PENDAHULUAN
2|
BAB II
LANDASAN TEORI
Fiedler Contingency Model adalah teori yang menyatakan bahwa kelompok yang
efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya interaksi seorang pemimpin dengan
bawahannya serta sejauh mana situasi tersebut menghasilkan kendali dan pengaruh untuk
pemimpin tersebut.
Fiedler meyakini bahwa salah satu faktor utama bagi kepemimpinan yang berhasil
adalah gaya kepemimpinan dasar seseorang individu. Jadi, ia mulai dengan berusaha mencari
tahu apa gaya dasar tersebut. Fiedler lalu menyusun suatu kuesioner rekan kerja yang paling
tidak disukai (least preferred coworker-LPC-questionnaire) dengan tujuan mengukur apakah
seorang pemimpin berorientasi tugas (task-oriented) atau hubungan (relationship-oriented).
Kuesioner LPC merupakan kumpulan 16 kata sifat yang saling berlawanan (seperti
menyenangkan-tidak menyenangkan, efisien- tidak efisien, terbuka-tertutup, suportif-
bermusuhan).
Dalam penilainanya, bila nilai (score) yang didapat dari kuesioner tersebut berada diatas
atau sama dengan 73, maka subjek yang mengisi kuesioner tersebut memiliki gaya
kepemimpinan relationship-oreinted. Sedangkan apabila score yang dihasilkan oleh kuesioner
berada dibawah atau sama dengan 64, maka subjek yang mengisi kuesioner memiliki gaya
kepemimpinan task-oriented. Dan apabila score berada pada range nilai 65 sampai 72, maka
gaya kepemimpinannya adalah mixture (campuran) dan ia berhak untuk memilih mana gaya
kepemimpinan yang lebih ia suka.
Fiedler juga mengasumsikan bahwa gaya kepemimpinan seseorang bersifat tetap atau
tidak akan berubah.
3|
struktur tugas (task structure), dan wewenang posisi pemimpin (position power). Ketiga
faktor tersebut dijelaskan leibh lanjut sebagai berikut:
Dengan mengetahui LPC seseorang dan nilai dari tiga dimensi kemungkinan
sebagaimana disebutkan sebelumnya, model Fiedler bermaksud mencocokkan keduanya
untuk mencapai efektivitas kepemimpinan yang maksimal. Berdasarkan penelitiannya, Fiedler
menyimpulkan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas cenderung bekerja secara lebih baik
dalam situasi yang sangat menguntungkan dan dalam situasi yang sangat tidak
menguntungkan mereka. Hal ini ditunjukkan dalam gambar pada kategori I, II, III, VII, VIII
2.1.4 Evaluasi
Secara keseluruhan, tinjauan terhadap berbagai kajian besar yang menguji validitas
model Fiedler menghasilkan kesimpulan yang umumnya positif. Artinya, ada banyak bukti
yang mendukung paling tidak bagian-bagian paling subsitusional dari model tersebut.
4|
BAB III
PEMBAHASAN
5|
6|
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Kami mengadakan studi literatur dengan mencari referensi-referensi baik yang terkait
tentang teori kepemimpinan secara umum maupun teori fiedler model secara khusus. Selain
itu juga kami mengadakan pencarian khusus melalui internet terkait dengan LPC questioneire
dan kuesioner untuk mengetahui tiga contigency dimensions yaitu; Leader Member relations,
Task Structure, dan Position Power.
1. Mencari sumber kuesioner. Pencarian sumber kuesioner kami lakukan dengan studi
literatur pada buku teks yang ada dan pencarian di jurnal dan artikel secara online.
2. Menerjemahkannya ke dalam bahasa indonesia. Karena kuesioner inti yang digunakan
teori Fiedler Contingency Model adalah LPC questioneire yang hanya tersedia dalam
bahasa Inggris maka terlebih dahulu kami menerjemahkannya ke dalam bahasa
Indonesia.
3. Mendatangi sumber penelitian. Berkunjung secara langsung untuk mengajukan izin
dan langsung menyebarkan kuesioner kepada pimpinan organisasi (dalam hal ini SMA
IT Nurul Fikri, yang berada dibawah Yayasan Nurul Fikri) dan kepada para karyawan
organisasi.
Data primer kami dapatkan dengan menyebarkan kuesioner kepada 10 orang karyawan.
Karena pertanyaan yang diajukan cukup sensitif, hanya satu karyawan saja yang sempat
berbagi cerita lebih detail. Itupun dilakukan ketika tidak ada karyawan lain di lingkungan
sekitar.
Kami menggunakan skala semantic differential dengan nilai -2 hingga +2 untuk
pertanyaan leader-member relationship (LMR). Nilai akhir negatif berarti LMR tergolong
rendah, 0 berarti netral, nilai positif berarti tinggi. Sedangkan untuk task structure kami
gunakan close-ended questions dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Berikut matrix hasil
kuesioner:
7|
No Deskripsi Responden ke...
Sebagai seorang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
yang dipimpin,
anda .... pemimpin
anda
1 1 -1 0 0 1 1 1 0 1 -2
Menyukai
2 1 0 0 1 1 0 1 -1 1 -2
Percaya kepada
3 1 0 0 1 1 0 1 0 0 -2
Nyaman dengan
4 1 1 -1 -1 -1 1 -1 -1 -1 -2
Tidak yakin
5 1 0 -1 -1 -1 1 -1 0 -2 -2
Tidak loyal
6 0 1 -1 -1 -1 0 -1 0 -1 -1
Tidak tertarik
lingkungan kerja
7 2 1 1 2 1 2 1 0 1 0
Ramah
8 1 1 1 -1 1 0 0 0 0 2
Terdapat
perselisihan
Nilai total 8 3 -1 0 2 5 1 -2 -1 -9
Total semua .75 Nilai akhir positif. Artinya LMR tergolong tinggi.
Struktur pekerjaan
9 Tid Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tida Tidak
Prosedur untuk
k
menyelesaikan ak
pekerjaan jelas
10 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tid Tida Tidak
Tujuan
k
diselesaikannya ak
pekerjaan jelas
11 Tid Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak
Banyak cara
menyelesaikan ak
pekerjaan
12 Tid Ya Ya Ya Tid Tidak
Deskripsi pekerjaan Ya Ya Ya Tida
8|
tiap karyawan jelas ak ak k
13 Ya Ya Ya Ya Ya Tid Ya Ya Ya Tidak
Selesainya
ak
pekerjaan jelas
3 4 5 5 5 3 5 4 2 0
Total Ya
2 1 0 0 0 2 0 1 3 5
Total Tidak
Total jawaban
Total jawaban ‘Ya’ 36 (72%) 14 (18%)
‘Tidak’
Penyebaran kuesioner kepada karyawan menghasilkan nilai LMR sebesar 0,75 dengan
tanda positif (+) yang menandakan bahwa situasi kerja di SMAIT Nurul Fikri cukup baik.
Sedangkan dari segi task structure, jawaban ‘Ya’ masih dominan, dengan persentase jawaban
72%. Kami menyimpulkan bahwa struktur pekerjaan di sekolah ini cukup terstruktur.
Untuk pemimpin, berikut hasil kuesionernya: (angka yang di bold dan digarisbawahi
adalah jawaban dari pemimpin)
9|
(inconsiderate)
Buruk (nasty) 1 2 3 4 5 6 7 8 Baik (nice)
Menyetujui Tidak menyetujui
8 7 6 5 4 3 2 1
(agreeable) (disagreeable)
Bermuka dua
1 2 3 4 5 6 7 8 Tulus (sincere)
(insincere)
Baik Hati (kind) 8 7 6 5 4 3 2 1 Kasar (unkind)
Untuk pertanyaan position power, ada empat komponen pertanyaan dengan jawaban ya
atau tidak, yaitu:
Dari keempat pertanyaan hanya ada satu jawaban ‘ya’ yaitu promosi pegawai.
3.1.4 Analisa
Pertama kami akan menganalisa hasil dari LPC Quesionaire untuk menentukan
Leadership Style yang dimiliki oleh pimpinan SMAIT NF, dalam hal ini adalah wakil kepala
sekolahnya, apakah relationship atau task-oriented. Kemudian kami menentukan contigency
factors yang terdiri dari 3 (empat) dimensi situasi yang terjadi di organisasi penyedia jasa
pendidikan tersebut. Ketiga dimensi itu adalah LMR (leader-member relations), Task
Structure, dan Position power.
Berdasarkan hasil kuesioner LPC yang kami berikan untuk pimpinan SMAIT NF nilai
akhir LPC yang dihasilkan adalah sebesar 123. Menurut Fiedler, nilai LPC Score di atas 73
menandakan bahwa seorang leader bersifat relationship oriented. Sedangkan nilai 64 ke
bawah dianggap task oriented. Nilai antara 65 hingga 72 merupakan tipe gabungan keduanya.
10 |
Jadi berdasarkan keusioner LPC dapat disimpulkan bahwa pemimpin SMAIT Nurul Fikri
lebih berorientasi pada hubungan (Relationship-Oriented).
Untuk mengetahui Position power kami memberikan kuesioner juga yang diisi oleh
leader berupa close-ended question dengan jawaban ya atau tidak, menunjukkan bahwa
position power lemah (weak). Selain itu kami juga melakukan wawancara sederhana
berkaitan dengan position power leader dalam organisasi ini. Narasumber kami menegaskan
bahwa pihak pimpinan SMAIT NF memang tidak diberikan wewenang untuk mempekerjakan
(hiring), memecat, menentukan kenaikan gaji untuk karyawan. Wewenang tersebut secara
terpusat dimiliki oleh yayasan nurul fikri yang menaungi SMAIT NF. Satu-satunya
wewenang yang diberikan yang terkait dengan poisition power pada pimpinan adalah
merekomendasikan karyawan untuk mendapatkan promosi jabatan. Sehingga kami dapat
mengambil kesimpulan bahwa position power di SMAIT NF relatif rendah/lemah (weak).
Yang terakhir dari contigency variable pada fiedler model yang kami amati adalah
Task Structure. Dalam hal ini situasi kerja di SMAIT NF menunjukkan task structure yang
tinggi (high), berdasarkan jawaban-jawaban pada kuesioner yang mayoritas menyatakan ‘ya’
untuk setiap pertanyaan yang ditanyakan terkait dengan task structure. Jumlahnya mencapai
73 %.
11 |
bekerja lebih baik. Sehingga dalam kasus ini, ada ketidakcocokan antara jenis orientasi
pemimpin dengan situasi kerja yang dihadapinya.
12 |
BAB IV
Ada ketidakcocokan antara tipe kepemimpinan yang dimiliki Pak Suharyono dengan
dengan situasi kerja yang dihadapinya. Situasi kerja pada SMAIT NF menunjukkan leader-
member relations baik (good), task-structure tinggi (high), dan position power yang lemah
(weak). Menurut Feadler dengan situasi yang ada dalam organisasi seperti diatas tipe
leadership yang effisien adalah task-oriented leader.
Atas ketidakcocokan ini menurut Fiedler, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya:
Oleh karena itu, sebelum merubah tipe kepemimpinan ataupun situasi kerja, kami
mengusulkan agar pihak yayasan nurul fikri terlebih dahulu mencari tahu unsur keberhasilan
seorang kepala sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari model pengukuran kinerja
seorang pemimpin baik melalui internet atau bertanya kepada Diknas. Setelah diketahui unsur
penilaiannya dan melakukan penilaian atas kinerjanya, barulah yayasan dapat
mempertimbangkan apakah perlu mengganti pempin di SMAIT NF ataupun situasi kerja yang
saat ini berjalan.
Metode penelitian yang dilakukan oleh Fiedler pada kenyataannya tidak dapat
dikalkulasikan dengan perhitungan sederhana seperti yang kami lakukan, yaitu dengan
mencari rata-rata dan kemudian menilai rata-rata tersebut. Ditambah lagi kami tidak
melakukan uji validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel pertanyaan. Padahal
unsur tersebut sangat penting mengingat jika variabelnya saja sudah tidak valid atau tidak
reliabel, maka hasilnya bisa dipastikan tidak akan valid pula. Hal inilah yang dalam penelitian
sering diistilahkan dalam ungkapan garbage in, garbage out. Lebih jauh, kami sama sekali
tidak menggunakan metode analisis data seperti regresi, ANOVA, Factor Analysis, t-test, dan
lainnya.
14 |
DAFTAR REFERENSI
D. Quinn Mills. 2005. The Importance of Leadership (chapter 1), “leadership, How to Lead,
how to Live”. (e-book)
Robbins, Stephen P. 2011. Organizational Bihavior 14e. England: Person Education Limited.
Rowe, W. Glenn & Guerrero, L. (2011). Cases in Leadership (2nd Edition) Instructor
Review. U.K: Sage Publishing
15 |