Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOLOGI I (PRAKTIKUM)

“Pemeriksaan Kehamilan (Reaksi Serologi) Metode Imunocromatografi (ICT)”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Imunologi I (praktikum)

Disusun :

Kelompok 3

1. Ayu Ima Purmasari [1611E1008]


2. Desi Andriyani [1611E1010]
3. Elisa Putri Utami [1611E1016]
4. Muhamad Agung Pratama [1611E1039]

D3-Analis Kesehatan

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pemeriksaan Kehamilan (Reaksi Serologi) Metode Imunocromatografi (ICT)”

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah “Pemeriksaan Kehamilan (Reaksi


Serologi) Metode Imunocromatografi (ICT)” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bandung, April 2018

Penyusun,

Kelompok 3

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


Daftar isi ................................................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
TINJAUN PUSTAKA .............................................................................................................. 6
2.1. Dasar Teori .................................................................................................................. 6
BAB III...................................................................................................................................... 8
METODOLOGI ....................................................................................................................... 8
3.1. Judul Praktikum........................................................................................................... 8
3.2. Tujuan Praktikum ........................................................................................................ 8
3.3. Prinsip.......................................................................................................................... 8
3.4. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 8
3.5. Cara Kerja ................................................................................................................... 8
3.6. Interpretasi Hasil ......................................................................................................... 9
3.7. Hasil pengamatan ........................................................................................................ 9
BAB IV .................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 10
4.1. Pembahasan ............................................................................................................... 10
BAB V ..................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 13
Daftar pustaka........................................................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


HCG adalah hormon yang mendukung perkembangan telur dalam ovarium dan
merangsang telur dalam pelepasan telur dalam ovulasi. Hormon HCG tersusun atas
glikoprotein yang dihasilkan oleh protoblast dan bakal plasenta. Pembentukan HCG
maksimal pada 60-90 hari, kemudian turun ke kadar rendah yang menetap selama kehamilan.
Kadar HCG yang terus menerus rendah berkaitan dengan gangguan perkembangan plasenta
atau kehamilan. Kadar HCG memiliki struktur yang sangat mirip dengan yang bekerja pada
reseptor LH sehingga usia korpus luteum memanjang. HCG mula-mula di produksi oleh
sellapisan luar blastokista. Sel ini berdiferensiasi menjadi sel tropoblast, sinsitiotropoblast
yang berkembang dari tropoblast, terus menghasilkan HCG yang disekresikan dan dapat
dideteksi disekresi vagina sebelum inplantasi. Biasanya HCG dapat dideteksi di darah ibu 8-
10 minggu (Frandson, 1993).

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang dihasilkan


oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga
dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti
molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan meningkatnya
kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi.
Pemeriksaan HCG dengan metode immunokromatografi merupakan cara yang paling efektif
untuk mendeteksi kehamilan dini (Harti, 2013). Penggunaan strip HCG urine test merupakan
suatu metode immunoassay untuk memastikan secara kualitatif adanya Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) didalam urine sebagai deteksi dini adanya kehamilan.

Human Chorionic Gonadotropin merupakan sebuah hormon glikopeptida yang


dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan. Adanya HCG dan peningkatan konsentrasinya
secara cepat didalam urin ibu membuatnya sebagai penanda untuk memastikan kehamilan
(Prawirohardjo, 1976).

Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test , HPT) yang biasa
dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi
kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urin. Urin yang digunakan yaitu air seni
pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon HCG tinggi pada saat itu. Bentuk
alat tes kehamilan (test pack) ada dua macam, yaitu strip dan compact. Bedanya, bentuk strip

4
harus dicelupkan ke urin yang telah ditampung atau disentuhkan pada urin waktu buang air
kecil sedangkan compact sudah ada tempat untuk menampung urin yang akan diteteskan.
Test slide ini sangat tergantung pada kerja sama antibodi dan antigen. Antibodi ini zat kimia
yang dihasilkan oleh limfosit dan struktur lain di dalam tubuh. Sedangkan antigen, zat asing
yang masuk dan merangsang reaksi kimia tubuh. Jika antigen masuk ke dalam jaringan
tubuh, antibodi bereaksi sehingga antigen tidak berbahaya lagi. Tiap antibodi
hanya bereaksi terhadap antigen tertentu. Antibodi-antibodi itulah yang “ditambatkan” pada
media test, yang mempunyai dua strip (garis) indikator (Pearce, 1997).

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa itu HCG?
b) Bagaimana cara metode Imunokromatografi dalam pemeriksaan kehamilan?
c) Bagaimana cara mengetahui hormon HCG pada wanita hamil?

1.3. Tujuan
a) Untuk dapat mengetahui pengertian HCG
b) Dapat mengetahui dan melakukan pemeriksaan kehamilan metode
Imunokromatografi
c) Untuk mengetahui ada tidaknya hormon HCG pada urine wanita hamil dan tidak
hamil

5
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


Metode tes kehamilan yang dilakukan adalah metode imunokromatografi dengan
menggunakan sampel berupa urin. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan merupakan alat
yang dijual secara bebas dan dapat dipergunakan kapan pun dan oleh siapapun. Keuntungan
strip uji kehamilan adalah bisa dilakukan sendiri di rumah, prosedur pengujian yang mudah
dilakukan, harga strip yang relatif murah, jenis alat tes bervariasi, akurasi hasil uji yang tinggi
(97– 99%), serta dapat mendeteksi kehamilan lebih dini (Sarwono P,dkk, 2013).

Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil yang dibuat
oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon
kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi
progesteron oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan.
Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa
kehamilan. Hormon kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh
diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. Hormon ini merupakan
indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui urin. Jika, alat test kehamilan
mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG dalam urin, maka alat test kehamilan
akan mengindikasikan sebagai terjadinya kehamilan atau hasil test positif. Dampak kadar
HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual dan muntah (Johnson, 1994).

Pengumpulan dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin pagi hari karena
berisi konsentrasi HCG yang paling tinggi sehingga baik untuk pemeriksaan sampel urin.
Meskipun demikian, urin sewaktu dapat juga digunakan. Urin spesimen dikumpulkan pada
gelas atau penampung plastik yang bersih. Jika spesimen tidak digunakan segera maka
harus disimpan pada suhu 2 -8°C dan letakkan pada suhu temperatur sebelum digunakan,
tetapi penyimpanan ini tidak boleh lebih dari 48 jam (Hanifa,w, dkk, 2005).

Tingkat sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk
menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak HCG berlangsung sekitar 60
hari setelah periode haid terakhir. Turunnya HCG terjadi pada saat korpus luteum tidak lagi
diperlukan untuk menghasilkan hormon-hormon steroid karena plasenta sudah mulai
mengeluarkan estrogen dan progesterone dalam jumlah bemakna (Saifuddin, 2002).

6
Plasenta memiliki kapasitas besar untuk menghasilkan sejumlah hormone peptide
dan steroid yang esensial untuk memelihara kehamilan. Hormone yang terpenting adalah
Human Chorionic Gonodotropin, estrogen dan progresteron. Plasenta sebagai organ endokrin
utama pada kehamilan, bersifat untuk dibandingkan dengan jaringan endokrin lain dalam dua
aspek. Jenis dan kecepatan sekresi hormon plasenta terutama bergantung pada stadium
kehamilan. Salah satu kejadian pertama setelah implamantasi adalah sekresi (HCG), suatu
hormone peptide yang terjadi yang memperpanjang lama kehidupan korpus luteum oleh krion
yang sedang berkembang. Jika terjadi fertilisasi, blastokista yang tertanam menyelamatkan
dirinya dan tidak tersapu keluar bersama darah haid dengan membuat HCG. stimulasi oleh
HCG diperlukan untuk memelihara korpus luteum selama fase luteal normal pada siklus
ovarium, tertekan akibat umpan balik negative oleh progresteron kadar tinggi. Kelangsungan
kehamilan secara normal bergantung pada kadar estrogen dan progreson yang tinggi. Dengan
demikian pembentukan HCG selama trimester pertama sangat penting unutk
mempertahankan pembentukan hormone-hormon tersebut oleh ovarium. Pada janin laki-laki,
HCG juga merangsang prekursor sel-sel leyding di testis janin untuk mengeluarkan testoteron
yang menyebabkan maskulinisasi saluran reproduksi.
HCG dalam urin dapat digunakan untuk penentuan kehamilan dengan cara sederhana
penentuan kehamilan dengan menggunkan urin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
cara biologis dan cara immunologic. Percobaan biologis dengan 3 cara yaitu cara ascheim
zondek, friendam, dan gali mainini. Sedangkan pemeriksaan secara imunologic dapat
dilakukan secara langsung dengan cara direct latex aglutination (DLA) atau tidak langsung
dengan latex agglutination inhibitor serta dengan cara hemaglutination inhibitiom (HAI).

7
BAB III

METODOLOGI

3.1. Judul Praktikum


“Pemeriksaan Kehamilan (Reaksi Serologi) Metode Imunocromatografi (ICT)”

3.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui ada atau tidaknya hormon HCG pada urine wanita hamil
dan tidak hamil.

3.3. Prinsip
Jika didalam suatu sampel mengandung hormon HCG maka akan terjadi
reaksi sehingga akan mengakibatkan kompleks dengan adanya gaya kapilaritas. Sisa
dari urine akan bergerak menuju garis tes dan akan bereaksi atau berikatan
membentuk garis merah pada garis tes. Dengan adanya berlebih HCG akan menuju
garis kontrol yang spesifik membentuk garis merah.

3.4. Alat dan Bahan


a) Alat: b) Bahan :
- Test strip - Urine ibu hamil
- Tissue - Urine ibu tidak hamil
- Wadah urine

3.5. Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Strip test dibuka dan segera mungkin digunakan
3. Strip test dicelupkan secara vertikal kedalan urine dengan tanda panah mengarah
kebawah dan saat pencelupan urine tidak boleh melewati garis maksimal dari
strip.
4. Dilakukan pncelupan selama 10-15 detik, kemudian diangkat dan dikeringkan
disimpan pada posisi hotizontal
5. Dibaca hasilnya dalam waktu 3 menit (tidak boleh dibaca lebih dari 10 menit).

8
3.6. Interpretasi Hasil
1. Positif = Jika terdapat dua garis merah pada daerah Control dan Test
2. Negative = Jika terdapat satu garis merah pada daerah Control
3. Invalid = Jika terdapat satu garis merah pada daerah Test / Tidak terdapat garis
pada daerah Test dan Control

3.7. Hasil pengamatan


Hasil Positif: Anti HCG (Ab/Ag) spesifik terhadap HCG sehingga membentuk reaksi
yaitu HCG+ konjugat.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan

1. Reaksi antigen antibodi,


Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti
HCG sebagai antibody bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu
yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen
melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda.
Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu
karena berasal dari satu sel B yang dibiakan.

2. Terdapat 3 antibodi anti HCG pada strip


Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-
1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti
HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang
berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan
Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal
sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area
C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut
mengalir/berpindah tempat.

.
Gambar 1 : Reaksi Antigen dan Antibodi
(sumber: http://djjars/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-hormon_07.html)

10
3. Enzim terikat pada anti HCG-1
Enzim yang terikat anti HCG-1 akan menjadi enzim aktif bila ada ikatan antara anti
HCG-1, HCG dan Anti HCG-2 di area T atau ikatan antara anti HCG-1 dan anti-anti HCG di
area C. Enzim aktif di area T dan atau C akan mengubah substansi tak berwarna menjadi
substansi berwarna merah.

Gambar 2: Area Test dan Area Control

(sumber: http://djjars/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-hormon_07.html)

4. Bila urin mengandung HCG


HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa
senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan
berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang
berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif
dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan
HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan
mengaktifkan enzin sehingga daerah C berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua
strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif
hamil.
5. Bila urin tidak mengandung HCG
Urin tidak mengandung HCG sehingga tidak terjadi kompleks anti HCG-1 dengan
HCG. anti HCG-1 yang bebas kemudian menuju ke area T tempat anti HCG-2. Karena tidak
ada HCG maka tidak akan terjadi interaksi antara anti HCG1 dan anti HCG-2 melalui
perlekatan dengan HCG pada epitop berbeda.Enzim pada anti HCG-1 tetap inaktif dan reaksi

11
enzimatis pembentukan warna tidak terjadi. Akibatnya anti HCG-1 akan terus ikut gaya
kapilaritas menuju daerah C. Di daerah ini terjadi kompleks antigen antibodi yaitu anti HCG-
1 (sebagai antigen) dengan anti anti HCG-1 (sebagai antibodi terhadap anti-HCG-1).
Kompleks ini membuat enzim aktif sehingga terbentuk warna merah. Warna merah hanya
pada area C sehingga hanya ada satu garis dan diintepretasikan sebagai hasil negatif hamil
(tidak hamil).

12
BAB V

KESIMPULAN

HCG (hormone charionoc Gonadotronpin) merupakan hormone yang dihasilkan oleh


plasenta yang mencapai puncaknya pada 8 minggu kehamilan kemudian untuk kembali
keminggu-mingu berikutnya hormone ini adalah hormone yang disekresi oleh sel-sel
troboflas kedalam cairan ibu Negara setelah nidasi terjadi. Hormone HCG dapat dideteksi
diurin sampai sedini bulan pertama kehamilan, sekitar 2 minggu setelah terlambat haid,
karena waktu ini adalah saat keaga mudiga belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik,
uji diagnostik ini memungkinkan konfirmasi kehamilan secara dini.
Untuk metode strip di dasarkan pada terbentuknya garis yang menggunakan prinsip
immunochromatografi, Pada praktikum yang telah dilakukan, sehingga diperoleh hasil positif
pada metode Immunokromatografi.

13
Daftar pustaka

 Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
 Hanifa,W dan Saifuddin,A.B. 2005.Ilmu Kebidanan.Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
 Sarwono Prawirohardjo. Harti, Agnes S., Estuningsih, Heni Nurkusumawati. 2013.
Pemeriksaan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini
Secara Immunokromatografi.Jurnal KesMaDaSka .
 Johnson K. E. 1994.Hormon-Hormon Kehamilan. Jakarta : Binarupa Aksara.
 Pearce, E. 1997.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
 Prawirohardjo, S. 1976.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
 Saifuddin. 2002.Ilmu Kebidanan .Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

14

Anda mungkin juga menyukai