123dok SIKAP+MASYARAKAT+MULTIKULTUR+TERHADAP+SEMBOYAN+BHINNEKA+TUNGGAL+IKA+DI+DUSUN+SRIKAYA+DESA+SUKADANA+T
123dok SIKAP+MASYARAKAT+MULTIKULTUR+TERHADAP+SEMBOYAN+BHINNEKA+TUNGGAL+IKA+DI+DUSUN+SRIKAYA+DESA+SUKADANA+T
Oleh
PIPIT TAUFANI
Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana sikap masyarakat multikultur
terhadap semboyan bhinneka tunggal ika di dusun Srikaya Desa Sukadana Tengah
Lampung Barat tahun 2013. Penelitian satu variable ini menggunakan metode
deskriptif, subjek yang diteliti adalah masyarakat Sukadana di desa Sukadana Tengah
dusun Srikaya Lampung Timur. Pengumpulan data menggunakan tehnik angket,
wawancara dan dokumentasi. data dianalisis menggunakan rumus persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sikap masyarakat multikultur terhadap
semboyan Bhinneka Tunggal Ika di dusun Srikaya desa Sukadana Tengah Lampung
Timur adalah positif, dalam artian semua aspek yang menjadi indikator sikap meliputi
kognisi, afeksi dan konasi dari masyarakat multikultur terhadap semboyan Bhinneka
Tunggal Ika memiliki kecenderungan yang kuat. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
disikapi sebagai pernyataan yang mengakui realitas bangsa Indonesia yang majemuk ,
namun selalu mencita-citakan terwujudnya kesatuan.
Oleh
PIPIT TAUFANI
Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana sikap masyarakat multikultur
terhadap semboyan bhinneka tunggal ika di dusun Srikaya Desa Sukadana Tengah
Lampung Barat tahun 2013. Penelitian satu variable ini menggunakan metode
deskriptif, subjek yang diteliti adalah masyarakat Sukadana di desa Sukadana Tengah
dusun Srikaya Lampung Timur. Pengumpulan data menggunakan tehnik angket,
wawancara dan dokumentasi. data dianalisis menggunakan rumus persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sikap masyarakat multikultur terhadap
semboyan Bhinneka Tunggal Ika di dusun Srikaya desa Sukadana Tengah Lampung
Timur adalah positif, dalam artian semua aspek yang menjadi indikator sikap meliputi
kognisi, afeksi dan konasi dari masyarakat multikultur terhadap semboyan Bhinneka
Tunggal Ika memiliki kecenderungan yang kuat. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
disikapi sebagai pernyataan yang mengakui realitas bangsa Indonesia yang majemuk ,
namun selalu mencita-citakan terwujudnya kesatuan.
Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu
dan Bhinneka Tunggal Ika”, Indonesia adalah sebuah negara pluralistis yang
bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya, tetapi secara bersama-sama
hidup dalam satu wadah masyarakat bangsa Indonesia dan berada di bawah
masyarakat dimana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang
memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain. Suatu masyarakat
asli dan pendatang, karena Propinsi Lampung adalah salah satu daerah tujuan
transmigrasi yakni khususnya penduduk dari pulau Jawa. Selain itu propinsi
Saat ini penduduk propinsi Lampung sudah semakin beragam, selain penduduk
asli, ada beberapa jenis suku lainnya seperti jawa yang berasal dari Jawa
Tengah dan Jawa Timur, suku Sunda dari Jawa Barat, orang Minang atau
disebut orang Padang dari Sumatera Barat, suku Batak dari Sumatera Utara,
dan ada pendatang dari Banten, suku Palembang dan Ogan dari Sumatera
kabupaten di Lampung.
multi etnik yaitu terdiri dari aneka ragam suku-bangsa, adat, agama dan
kebudayaan. Namun, bagai dua sisi mata uang yang bebeda namun masih
dalam satu kesatuan, kondisi masyarakat yang majemuk tersebut dapat dilihat
dalam dua hal yang berbeda pula, disatu sisi kemajemukan tersebut dipandang
sebagai suatu kekayaan budaya bangsa, disisi lain dengan keadaan masyarakat
yang berbeda-beda adat, kebiasaan dan budaya yang diverse tersebut dapat
Realitas tersebut harus diakui adanya, dengan sikap yang bijak yang harus di
miliki setiap orang. Karena dengan rasa saling menghargai perbedaan, dapat
dihindari terjadinya pertikaian atau biasa disebut konflik etnis. Jika masyarakat
yang berbeda itu dapat menjaga toleransi, saling hormat menghormati maka
Terkait dengan kesadaran akan realitas bangsa yang beraneka ragam tersebut,
maka pemahaman terhadap salah satu dari empat pilar bangsa dan negara, yaitu
4
bermasyarakat.
kedua hal tersebut dipahami dan dilaksanakan dengan tekanan yang berbeda (tidak
seimbang), maka akan dapat menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Manakala
perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah yang tak terelakkan. Adanya dua konsep
problem antara hal banyak (the many) dan hal satu (the one). Berdasarkan problema
tersebut tampak bahwa untuk mencari makna “Bhinneka Tunggal Ika” diperlukan
Desa Srikaya Lampung Timur merupakan salah satu desa yang berada di
kecamatan Sukadana, yang termasuk desa yang heterogen. Hal tersebut dapat
Pengaruh dari perbedaan posisi ini cukup besar bagi suku-bangsa ini
khususnya, tidak saja merubah nilai dan norma budayanya, tetapi juga
suku-bangsa Lampung karena telah terdesak saat ini lebih suka memilih tempat
integrasi sosial yang cukup lama, maka dampaknya bagi generasi kedua dan
ketiga masih cukup besar, hal ini terlihat dari semakin menipisnya pengetahuan
terhadap isi dari kesetiaan primordial, seperti dalam penggunaan bahasa dan
etiket pergaulan
Keadaan ini menunjukkan, bahwa di kalangan generasi kedua dan ketiga telah
dalam arti menipisnya pengetahuan terhadap isi primordial yakni dalam hal
penggunaan bahasa ibu, etiket pergaulan, dan perilaku lain sesuai dengan
Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengetahui dan lebih jauh
desa srikaya sebagai tempat penelitian karena desa tersebut memiliki penduduk
yang heterogen dan beragam yang hidup bersama, bersatu padu, rukun dan
damai.
Bertolak ukur dari uraian di atas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan
B. Identifikasi Masalah
yang berkaitan dengan pemahaman makna Bhinneka Tunggal Ika dan rikaya
C. Pembatasan Masalah
yang akan diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalahan
pada masalah pemahaman makna Bhinneka Tunggal Ika dan sikap masyarakat
multi kultur.
D. Perumusan Masalah
tahun 2013”.
8
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Indonesia.
Indonesia.
9
bernegara.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penduduk atau masyarakat yang
Lampung Timur.
A. Deskripsi Teori
1. Sikap
Sikap dinyatakan dengan istilah attitude yang bersal dari kata latin aptus
yang berarti keaadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk
penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap dapat bersifat positif
motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku
11
apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa
dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif
konsep atau orang lain”. Sementara itu, Chalpin dalam Ali dan Asrori
cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu”.
adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif
Afeksi yang positif ialah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai untuk menetukan apakah orang
harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu menentukan apa yang
kaki Burung Garuda itulah terpampang dengan jelas tulisan Bhinneka Tunggal
Ika. Secara konstitusional, hal tersebut telah diatur dalam pasal 36A Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila
sedangkan kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua hal tersebut
maka akan dapat menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Manakala segi
problema antara kepelbagaian dan kesatuan, pro-blem antara hal banyak (the
many) dan hal satu (the one). Berdasarkan problema tersebut tampak bahwa
Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu
tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap dalam ( Id-
menempatkan agama Hindu dan agama Buddha hidup bersama dengan rukun
dan damai. Kedua agama itu hidup beriringan di bawah payung kerajaan,
pada jaman pemerintahan raja Hayam Wuruk. Meskipun agama Hindu dan
Buddha merupakan dua substansi yang berbeda, namun perbedaan itu tidak
pada hal “Satu”. Hindu dan Buddha memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu
toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut dengan
istilah suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Semboyan itu
Jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berasal dari bahasa
Sansekerta itu terdiri dari kata “Bhinneka”, “Tunggal”, dan “Ika”. Kata
“Bhinneka” berasal dari kata “Bhinna” dan “Ika”. “Bhinna” artinya berbeda-
beda dan “Ika” artinya itu. Jadi, kata “Bhinneka” berarti “yang berbeda-beda
itu”. Analisa lain menunjukkan bahwa kata “bhinneka” terdiri dari unsur kata
“bhinn-a-eka”. Unsur “a” artinya tidak, dan “eka” artinya satu. Jadi, kata
15
“Bhinneka” juga dapat berarti “yang tidak satu”. Sedangkan kata “Tunggal”
artinya satu, dan “Ika” artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat
berbeda-beda itu dalam yang satu itu” atau “beranekaragam namun satu jua”.
kepentingan yang berbeda-beda antara individu atau kelompok yang satu dengan
Di bidang sosial, keberagaman itu tercermin dari adanya perbedaan peran dan
status sosial. Selain itu, ke-anekaragaman juga dapat dilihat dari segi geografis,
yang kini berjumlah lebih dari 200 juta jiwa. Dengan adanya keanekaragaman
masyarakat yang multi etnik, multi agama (multi religi), multi budaya
16
sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-
rendahnya kelas sosial itu sendiri. Misalnya, perbedaan agama, ras, etnis, clan
keragaman dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara
yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri
konsep filsafati yang selalu terletak pada ketegangan di antara dua titik
ekstrim, yaitu keanekaan mutlak di satu pihak dan kesatuan mutlak di pihak
lain. Setiap kali segi keanekaan yang menonjolkan perbedaan itu memuncak akan
segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu tampil secara berlebihan, maka
keberagaman itu given (berkah), tak bisa dihindari di dunia ini. Siapa yang
bisa mengelak kalau ada kulit hitam, putih, kuning, dan cokelat di dunia ini.
Siapa pula yang menafikan, kalau ada ratusan, ribuan bahkan jutaan
dan antitesis baru. Kebhinnekaan merupakan ciri dasar bangsa Indonesia sejak
pada paruh kedua abad silam hingga kini. Sebagai suatu realitas objektif,
tidak boleh ada di Indonesia, berarti identitas bangsa tidak ada lagi.
aset yang diharapkan mampu berperan sebagai sumber kekayaan bagi bangsa
modal sosial ampuh yang berhasil mempersatukan dan mengantar bangsa ini
melewati masa-masa sulit dari dulu sampai sekarang, bahkan juga nanti.
19
sinergi dari kekuatan yang berbeda. Bahkan perbedaan itu sering ditempatkan
pada posisi yang berlawanan dan kontradiktif, seperti atas dan bawah, kiri dan
kanan, positif dan negatif, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, dan
satu mengandaikan adanya yang lain. Ada “atas” karena ada “bawab”, ada
“kiri” karena ada “kanan”, demikian seterusnya, sehingga kita juga bisa
ada merupakan hasil sinergi dari dua kekuatan yang berbeda, yaitu kekuatan
laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, kita bisa mengatakan bahwa diri ini
guru ada murid yang masing-masing memiliki kedudukan dan fungsi yang
berbeda. Guru mengajar dan murid belajar. Selain itu, dalam pendidikan juga
ada berbagai sarana dan prasarana. Semua unsur pendidikan yang berbeda-
beda itu bersinergi sehingga terjadi proses pendidikan berupa proses belajar
mengajar (PBM).
Hardono Hadi (2004: 73) juga mengatakan, “Kalau kita melihat suatu karya
seni, kita akan melihat bahwa keindahannya tidak pernah didasarkan kepada
memang jauh lebih menonjol daripada kesatuannya. Oleh karena itu, bahaya
merupakan ancaman yang amat nyata. Namun karena Indonesia tidak hanya
berbhinneka, tetapi juga tunggal ika, maka integrasi bukanlah sesuatu yang
atau salah satu dimensi tersebut, dapatlah dipastikan tidak akan mencapai
sasaran.
kan diri, baik dalam bentuk integrasi normatif maupun integrasi nilai.
telah ditentukan. Sedangkan integrasi nilai tercermin dari adanya nilai nilai
tidak perlu lagi untuk dibeda bedakan. Membeda-bedakan perbedaan justeru akan
21
Secara individu, setiap manusia adalah berbeda, baik dilihat dari segi fisiknya
tidak hanya terbatas pada manusia. Manusia dengan binatang juga memiliki
Tuhan, atau sesama isi dunia, dan lain sebagainya. Inilah konsep “sesama”
dalam arti luas (Pursika, 2009 : 28). kesatuan tema. Keragaman dari bagian-
bagian memperkaya nilai keseluruhan dan juga saling mengangkat nilai yang
3. Masyarakat Multikultur
oleh adanya suku suku bangsa yang masing masing mempunyai cara cara
antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya tetapi secara
bersama sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia dan berada
masyarakat dimana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial
lain.
Indonesia.
Bagi negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia
yang sangat tinggi harganya. Namun di sisi lain dengan banyaknya jumlah
temu itu sudah pasti terdapat aktivitas-aktivitas sosial ekonomi dan budaya
berasal dari kata sifat integer, yang berarti “utuh”, “tidak bercacat”, “tidak
retak”, “tidak gempil”, “bulat padu” (P. Soedarno 2008: 38) Secara
etimologi, integrasi berasal dari kata latin yang artinya memberi tempat
bagi suatu unsure demi suatu keseluruhan. Kemudian dari bentuk kata
kerja itu di bentuk kata benda integritas yang artinya keutuhan atau
yang artinya utuh. Oleh sebab itu, istilah integrasi berarti membuat unsur-
unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. (Emiliana
Sosial Dasar (edisi 5) integrasi social adalah suatu proses dan sekaligus
norma social, yang memberi arah pada tujuan yang dicita-citakan dan
bangsa, karena suatu bangsa terdiri dari berbagai unsur seperti suku/etnis,
yang utuh, hidup rukun, bersatu dan selaras dalam kehidupan social-
politik-buadaya.
26
a) Akomodasi
b) Kerjasama
c) Koordinasi
d) Asimilasi
Integrasi sebagai salah satu proses dan hasil kehidupan social merupakan
terjamin. Dalam hubungan dan usaha ini, asimilasi merupakan tahap yang
bukan suatu proses yang berjalan cepat, karena merupakan suatu proses
person and group acquire the memories, sentiments and attitudes of other
28
bersama itu dapat dilihat dari beberapa segi atau aspek, yaituada segi
dan sebagainya. Jadi proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara,
bertindak, sudah tentu tidak dapat bertidak, sudah tentu tidak akan
yang lainnya. Pada dasarnya yang dapat bertindak jadi, yang dapat
simbol-simbol,
c) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan
berlangsung,
Apabila interaksi sosial itu di ulang menurut pola yang sama dan
bertahan untuk waktu yang lama, maka akan terwujud hubungan sosial
(social relation).
Oleh karena interaksi terdiri dari kontak dan komunikasi, dan di dalam
dari:
a) kerja sama
b) pertikaian
c) persaingan, dan
d) akomodasi
negatif dari pertentangan itu terjadi. Salah satu faktor yang akan dapat
Jadi, ada dua macam bentuk umum proses social yang timbul sebagai
Kerja sama
Akomodasi
Pertiakaian
Persaingan.
e. Perubahan Sosial
immaterial.
jalannya perubahan:
1. Faktor Kerjasama
segolongan orang.
ke dalam jiwa seseorang suatu pola perilaku agar dia selalu hidup
rukun, terutama dengan keluarga dan lebih luas lagi dengan orang
dengan istilah “gugur gunung” bahasa jawa dan yang kedua adalah
lain ialah:
dan sebagainya.
swadaya para warga komuniti sendiri, dan kerja bakti untuk proyek-
tinggi pada masa lalu itu, antara lain dapat dilihat dalam ungkapan-
Ungkapan adat itu misalnya: Alang tulung beret babantu (yang perlu
Beluh sara loloten, moen sar tamunen (pergi satu iringan, tinggal
tidak pergi satu tumpukan satu kesatuan). Bulet sara umut, tirs sara
gelas. Rempak lagu re, susun lagu belo. Kedua ungkapan ini
Kerjasama antara dua orang untuk saling tolong menolong dan kerja
telah dicakup dengan istilah mapalus. Selain itu juga sudah terkandung
(Soleman B. Taneko.1993:120)
2. Faktor Adaptasi
sosial.
dan sosial.
41
sosial budaya.
3. Faktor Asimilasi
berbeda.
Setelah ketiga syarat tersebut terjadi, kemudian untuk ada pula faktor
berikut.
minoritas)
lembaga-lembaga kemasyarakatan
rambut
4. Faktor Akulturasi
unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun
5. Faktor Akomodasi
dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk
ketegangan.
tinggal.
ketajaman konflik. Dalam arti, konflik kecil yang dibiarkan semakin lama
akan semakin besar jumlah orang atau kelompok yang terlibat. Serta
kalah.
terlibat konflik. Pola semacam ini terjadi bila semua kelompok yang
lain.
formal
persetujuan bersama.
kekuatannya.
B. Kerangka Pikir
Bagi Negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia konsep
Namun di sisi lain dengan banyaknya jumlah suku bangsa yang ada merupakan
berbagai factor, baik factor yang berasal dari sikap dan perilaku penduduk
primordial.
51
Gambar 2.1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Sikap
Sikap dinyatakan dengan istilah attitude yang bersal dari kata latin aptus
yang berarti keaadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk
penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap dapat bersifat positif
motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku
11
apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa
dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif
konsep atau orang lain”. Sementara itu, Chalpin dalam Ali dan Asrori
cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu”.
adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif
Afeksi yang positif ialah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai untuk menetukan apakah orang
harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu menentukan apa yang
kaki Burung Garuda itulah terpampang dengan jelas tulisan Bhinneka Tunggal
Ika. Secara konstitusional, hal tersebut telah diatur dalam pasal 36A Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila
sedangkan kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua hal tersebut
maka akan dapat menimbulkan kondisi yang berbeda pula. Manakala segi
problema antara kepelbagaian dan kesatuan, pro-blem antara hal banyak (the
many) dan hal satu (the one). Berdasarkan problema tersebut tampak bahwa
Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu
tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap dalam ( Id-
menempatkan agama Hindu dan agama Buddha hidup bersama dengan rukun
dan damai. Kedua agama itu hidup beriringan di bawah payung kerajaan,
pada jaman pemerintahan raja Hayam Wuruk. Meskipun agama Hindu dan
Buddha merupakan dua substansi yang berbeda, namun perbedaan itu tidak
pada hal “Satu”. Hindu dan Buddha memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu
toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut dengan
istilah suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Semboyan itu
Jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berasal dari bahasa
Sansekerta itu terdiri dari kata “Bhinneka”, “Tunggal”, dan “Ika”. Kata
“Bhinneka” berasal dari kata “Bhinna” dan “Ika”. “Bhinna” artinya berbeda-
beda dan “Ika” artinya itu. Jadi, kata “Bhinneka” berarti “yang berbeda-beda
itu”. Analisa lain menunjukkan bahwa kata “bhinneka” terdiri dari unsur kata
“bhinn-a-eka”. Unsur “a” artinya tidak, dan “eka” artinya satu. Jadi, kata
15
“Bhinneka” juga dapat berarti “yang tidak satu”. Sedangkan kata “Tunggal”
artinya satu, dan “Ika” artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat
berbeda-beda itu dalam yang satu itu” atau “beranekaragam namun satu jua”.
kepentingan yang berbeda-beda antara individu atau kelompok yang satu dengan
Di bidang sosial, keberagaman itu tercermin dari adanya perbedaan peran dan
status sosial. Selain itu, ke-anekaragaman juga dapat dilihat dari segi geografis,
yang kini berjumlah lebih dari 200 juta jiwa. Dengan adanya keanekaragaman
masyarakat yang multi etnik, multi agama (multi religi), multi budaya
16
sistem kelas sosial dengan sistem linear atau tanpa membeda-bedakan tinggi-
rendahnya kelas sosial itu sendiri. Misalnya, perbedaan agama, ras, etnis, clan
keragaman dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara
yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri
konsep filsafati yang selalu terletak pada ketegangan di antara dua titik
ekstrim, yaitu keanekaan mutlak di satu pihak dan kesatuan mutlak di pihak
lain. Setiap kali segi keanekaan yang menonjolkan perbedaan itu memuncak akan
segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu tampil secara berlebihan, maka
keberagaman itu given (berkah), tak bisa dihindari di dunia ini. Siapa yang
bisa mengelak kalau ada kulit hitam, putih, kuning, dan cokelat di dunia ini.
Siapa pula yang menafikan, kalau ada ratusan, ribuan bahkan jutaan
dan antitesis baru. Kebhinnekaan merupakan ciri dasar bangsa Indonesia sejak
pada paruh kedua abad silam hingga kini. Sebagai suatu realitas objektif,
tidak boleh ada di Indonesia, berarti identitas bangsa tidak ada lagi.
aset yang diharapkan mampu berperan sebagai sumber kekayaan bagi bangsa
modal sosial ampuh yang berhasil mempersatukan dan mengantar bangsa ini
melewati masa-masa sulit dari dulu sampai sekarang, bahkan juga nanti.
19
sinergi dari kekuatan yang berbeda. Bahkan perbedaan itu sering ditempatkan
pada posisi yang berlawanan dan kontradiktif, seperti atas dan bawah, kiri dan
kanan, positif dan negatif, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, dan
satu mengandaikan adanya yang lain. Ada “atas” karena ada “bawab”, ada
“kiri” karena ada “kanan”, demikian seterusnya, sehingga kita juga bisa
ada merupakan hasil sinergi dari dua kekuatan yang berbeda, yaitu kekuatan
laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, kita bisa mengatakan bahwa diri ini
guru ada murid yang masing-masing memiliki kedudukan dan fungsi yang
berbeda. Guru mengajar dan murid belajar. Selain itu, dalam pendidikan juga
ada berbagai sarana dan prasarana. Semua unsur pendidikan yang berbeda-
beda itu bersinergi sehingga terjadi proses pendidikan berupa proses belajar
mengajar (PBM).
Hardono Hadi (2004: 73) juga mengatakan, “Kalau kita melihat suatu karya
seni, kita akan melihat bahwa keindahannya tidak pernah didasarkan kepada
memang jauh lebih menonjol daripada kesatuannya. Oleh karena itu, bahaya
merupakan ancaman yang amat nyata. Namun karena Indonesia tidak hanya
berbhinneka, tetapi juga tunggal ika, maka integrasi bukanlah sesuatu yang
atau salah satu dimensi tersebut, dapatlah dipastikan tidak akan mencapai
sasaran.
kan diri, baik dalam bentuk integrasi normatif maupun integrasi nilai.
telah ditentukan. Sedangkan integrasi nilai tercermin dari adanya nilai nilai
tidak perlu lagi untuk dibeda bedakan. Membeda-bedakan perbedaan justeru akan
21
Secara individu, setiap manusia adalah berbeda, baik dilihat dari segi fisiknya
tidak hanya terbatas pada manusia. Manusia dengan binatang juga memiliki
Tuhan, atau sesama isi dunia, dan lain sebagainya. Inilah konsep “sesama”
dalam arti luas (Pursika, 2009 : 28). kesatuan tema. Keragaman dari bagian-
bagian memperkaya nilai keseluruhan dan juga saling mengangkat nilai yang
3. Masyarakat Multikultur
oleh adanya suku suku bangsa yang masing masing mempunyai cara cara
antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya tetapi secara
bersama sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia dan berada
masyarakat dimana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial
lain.
Indonesia.
Bagi negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia
yang sangat tinggi harganya. Namun di sisi lain dengan banyaknya jumlah
temu itu sudah pasti terdapat aktivitas-aktivitas sosial ekonomi dan budaya
berasal dari kata sifat integer, yang berarti “utuh”, “tidak bercacat”, “tidak
retak”, “tidak gempil”, “bulat padu” (P. Soedarno 2008: 38) Secara
etimologi, integrasi berasal dari kata latin yang artinya memberi tempat
bagi suatu unsure demi suatu keseluruhan. Kemudian dari bentuk kata
kerja itu di bentuk kata benda integritas yang artinya keutuhan atau
yang artinya utuh. Oleh sebab itu, istilah integrasi berarti membuat unsur-
unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. (Emiliana
Sosial Dasar (edisi 5) integrasi social adalah suatu proses dan sekaligus
norma social, yang memberi arah pada tujuan yang dicita-citakan dan
bangsa, karena suatu bangsa terdiri dari berbagai unsur seperti suku/etnis,
yang utuh, hidup rukun, bersatu dan selaras dalam kehidupan social-
politik-buadaya.
26
a) Akomodasi
b) Kerjasama
c) Koordinasi
d) Asimilasi
Integrasi sebagai salah satu proses dan hasil kehidupan social merupakan
terjamin. Dalam hubungan dan usaha ini, asimilasi merupakan tahap yang
bukan suatu proses yang berjalan cepat, karena merupakan suatu proses
person and group acquire the memories, sentiments and attitudes of other
28
bersama itu dapat dilihat dari beberapa segi atau aspek, yaituada segi
dan sebagainya. Jadi proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara,
bertindak, sudah tentu tidak dapat bertidak, sudah tentu tidak akan
yang lainnya. Pada dasarnya yang dapat bertindak jadi, yang dapat
simbol-simbol,
c) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan
berlangsung,
Apabila interaksi sosial itu di ulang menurut pola yang sama dan
bertahan untuk waktu yang lama, maka akan terwujud hubungan sosial
(social relation).
Oleh karena interaksi terdiri dari kontak dan komunikasi, dan di dalam
dari:
a) kerja sama
b) pertikaian
c) persaingan, dan
d) akomodasi
negatif dari pertentangan itu terjadi. Salah satu faktor yang akan dapat
Jadi, ada dua macam bentuk umum proses social yang timbul sebagai
Kerja sama
Akomodasi
Pertiakaian
Persaingan.
e. Perubahan Sosial
immaterial.
jalannya perubahan:
1. Faktor Kerjasama
segolongan orang.
ke dalam jiwa seseorang suatu pola perilaku agar dia selalu hidup
rukun, terutama dengan keluarga dan lebih luas lagi dengan orang
dengan istilah “gugur gunung” bahasa jawa dan yang kedua adalah
lain ialah:
dan sebagainya.
swadaya para warga komuniti sendiri, dan kerja bakti untuk proyek-
tinggi pada masa lalu itu, antara lain dapat dilihat dalam ungkapan-
Ungkapan adat itu misalnya: Alang tulung beret babantu (yang perlu
Beluh sara loloten, moen sar tamunen (pergi satu iringan, tinggal
tidak pergi satu tumpukan satu kesatuan). Bulet sara umut, tirs sara
gelas. Rempak lagu re, susun lagu belo. Kedua ungkapan ini
Kerjasama antara dua orang untuk saling tolong menolong dan kerja
telah dicakup dengan istilah mapalus. Selain itu juga sudah terkandung
(Soleman B. Taneko.1993:120)
2. Faktor Adaptasi
sosial.
dan sosial.
41
sosial budaya.
3. Faktor Asimilasi
berbeda.
Setelah ketiga syarat tersebut terjadi, kemudian untuk ada pula faktor
berikut.
minoritas)
lembaga-lembaga kemasyarakatan
rambut
4. Faktor Akulturasi
unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun
5. Faktor Akomodasi
dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk
ketegangan.
tinggal.
ketajaman konflik. Dalam arti, konflik kecil yang dibiarkan semakin lama
akan semakin besar jumlah orang atau kelompok yang terlibat. Serta
kalah.
terlibat konflik. Pola semacam ini terjadi bila semua kelompok yang
lain.
formal
persetujuan bersama.
kekuatannya.
B. Kerangka Pikir
Bagi Negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia konsep
Namun di sisi lain dengan banyaknya jumlah suku bangsa yang ada merupakan
berbagai factor, baik factor yang berasal dari sikap dan perilaku penduduk
primordial.
51
Gambar 2.1
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
secara sistematis dan factual yang menuntut untuk segera dicarikan jalan
keluarnya.
3. Mengumpulkan data
1. Populasi
1993:141)
jelas”.
orang.
54
2. Sampel
Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik di ambil semua, sehingga
2006:134)
ini adalah :
10
x 3 dusun (720 orang penduduk) = 72 orang
100
55
32
Dusun 1 = x 72 = 32 orang
72
18
Dusun 2 = x 72 = 18 orang
72
22
Dusun 3 = x 72 = 22 orang
72
1. Variabel Penelitian
multikultur.
56
D. Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala Likert dengan tiga
1. Teknik Pokok
a. Angket/Kuesioner
jawaban yaitu: (a) Setuju, (b) Ragu-ragu, dan (c) Tidak Setuju
2. Teknik Penunjang
a. Dokumentasi
b. Wawancara
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
sudah baik.
berikut:
ganjil genap.
X Y
XY N
Rxy
X
2
Y 2
X Y
2 2
N N
Keterangan :
60
N = Banyaknya subyek
R xy = 2
rgg
1 rgg
Keterangan :
NT NR
I
K
61
Keterangan :
I = Interval
NT = Nilai Tertinggi
NR = Nilai Terendah
K = Kategori
F
P 100%
N
Keterangan:
P = Besarnya presentase
A. Kesimpulan
cenderung positif, dalam artian semua aspek yang menjadi indikator sikap
sebagai kekayaan serta mendaya gunakannya justru dapat menjadi pondasi kokoh
89
Republik Indonesia.
B. Saran
sebagai berikut:
mampu melewati masa-masa sulit dari dulu sampai sekarang, bahkan juga
nanti.
90