Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

Bidang Ilmu dan Kajian Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan


(Konsep Dasar – Dasar Pendidikan dan Dasar – Dasar Sosial Budaya Pendidikan)

Dosen Pembimbing:
Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed. D.

Oleh :
KELOMPOK 1
NOVRITA YURISTIA (17205029)
WINDA NUR MENTARI (17205076)
YULIA UTAMI PUTRI (17205050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan atas berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada pemakalah, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kebudayaan dan Pendidikan, Kebudayaan dan Kepribadian, Pendidikan dan
Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi dan Pembangunan”.

Dalam penulisan makalah ini, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.
Nurhizrah Gistituati, M. Ed., Ed.D. selaku dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan.

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
pemakalah mengharapkan kritikan maupun saran kepada pembaca demi kesempurnaan makalah
ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan terutama
untuk pemakalah.

Padang, 03 September 2018

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar-Dasar Pendidikan .............................................................. 3


1. Pengertian Pendidikan ........................................................................ 3
2. Fungsi Pendidikan ................................................................................ 5
3. Tujuan Pendidikan ............................................................................... 6
4. Landasan Pendidikan ........................................................................... 8
5. Aliran-Aliran Pendidikan ..................................................................... 16
B. Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan .................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Bentuk
dan cara pendidikan itu telah mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan zaman dan
tuntutan kebutuhan. Pada awal peradaban, para orang tua bersama kelompoknya
bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka sehingga mencapai kedewasaan.
Bila orang tuanya hidup dengan berkebun , maka anak anaknya pun diajar berkebun
melalui pengalaman langsung. Demikian juga jika orangtuanya berdagang, maka anaknya
pun diajar berdagang.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari
generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui
pendidikan itu diselenggarakan sesuai tujuan pendidikan dengan pandangan hidup dan
dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu, termasuk di Indonesia.
Tujuan dapat tercapai dengan melakukan proses pendidikan, yaitu kegiatan yang
memobilisasi setiap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian
tujuan. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses
belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada
peserta didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang
ditransfer umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik
dengan harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan
kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah, obyek
utama dalam proses pendidikan adalah ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini antara lain:

1. Apa pengertian pendidikan ?

2. Apa fungsi serta tujuan pendidikan ?

1
3. Apa saja landasan pendidikan?

4. Apa saja dasar-dasar social budaya dalam pendidikan?

5. Apa saja aliran-aliran dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memperoleh pemahaman tentang pendidikan ?

2. Untuk memperoleh pemahaman tentang fungsi serta tujuan pendidikan ?

3. Untuk memperoleh pemahaman tentang landasan pendidikan?

4. Untuk memperoleh pemahaman tentang dasar-dasar social budaya dalam pendidikan?

5. Untuk memperoleh pemahaman tentang aliran-aliran dalam pendidikan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar – Dasar Pendidikan


1. Pengertian Pendidikan
Secara bahasa, pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang
pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos. Dalam bahasa
Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang
berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan di istilahkan dengan to educate yang
berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir, 2000: 20).
Pengertian yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarka (1980) yang menyatakan
bahwa pendidikan adalah suatu proses memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia
muda ke taraf insani harus diwujudkan di dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Dalam
arti yang lebih luas, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education and
education is life). Artinya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam
berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan
serta perkembangan suatu individu.
Sejalan dengan hal tersebut, Mudyahardjo (2006: 3) menyatakan bahwa pendidikan
adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan sepanjang hidup. Dengan demikian, dapat diartikan pula bahwa pendidikan
merupakan segenap kegiatan manusia baik yang disengaja atau diciptakan maupun yang
muncul dengan sendirinya kapan pun dan dimana pun sepanjang hayat, yang dapat
memberikan pendewasaan kepada manusia (pendidikan adalah hidup dan hidup adalah
pendidikan).
Di dalam Kamus Internasional Pendidikan (International Dictionary of Education)
yang dikutip dari Agus Taufik, pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga ciri utama yaitu:
a. Proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di
dalam masyarakat, dimana dia hidup.
b. Proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah) untuk mencapai kompetensi sosisal dan
pertumbuhan individual secara optimum.

3
c. Proses pengembangan pribadi dan watak manusia.

Sejalan dengan penjelasan tersebut, G. Thompson (1957) berpendapat bahwa pendidikan


adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang
tetap di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku.
Dalam arti sempit, menurut Abdul Kadir (2012: 60) pendidikan adalah sekolah.
Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembara pendidikan
formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan oleh sekolah terhadap anak
yang bersekolah agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
hubungan-hubungan dan tugas-tugas social mereka. Jika diperinci dari pengertian di atas
terdapat beberapa komponen pendidik antara lain sebagai berikut.

1) Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang


diciptakan khusus untuk menyelenggarakan pendidikan. Secara teknis pendidikan
berlangsung di kelas.
2) Bentuk kegiatan. Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum.
Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru dan siswa-siswi sehingga
guru mempunyai peran yang sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan terjadwal
dan materinya pun tertentu.
3) Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas yaitu untuk anak-anak
dan remaja.
4) Tujuan. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada
kemampuan tertentu tujuan pendidikan adalah mempersiapkan hidup.

Dari yang telah dikemukakan diatas, maka Pendidikan merupakan sarana untuk
membantu seorang anak agar dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya,
baik secara langsung maupun tidak langsung agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya
dimasyarakat. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadiannya di dalam maupun di luar sekolah yang akan berlangsung
seumur hidup. Oleh karena itu, agar suatu pendidikan dapat dimiiki oleh semua individu
sesuai dengan kemampuannya, maka pendidikan menjadi tanggungjawab semua orang, yaitu
tanggungjawab keluarga, masyarakat serta pemerintah. Tanggungjawab tersebut didasari

4
dengan kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat itu sangat
berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena kebudayaan tidak hanya berasal dari
naluri saja tetapi kebudayaan lahir dari proses belajar dalam arti yang sangat luas.
Pendidikan bukan hanya sebagai pemberian informasi suatu pengetahuan serta
pembentukan keterampilan saja melainkan pendidikan memiliki arti serta pandangan yang
lebih luas dari pada itu, hal tersebut meliputi usaha yang dibutuhkan untuk mewujudkan
keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga dapat tercapai pola hidup pribadi
dan sosial yang memuaskan. Pendidikan juga dipandang bukan semata-mata hanya untuk
sarana dalam menyiapkan individu bagi kehidupannya di masa depan nantinya, akan tetapi
juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke
tingkat kedewasaan.

2. Fungsi Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah aktivitas tidak lepas dari fungsi dan tujuan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi waga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Menurut Crow and Crow (1960) mengemukakan harus diyakini bahwa fungsi utama
pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan
keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dia memperoleh kepuasan
dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Dari pendapat yang
dikemukakan tersebut, dapat dikatakan bahwa fungsi utama pendidikan yaitu untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang
bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi
memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang
dijadikan landasannya.

5
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan merupakan komponen penting dan sangat menentukan bahkan merupakan
esensi dari pendidikan itu sendiri. Barnadip (1984: 50) menyatakan bahwa tujuan pendidikan
memiliki berbagai tingkatan, mulai dari tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tidak lengkap,
tujuan sementara, tujuan intermedier, dan tujuan insidental (dalam Abdul Kadir, 2012: 75).
Tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan
pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas sehingga semua
pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti
pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan
menjadi kabur.
Tentang tujuan pendidikan Langeveld (dalam Abdul Kadir, 2012: 81) membedakan
menjadi enam tujuan pendidikan, yaitu:
1) Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidian, yaitu
tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani anak didik, maksud kedewasaan jasmani
adalah jika pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas pertumbuhan maksimal, maka
pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi. Kedewasaan rohani adalah peserta
didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, ammpu berdiri sendiri, dan mampu
bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah tujuan tertentu yang hendak dicapai berdasarkan usia, jenis
kelamin, sifat, bakat, inteligensi, lingkungan social budaya, tahap-tahap perkembangan,
tuntutan syarat pekerjaan, dan sebagainya.
3) Tujuan Tidak Lengkap
Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspel manusia, misalnya
tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja, tanpa memperhatikan yang lainnya. Jadi
tujuan tidak lengkap imi bagian dari tujuan umum yang melengkapi perkembangan
seluruh aspek kepribadian.
4) Tujuan Sementara
Proses untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya
perlu ditemput setingkat demi setingkat. Tingkatan demi tingkatan diupayakan untuk

6
mencapai tujuan akhir, itulah yang dimaksud tujuan sementara. Contohnya, anak
menyelesaikan pendiidkan dijenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara
untuk selanjutnya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti sekolah menengah
dan perguruan tinggi.
5) Tujuan Intermedier
Tujuan intermedier adalah tujuan perantara bagia tujuan lainnya yang pokok. Misalnya,
anak dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa
tanggung jawab.
6) Tujuan Insidental
Tujuan insidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, yang sifatnya
seketika dan spontan. Misalnya, orangtua menegur anaknya agar berbicara dengan
sopan.
Adapun tujuan pendidikan Negara Indonesia yaitu yang terdapat dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam menentukan suatu tujuan, ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti
dikemukakan UNESCO yaitu tujuan pendidikan harus mengandung ketiga nilai sebagai
berikut :
1) Autonomy (Otonomi) yang berarti memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan
kepada individu maupun kelompok, untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam
kehidupan yang lebih baik
2) Equity (Keadilan) yang berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberikan
kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam
kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar
yang sama
3) Survival (Bertahan) yang berarti bahwa, dengan pendidikan akan menjamin pewarisan
kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya

7
Dengan ketiga nilai di atas, menunjukan bahwa pendidikan memiliki tugas yang
besar untuk menghasilkan generasi yang baik, cerdas, mandiri, berkebudayaan, dan
berkepribadian yang lebih baik untuk membangun bangsa dan negara yang lebih maju.
Berdasarkan nilai-nilai tersebut yang dijadikan sebagai pembentukan tujuan pendidikan
tersebut dapat menggambarkan makna pendidikan secara umum dan secara khusus.

4. Landasan Pendidikan
a. Pengertian Landasan Pendidikan
Generasi muda merupakan generasi yang akan berperan penting pada masa
depan dan mutu suatu bangsa, untuk hal itu perulah generasi muda dibekali dengan
ilmu dan pendidikan dimasa sekarang. Tentunya pendidikan yang diberikan tidaklah
pendidikan sembarangan, namun pendidikan yang diberikan harus sesuai dengan
landasan pendidikan yang telah diterapkan.
Landasan dalam bahasa inggis disebut dengan istilah Foudation yang berarti
fondasi. Menurut KBBI istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar atau
tumpuan. Menurut S.Wojowasito (1972) menyatakan bahwa landasan dapat diartikan
sebagai alas, dasar, pedoman dan sumber. Mengacu pada pengertian diatas, dapat
dipahami bahwa landasan adalah suatu dasar, pijakan, tumpuan atau titik tolak dari
suatu hal, atau fondasi yang merupakan suatu bagian terpenting dalam sesuatu.
Landasan dapat bersifat material dan bersifat konseptual. Landasan bersifat konseptual
identic dengan asumsi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari
sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut
studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan. Dunia pendidikan harus memiliki
landasan khususnya negara kita Indonesia, hal ini bertujuan agar pendidikan yang
berlansung dinegara kita mempunyai pondasi atau dasar yang sangat kuat karena
pendidikan disetiap negara tidak sama. Pendidikan merupakan sarana untuk membantu
seorang anak agar dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, baik
secara langsung maupun tidak langsung agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya
dimasyarakat. Landasan pendidikan artikan sebagai dasar, pedoman atau tempat

8
berpijakan dan sumber-sumner dalam mencapai suatu rangkaian kegiatan menuju
pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

b. Jenis – Jenis Landasan Pendidikan


Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya
jenis landasan pendidikan menjadi:
1) Landasan Religius
Religius atau agama merupakan landasan utama dalam landasan
pendidikan. Landasan agama merupakan firman Allah,SWT dalam kitab suci Al-
Qur’an dan Hadits. Agama sebagai landasan pendidikan, tidak hanya berlaku
pada pendidikan formal, melainkan juga wajib mendasari pendidikan informal
dalam keluarga, masyrakat dan lembaga lainnya. Dasar negara Indonesia dalam
pancasila, sebagai dasar pertama “ Ketuhanan yang Maha Esa” hal ini
menyatakan bahwa setiap penganut agama masing-masing harus menjadikan
agama tersebut sebagai landasan kehidupan dan landasan pendidikan. Karena
sangat diyaknini bahwa agama apapun tidakn akan mengarkan kejahatan. Dalam
pendidikan harus diutamakan pemenuhan dan pengembangan kebutuhan
material dan spiritual secara seimbang, tisaklah benar bila salah satu
dikesampingkan dan satunya diutamakan. Kebutuhan jasmani dan rohani sangat
penting, karena itu pendidikan harus mengembangkan sumber daya manusia
yang memiliki intelektul, spritual dan kecerdasan emosional yang tinggi.
Sehingga landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek atau studi pendidikan.
Contoh:
Firman Allah dalam Al-qur’an yang memiliki makna terkait dengan pendidikan
adalah suarah Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakn surah pertama yang diturunkan
dalam Al-Qur’an.
Hadits Nabi Muhammad SAW, tetang kewajiban mencari ilmu “Mencari ilmu
itu wajiab bagi muslim laki-laki dan peremnuan “(HR.Bukhori Muslim)
2) Landasan Filosofis pendidikan

9
Filosofis atau filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup
logika, epytimologi )tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk),
estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakihat yang “ada”) serta
social dan politik. Disamping itu filsafat juga mempunyai bidang kajian
spesiafik seperti filsafat ilmu, filsafat hokum, filsafat pendidikan dan lainnya.
Landsan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat
pendidikan, yang mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang
filsafat.
Antara filsafat dan pendidikan memiliki keterkaitan yang erat, karena
filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan msyarakat sedangkan
pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Filsafat pendidikan berupaya
menjawab secara kritis dan bagaimana, kemana dan sebaginnya. Kejelasan
berbagai hal tersebut sangat diperlukan untuk mejadi landasan berbagai tindakan
keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal ini sangatlah
penting karena hasil dari pendidikan tidak segera Nampak, sehingga setiap
keputusan dan tindkana yang diambil harus diyakini ketepatan dan
kebenarannya. Ketepatan dari setiap kepusan dan tindkan yang diambil hatus di
ikuti dengan upaya pemantauan dan penyesuai secara terus menerus.
Berbagai pandangan filosofis yang ada dikemukan oleh berbagai aliran
dalam filsafat yang sangat bervariasi. Aliran-aliran itu tifak hanya
mempengaruhi pendidikan, tetapi juga melahirkan aliran-aliran filsafat seperti :
Idealisme, Realisme, Peranialisme, Esesnsialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme, Eksinstensialisme.
3) Landasan Ilmiah Pendidikan
Landsan ilmiah pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber
dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam studi
ataupun praktek pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan diantaranya sebagai
berikut:
a) Landasan Psiklogis Pendidikan
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiawaan manusia. sehingga landasan

10
Psikologi sangat penting adanya dalam pendidikan. Landasan psikologi
pendidikan umumnya tertuju pada pemahaman manusia khususnya tentang
proses perkembangan dan proses belajar. Dasar psikologi berkaitan dengan
prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap anak
yang berkaitan dengan aspek kejiawaan merupakan salah satu factor
keberhasilan dengan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Misalnya hasil kajian tentang psikologi tahap perkembangan anak
dan kemampuan yang mereka miliki pada usia tertentu, tentang Psikologi
belajar peserta didik dan lainnya. Sebagai implikasinya seorang pendidik
atau guru tidak mungkin berlaku sama pada setaip peserta didik, sekalipun
mereka mimilki kesamaan.
Perkembangan peserta didik menjadi factor utama dalam landasan
psikologis. Pemahaman akan pertumbuhan dan perkembangan manusia
merupakan bekal yang sangat dasar untuk mampu memahami peserta diidk
dan menemukan keputusan dan tindakan yang tepat dalam berkisap dan
berlaku sehingga dlat membatu tumbuh kembang mereka secra efekif dan
efisien.
b) Landasan Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu
bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa kita
harus memusatkan perhatian kita pada pola hubungan antara pribadi an
antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan
bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang
dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat
kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota
masyarakat.
Tiga macam norma yang dianut dalam kehidupan masyarakat
yaitu: Paham individualism, Paham kolektivisme, Paham integralistik.
Masyarakat yang menganut paham integralistik masing-masing anggota

11
masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis
merupakan masyarakat. Sedangkan menurut Oesman & Alfian (1992)
masyarakat integralistik mnempatkan manusia tidak secara individualis
melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi, namun juga
merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan
diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham
integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1)
kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk
mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat,
(3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang
antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak
hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga
kualitas struktur masyarakatnya.
c) Landasan Historis Pendidikan
History atau sejarah merupakan kejadian masa lampau yang terjadi
berdasakan konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-
informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109). Pendidikan
memiliki peranan strategis dalam menyiapkan generasi penerus bangsa
yang berkualitas untuk kepentingan masa depan. Landasan Historis
pendidikan merupakan seperangkat konsep dan praktik pendidikan masa
lampau sebagai titik tolak sistem pendidikan masa sekarang untuk arah
yang lebih baik dimasa depan.
Dalam kesinambungan tersebut, konsep dan praktik pendidikan
masa lampau yang di pandang baik dan berguna tetap di pertahankan,
sedangkan konsep dan praktik pendidikan yang di pandang tidak baik
atau keliru akan di perbaiki atau di kembangkan sehingga berbeda
dengan konsep dan praktik pendidikan masa lampau. Contohnya,
semboyan Tut Wuri Handayani yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara
sejak zaman pergerakan nasional sampai saat ini masih dianut dan di

12
aplikasikan dalam pendidikan kita, sedangkan konsep dan praktik
pendidikan yang bersifat Dualistik dan Aristokrsi pada zaman penjajahan
belanda diperbaiki dengan pendidikan sebagai landasan pendidikan yang
bersifat Demokratis.
Landasan historis pendidikan indonesia, antara lain mencakup
landasan historis pendidikan (1) zaman purba, (2) zaman kerajaan hindu-
budha, (3) zaman kerajaan islam, (4) zaman pengaruh portugis dan
spanyol, (5) zaman kolonial belanda, (6) zaman pendudukan jepang, (7)
pendidikan periode 1945-1969, dan (8) pendidikan pada masa PJP I
(1969-1993).
d) Landasan Antropologis Pendidikan
Landasan Antropologi pendidikan merupakan seperangkat asumsi-
asumsi yang bersumber dari hasil studi antropologi yang dijadikan titik
tolak dalam ragka praktik pendidikan. Manusia sebagai mahkluk yang
berbudaya yang menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya dan
membudaya. Kebudayaan adalah keselurahan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar.
Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik,
sebab kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalur
mewariskan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan,
formal ataupun nonformal.kebudayaan seperti halnya sistem sosial di
masyarakat merupakan kondisi esensial bagi perkembangan dan
kehidupan.
e) Landsasan Ekonomi Pendidikan
Ekonomi merupakan salah satu landasan yang memilki peran
utama dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan. Peran ekonomi
dalam pendidikan dibagi menjadi dua yaitu peran Prinsipil dan peran
material. Peran prinsipil meliputi prinsip-prinsip ekonomi yang dapat
diaplikasikan dalam implementasi pendidikan. Sementara secara material
peran ekonomi berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan pembiayaan

13
untuk proses pendidikan. Sehingga sangatlah erat kaitan antara ekonomi
dan pendidikan. Ekonomi mampu mendorong pendidikan berjalan secara
efektif dan efisien sementara hasil pendidika akan menciptakan manusia
yang memiliki kualitas sehingga mampu menggali dan mengoptimalkan
sumber-sumber ekonomi, sehingga laju pertumbuhan ekonomi menjadi
lebih baik.
Ekonomi pendidikan merupakan suatu studi tentang bagaimana
manusia, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok membuat
keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang
terbatas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan
pelatihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat,
sikap khususnya melalui pendidikan formal, serta bagaimana
mendistribusikannya secara merata dan adil di antara berbagai kelompok
masyarakat (HIMNIjatim, 2013). Landasan ekonomi pendidikan
merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah ekonomi
yang dijadikan titik tolak atau acuan dalam pendidikan (Syaripudin, 2012).
Jadi dapat dikatakan bahwa landasan ekonomi pendidikan merupakan
adalah asumsi yang bersumber dari aturan atau hukum ekonomi yang
dijadikan sebagai acuan di dalam kegiatan pendidikan.
f) Landasan Ilmiah dan Teknologi Pendidikan
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga
pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi
ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat
dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan
hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan
manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan
pengembangan iptek tersebut.
Perkembangan IPTEK sebagai landasan ilmiah merupakan salah satu
hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang

14
dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek mutahir,
baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh
informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
4) Landasan Hukum atau Yudiris
Pendidikan merupakan keharusan dan satu hak asasi manusia. Setiap
warga negara mempunyai hak yang sam untuk memperoleh pendidikan, oleh
sebab itu dalam penyelenggaraan pendidikan di perlukan ketentuan hokum dan
peraturan oleh negara atau pemerintah. Penyelenggaraan pendidikan harus
didasarkan pada landasan hak asasi manusia sesuai undang-undang yang
berlaku. Setiap unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan perlu memahami landasan hukum penyelenggaraan pendidikan.
Landasan Pendidikan Pendidikan adalah seperangkat asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlakukan sebagai titik
tolak dalam rangka pengelolaan, penyelenggaraan dan kegiatan pendidikan
dalam suatu sistem pendidikan nasional. Landasan yuridis pendidikan bersifat
ideal dan normatif, artinya merupakan sesuatu yang di harapkan dilaksanakan
dan mengikat untuk di laksanakan oleh setiap pengelola, penyelenggara dan
pelaksana pendidikan di dalam sistem pendidikan nasional.
Dasar pendidikan nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945
tersurat pancasila. Karena pancasila berkedudukan sebagai dasar negara,
implikasinya maka dasar pendidikan nasional indonesia adalah pancasila.
Untuk mewujudkan proses penyelenggaran pendidikan nasional bagi masyarakat
bangsa Indonesia telah dikeluarkan ketetapan MPR dan keputusan-keputasan
pemerintah serta undang-undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, UU No.30 Tahun 200 tentang Guru dan Dosen dan
undang-undang keputusan pemerintah lainnya tentang sistem pendidikan
nasional bagi masyarakat bangsa Indonesia.

15
5. Aliran-aliran Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendididkan. Proses pemikiran tersebut berlansung layaknya
sebuah diskusi berkepanjangan, terlihat bahwa pemikiran-pemikiran terdahulu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-prmikir berikutnya, sehingga timbullah
pemikiran-pemikiran yang baru dan demikian seterusnya. Pemahaman terhadap
pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan
dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-
pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini serta perkiraaan/ antisipasi
masa datang. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut
Aliran-aliran pendidikan.
a. Aliran-aliran klasik dalam pendidikan
1) Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata empire, artinya pengalaman. The School Of
British Empirism (aliran empirisme inggris).
Tokoh utama aliran ini ialah John Locke (1632-1704).

Teori yang dikemukan John Locke dikenal dengan Tabula Rasa yang
menyeburkan bahwa anak yang lahir kedunia seperti kertas putih yang bersih.
Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.
Tabula asa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia sematamata bergantung pada pangalaman dan
lingkungan pendidikannya. Sedangkan bakat sejak lahir, faktor keturunan
dianggap tidak ada pengaruh.
Menurut pandangan empirisme pendidikan memegang peranan yang
penting karena dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan
diterima oleh anak sebagai pengalaman. Aliran empirisme berkembang luas di

16
dunia Barat terutama Amerika Serikat. Aliran ini dalam perkembangannya
menjelma menjadi aliran/ teori belajar behaviorisme yang dipelopori oleh William
James dan Large. Banyak pula pengaruh aliran ini terhadap pandangan tokoh
pendidikan Barat lainnya, seperti Watson, Skinner, Dewey, dan sebagainya.
2) Nativisme
Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer
(1788- 1869), seorang filosofis Jerman.

Aliran ini merupakan lawanan dari aliran empirisme. Istilah nativisme


berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang
manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang
disebut potensi (dasar). dikatan bahwa anak-anak yang lahir kedunia sudah
memilki pembawaan atau bakat yang akan berkembang menurut arahnya masing-
masing. Faktor-faktor perkembangan manusia menurut teori ini dipengaruhi oleh
faktor genetik, faktor kemampuan anak dan faktor pertumbuhan anak. yang
mereka bawa sejak lahir.
Pandangan ini dikenal dengan pesimistis pedagogis, karena sangat pesimis
terhadap upaya-upaya dan hasil pendidikan. aliran nativisme menolak dengan
tegas adanya pengaruh eksternal. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali
dalam membentuk manusia menjadi baik. Pendidikan tidak bermanfaat sama
sekali. Sebaliknya, kalau kita menginginkan manusia menjadi baik, maka yang
perlu dilakukan adalah memperbaiki kedua orang tuanya karena merekalah yang
mewariskan faktor-faktor bawaan kepada anak-anaknya. Nativisme jelas
merupakan aliran yang mengakui adanya daya-daya asli yang telah terbentuk
sejak lahirnya manusia ke dunia. Daya-daya tersebut ada yang dapat tumbuh dan
berkembang sampai pada titik maksimal kemampuan manusia dan ada yang dapat

17
tumbuh berkembang hanya sampai pada titik tertentu sesuai dengan kemampuan
individual manusia (Setianingsih, 2008).
3) Naturalisme
Natur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran
ini ada persamaannya dengan aliran nativisme (beberapa ahli menyebut dengan
istilah “sama”, “hampir sama” dan “senada”. Aliran ini dipelopori filosof Prancis
JJ. Rousseau (1712-1778).

Naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mampunyai


pambawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil
perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya
atau yang mempengaruhinya. JJ.Rousseau mengatakan “semua anak adalah baik
pada waktu baru dating dari sang pencipta, tetapi semua rusak ditangan manusai”.
Oleh karena itu Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah
dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau
masayrakat jangan banyak mencampurinya. Pendidikan yang diberikan orang
dewasa malah dapat merusak pembawaan anak yang baik, aliran ini juga disebut
negativisme.
4) Konvergensi

Salah satu tokoh pendidikan bernama William Stern


(1871-1939) telah menggabungkan pandangan yang
dikenal dengan teori atau aliran konvergensi.

18
Aliran konvergensi mengompromikan dua macam aliran yang eksterm,
yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan dan lingkungan
sama pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan
anak didik. Stern berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan merupakan dua
garis yang menuju kepada suatu titik pertemuan (garis pengumpul), oleh karena
itu perkembangan pribadi sesungguhnya merupakan hasil proses kerjasama antara
potensi heriditas (internal) dan lingkungan, serta pendidikan (eksternal)
(Djumaranjah, 2004).
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak,
baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peran
yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu anak tersebut dilahirkan
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang
baik sesuai dengan perkembangan bakat anak itu. Sebaliknya, lingkungan yang
baik tidak akan menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang
pada diri anak itu tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk dikembangkannya.
Ada tiga teori konvergensi yang terkenal yang disampaikan oleh Stern, yakni:

1. Pendidikan mungkin dilaksanakan.


2. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan
mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan

Pandangan konvergensi ini tentu saja memberi arah yang jelas mengenai
pentingnya pendidikan. Bahwa, pendidikan harus dilakukan agar potensi anak
dapat ditingkatkan. Sehingga bakat yang ada semakin terasah, sementara
kompetensi lain pun ikut diasah.

19
b. Aliran Pendidikan Modern
Menurut Mudyahardjo (2008:142) macam-macam aliran pendidikan adalah
sebagai berikut:
1) Progresivisme
Progresivisme merupakan gerakan pendidikan yang mengutamakan
pendidikan disekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai bentuk dari
reaksi pendidikan yang masih berpusat pada guru. Pendidikan progresifisme
menganut prinsip yang berpusat pada anak,anak merupakan pusat keseluruhan
kegiatan-kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan aliran ini adalah melatih anak
agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Agar tujuan tersebt tercapai pendidikan didiberikan
haruslah membantu mereka untuk sepenuhnya mengembangkan bakat dan minat
mereka. Kurikulum pendidikan progresivisme adalah kurikulum yang berisi
pengalaman- pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh
setiappeserta didik (experience curriculum). Metode pendidikan progresivisme
antara lain: metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode
penelitian ilmiah
2) Esensialisme
Esensialisme modern adalah gerakan pendidikan yang memprotes
gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalamwarisan
budaya/sosial. Pentingnya nilai-nilai yang tertandam dalam sosial budaya adalah
nilai-nilai kemanusian terbentuk secara bertahap dengan melaluikerja keras dan
susah payah selama bertahun-tahun yang berakar gagasan –gagasan danc cita-cita
yang telah teruji dalam perjalanan waktu.
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya
dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah
bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui
oleh semua orang. Metode pendidikan aliaran ini adalah pendidikan yang
berpusat pada guru dan peserta didik dipaksa untuk belajar. Aliran Esensialisme
menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang

20
telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun dari zaman ke
zaman sejak zaman Renaisans.
3) Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi
pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Tujuan pendidikan
rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kurikulum dalam pendidikan
rekonstruksionalisme berisi pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah
sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia.
4) Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa
nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu
pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru
mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang
tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berfikir secara
induktif. Jadi dengan berfikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan.
Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal
bagi seseorang untuk mengenbangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami faktor-faktor dan problem yang perlu diselesaikan dan berusaha
mengadakan penyelesaian masalahnya.
Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah belajar untuk berfikir.
Oleh karena itu, peserta didik harus dibiasakan untuk berlatih berfikir sejak dini.
Pada awalnya, peserta didik diberi kecakapan-kecakapan dasar seperti membaca,
menulis dan berhitung. Selanjutnya perlu dilatih pula kemampuan yang lebih
tinggi seperti berlogika, retorika dan bahasa.
5) Idealisme

21
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, materi pelajaran, juga
bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan
menurut paham idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan
untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya. Sedangkan tujuan pendidikan
idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.

B. Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan


Sebuah program Pendidikan mencerminkan kehidupan dan kondisi- kondisi suatu
masyarakat. Program Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kekuatan-kekuatan social-
budaya, sejarah, dan filosofi, yang semuanya akan memberikan arah kepada Pendidikan.
Karena itu kajian tentang keadaan social-budaya, sejarah dan filsafat Pendidikan sangat
penting artinya bagi calon-calon guru, pembimbing dan penyuluh Pendidikan, serta
administrator Pendidikan. Kajian tentang dua masalah yang disebut terakhir telah
melahirkan mata kuliah Sejarah Pendidikan dan Filsafat Pendidikan.
Studi tentang keadaan social-budaya dan kaitannya denagn Pendidikan melahirkan
berbagai macam mata kuliah, tergantung dari displin ilmu yang dipakai seseorang, seperti :
Dasar-Dasar Sosial Pendidikan, Dasar-Dasar Sosiologi Pendidikan, Sekolah dan
Masyarakat, Anthropologi Pendidikan, dan Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan.
M.P Hunt dalam bukunya : “Foundation of Education”, “Social and Cultural
Perspective” mengatakan bahwa kajian mengenai dasar-dasar social dan budaya dari
Pendidikan bertujuan untuk membekali tenaga kependidikan dengan pengetahuan yang
mendalam tentang masyarakat dan kebudayaan dimana mereka hidup, dan untuk membantu
calon-calon tenaga kependidikan untuk melihat bahwa pengertian mengenai masyarakat dan
kebudayaan sangat penting artinya guna memahami tentang masalah-masalah Pendidikan.
Beberapa pokok fikiran yang menjadi alasan bagi pentingnya kajian tentang dasar-
dasar social-budaya dari Pendidikan yaitu :

22
1. Penyajian Mata Kuliah Dasar Umum di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
belum secara eksplisit menghubungkan pengetahuan tentang masyarakat dan
kebudayaan dengan Pendidikan sebagai institusi untuk memelihara kesinambungan dan
pengembangan masyarakat dan kebudayaan. Dalam kajian ini, disamping kaitan yang
disebut diatas juga akan digambarkan suatu kesatuan yang utuh dari kebudayaan dan
masyarakat guna mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang terpecah-pecah yang
telah dimiliki oleh calon-calon tenaga kependidikan. Dalam literatur Pendidikan mata
kuliah yang demikian dinamakan “capstone course”.
2. Telah menjadi kepercayaan umum di dunia Pendidikan, bahwa para pendidik harus
memahami isu-isu dan masalah-masalah social budaya dalam masyarakatnya. Isu dan
masalah yang utama dalah menyangkut perubabhan social budaya (modernisasi,
development).
3. Pengembangan berbagai tujuan khusu matakulaih tertentu baru akan relevan, kalua para
guru memahami kebudayaan masyarakatnya dengan baik. Manakala guru matematika
tak mengerti akan fungsi matematika sebagai alat bantu mencapai beberapa tujuan
penting suatu kebudayaan, maka guru tersebut telah tenggelam dalam keadaan dimana
matematika bukan lagi dilihat sebagai alat, tetapi telah menjadi tujuan tersendiri.
4. Dalam masyarakat yang kebudayaannya mengalami perubahan yang cepat, orang serig
kehilangan pegangan. Seringkali terjadi krisis identitas dan anomi. Pemahaman tentang
kebudayaan dan proses perubahan alternatif, akan menolong para calon pendidik untuk
mempertahankan “kesehatan mental” mereka, hingga bisa pula membantu
pengembangan kesehatan mental dikalangan generasi muda.
5. Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang kebudayaan yang akan
memungkinkan guru berfungsi lebih baik sebagai pembentuk generasi muda dan “warga
negara yang intelejen”. Berbicara mengenai masyarakat berarti kita berbicara mengenai
kebudayaan sebab suatu kebudayaan adalah cara hidup suatu masyarakat, sedangkan
suatu masyarakat adalah sekelompok individu yang berinteraksi secara terorganisasi
yang mengikuti suatu cara hidup tertentu. Herskovits mengatakan : “sebuah masyarakat
dibentuk oleh orang-orang. Cara-cara mereka bertingkah laku merupakan kebudayaan
mereka. Karena konsep masyarakat dan kebudayaan terseburt bersifat interdependen,
maka dalam teks ini kontek social budaya dipakai dalam membahas kedudukan

23
Pendidikan dalam masyarakat, intelerasi antara Pendidikan dengan kehidupan sosial
budaya suatu masyarakat dan isu-isu yang muncul dalam perkembangan Pendidikan dan
pembangunan suatu masyarakat.

Kajian dasar-dasar social budaya Pendidikan dalam teks ini akan menggunakan
konsep “kebudayaan” dan “masyarakat” sebagai peralatan Analisa. Pertimbangan yang
dipakai disini adalah bahwa penggunssn konsep kebudayaan dan masyarakat yang dipakai
oleh para antropologi dan sosiolog akan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang
“way of life” suatu masyarakat serta interaksi dan interdependen diantara berbagai pranata
budaya dan instuisi social yang ada dalam kebudayaan suatu masyarakat. Karena antropolog
dab sosiolog selalu melohat kebudayaan dan masyarakat sebagi suatu kesatuan yang utuh
yang terdiri dari berbagai pranata atau institusi yang saling pengaruh mempengaruhi, maka
konsep-konsep dan toeri-teori dari ilmu-ilmu social lain yang relevan juga akan digunakan
dalam melihat dan membahas Pendidikan, sehingga dengan demikian kajian yang dlakukan
bersifat interdisipliner.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hangestiningsih,Endang.dkk. 2015. Diktat Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Universitas


Sarjanawiyata Taman Siswa
Husamah, dkk. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: Univeristas Muhamadiyah Malang.
Kadir, Abdul. 2012. Dasar – Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Manan, Imran. 1989. Dasar – Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Manan, Imran. 1989. Antrophologi dan Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Redja Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Robandi Babang. Handout Mata Kuliah Landasan Pendidikan

25

Anda mungkin juga menyukai