TINJAUAN PUSTAKA
(Wahid, 2009):
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Lannea
Spesies : L. coromandelica
yang tersebar di daerah Asia (Sathish, 2010). Tumbuhan ini hanya dapat tumbuh
di dataran rendah pada ketinggian 100 - 1.800 meter, dengan ketinggian hingga 20
yang besar. Daunnya adalah daun majemuk menyirip gasal. Anak daun bertangkai,
panjangnya kurang lebih 1mm, daun mahkota 3 mm. Daun mahkota bunga betina
ini warnanya kuning hijau kemerahan. Bunga jantan tidak diketemukan di Jawa
(Dwiyani, 2013). Berbunga pada bulan Februari sampai April, dan berbuah pada
saat bulan Mei sampai Juli, memiliki getah berwarna coklat sampai hitam (Kumar,
2011). Buah tanaman ini berbentuk bulat memanjang, panjangnya kurang lebih 1,5
cm. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah gersang (tanah berkapur) dan sangat mudah
abu-abu sampai coklat tua, kasar, ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak
teratur, batang dalam serat berwarnah merah atau merah muda gelap, dan memiliki
pohon Kudo, Jaranan, Ki Kuda, Kedondong Laki (Jawa), kuda-kuda (Aceh), Pohon
Reo (Flores), Kayu Santen (Denpasar), Aju Tammate, Aju jawa (Sulawesi Selatan).
2015). Kulit batang Lannea digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan muntah
darah. Penggunaan lain tanaman Kayu Jawa adalah sebagai analgesik, anti ulkus,
antimitosis dan antioksidan (Ismail, dkk., 2016). Selain itu, daun kayu jawa
digunakan sebagai bat bisul, rematik, pusing dan perawatan paska melahirkan
(Rahayu, 2005). Ekstrak etanol daun kayu jawadapat menurunkan nyeri sakit
polifenol, (Kumar, 2015). Korteks kayu jawa mengandung flavanoid, tannin dan
tunggal; Contoh : Mangifera indica. Habitat perdu atau pohon, buah tunggal berupa
(Tedong, et al, 2006; Ola, et al, 2008). Selain itu spesies dari famili Anacardiaceae
Fakhrudin, dkk, 2013). Jambu mente (A. occidental) juga dimamfaatkan sebagai
obat tradisonal untuk penyakit diabetes melistus, diare dan hipertensi (Paris et al.,
terdapat pada tanaman adalah alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, dan terpenoid.
1. Alkaloid
biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada
[1]
virus, anti jamur dan anti helminthik, sifat anti bakteri terhadap clostridium spp,
dan Pseudomonas spp (Ojezele, 2013). Senyawa alkaloid yang ditemukan antara
lain presatorin [2], trigonellin [3], n-metil fenetil amin [4], tiramin [5], (Chapman
2. Flavonoid
(Robinson, 1995), yaitu dua cincin aromatic (C6) yang dihubungkan oleh 3 atom
karbon yang membentuk cincin atau rantai terbuka. Flavonoid terdapat dalam
(Subramanian and Nair, 1971). Senyawa [7] yang juga disebut rutina merupakan
senyawa turunan dari flavonoid, memiliki aktifitas anti oksidan yang kuat,
2010).
[7]
Beberapa senyawa flavonoid lain yang telah ditemukan pada tanaman Famili
Anacardiaceae antara lain kaempferol [8], formononetin [9], (Chapman & Hall,
1994).
[8] [9]
3. Steroid
berasal dari satu atau lebih ekspansi cincin. Gugus metil biasanya berada pada atom
C10 dan C-13. Rantai sisi alkil juga dapat berada pada atom C-17 (Sumbono, 2016),
telah ditemukan pada tanaman famili Anacardiaceae antara lain α-spinasterol [10],
Kampesterol [11], (Chapman & Hall, 1994). Tanaman Spondias pinnata (Famili
2015).
[10] [11]
4. Terpenoid
(branching) metil pada karbon nomor dua atau kelipatannya (Saifudin, 2014).
Senyawa terpenoid yang telah ditemukan pada tanaman antara lain β-karoten [12],
binjai (Mangifera caesia) adalah α-amirin yang merupakan salah satu senyawa
H3C
H3C CH3 CH3 CH3
H3C
H3C CH3 CH3 CH3
[12] [13]
dalam suatu bahan alam, yang didasarkan pada adsorpsi dan partisi senyawa
terhadap penyerap dan cairan pengelusi. Isolasi meliputi ekstraksi, fraksinasi,
1. Ekstraksi
menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 2000). Bahan yang digunakan
sebaiknya yang masih segar, tetapi harus dikeringkan sebelumnya, (Tobo, 2001).
cairan penyari dan pada umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Cairan penyari
akan menembus dinding sel atau masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif tersebut akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan diluar sel. Larutan yang lebih pekat ( di dalam
sel ) didesak keluar sel, masuk kedalam larutan di luar sel. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan
di dalam sel. Kelebihan cara penyarian ini adalah cara pengerjaannya yang mudah
antara 4-10 hari, dalam proses ekstraksi, usahakan sampel yang diekstrak terendam
Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut Sumardjo (2009).
Pelarut harus mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat mengekstraksi
antara lain: .
c. Alkohol, secara umum termasuk pelarut polar, tetapi jika digunakan sebagai
e. Eter; umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin dan asam
lemak.
2. Fraksinasi
yang tercampur dalam suatu ekstrak yang didasarkan pada kecepatan adsorpsi dan
fraksinasi yang umum digunakan yaitu kromatografi lapis tipis (KLT) dan
kromatografi kolom.
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
komponen secara cepat berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi. Teknik ini
merupakan suatu cara pemisahan komponen senyawa kimia di antara dua fasa, yaitu
fasa gerak dan fasa diam. Eluen (fasa gerak) yang paling sederhana terdiri dari
elusi pelarut, sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Pemilihan eluen
sebaiknya dimulai dari pelarut organik dengan tingkat kepolaran rendah, seperti
heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih polar
lainnya. Fasa diam yang digunakan pada KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10–30µm. Semakin kecil ukuran rata-rata pertikel
fasa diam, semakin sempit kisaran ukuran fasa diam, sehingga kinerja KLT dalam
hal efisiensi dan resolusinya lebih baik. Penjerap yang paling sering digunakan
Perbandingan antara jarak noda yang ditempuh oleh zat yang dipisahkan yang
berpendar dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut pada lempeng KLT dinyatakan
b. Kromatografi Kolom
digunakan dapat berupa silika gel, selulosa atau poliamida. Fasa geraknya dapat
dengan KLT. Fraksi-fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama digabung
kemudian pelarutnya diuapkan, diperoleh beberapa fraksi. Noda pada plat KLT
mempunyai gugus kromofor, dengan penampak noda seperti larutan Iod, FeCl3 dan
ukuran 10-20 μm. Proses ini dilakukan pada keadaan vakum agar diperoleh
kerapatan kemasan yang maksimum. Setelah itu, vakum dihentikan dan eluen yang
divakum kembali untuk melihat kelayakan packing dari kolom tersebut. Cuplikan
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai atau diabsorbsi dengan adsorben yang sesuai,
3. Pemurnian
dapat terbentuk dengan cara penjenuhan larutan yang diikuti dengan penguapan
pelarut perlahan-lahan sampai terbentuk kristal. Selain itu, pengkristalan dapat pula
dilakukan dengan cara mendinginkan larutan jenuh pada temperatur yang sangat
rendah.
4. Identifikasi
di dalam ekstrak yang diperoleh dari suatu tumbuhan, maka diperlukan beberapa
pereaksi memberikan reaksi yang khas untuk setiap golongan, misalnya untuk
c. Spektroskopi