Anda di halaman 1dari 5

Aku terperanjat dari tempat dudukku.

Bagaimana
mungkin ? Wajahnya seperti Reina, mataku
tidak bermasalah, itu memang dia. "Halo, pak.
Nama saya Rani. Aku baru saja lulus dari tes
sekretaris dan aku lulus menjadi sekretaris
anda, pak." Namanya Rani tapi wajahnya kok
mirip dengan Reina, apakah dia kembarannya
? "Baiklah, Rani. Kamu saya terima. Tapi
apakah kamu punya kembaran ?" Sial, aku
salah ngomong pula. Dia terlihat bingung,
"Maaf Rani. Lupakan saja. Sekarang kamu
boleh pulang. Besok baru bekerja." Dia
tersenyum kemudian pergi. Senyuman persis
seperti Reina, 10 tahun yang lalu.

"Mimpi apa gue semalam ?" Jam kerja sudah


selesai, saatnya kembali ke rumahku.
Rumahku tidak terlalu besar karenaaku mau
menghemat uang dulu. Di pikiranku masih
terbayang Rina, mengapa dia memiliki
kemiripan muka yang sama dengan Reina ?
Bahkan dari cara berjalannya, cara
ngomongnya, semua sama. Apakah dia Reina
? Tidak, Reina sudah meninggal dunia, tak
mungkin hidup kembali.
Tok... tok... tok... Suara pintu yang diketuk
semakin mengangguku. "Siapa ?" Kubuka
pintunya dan ternyata tak lain ialah Rani
sendiri. "Mengapa kamu datang kesini ?
Mengapa kamu tahu alamat rumahku ?" "Sorry
bos, kedatanganku kali ini untuk menyerahkan
artikel ini. Kata wakil, dia ingin aku
membawakan artikel ini. Saya tahu rumah
bapak dari wakil juga." Dia kembali tersenyum
membuat pikiranku kembali memikirkan Reina
kembali. Rasa bersalahku kembali muncul.
"Pak, mengapa tidak menjawab ?" "Ohh maaf,
akan kuambil artikelnya. Mau masuk ?" "Maaf
pak, sudah mau hujan. Aku mau pulang dulu."
Dia pun permisi dan berlari keluar "Rani! Mau
kuantar tidak ?" Dia tidak menjawab, kurasa dia
tidak mendengarnya.

Keesokan harinya, aku bertemunya di kantin


kantor. Dia bercanda dengan teman-temannya.
Dan tentu saja, aku kembali melihat
kemiripannya dengan Reina. Semakin hari
semakin mirip dan tentu saja membuatku
semakin curiga. Suatu hari ketika semua
karyawanku sudah ulang termasuk Rani, aku
mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba dia
membelakangi dan tentu saja melihatku. Sial,
mengapa teknik mengikutiku sangat payah ?
"Ada apa, pak ?" Dia bingung dan aku frustasi,
entah mau menjawab apa. "Ini, saya cuma
takut kamu diculik soalnya sekarang banyak
kasus penculikan lagipula kamu cuma
sekretarisku satu-satunya." So sweet ya tapi
dalam hatiku sudah berkecamuk bahkan
seperti mau keluar pula. Rani tersenyum
kemudian berkata, "Jangan cemas, pak." Dia
melangkah pergi dan menjauh.

Meninggalkanku dalam harmoni kecurigaan


yang semakin menusukku ini. Dia semakin
melangkah. Apakah dia adalah jelmaan dari
Reina ? Apakah aku bisa memacarinya kembali
dan tidak mengulangi kesalahanku lagi, 10
tahun yang lalu ? Pertanyaan itu semakin
banyak di pikiranku. Akhirnya kuputuskan untuk
mencintainya kembali agar semua perasaan
bersalahku itu hilang dan tentu saja untuk
memperbaiki kesalahan terbesarku.
Keesokan harinya, aku berusaha menmbaknya
persis seperti aku menembak Reina, 10 tahun
yang lalu. Dia agak malu-malu tetapi aku tahu
dalam hatinya berkata ya. Dia mulai menjadi
pacarku saat itu. Setelah 5 tahun pacaran,
kami memutuskan menikah dan akhirnya kita
menikah dengan resepsi pernikahan yang
mewah. Saat yang bahagia telah tiba, Rani
hamil dan aku sangat bahagia karena akhirnya
aku punya keluarga dan penerus perusahaan
ini. Di pikiranku kembali terbayang Reina,
"Reina, aku akan membahagiakanmu dengan
cara ini." Tekadku dalam hati.

9 bulan berlalu dan Rani melahirkan anakku


dengan selamat tetapi sejak saat itu,
tingkahnya menjadi aneh. Bila dia selalu
periang maka hari ini dia selalu pendiam dan
dingin. Dia sudah tidak seperti Reina, dia
sudah berubah. Suatu hari, aku mendengarkan
kabar mengejutkan. Rumahku diserang
perampok tetapi ternyata Rani cukup kuat, dia
ternyata sedang memegang pisau sehingga
dengan mudah ia menyerang sang perampok
dan sekarang perampoknya kritis. Aku pun
menghampirinya di kantor polisi dan
memeluknya, dia berkata kepadaku "Sayang,
kukira itu kamu. Aku sedang menunggumu
ternyata bukan kamu melainkan perampok."
"Tenang, Rani. Kau aman sekarang."

Dan hari itu....

Anda mungkin juga menyukai