Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TASK READING

“HIPOTERMIA”

DI SUSUN OLEH :

Made ayu mirah wulandari (010.06.0049)

Amyaristasya sintya agus tina (010.06.0019)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2011/2012

KATA PENGANTAR

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah TASK
READING hasil diskusi kami di semester IV pada modul TUMBUH KEMBANG ini dengan
bahasan “HIPOTERMI” . Dimana dalam penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa
Kedokteran Unizar dapat memahami isi dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi
kami dan mahasiswa.
Tidak lupa juga kami mengucapakan terima kasih kepada dosen yang menjadi tutor
kami, juga teman-teman kelompok 1 dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah hasil diskusi kami ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan
hasil yang memuaskan bagi kami.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam
menyempurnakan makalah ini.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I. Pendahuluan ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II. Pembahasan ............................................................................................ 3

2.1. Termoreglasi pada bayi baru lahir ................................................................ 3


2.2. Termoregulasi pada bayi baru lahir (perlindungan termal) .......................... 4
2.3. Definisi .......................................................................................................... 6
2.4. Etiologi dan Faktor resiko………………………………………………...... 7
2.5. Patofisiologi……………………………………………………………….. . 7
2.6. Tanda dan Gejala…………………………………………………………. 8
2.7. Klasifikasi…………………………………………………………………. 9
2.8. Penatalaksanaan…………………………………………………………... 10
2.9. Pencegahan………………………………………………………………... . 12

2.10. Komplikasi………………………………………………………………. 13

BAB III ................................................................................................................ 15

Kesimpulan .......................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 16

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh
ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya
sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya.

Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin


kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.
Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding
suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah
mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju
hipotalamus

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya
sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur
tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju
kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau
epakorasi.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 4
1.2. Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Memberi pengetahuan pada pembaca


2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan termoregulasi dan bagaimana cara
mengatasinya pada bayi baru lahir.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,


hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
BBL.

Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui
proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi
dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan
dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai
produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting
untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi
TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 6
yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan
akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan
pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori
yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga
hipoksia dan hiperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan
terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37
0C Mencegah kehilangan panas : Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur
tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas
tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko
tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak
diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan
yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia.

2.2. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR (PERLINDUNGAN


TERMAL)

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

a. Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu


b. Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000
gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala
32 – 37 cm
c. Tanda vital dalam batas normal
d. Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara


pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di
dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 7
tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui
proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi
dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan
dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai
produksi panas. Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting
untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi
yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi
peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan
akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan
pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori
yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga
hipoksia dan hiperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan
terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37
0C

2.2.1. Sistem Pengaturan Suhu

pengaturan suhu, suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban


menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.

2.2.2. Kontrol Suhu

Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya
berfungsi sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang ekstrim atau
mendadak pada lingkungan eksternalnya.

Cara pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan
thermometer dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 8
Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali
sampai hasil pengecekan dua kali berturut – turut menunjukkan suhu 36,5 0C.
Sesudah itu pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali selama 24 jam
pertama dan kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan yang lebih
sering, dua kali sehari.

Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk dimandikan atau
dibersihkan dan bisa juga pengukuran suhu dilakukan sesudah bayi dimandikan.

2.2.3. Pengaturan panas

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu


tubuhnya yang berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam bahaya
hipotermi jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor penting yang
harus dipertimbangkan pada bayi baru lahir adalah :

a. Produksi panasnya jelek karena laju metaboliknya rendah


b. Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi tersebut
khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin yang tidak
disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu
c. Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melalui
evaporasi
d. Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan
dengan berat badannya
e. Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya mature
sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang dengan
baik

2.3 Definisi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun
suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C
(suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C,

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 9
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat
mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001).
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa
hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.

2.4. Etiologi dan Faktor resiko


1. Hipotermi disebabkan oleh :

a. Jaringan lemak subkutan tipis.


b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
d. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan.
e. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi.

2. Faktor resiko terjadinya hipotermi


a. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir
c. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
2.5. Patofisiologi
Hipotermi dapat terjadi melalui beberapa mekanisme anatara lain:

a. Evaporasi atau menguap

Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban


pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan
jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat
lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan
tubuhny tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 10
b. Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung


antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di
atas benda-benda tersebut.

c. konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi


terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin
dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi / pendingin
ruangan.

d. Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan


di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung).

2.6. Tanda dan gejala


 Gejala hipotermia bayi baru lahir

a. Bayi tidak mau minum / menetek


b. Bayi tampak lesu atau mengantuk
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema).

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 11
 Tanda – tanda hipotermia sedang :

a. Aktifitas berkurang, letargis


b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin

 Tanda – tanda hipotermia berat

a. Aktifitas berkurang, letargis


b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
g. Resiko untuk kematian bayi

 Tanda – tanda stadium lanjut hipotermia

a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang


b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema)
2.7. klasifikasi
 Hipotermia akut : terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6 -
12 jam. Umumnya terjadi pada bayi yang lahir di ruang bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelaian terhadap bayi yang akan lahir,
misalnya diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup. Gejalanya
biasanya lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki
dingin. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan cara memasukkan
bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah di atur menurut kebutuhan bayi dan
dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 12
 Hipotermia sepitas : merupakan penurunan suhu tubuh 1 -2 derajat celcius
sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4
– 8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya.
Hipotermia sekunder : penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan
pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial tranfusi
tukar, penyakit jantung bawaan yang berat. Pengobatan bisa dilakukan dengan
cara memberikan antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.
 Cold injury : biasanya terjadi pada bayi yang terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya adalah lemah, tidak mau minum, badan dingin,
suhu berkisar antara 29,5 – 35 derajat celsius, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;
pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi
infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatan bisa dilakukan dengan
memanaskan secara perlahan-lahan,
pemberian antibiotik, pemberian larutan glukosa 10 persen, dan kartikosteroid.

2.8. Penatalaksaan

Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator
gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah
menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.

a. Hipotermia Sedang (32 -36 C)


1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi
berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika terlebih
dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan
selimut / kain yang hangat.
3. Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut /
kain yang hangat.
Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara kanguru :

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 13
 Memberi tutup kepala / topi bayi
 Mengganti kain / popok bayi yang basah dengan yang kering dan
hangat
b. Hipotermi Berat (<32 C)
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan
bayi berada dalam satu selimut atau kain hangat
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau
lainnya hangat ulangi sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi
4) Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
 Memberi tutup kepala / topi kepala
 Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering
atau hangat
5) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini
mungkin dapat lebih sering selama bayi menginginkan. Bila terlalu lemah
hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan
menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10%
sebanyak 60 –80 ml/kg/liter
6) Segera rujuk di RS terdekat . rujuk apabila terdapat salah satu tanda
dibawah ini:
 Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan suhu
(membaik).
 Bila bayi tidak dapat minum
 Terdapat gangguaan nafas atau kejang.
 Bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis atau ada
bagian tubuh bayi yang mengeras.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 14
2.9. Pencegahan

Cara mencegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

 Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk


mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan
tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi
memulai pernafasan.
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
 Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk
dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain
hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan
menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut
bayi harus dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali
dengan handuk atau selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
 Tutupi kepala bayi Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap
saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi
akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI. Pelukan ibu pada tubuh
bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya
pemberian asi harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Karena bayi baru
lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dapat
dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi berpakaian / diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam
jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir
dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
 Tempatkan bayi dilingkungan hangat Idealnya bayi baru lahir ditempatkan
ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama.
Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 15
menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyukan bayinya dan
mencegah paparan infeksi pada bayi.
 Rangsangan taktil Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai
refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga
merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup
untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan
respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan
tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.

2.10. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia


karena kekurangan cadanganglikogen. Asidosis metabolik disebabkan
vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik danasidosis. Hipoksia
dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, danperdarahan
pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok dengan akibat penurunan
tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan cardiac output,
Apnoe.
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus
segera dilakukan.Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat
menyebabkan apnea. Penyebabhilangnya panas harus segera dihentikan, suhu
harus terus dimonitor, dan investigasi terhadappenyebab-penyebab patologi atau
iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukanpemanasan yang
perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit
danperlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu
ruangan yangnormal . Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30 menit
selama masapemanasan.Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu
jam, kecuali jika berat badan bayi yangkurang dari 1200 gram, usia kehamilan
kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, danbayi dapat dipanaskan
lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam)16.Peralatan yang
dipakai untuk mengatasi hipotermia:1. Closed incubator.
Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800gram.
Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 16
tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa
kabur karena alat ini.Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat
bertahan pada suhu lingkungan lebihdari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah
mencapai kira-kira 1800 gram). Inkubator inibiasanya memakai alat-alat
berikut:Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi
turun, panas akandihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis.
Kerugiannya adalah bilasensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang
berlebihan14,16. Air temperatur control device Radiant Warmer khusus dipakai
pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami pemeriksaan. Temperatur
dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode Pengaturan suhu tubuh
pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):Tempatkan bayi di bawah
pemanas segera setelah bayi lahir.Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah
kehilangan panas dengan cara penguapan.Tutup kepala dengan cap.Bungkus bayi
dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.Pengaturan suhu tubuh bayi
cukup bulan yang sakit:Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat,
kecuali Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr):Untuk berat bayi
1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut
biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo) untuk
bayi 1000-1800 g. Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator
tertutup dengan pengatur suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit
ditempatkan di bawah radiant warmer.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 17
BAB III
KESIMPULAN

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal
bayi adalah 36,5-37,5 °C. Disebut hipotermi berat bila suhu <35°C.Hipotermi disebabkan
oleh :Jaringan lemak subkutan tipis, dll. Hipotermia di bagi menjadi sedang, berat, dan
lanjut. Dan diklasifikasikan menjadi hipotermia akut, sepitas, dan cold injury. Terapi
sesuai klasifiksai dan derajat keparahannya. Pencegahan dapat dialakukan dengan cara
pengetahuan bagi perawat bayi agar tidak terjadi penurunan suhu tubuh. Komplikasi
pada hipotermi adalah asidosis, hipoglikemi, hipoksia, apnoe.

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 18
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :

Mansjoer, Arif at al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Arthur, c guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran. Ed: 11. Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid :1.
Jakarta : Infomedika Jakarta

INTERNET :

http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-termoregulasi-pada-bayi-
baru-lahir-perlindungan-termal/

http://www.smallcrab.com/anak-anak/1037-pencegahan-kehilangan-panas-pada-bayi-baru-
lahir

www.news-medical.net/.../What-is-Hypothermia-(Indonesian).aspx

TR 1 “HIPOTERMI”
Kelompok 1
Page 19

Anda mungkin juga menyukai