Anda di halaman 1dari 14

Biosolubilisasi Batubara Hasil Iradiasi Gamma oleh

Kapang Trichoderma sp.

Biosolubilisasi Gamma Irradiation Result Coal by Mould


Trichoderma sp.

Jevindo Ornandi Gemvita


15137056

ABSTRAK

Biosolubilisasi batubara adalah proses yang memiliki potensi untuk mengubah


batubara padat menjadi bahan bakar cair dengan bantuan mikroorganisme. Penelitian ini
bertujuan untuk mengamati kemampuan kapang Trichoderma sp. dalam mencairkan batubara
dari jenis subbituminus hasil iradiasi gamma. Dosis iradiasi yang digunakan adalah 5, 10, dan
20 kGy dan sebagai pembanding adalah kontrol, yaitu batubara tidak diiradiasi. Metode yang
digunakan adalah submerged culture dan inkubasi dilakukan pada suhu ruang dan agitasi 150
rpm selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kolonisasi, pH medium dan produk
solubilisasi berdasarkan nilai absorbansi pada λ250nm dan λ450nm serta analisis GC/MS untuk
perlakuan terbaik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa biosolubilisasi batubara
dapatditingkatkan dengan iradiasi gamma. Kapang dapat tumbuh dengan baik dalam medium
yang mengandung batubara hasil iradiasi dan pH medium menjadi lebih asam. Tingkat
biosolubilisasi mengalami peningkatan tidak sebanding dengan dosis iradiasi. Dosis terbaik
perlakuan adalah 20 kGy dengan produk biosolubilisasi berupa senyawa yang cenderung
setara dengan bensin dan solar. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan
bahwa pra perlakuan batubara dengan iradiasi gamma memiliki potensi untuk digunakan
dalam meningkatkan biosolubilisasi.

Kata kunci : Batubara, Biosolubilisasi, Iradiasi Gamma, Trichoderma sp.

ABSTRACT

Biosolubilisasi Gamma Irradiation Result Coal by Mould Trichoderma sp.

Biosolubilization of coal is process of converting solid coal to liquid fuel/chemicals


by mean of microorganism. The aim of this research was to study the effect of gamma rays
irradiation with varian doses of irradiation into solubilization of subbituminous coal by
Trichoderma sp. The dosage used was 5, 10, and 20 kGy and unirradiated coal as control.
The method was submerged culture in MSS+ medium and incubated at room temperature and
agitated at 150 rpm for 21th days. The parameters observed were colonization, pH and
biosolubilization product based on absorbance value at λ250nm and λ450nm and GC/MS analysis
for the best treatment. The results showed that coal biosolubilization could be increased by
gamma irradiation. The mould could growth well in medium containing irradiated coal and
the medium of pH was decreased after incubation. The biosolubilization was increased but
the irradiation dosage of coal didn’t affect significantly. The best dose was 20 kGy with
product biosolubilization similar to gasoline and solar. Based on the result, the pre-treatment
of gamma irradiation on coal has potency to increased biosolubilization.

Key words : Coal, Biosolubilization, Gamma Irradiation, Trichoderma sp


PENDAHULUAN oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), karbon

Batubara menjadi sumber energi dioksida (CO2) dan logam berat [3]. Maka,

yang penting di dunia, seiring dengan pembakaran bukan merupakan teknologi yang

semakin terbatasnya cadangan minyak dan baik ditinjau dari perlindungan lingkungan.

gas alam. Laporan International Energy Oleh sebab itu dibutuhkan teknologi baru

Outlook 2009 dari Departemen Energi AS untuk penanganannya.

menunjukkan bahwa cadangan batubara, Biosolubilisasi adalah salah satu proses

minyak dan gas alam hingga akhir tahun yang menjanjikan dengan memanfaatkan

2007 sebesar 462,6, 164.5 dan 163.3 mikroba untuk melarutkan atau mencairkan

triliun ton. Dengan asumsi tingkat padatan batubara sehingga diperoleh sumber

konsumsi tahun 2007, cadangan batubara energi dengan produk bersih. Produk

akan memenuhi kebutuhan energi untuk biosolubilisasi yang berupa cairan hitam

146 tahun ke depan, sedangkan minyak menyimpan 97,5% dari nilai pemanasan lignit

untuk 50 tahun dan gas alam untuk 63 mentah [4]. Dibandingkan dengan liquefaksi

tahun [1]. Cadangan batubara Indonesia termal batubara, biosolubilisasi memiliki

sebesar 20,98 miliar ton yang didominasi beberapa keunggulan, yaitu proses dilakukan

oleh jenis lignit (kandungan kalori rendah) dalam kondisi suhu dan tekanan atmosfer,

sebesar 59%, subbituminus (kandungan mikroba dapat menggunakan hidrogen dari air

kalori sedang) sebesar 27%, dan bituminus dan tidak membutuhkan energi eksternal

mencapai 14%, sedangkan antrasit kurang hidrogen untuk membentuk lignit

dari 0,5% [2]. tersolubilisasi. Produk yang dihasilkan pun

Batubara banyak digunakan untuk tidak menghasilkan SOx dan NOx selama

pembangkit tenaga listrik dan panas. proses pembakaran sehingga merupakan

Umumnya, jenis batubara yang digunakan sumber energi bersih [5].

adalah kualitas rendah dari jenis lignit Dengan alasan di atas maka

sebesar 96,4 % sehinggs mengakibatkan biosolubilisasi batubara menjadi menarik

polusi udara cukup serius. Emisi dari untuk diteliti lebih dalam. Akan tetapi, hasil

pembakaran lignit terutama berupa sulfur solubilisasi yang rendah dan dibutuhkannya
waktu konversi yang lama menjadi Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),

hambatan pengembangan biosolubilisasi spektrofotometer UV-Vis Genesys®,

batubara serta jenis batubara yang berbeda mikroskop berkamera Nikon® dan shaker

untuk setiap lokasi. Cara yang biasa incubator. Bahan yang digunakan meliputi

dilakukan untuk mempercepat proses isolat kapang Trichoderma sp. hasil isolasi

biosolubilisasi adalah pra perlakuan dari pertambangan batubara, serbuk

batubara secara kimia seperti penambahan subbituminus (≤100 mesh), medium Potato

asam nitrat dan peroksida Perlakuan ini Dextrose Broth (PDB) dan agar (PDA),

menyebabkan perubahan gugus fungsi sukrosa, Mineral Salt Solution (MSS/1 g

batubara dan meningkatkan site adsorbsi NH4(SO4), 0,52 g MgSO4.7H2O, 5 g KH2PO4,

enzim [5]. 0,005 g FeSO4.7H2O, 0,003 g MnCl2.4H2O

Dalam penelitian ini akan dilakukan dan 0,003 g ZnSO4.7H2O lalu ditambah

pra perlakuan secara fisika dengan akuades hingga volumenya mencapai 1000 ml

memanfaatkan iradiasi gamma. Iradiasi dan pH 5,5), sukrosa, larutan fisiologis (NaCl

batubara akan menyebabkan terputusnya 0,85 %), dan methylene blue 1 %. Medium

ikatan kompleks dan diharapkan dapat untuk peremajaan kapang adalah PDMA

meningkatkan site adsorpsi enzim. Jamur (PDA + MSS + batubara 0,1%, sedangkan

yang digunakan adalah Trichoderma sp medium untuk pengujian biosolubilisasi

yang merupakan hasil isolasi dari batubara adalah MSS+ (MSS + sukrosa 0,1% + ekstrak

subbituminus dan memiliki kemampuan ragi 0,01% + batubara 5%).

mencairkan batubara [6]. Berdasarkan hal Persiapan Serbuk Batubara

tersebut di atas maka tujuan dari penelitian Batubara yang digunakan dari jenis

ini adalah untuk mengetahui pengaruh subbituminus dengan ukuran partikel ≤ 100

batubara hasil iradiasi gamma terhadap mesh dan berasal dari pertambangan batubara

biosolubilisasi oleh Trichoderma sp. di Lahat - Sumatera Selatan. Sebanyak 5 g

BAHAN DAN METODE sampel batubara dimasukkan ke dalam plastik

Alat dan Bahan polietilen dan diiradiasi dengan sinar γ dosis

Alat utama yang digunakan meliputi


0, 5, 10, 20 kGy (laju dosis 20 kGy/jam) di Analisis data

iradiator IRKA —PATIR BATAN. Analisis data dilakukan dengan bantuan

Biosolubilisasi Batubara oleh Kapang program Microsoft Excel versi 2003 dan

Trichoderma sp statistik ANOVA (p≤0,05) dengan SPSS 16.

Isolat kapang Trichoderma sp. HASIL DAN PEMBAHASAN

diremajakan di medium PDMA dalam Kolonisasi Miselia Kapang pada Batubara

cawan petri dan diinkubasi pada suhu dan pH medium

ruang sampai menghasilkan spora. Pengamatan kolonisasi miselia kapang

Sebanyak 5 ml NaCl 0,85% dimasukkan pada batubara dengan perlakuan dosis berbeda

ke dalam cawan petri yang berisi sudah terlihat pada hari ke-7 inkubasi, terlihat

inokulum spora kapang Trichoderma sp, dari panjang hifa atau kerapatan hifa yang

lalu spora dilepas dengan bantuan ose. tumbuh (Gambar 1). Hal ini terjadi karena

Sebanyak 1 ml (106 sel/ml) inokulum setiap perlakuan dosis mengubah struktur

spora kapang Trichoderma sp. dimasukkan batubara sehingga dihasilkan tingkat

ke dalam tabung Erlenmeyer yang berisi kolonisasi yang berbeda. Kolonisasi pada

30 ml medium MSS+. Kultur diinkubasi batubara menunjukkan kapang dapat

pada suhu ruang dan agitasi 120 rpm menggunakan batubara sebagai substrat untuk

selama 28 hari. Pencuplikan sampel dicairkan dengan bantuan enzim ekstra selular

dilakukan pada hari ke- 0, 7, 14, 21 dan kapang, seperti lakase dan peroksidase [7].

28. Parameter yang diukur adalah Interaksi yang terjadi pada setiap

kolonisasi, pH medium, solubilisasi dan perlakuan menunjukkan adanya pengaruh

produk solubilisasi. Biosolubilisasi diukur iradiasi gamma terhadap jumlah batubara

dengan spektrofotometer pada λ250nm dan yang terjebak dalam matriks kapang. Jumlah

λ450nm, sedangkan produk biosolubilisasi batubara yang terjebak cenderung lebih

dianalisis dengan GC/MS untuk perlakuan banyak dibandingkan dengan kontrol. Iradiasi

yang memiliki hasil solubilisasi tertinggi. diperkirakan dapat menyebabkan peningkatan

site adsorpsi sel atau enzim dengan

terbukanya gugus-gugus hidroksil dan


karbonil akibat pemutusan senyawa terlarut dalam medium sehingga

kompleks sehingga pertumbuhan jamur menghasilkan pH yang asam [9].

yang ditunjukkan dengan kolonisasi Akan tetapi setelah hari ke-7, pH

miselia lebih tinggi dibanding kontrol. cenderung mengalami peningkatan meskipun

Terjadinya pertumbuhan kapang tidak terlalu tinggi. Peningkatan pH terjadi

Trichoderma sp dapat dilihat pula dari karena dihasilkannya senyawa kimia alkali

perubahan nilai pH yang menjadi lebih seperti amina dari kapang [4]. Selain itu juga

asam setelah inkubasi (Gambar 2). Secara dihasilkan senyawa ammonia dari hasil

statistik tidak menunjukkan adanya degradasi piridin pada batubara. Ammonia

pengaruh dosis iradiasi gamma terhadap dihasilkan karena terbukanya cincin piridin

perubahan pH medium (p≤0,05). Hal menjadi pentanol dan ammonia [10]. Menurut

tersebut karena terbentuknya asam-asam Fakoussa dan Hofrichter [5], senyawa alkali

organik hasil degradasi komponen lignin seperti ammonia berperan dalam proses

pada batubara [8]. Selain itu, penurunan biosolubilisasi karena dapat meningkatkan

pH dapat terjadi karena desulfurisasi, yaitu hidrofilisitas sehingga batubara dapat

proses terlarutnya sulfur batubara dalam bercampur dengan air dan medium.

bentuk ion sulfat (SO42-). Proses awal Kemungkinan lainnya disebabkan oleh sel

terjadinya pencairan batubara dapat dilihat yang mati langsung berada dalam medium,

dari kemampuan kapang dalam melakukan kemudian terdeaminasi kembali sebagai

interaksi terhadap sulfur organik dalam sumber nitrogen untuk metabolisme kapang

batubara. Kapang mampu mendegradasi sehingga terjadi efek buffering [11]

rantai karbon dalam batubara dan

menyebabkan ikatan sulfur terlepas dari

batubara. Hal tersebut dapat menyebabkan

peningkatan konsentrasi ion sulfat yang


A B

C D

Gambar 1.
Kolonisasi miselium
Trichoderma sp pada batubara
hasil iradiasi gamma (A :
Kontrol 7 hari; B : 5 kGy 7 hari;
C : 10 kGy 7 hari; D : 20 kGy 7
hari; E : Kontrol 0 hari;
perbesaran 400X;
: spora ; : batubara; : miselia).
Biosolubilisasi
pada λ250nm, tetapi berpengaruh pada
Isolat kapang Trichoderma sp. mampu
tingkat biosolubilisasi pada λ450nm. Pengukuran
mengsolubilisasi batubara perlakuan iradiasi
pada untuk mendeteksi adanya gugus
dan kontrol berdasarkan pengukuran tingkat
fenolik, sedangkan pada λ450nm bertujuan untuk
biosolubilisasi pada λ250nm dan λ450nm (Gambar
mendeteksi produk hasil solubilisasi batubara
3). Secara statistik, dosis iradiasi tidak
oleh kapang berupa gugus hidroksil (-OH) dan
berpengaruh terhadap tingkat biosolubilisas
karbonil (-CO) [12]. Peningkatan solubilisasi

berdasarkan nilai absorbansi pada λ250nm


cenderung sama untuk setiap dosis terang atau kuning bening kemudian pada hari

iradiasi dan kontrol. selanjutnya menjadi cokelat. Hal tersebut

Peningkatan tajam terjadi hingga hari ke- menunjukkan telah ada batubara yang terlarut

7 dan setelah itu cenderung stasioner. Tingkat kemudian bercampur dengan medium dan

biosolubilisasi pada λ450nm cenderung lebih mengubah warna medium menjadi lebih gelap

fluktuatif. Peningkatan yang tinggi terjadi pada [13].

perlakuan dosis 10 kGy dan 20 kGy setelah hari Produk Biosolubilisasi

ke-14 dan terus meningkat hingga hari ke — Persentase area senyawa yang diperoleh

28. dari proses solubilisasi oleh kapang terseleksi

Peningkatan nilai absorbansi pada kedua bersumber dari supernatan. Dalam pengujian

panjang gelombang berbeda menunjukkan menggunakan GC/MS, sampel yang

terjadinya pelepasan senyawa yang memiliki digunakan adalah perwakilan dari setiap

gugus fenolik atau aromatik dari batubara ke perlakuan dosis iradiasi yang memiliki tingkat

dalam medium, sedangkan penurunan terjadi solubilisasi terbesar, dimungkinkan pada

akibat penguraian senyawa-senyawa tersebut absorbansi tertinggi tersebut akan

menjadi senyawa yang lebih sederhana. mendapatkan hasil yang optimal di mana

Perubahan nilai absorbansi ini mempengaruhi didapat senyawa yang dibutuhkan dalam

pH medium (Gambar 1). Senyawa aromatik dan pembentukan bahan bakar seperti bensin dan

fenol bersifat asam. Fenol merupakan senyawa solar. Berdasarkan hal tersebut, maka

yang mengandung gugus benzena dan hidroksi digunakan sampel-sampel dosis iradiasi 0 kGy

dan mudah dioksidasi lebih lanjut menjadi pada hari ke-28 inkubasi, dosis iradiasi 5 kGy

asam karboksilat oleh enzim lakase [12]. pada hari ke-21 inkubasi, sampel dosis iradiasi

Secara kualitatif terdapat perbedaan 10 kGy pada hari ke-21 inkubasi dan sampel

kekeruhan supernatan selama inkubasi. dosis iradiasi 20 kGy pada hari ke-28 inkubasi.

Umumnya supernatan berwarna kekuningan


Gambar 2. pH medium kultur kapang Trichoderma sp. dalam medium
MSS+ yang diinkubasi pada suhu kamar dan agitasi 150 rpm

Senyawa dari kontrol hasil analisis GC/MS senyawa yang lebih sederhana tersebut dapat

dengan dosis iradiasi 0, 5, 10 dan 20 lebih mudah digunakan oleh kapang sebagai

kGy membentuk senyawa dengan panjang sumber karbon yang digunakan dalam proses

rantai karbon dan konsentrasi yang metabolismenya.

berbeda-beda (Tabel 1). Efek radiasi Pada kontrol 10 kGy diperoleh rantai

gamma pada suatu materi yang bersifat karbon yang lebih panjang yang tidak terdapat

acak dapat pula mempengaruhi muncul dan pada perlakuan lainnya, yaitu n-Docosane

tidaknya suatu senyawa [14]. Jumlah (C22H46). Senyawa tersebut didapat dari hasil

senyawa yang terdeteksi hingga dosis 10 iradiasi yang mengalami pemutusan rantai-

kGy mengalami kenaikan dan menurun rantai karbon di mana awalnya memiliki

kembali pada dosis 20 kGy. Pada dosis panjang rantai karbon lebih panjang dari C22.

iradiasi 10 kGy didapat senyawa dengan Biosolubilisasi batubara hasil iradiasi

panjang rantai karbon terpendek, yaitu n- gamma dan kontrol oleh kapang Trichoderma

Heptana (C7H16). Senyawa tersebut tidak sp. menyebabkan hilangnya senyawa-senyawa

terdeteksi pada dosis 20 kGy, karena hidrokarbon dengan jumlah rantai karbon

terjadi pemutusan rantai karbon lebih lanjut kurang dari 12. Senyawa yang tetap terdeteksi

menjadi senyawa dengan jumlah rantai

karbon yang kurang dari 7. Senyawa-


KESIMPULAN 2. ESDM, Indonesia Energy Outlook 2010

Berdasarkan hasil penelitian di atas (2010).

maka dapat disimpulkan bahwa 3. XU, X.H., CHEN C.H., and QI H.Y.,

biosolubilisasi oleh kapang Trichoderma Development of coal combustion

sp. dapat ditingkatkan dengan iradiasi pollution control for SO2 and NOx in

gamma. Kapang Trichoderma sp dapat China, Fuel Processing Technology,

tumbuh dengan baik dalam medium 62(2/3), 153—160 (2000).

batubara hasil iradiasi gamma dan mampu 4. SHI, K.Y., TAO, X.X., YIN, S. D., and

mengsolubilisasi batubara hasil iradiasi DU, Y. LV. ZP., Bio-solubilization

gamma pada λ250nm dan λ450nm lebih tinggi of Fushun lignite. The 6th Proceeding

dibandingkan kontrol. Dosis iradiasi Conference on Mining Science &

batubara yang menghasilkan tingkat Technology in Procedia Earth and

biosolubilisasi tertinggi adalah 5 kGy dan Planetary Science I627— 633 (2009).

20 kGy dengan masa inkubasi masing- 5. FAKOUSSA, R.M. and HOFRICHTER,

masing 28 dan 21 hari dengan produk M., Biotechnology and microbiology

biosolubilisasi yang cenderung setara of coal degradation, Applied

dengan solar dan bensin. Microbiology and Biotechnology, 52,

DAFTAR PUSTAKA 25—40 (1999).

1. IEA. International Energy Outlook

2009 (2009).

Anda mungkin juga menyukai