lateral dapat terjadi pada
sendi bahu, panggul, dan sedikit pada lutut. Rotasi interna adalah gerakan
berputar dari permukaan depan anggota gerak kedalam/ kemedial. Rotasi
eksterna adalah gerakan berputar dari permukaan anggota gerak ke arah
luar/ lateral.
2.1.7.5 Pronasi dan Supinasi
Gerakan pronasi dan supinasi terjadi pada anggota gerak lengan bawah
melalui sendi siku dan sendi pergelangan tangan serta pada kaki depan
melalui sendi midtarsal.
2.1.8 Penilaian kekuatan otot
18
2.1.9.6.1 Pada hari sebelum pembedahan, jelaskan pada pasien cara menyiapkan
pembedahan seperti : melakukan pemeriksaan rontgen
2.1.9.6.2 Jelaskan bahwa pasien untuk melakukan latihan batuk dan nafas
dalam. Ini diperlukan setelah pembedahan untuk mempercepat
pemulihan dan mencegah komplikasi.
2.1.9.6.3 Jelaskan bahwa pasien tidak makan dan minum selama 8-12 jam
sebelum pembedahan. Karena dibawah pengaruh anastesi pasien dapat
muntah dan tersedak.
2.1.9.7 penatalaksanaan intra operasi
2.1.9.7.1 Sebelum pembedahan dimulai perawat kamar operasi memeriksa
kondisi pasien ( tanda tanda vital dll), menyiapkan pasien untuk
pembedahan dan membantu menyiapkan daerah steril untuk
pembedahan.
2.1.9.7.2 Selama operasi perawat membuka bahan dan mengatur slang atau
drain dan memastikan bahwa pasien aman selama pembedahan.
2.1.9.7.3 Setelah pembedahan pasien masuk keruang pemulihan. Diruang ini
pasien ditidurkan tanpa bantal untuk mempertahankan jalan nafas
terbuka dan memungkinkan drainase mucus atau muntah serta pasien
dipertahankan tetap hangat dengan selimut.
2.1.9.7.4 Perawat tetap memperhatikan dengan cermat jalan nafas pasien,
frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien.
2.1.9.7.5 Pasien bangun dari anastesi dan mendapatkan kembali refleknya pada
kecepatan yang berbeda. Untuk membantu mereka bangun perawat
dapat memanggil nama pasien dan mengulangi memberitahu mereka
bahwa pembedahan telah selesai.
2.1.9.8 penatalaksanaan post operasi
pasien biasanya dibawa ke unit kamar rawat, ketika mereka sudah bangun,
dengan reflek telah kembali dan pernafasan, nadi tekanan darah serta suhu
yang telah stabil.
2.1.9.8.1 Lihat jalan nafas dan pernafasan pasien, periksa warna bibir dan CRT
2.1.9.8.2 Periksa tingkat kesadran klien
20
2.1.9.8.3 Ukur tanda tnda vital pasien, jika belum sepenuhnya stabil, ukur tiap
15 menit sampai stabil. Jika anda mencurigai terlalu banyak
perdarahan atau perdarahan internal, pastikan pasien telah terpasang
drip intravena dan oksigen.
2.1.9.8.4 Periksa jumlah cairan yang dikonsumsi pasien dan haluaran.
2.1.9.8.5 Periksa ulang kecepatan aliran dan kerja jalur IV setiap jam.
2.1.9.8.6 Membantu pemulihan pasien post operasi dengan cara:
1. Mengontrol nyeri pasca operasi
2. Pastikan asupan cairan adekuat
3. Memeriksa haluaran urine
4. Memiringkan dan latih pasien
5. Mendorong batuk dan nafas dalam
6. Memberikan diet adekuat
7. Memeriksa fungsi usus
8. Melakukan teknik rawat luka.
Dampak yang timbul pada klien fraktur adalah timbul ketakutan akan
kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal dan gangguan citra diri.
8) Pola sensori dan kognitif
Pada klien fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedangkan pada indra yang lain dan kognitif tidak mengalami
gangguan. Selain itu akan menimbulkan nyeri akibat fraktur.
9) Pola reproduksi sesual
Dampak pada klien fraktur yaitu klien tidak dapat melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap, mengalami keterbatasan gerak,
serta merasa nyeri. Selain itu, juga perlu dikaji status perkawinannya
termasuk jumlah anak dan lama perkawinan.
10) Pola penanggulangan stres
Pada klien fraktur timbul rasa cemas dan keadaan dirinya, yaitu ketakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
ditempuh klien dapat tidakl efektif.
11) Pola tata nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, terutama
frekuensi dan konsentrasi dalam beribadah. Hal ini dapat disebabkan oleh
rasa nyeri dan keterbatasan gerak klien.
2.2.5.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status general )
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal). Hal ini
diperlukan untuk dapat melaksanakan perawatan total (total care) karena ada
kecenderungan bahwa spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih
sempit, tetapi lebih mendalam.
Hal yang perlu diketahui dalam pemeriksaan fisik klien fraktur adalah sebagai
berikut :
1) Gambaran umum. Perawat perlu memerhatikan pemeriksaan secara umum
yang meliputi hal hal yang sebagai berikut :
(1) Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien. Hal yang perlu dicatat
adalah tanda tanda sebagai berikut :
25
2.2.7 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik (lyer et al., 1996). Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing enders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan,. Oleh karena itu rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
Implementasi yang dapat dilakukan pada pasien post operasi open fraktur kruris
diantaranya:
1. Mengkaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera dan perhatikan
persepsi klien terhadap imobilisasi.
2. Intruksikan pasien untuk /bantu dalam rentang gerak pasien/ aktif pada
ekstremitas yang sakit dan tidak
3. Dorong penggunaaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang sakit
4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik bila mungkin, bila
traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah
5. Bantu/ dorong perawatan diri (mandi, mencukur)
6. Berikan/ bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera
mungkin. Intruksikan
7. keamanan dalam penggunaan alat mobilitas
8. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing
32
9. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk atau nafas
dalam
10. Auskultasi bising usus. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan defekasi
secara rutin. Tempatkan pada pispot bila mungkin, atau berikan bedpan
fraktur. Berikan privasi.
11. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari, termasuk
air asam/jus
12. Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, voitamin dan mineral.
Pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi
pertama
13. Tingkatkan jumlah diet kasar. Batasi makanan pembentuk gas.
14. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi /rehabilitasi spesialis
2.2.8 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi
dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan
implementasi intervensi.
Menurut Griffith dan Christensen (1986), evaluasi sebagai sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan klien.
Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka
perawat dapat menentukan efektifitas asuhan keperawatan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan tetapi
tahap ini bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data
perlu direvisi untuk menentukan kecakupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian perilaku yang diobservasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi
untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dilakukan secara
efektif.
2.2.9 Masalah keperawatan lain
Secara umum Doengoes (2002) merumuskan delapan masalah/diagnosis
keperawatan yaitu :
33