Anda di halaman 1dari 16

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA

PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS


PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

SITI HARDIYANTI SIBUEA


22010110110069

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN
APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR.
KARIADI SEMARANG

Siti Hardiyanti Sibuea1, Ani Margawati2, B. Parish Budiono3

ABSTRAK

Latar belakang: Apendisitis akut merupakan nyeri akut abdomen yang sering
terjadi saat ini. Pemeriksaan dan diagnosis yang terlambat dapat mengakibatkan
risiko terjadinya apendisitis perforasi. Pemeriksaan jumlah leukosit darah
merupakan pemeriksaan laboratorium yang cepat dan murah untuk mendiagnosis
apendisitis akut dan apendisitis perforasi, akan tetapi belum diketahui batas yang
pasti jumlah leukosit darah dalam membedakan antara apendisitis akut dengan
apendisitis perforasi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara jumlah
leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik retrospektif
menggunakan metode cross sectional dengan 139 sampel untuk mencari cut off
point jumlah leukosit darah. Data diambil dari catatan medis pasien apendisitis di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Data yang didapat dilakukan analisa deskriptif dan
analitik menggunakan Independent T-test dengan batas kemaknaan adalah p<0,05.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan, batas angka leukosit darah berada pada cut
off point 13.900 sel/mm3 dengan sensitifitas 83,75% dan spesifisitas 54,2%. Hasil
Independent T-test didapatkan nilai p<0,001.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah leukosit darah
pada pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi. Jumlah leukosit darah
dapat digunakan sebagai diagnosis penunjang dalam membedakan apendisitis akut
dengan apendisitis perforasi.
Kata kunci: Apendisitis akut, apendisitis perforasi, jumlah leukosit darah.

1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
2
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang
3
Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang
THE DIFFERENCE BETWEEN THE LEUKOCYTES COUNT FROM
PATIENT WITH ACUTE APPENDICITIS AND PERFORATED
APPENDICITIS AT DR. KARIADI HOSPITAL SEMARANG

Siti Hardiyanti Sibuea1, Ani Margawati2, B. Parish Budiono3

ABSTRACT

Background : Acute appendicitis is one of the most common acute abdominal


pain. A late check up and diagnosis could bring harms which is turning into
perforated appendicitis. Leukocyte count is a laboratory collation that is generous
and quick to diagnose the acute apendicitis and perforated appendicitis, however
there’s no certain limit of the leukocytes count to recognize whether it is acute
apendicitis or perforated appendicitis.
Aim : To know the difference between the leukocytes count from patient with
acute appendicitis and perforated appendicitis at Dr. Kariadi Hospital Semarang.
Method : This research was an analytic observational retrospective using cross
sectional method with 139 samples to find out the cut off point of leukocytes
count. Data were taken from appendicitis patients’ medical records in Dr.
Kariadi Hospital Semarang. Obtained data were calculated with descriptive and
analytical analysis using independent t-test with significance limit is p<0,05.
Result : The result obtained the limit of leukocyte count is on the cut off point of
13.900 cell/mm3 with sensitivity of 83.75% and specificity of 45.8%. The result of
Independent t-test is p<0,001.
Conclusion : There is a significant difference between the amount of leukocytes
count from patients with acute appendicitis and perforated appendicitis. The
leukocytes count can be used as secondary diagnosis in order to recognize the
difference between acute appendicitis and perforated appendicitis.
Keywords : Acute appendicitis, perforated appendicitis, leukocytes count.
1
Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University
2
Department of Public Health Faculty of Medicine Diponegoro University
3
Department of Surgery Faculty of Medicine Diponegoro University
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah apendisitis.1
Apendisitis merupakan nyeri akut abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di
negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi pengaruh konstipasi dan
kebiasaan makan makanan rendah serat dapat menimbulkan derajat peningkatan
apendisitis.2 Kejadian apendisitis akut pada usia antara 10 dan 30 tahun adalah
sekitar 7,0% dari populasi. Apendisitis pada anak kurang dari 1 tahun jarang di
laporkan, umumnya insiden pada lelaki dan perempuan sebanding.3
Menurut data Global Burden Disease WHO 2004 terdapat 259 juta kasus
apendisitis pada laki-laki di seluruh dunia yang tidak terdiagnosis, sedangkan
pada perempuan terdapat 160 juta kasus apendisitis yang tidak terdiagnosis.4 Pada
pasien usia lanjut dengan apendisitis sering sulit untuk di diagnosis dibandingkan
dengan pasien yang lebih muda, sebab banyak kemungkinan diagnosis diferensial
yang di dapatkan pada pasien usia lanjut dengan apendisitis, serta sulitnya
mendapatkan komunikasi yang efektif. Sehingga kejadian ini dapat menjadi faktor
yang berkontribusi terhadap laju perforasi yang sangat tinggi.5
Pemeriksaan jumlah leukosit darah merupakan salah satu pemeriksaan
laboratorium yang cepat dan murah untuk dapat menentukan diagnosa apendisitis
akut dan apendisitis perforasi. Biasanya ditemukan leukositosis pada pemeriksaan
laboratorium dan sering ditemukan pada kasus dengan komplikasi berupa
perforasi. Dilaporkan bahwa insiden perforasi sekitar 60% terdapat pada penderita
diatas usia 60 tahun.6-8
Nilai leukosit darah meningkat >10.000/mm3 dan hitung jenis leukosit
darah terdapat pergeseran ke kiri pada pasien apendisitis akut. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh John H dkk, menyatakan bahwa leukositosis lebih
dari 13.000 / mm3 adalah indikasi apendisitis akut.9,10
Pada pasien dengan jumlah leukosit darah yang meningkat >18.000
sel/mm3 menyebabkan kemungkinan terjadinya apendisitis perforasi.5 Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan antara jumlah leukosit
darah pada pasien apendisitis akut dengan kejadian apendisitis perforasi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik retrospektif
dengan pendekatan cross sectional
sectional, dan dilaksanakan di Instalasi Rekam Medis
Medi
RSUP Drr Kariadi Semarang pada bulan Juni 2014. Sampel dipilih dengan cara
consecutive sampling. Data diperoleh dari rekam medis pasien apendisitis akut
dan apendisitis perforasi selama Januari 2010 - Oktober 2013 di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Kriteria inklusi antara lain pasien dengan diagnosa apendisitis
akut atau perforasi, mempunyai data rekam medis
medis lengkap dengan hasil
laboratorium leukosit darah pre operasi
operasi. Kriteria eksklusinya adalah tidak terdapat
data yang lengkap mengenai pemeriksaan laboratorium leukosit darah pre operasi
dan pada rekam medis terdapat penyakit penyerta lain.
Besar sampel yang didapatkan sebesar 139 sampel yang terdiri dari 96
pasien apendisitis akut dan 43 pasien apendisitis perforasi. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis apendisitis
apend sitis akut atau perforasi,
dengan variabel terikatnya
terikatny adalah jumlah leukosit darah. Data yang diperoleh
dilakukan analisis univariat dan disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik
secara deskriptis. Data jumlah leukosit darah dilakukan analisa bivariat dengan uji
t-test tidak berpasangan jika ditemukan data normal atau uji Mann-Whitney
Whitney jika
ditemukan data tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis ROC untuk
mendapatkan cut off point jumlah leukosit darah.

HASIL
Analisis Deskriptif
Didapatkan pasien yang terdiagnosis apendisitis akut sebanyak 96 (69,1%)
pasien dan pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi sebanyak 43 (30,9%)
pasien.

Apendisitis
30.94%

69.06%

Akut Perforasi
Gambar 1. Distribusi pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSUP
Dr. Kariadi Semarang

Dari 139 pasien apendisitis sebanyak 86 (61,9%) pasien berjenis kelamin


laki laki dan 53 (38,1%) pasien berjenis kelamin perempuan. Pasien berjenis
kelamin laki – laki yang terdiagnosis apendisitis akut sebanyak 61 (63,5%) pasien
dan yang terdiagnosis apendisitis perforasi sebanyak 25 (58,1%) pasien. Pada
pasien
ien berjenis kelamin perempuan yang terdiagnosis apendisitis akut adalah 35
(36,5) pasien dan yang terdiagnosis apendisitis perforasi adalah 18 (41,9%)
pasien.

Jenis Kelamin
38.13%

61.87%

Laki-laki Perempuan

Gambar 2. Distribusi jenis kelamin pasien apendisitis di RSUP Dr. Kariadi


Semarang

Jenis Kelamin berdasarkan Jenis Apendisitis

61
80
35
Frekuensi

60 25
40
18
20
0
AP. Akut AP. Perforasi

Apendisitis
Laki-laki Perempuan

Gambar 3. Sebaran data jenis kelamin berdasarkan jenis apendisitis di


RSUP Dr. Kariadi Semarang
Berdasarkan usia didapatkan kelompok usia 11-20
11 20 tahun merupakan
kelompok usia yang paling banyak terdiagnosis apendisitis yaitu sebanyak 54
(38,85%) pasien dimana 41 (42,7%) pasien terdiagnosis apendisitis akut dan 13
(30,2%) pasien terdiagnosis apendisitis perforasi. Pada kelompok usia yang paling
sedikit yaitu pada kelompok usia >50 tahun didapat 6 (4,3%) pasien apendisitis
dimana 1 (1,0%) pasien yang
yang terdiagnosis apendisitis akut dan 5 (11,6%) pasien
yang terdiagnosis apendisitis perforasi. Untuk jenis apendisitis yang paling
banyak adalah apendisitis akut pada hampir semua kelompok usia. Sedangkan
pada kelompok usia > 50 tahun jenis apendisitis perforasi
perforasi lebih banyak
dibandingkan dengan apendisitis akut.

Usia berdasarkan Jenis Apendisitis

60 41
Frekuensi

40 22
13 11 9 13 10
20 8 1 5 1 5
0
AP. Akut AP. Perforasi
Apendisitis

0 – 10 11 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50

Gambar 4. Sebaran data uusia berdasarkan jenis apendisitis di RSUP Dr. Kariadi
Semarang
Rerata jumlah leukosit pasien apendisitis yang menjadi sampel penelitian
adalah 14.900 sel/mm3. Untuk nilai minimum dan maksimum jumlah leukosit
masing-masing adalah 5.300 sel/mm3 dan 43.600
darah pasien apendisitis masing
sel/mm3.
Uji Normalitas Data
Dari uji kenormalan data pada kelompok apendisitis akut menggunakan uji
Kolmogrov-Smirnov (n=96) dan pada kelompok apendisitis perforasi
menggunakan uji Shapiro-Wilk
Shapiro (n=43). Dari hasil uji kenormalan didapatkan
bahwa data untuk apendisitis perforasi berdistribusi data tidak normal ((p=0,003).
Sehingga dilakukan transformasi data agar data berdistribusi normal yaitu p>0,05.
Berdasarkan hasil normalitas data dari transformasi data didapatkan data
berdistribusi normal yaitu Uji Kolmogrov-Smirnov dengan p = 0,200 dan Uji
Shapiro-Wilk dengan p = 0,204.
Analisis uji beda
Dari hasil Independent T-test didapatkan nilai p = < 0,001, karena p < 0,05
maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan leukosit darah yang bermakna pada
diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi.
Analisis ROC
ROC Curve

1.0

0.8
Sensitivity

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
1 - Specificity

Diagonal segments are produced by ties.

Gambar 5. Kurva ROC leukosit darah apendisitis akut dan apendisitis perforasi
di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Tabel 2. Hasil Uji pada seluruh sampel
Cut off point Sensitifitias 1-Spesifisitas
13650 0,837 0,5
13720 0,837 0,521
13770 0,837 0,531
13900 0,837 0,542
Berdasarkan tabel dan kurva ROC, hasil uji pada seluruh sampel diperoleh
cut off point leukosit 13900 sel/mm3 dengan sensitivitas 83,7% dan spesifisitas
54,2%. Hasil pengolahan data diperoleh Area Under Curve (AUC) pada sampel
sebesar 74,4% berarti keakuratan penelitian pada sampel dalam kategori sedang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan jenis apendisitis, didapatkan pasien yang terdiagnosis


apendisitis akut (96 pasien / 69,1%) lebih banyak dibandingkan pasien yang
terdiagnosis apendisitis perforasi (43 pasien / 30,9%) . Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita, didapatkan bahwa diagnosis
apendisitis paling banyak terdapat di RSU Dokter Soedarso Pontianak pada tahun
2011 adalah apendisitis akut sebanyak 60 (60%) pasien, dan diagnosis apendisitis
perforasi sebanyak 40 (40%) pasien.11
Rasio kejadian apendisitis pada laki – laki dan perempuan yaitu 3 : 2.
Berdasarkan studi di Swedia, dikatakan bahwa kejadian kasus apendisitis tahunan
adalah 1,33 per seribu penduduk laki-laki dan 0,99 per seribu penduduk
perempuan (dengan p = 0,002).12,13 Sesuai dengan pernyataan tersebut, pada
penelitian ini pasien apendisitis yang berjenis kelamin laki-laki (86 pasien /
61,9%) lebih banyak dari pada pasien apendisitis yang berjenis kelamin
perempuan (53 pasien / 38,1%). Terdapat 61 (63,5%) pasien berjenis kelamin laki
– laki dan 35 (36,5%) pasien berjenis kelamin perempuan yang terdiagnosis
apendisitis akut, sedangkan pasien berjenis kelamin laki – laki dan perempuan
yang terdiagnosis apendisitis perforasi masing-masing sebanyak 25 (58,1%)
pasien dan 18 (41,9%) pasien.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi
Patranita, didapatkan bahwa pasien apendisitis paling banyak ditemukan adalah
pasien apendisitis berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 (54%) pasien dan laki
– laki sebanyak 46 (46%) pasien.11
Penelitian yang dilakukan oleh David G, menunjukkan bahwa insiden
apendisitis akut paling banyak terjadi pada laki-laki. Kecenderungan lebih banyak
mengkonsumsi makanan cepat saji dan rendah serat pada laki-laki dianggap
berkontribusi dalam tingginya insiden apendisitis.14,15
Apendisitis adalah penyakit yang sering terjadi pada dewasa muda.
Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dan orang tua. Insiden apendisitis
semakin meningkat pada pasien di akhir usia belasan dan 20-an.16 Pada penelitian
ini, telah didapatkan data distribusi usia pasien apendisitis baik jenis apendisitis
akut maupun apendisitis perforasi paling banyak pada kelompok usia 11 – 20
tahun. Sebanyak 54 (38,85%) pasien yang telah didapatkan pada kelompok usia
tersebut, dimana 41 (42,7%) pasien terdiagnosis apendisitis akut dan 13 (30,2%)
pasien terdiagnosis apendisitis perforasi. Kelompok usia > 50 tahun merupakan
kelompok usia dengan insiden apendisitis paling sedikit yaitu 6 (4,3%) pasien,
dimana 1( 1,0%) pasien yang terdiagnosis apendisitis akut dan 5 (11,6%) pasien
yang terdiagnosis apendisitis perforasi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi
Patranita dimana pasien apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia
15 – 21 tahun yaitu sebanyak 32 (32%) pasien, dan yang paling sedikit ditemukan
adalah kelompok usia 57 – 63 tahun sebanyak 2 (2%) pasien.11
Penelitian yang dilakukan oleh David G menunjukkan bahwa insiden
apendisitis paling banyak terjadi pada kelompok usia 10-19 tahun. Insiden
tertinggi pada laki-laki usia 10-14 tahun (27,6 per 10.000 penduduk per tahun)
dan pada perempuan berusia 15-19 tahun (20,5 per 10.000 penduduk per tahun).
Apendiks vermiformis memiliki jumlah limfoid yang lebih besar pada golongan
usia muda. Hiperplasia limfoid dapat disebabkan oleh obstruksi yang terjadi pada
lumen apendiks vermiformis. Jika kondisi ini terus berlanjut dapat berkembang
menjadi apendisitis, sehingga insiden apendisitis lebih sering terjadi pada usia
muda. Lumen apendiks menjadi rudimenter setelah atrofi jaringan limfoid,
sehingga kemungkinan obstruksi menurun pada usia tua, oleh sebab itu insiden
apendisitis akut terjadi 5-10% pada usia tua. Terlambatnya diagnosis dan
pengobatan berperan dalam kejadian perforasi apendiks pada usia tua.14,15,17
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa rerata jumlah leukosit yang
menjadi sampel penelitian adalah 14900 sel/mm3. Penelitian yang dilakukan oleh
Marisa menunjukkan bahwa rata – rata jumlah leukosit darah pada sampel sebesar
14332,39 sel/mm3. Penelitian ini sesuai dengan studi yang menyebutkan pada
umumnya rata-rata jumlah leukosit untuk apendisitis adalah >10.000 sel/mm3.18
Diagnosis apendisitis dapat dibuat berdasarkan beberapa temuan, baik
berupa temuan fisik, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan radiografi.14
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan
jumlah leukosit darah. Pemeriksaan ini biasanya digunakan dalam membantu
mendiagnosis apendisitis. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan
bahwa 80% sampai 85% pasien dengan apendisitis akut akan memiliki jumlah
leukosit darah lebih dari 11.000 sel/mm3.19 Keterlambatan dalam mendiagnosis
apendisitis akut dapat meningkatkan terjadinya komplikasi berupa perforasi.
Jumlah leukosit darah akan meningkat dan terjadi leukositosis ringan pada pasien
dengan apendisitis akut dan bahkan leukositosis akan semakin berat pada pasien
yang telah mengalami perforasi.20,21
Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan antara jumlah leukosit darah
pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr.Kariadi
Semarang. Hasil uji statistik normalitas data ( p >0,05) pada kelompok apendisitis
akut ( Kolmogrov-Smirnov) dan kelompok apendisitis perforasi ( Shapiro- Wilk )
masing – masing adalah 0,200 dan 0,204, sehingga sebagai uji bedanya
menggunakan Independent T-test. Pada hasil statistik uji beda ( p <0,05 )
didapatkan nilai p<0,001, sehingga terdapat perbedaan jumlah leukosit darah yang
bermakna pada diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi.
Untuk mengetahui cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis
akut dengan apendisitis perforasi digunakan analisa ROC. Cut off point bertujuan
untuk mengetahui prediksi kejadian apendisitis perforasi dari hasil laboratorium
leukosit darah.18 Berdasarkan analisa yang dilakukan pada 139 sampel pasien
apendisitis, telah didapatkan cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis
akut dengan apendisitis perforasi adalah 13.900 sel/mm3. Sensitivitas dan
spesifisitas masing – masing adalah 83,7% dan 54,2%. Berarti kemampuan
leukosit darah pada cut off point 13.900 sel/mm3 untuk mendeteksi apendisitis
adalah sebesar 83,7%, dan untuk menentukan subyek tidak menderita apendisitis
adalah sebesar 54,2%. Area under curve yang telah didapatkan adalah 74,4% yang
berarti keakuratan penelitian pada seluruh sampel berada dalam kategori sedang.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Marissa diperoleh hasil uji pada cut
off point leukosit 15050 sel/mm3 dengan sensitivitas 90% dan spesifisitas 89,4%.
Area Under Curve yang didapatkan sebesar 95,9%.18
Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yaitu, pada beberapa pasien
didapatkan jumlah leukosit darah yang normal. Jumlah sampel penelitian yang
tidak tergolong banyak diakibatkan banyaknya penyakit penyerta dan kurang
lengkapnya hasil pemeriksaan laboratorium leukosit darah pre operasi dalam
rekam medis. Apabila jumlah sampel penelitian lebih banyak lagi, nilai cut off
point, nilai sensitivitas dan nilai spesifisitas akan semakin baik.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna (p < 0,01) antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut
dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Cut off point jumlah
leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi adalah 13.900
sel/mm3 dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas masing-masing adalah 83,7%
dan 54,2%. Rerata jumlah leukosit darah yang didapatkan adalah 14.900 sel/mm3.

Saran

Perlu diperhatikan kelengkapan data rekam medis berupa hasil


laboratorium darah. Selain itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai
perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis
perforasi dengan menggunakan metode analisis diskriminan untuk dapat
memprediksi sampel termasuk dalam kategori apendisitis akut atau apendisitis
perforasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. B. Parish Budiono,Msi.Med, Sp.B-
KBD dan Dra. Ani Margawati M.kes, Ph.D, dr. Abdul Mughni,Msi.Med, Sp.B-
KBD dan Dr.dr. Selamat Budijitno,M.Si.Med,Sp.B(K)Onk, serta Instalasi Rekam
Medis RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah membantu terselenggaranya
penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini..

DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Loraine MW. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi 6 vol.1. Jakarta : EGC ; 2006
2. Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar ilmu bedah, edisi 3. Jakarta : EGC ;
2010
3. Agrawal CS, Adhikari S, & Kumar M. Role of serum C-reactive protein and
leukocyte count in the diagnosis of acute appendicitis in Nepalese population.
Nepal Med Coll J [internet]. 2008 [ cited 2013 November 17] ; 10(1): 11-15.
Available from :
http://www.nmcth.edu/images/gallery/Editorial/YKDc3csagrawal.pdf
4. WHO. Global burden disease. [Internet]. 2004. [cited 2013 November 17].
Available from :
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/BD_report_2004updat
e_ AnnexA.pdf
5. Brunicardi F , Dana Andersen , Timothy Billiar , David Dunn, John
Hunter , Jeffrey Matthews, et al. Scwartz’s principles of surgery, 9th ed. USA
: McGraw-Hill Professional ; 2009
6. Abbasi Shehzad A, and Ahmed Hussain Mishwani. "Diagnostic accuracy of
total leucocyte count and ultrasound in the diagnosis of acute
appendicitis." Journal of Rawalpindi Medical College (JRMC)
[Internet].2012 [ cited 2013 November 18]. 16.2 : 147-149. Available from :
http://journalrmc.com
7. H Kamran, Naveed D, Nazir A, Hameed M, Ahmed M, Khan U. Role of total
leukocyte count in diagnosis of acute appendisitis. J Ayub Med Coll
Abbottabad [Internet]. 2008 [ cited 2013 November 17] ; 20(3);70-1.
Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19610521
8. Putrikasari LAP. Perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut dan
apendisitis kronik di rumah sakit pusat angkatan darat gatot Soebroto jakarta
periode 2010 [Skripsi]. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional Veteran ; 2011
9. H John, Neff U, Kelemen M. Appendicitis Today : Clinical and ultrasonic
deductions. World J Surgery [Internet]. 1993 [ cited 2013 November 18] ;
17(2):243-9. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8511921
10. Muzamil S, Misbha Afsheen, and Farooq AR. Total leukocyte and neutrophil
count : diagnostic aid in acute appendicitis. Saudi J Gastroenterol [Internet].
2009 [ cited 2013 November 18 ] ; 15(2): 117-120. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2702981/
11. Nasution AP. Hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan
apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011
[Skripsi]. Pontianak : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura ; 2013
12. Zinner MJ, Seymour I Scwhartz, Harold Ellis. Maingot’s abdominal
operations, 10th edition vol 2. Toronto : McGraw-Hill Professional ; 1997
13. Zuidema GD, Charles JY. Surgery of the alimentary tract 5th edition.
Philadelphia : W.B Saunders ; 2002
14. Addis, David G., Nathan Shaffeer, Barbara S. Fowler, and Robert V. Tauxe.
"The epidemiology of appendicitis and appendectomy in the United
States." American journal of epidemiology 132, no. 5 (1990): 910-
925.Available from http://aje.oxfordjournals.org/content/132/5/910.short
15. Barlas Sulu (2012). Demographic and Epidemiologic Features of Acute
Appendicitis, Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World,
Dr. Anthony Lander (Ed.), ISBN: 978-953-307-814-4, InTech, DOI:
10.5772/26184. Available from:
http://www.intechopen.com/books/appendicitis-a-collection-of-essays-from-
around-the-world/demographic-and-epidemiologic-features-of-acute-
appendicitis
16. Townsend CM. Sabiston textbook of surgery 16th edition. Philadelphia : W.B
Saunders ; 2001
17. Stephen Garba and Adamu Ahmed (2012). Appendicitis in the Elderly,
Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World, Dr. Anthony
Lander (Ed.), ISBN: 978-953-307-814-4, InTech, DOI: 10.5772/25945.
Available from: http://www.intechopen.com/books/appendicitis-a-collection-
of-essays-from-around-the-world/appendicitis-in-the-elderly
18. Marisa, Haryadi IJ, Muhammad RS. Batas angka leukosit antara appendisitis
akut dan appendisitis perforasi di rumah sakit umum daerah tugurejo
semarang selama Januari 2009 – Juli 2011. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah 1, no. 1 [Internet]. 2012 [ cited 2013 November 7].
Available from :
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/739
19. Anwar MW, Abid, I. " Validity of total leucocytes count and neutrophil
count (differential leucocytes) in diagnosing suspected acute
appendicitis." Journal of Pakistan Armed Forces Medical Journal
[Internet].2012 [ cited 2014 June 25]. 62(3), 344-348. Available from : http://
Pakistan Armed Forces Medical Journal.htm
20. Sack Ulrich, Birgit B, Tino Elouahidi , Katrin Bauer, Ralf-Bodo T.
“Diagnostic value of blood inflamatory markers for detection of acute
appendicitis in children.” Journal of bmc surgery [Internet]. 2006 [cited 2014
June 25]. 6:15, 10.1186/1471-2482-6-15. Available from :
http://www.biomedcentral.com/1471-2482/6/15
21. W Farooqui, Pommergaard HC, Burcharth J, Eriksen JR. “ The diagnostic
value of a panel of serological markers in acute appendicitis.” Journal of
Scandinavian J Surgery [Internet]. 2014 Apr 15 [cited 2014 June 25].
Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24737847

Anda mungkin juga menyukai