Anda di halaman 1dari 5

DATA ANALYSIS AND DISCUSSION

Research Object Description


Objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di sektor perbankan selama periode
2012-2016 di BEI dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam target populasi. Dari 220
(dua ratus dua puluh) perusahaan perbankan yang menggeluarkan annual report di BEI
selama 2012-2016, terdapat 170 (seratus tujuh puluh) perusahaan perbankan yang memenuhi
kriteria yang ditetapkan dalam kriteria purposive sampling.
Tabel 3.3
Kriteria Populasi
No. Jumlah
Kriteria 2012 2013 2014 2015 2016
1. Perusahaan perbankan yang 44 44 44 44 44
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2012-2016
2 Perusahaan perbankan yang tidak (4) (4) (0) (0) (0)
. menyajikan laporan CG self
assessment
3 Data keuangan yang tidak (14) (12) (10) (6) (0)
menyajikan penilaian nilai wajar
Total 26 28 34 38 44
Total Sampel 26+28+34+38+44 = 170

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atas variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel
lain. Pengukuran yang digunakan adalah mean, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai
maksimum dari masing-masing variabel. Ringkasan analisis deskriptif dari variabel-variabel
penelitian tersebut disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hasil Deskriptif Variabel Penelitian Tahun 2014-2016

N Min. Max Mean Std. Deviation

PERSIS 170 -2,4265 3,4707 ,488624 ,7911184


FVPTL 170 -2,0654 2,8153 -,003053 ,7436785
FVTOCI 170 -,7526 1,0859 ,081105 ,3136014
FAMOWN 170 ,0000 1,0000 ,415681 ,3540601
FAMCONT 170 ,0000 ,4211 ,098509 ,1122926
GCG 170 1 4 1,91 ,489
Valid N (listwise) 170
Sumber: Data yang telah diolah, 2018

Analisis Model Fit


Tabel 4.2
Model fit and quality indices akhir
Model fit and quality indices Indek p-value Kriteria Keterang
s an
Average path coefficient (APC) 0,180 0,004 p<0,05 Diterima
Average R-Squared (ARS) 0,153 0,010 p<0,05 Diterima
Average Adjusted R-Squared 0,133 0,019 p<0,05 Diterima
Average Block Variance Inflation 1,168 ≤ 5 dan idealnya Diterima
Factor (AVIF) ≤ 3,3
Average Full Collonearity VIF 1,095 ≤ 5 dan idealnya Diterima
(AFVIF) ≤ 3,3
Tenenhaus GoF (GoF) 0,352 small≥0,1, medium Medium
≥0,25, large ≥0,36
Sympson’s paradox ratio (SPR) 0,750 ≥0,7 dan idealnya Diterima
=1
R-SquaredContribution Ratio(RSCR) 0,957 ≥0,9 dan idealnya= 1 Diterima
Statictical Suppression Ratio (SSR) 1,000 ≥0,7 Diterima
Nonlinear Bivariate Causality 1,000 ≥0,7 Diterima
Direction Ratio (NLBCDR)
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2018
Pengujian terhadap model struktural ini dilakukan dengan melihat R-square yang
merupakan uji goodness fit model. Hasil menunjukkan nilai R-square pada variabel kualitas
laba yang dipengaruhi oleh akuntansi nilai wajar dan family firm yaitu sebesar 0,153,
variabel kualitas laba dapat diprediksi oleh akuntansi nilai wajar dan family firm sebesar
15,3%, sementara sisanya (84,7%) dapat diprediksi oleh variabel lain yang tidak digunakan
dalam penelitian ini. Model dengan validitas prediktif harus mempunyai Q-Squared lebih
besar dari nol. Hasil model menunjukkan validitas prediktif yang baik, yaitu Kualitas Laba
sebesar 0,158 karena diatas nol.

Pengaruh Akuntansi Nilai Wajar dan Family firm Terhadap Kualitas Laba
Pengaruh akuntansi nilai wajar dan family firm terhadap kualitas laba dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi dengan menggunakan partial least squared (PLS) dengan
taraf signifikansi 5%.
Tabel 4.3
Hasil Uji T-Statistik Akuntansi Nilai Wajar dan Family firm Terhadap Kualitas Laba
Hubungan Antar Variabel Path Coefficients p-values
Akuntansi Nilai Wajar -----> Kualitas Laba -0,313 < 0,001
Family firm -----> Kualitas Laba 0,181 0,008
Sumber: Data yang telah diolah, 2018
Berdasarkan nilai path coefficients dan p-value, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
nilai wajar berpengaruh positif dan terbukti signifikan, sehingga hipotesis 1 (satu) dan 2 (dua)
diterima.
Akuntansi nilai wajar yang diterapkan oleh perusahaan sebagai satu implementasi dari
penerapan IFRS dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin memberikan keterbukaan
dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan bagi pengguna laporan keuangan untuk
mengetahui kemungkinan adanya upaya manajer dalam melakukan manipulasi laba yang
dapat ditunjukkan dari adanya earning persistence yang tinggi. Keterbukaan pada laporan
keuangan akibat diterapkannya prinsip akuntansi nilai wajar akan mencegah manajer untuk
lebih bertindak oportunistik, sehingga laba perusahaan menjadi lebih berkualitas. Laba yang
berkualitas merupakan laba yang mencerminkan kondisi operasional yang sesungguhnya
terjadi dalam perusahaan dapat terjadi apabila manajer perusahaan mampu untuk melakukan
transparansi dengan cara menerapkan prinsip akuntansi nilai wajar. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Paoloni et al. (2017) bahwa Akuntansi nilai
wajar berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Dengan penerapan akuntansi nilai wajar
dapat meningkatkan relvansi nilai laba yang mencerminkan laba saat ini sehingga laba
cenderung berkualitas, dan Penelitian oleh Wijanarko (2017) yang menyebutkan bahwa IFRS
dapat mempersulit tindakan manipulasi laba melalui penerapan fair value accounting.
Perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang sebagian besar kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh unsur keluarga akan melakukan tekanan-tekanan tertentu kepada pihak manajer
perusahaan untuk memenuhi harapan-harapan dari pemegang saham dari unsur keluarga.
Akibat kondisi tersebut, maka manajer akan mempermainkan laba perusahaan, sehingga laba
yang dicantumkan dalam laporan keuangan tidak mampu mencerminkan laba sesungguhnya
dari aktivitas operasional yang terjadi. Selain itu, perusahaan keluarga memungkinkan untuk
menempatkan unsur keluarga dalam jajaran direksi ataupun komisaris dalam perusahaan.
Adanya unsur keluarga dalam jajaran manajer operasional akan lebih memudahkan bagi
unsur keluarga untuk melakukan tekanan pada manajer yang bukan berasal dari unsur
keluarga untuk memenuhi harapan pemegang saham dari unsur keluarga. Adanya tekanan
yang besar dalam jajaran direksi akan semakin memudahkan bagi manajer untuk melakukan
manipulasi laba dalam menyusun laporan keuangan, sehingga laba yang dihasilkan oleh
perusahaan dalam laporan keuangan tidak mampu mencerminkan kondisi sesungguhnya dari
aktivitas operasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberadaan unsur keluarga dalam
jajaran direksi akan menimbulkan kemungkinan bagi unsur keluarga untuk memanipulasi
laba, sehingga laba yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi tidak berkualitas. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukanAnderson dan Reeb (2003)
bahwa kepemilikan keluarga juga mempengaruhi kinerja perusahaan dan kualitas laba.
Kepemilikan keluarga dianggap dapat mempengaruhi kualitas pelaporan dilihat dari
keleluasaan pemilik dalam memengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dalam
perusahaan (Fan dan Wong, 2002) dan salah satunya kebijakan dalam hal upaya manipulasi
laba. Adanya manipulasi laba dapat menurunkan kualitas laba yang dapat menyesatkan bagi
para pengguna laporan keuangan.

Pengaruh Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Dalam Hubungan Antara


Akuntansi Nilai Wajar, Family Firm dan Kualitas Laba
Pengaruh corporate governance dalam memoderasi pengaruh akuntansi nilai wajar dan
family firm terhadap kualitas laba dengan model analisis regresi menggunakan partial least
squared (PLS) dengan taraf signifikansi 5%.
Tabel 4.8
Hasil Uji T-Statistik Pengaruh Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi
dalam Hubungan antara Akuntansi Nilai Wajar dan Family firm serta Kualitas Laba
Hubungan Antar Variabel Path Coefficients p-value
Akuntansi Nilai Wajar*Corporate 0,059 0,218
Governance -> Kualitas Laba
Family Firm*Corporate Governance -> 0,167 0,013
Kualitas Laba
Sumber: Data yang telah diolah, 2018

Berdasarkan hasil pada tabel 4.8, maka dapat disimpulkan nilai path coefficients dan p-
value, dapat disimpulkan bahwa interaksi corporate governance dan akuntansi nilai wajar
berpengaruh negatif namun tidak terbukti signifikan, sehingga hipotesis 3 (tiga) ditolak.
Interaksi corporate governance dan family firm berpengaruh negatif dan terbukti signifikan,
sehingga hipotesis 4 (empat) diterima.
Corporate governance sebagai satu panduan dalam tata kelola perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan transparansi pada laporan keuangan, sehingga laporan keuangan dapat
menunjukkan kondisi sesungguhnya dari aktivitas operasional yang telah dijalankan. Akan
tetapi, penerapan corporate governance yang dijalankan oleh perusahaan cenderung untuk
memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Bank
Indonesia, sehingga belum ada kesadaran penuh dari perusahaan perbankan untuk
menerapkan tata kelola perusahaan secara baik. Kondisi ini memberikan dampak belum
maksimalnya penerapan corporate governance untuk meningkatkan penerapan prinsip
akuntansi nilai wajar guna meningkatkan transparansi dalam laporan keuangan perusahaan.
Tidak maksimalnya pelaksanaan corporate governance dalam perusahaan akan
mengakibatkan dukungan terhadap upaya manajer untuk melakukan akuntansi nilai wajar
menjadi berkurang, sehingga upaya-upaya untuk memperlemah praktik oportunistik tidak
memberikan dampak yang berarti. Hal ini akan memberikan dampak terhadap belum
maksimalnya penerapan akuntansi nilai wajar dalam memperlemah persistensi laba pada saat
corporate governance belum berjalan secara baik. Implikasi yang timbul dari adanya GCG di
perusahaan akan mempengaruhi hubungan manipulasi laba dan kualitas laba (Oktaviani, Nur,
dan Ratnawati, 2016). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
olehPartami, Sinarwati, dan Darmawan (2015) yang menemukan bukti bahwa variabel GCG
kesuluruhan tidak berpengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh manipulasi laba
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Katmon dan Al Farooque (2017) juga
menunjukkan bahwa variabel corporate governance tidak signifikan dalam memoderasi
hubungan manipulasi laba terhadap laba perusahaan.
Penerapan corporate governance dapat memperlemah upaya pemilik saham dari unsur
keluarga untuk menempatkan unsur keluarga dalam jajaran direksi ataupun komisaris dalam
perusahaan. Adanya unsur keluarga dalam jajaran manajer operasional akan lebih
memudahkan bagi unsur keluarga untuk melakukan tekanan pada manajer yang bukan
berasal dari unsur keluarga untuk memenuhi harapan pemegang saham dari unsur keluarga.
Adanya penerapan corporate governance untuk memperlemah dan membatasi kemungkinan
praktik manipulasi yang dilakukan oleh manajer akan memberikan dampak pada semakin
rendahnya kemungkinan manajer dari unsur keluarga untuk ikut serta dalam melakukan
praktik manipulasi laba yang akan berdampak pada semakin persistennya laba yang disajikan
perusahaan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan olehTabalujan (2002), yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga cenderung
untuk memaksimalkan laba perusahaan dan meminimalkan kewajiban pribadinya, sehingga
dengan adanya aspek tata kelola perusahaan di Indonesia dapat meminimalisir dan mencegah
perilaku manajemen dengan adanya pemisahan entitas hukum yang terpisah dari pemegang
saham, keberadaan dewan direksi dan komisaris harus mengacu kepada akuntabilitas tata
kelola perusahaan. Chi et al. (2015) pun menyatakan perusahaan keluarga cenderung terlibat
dalam memanipulasi laba perusahaan dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga,
penelitian Fan dan Wong (2002) menemukan bukti bahwa perusahaan keluarga melaporkan
laba dengan kualitas yang lebih rendah. Pada penelitian Chi et al. (2015) memberikan bukti
bahwa dengan adanya independensi dewan perusahaan dalam aspek tata kelola perusahaan
merupakan faktor penting untuk mengurangi sifat opportunis yang dilakukan manajemen dari
perusahaan keluarga sehinga dengan berkurangnya tindakan opportunis manajemen dalam
memanipulasi laba, kualitas laba yang dilaporkan akan meningkat dan keandalan informasi
dari aspek tata kelola perusahaan terpenuhi.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Akuntansi nilai wajar berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba. akuntansi
nilai wajar merupakan sebuah aturan yang dapat membatasi perilaku manajer dalam
melakukan manipulasi laba. Akuntansi nilai wajar dapat membatasi kemungkinan terjadinya
fluktuasi laba akibat adanya upaya manajer untuk memanfaatkan celah atau kemungkinan
untuk melakukan manipulasi laba.
Family firm berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba. perusahaan
perbankan yang di dominasi oleh kepemilikan keluarga yang tinggi memungkinkan
terjadinya praktek kecurangan yang dilakukan manajemen dengan memanipulasi laba,
sehingga berdampak pada laba yang semakin persisten yang mengakibatkan laba semakin
tidak berkualitas akibat adanya fluktuasi yang tinggi pada laba yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Corporate governance tidak mampu memperkuat pengaruh akuntansi nilai wajar
terhadap kualitas laba. Penerapan corporate governance yang dijalankan oleh perusahaan
cenderung hanya untuk memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
sehingga belum ada kesadaran penuh dari perusahaan perbankan untuk menerapkan tata
kelola perusahaan secara baik.
Corporate governance mampu memperlemah pengaruh family firm terhadap kualitas
laba. Penerapan corporate governance mampu mencegah adanya perusahaan keluarga sebagai
perusahaan yang sebagian besar kepemilikan sahamnya dimiliki oleh unsur keluarga. Adanya
kewajiban bagi tiap perusahaan perbankan untuk menerapkan corporate governance dalam
tata kelola perusahaan mengakibatkan praktik manipulasi laba yang dilakukan oleh manajer
dapat dibatasi. Hal ini akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas laba yang disajikan
dalam laporan keuangan perusahaan.

Saran
Saran yang perlu dipertimbangkan untuk penelitian berikutnya adalah terkait sampel
yang lebih beragam, tidak hanya dari perusahaan sektor perbankan saja tetapi menyertakan
sektor-sektor yang lainnya dan mengidentifikasi proksi lain sebagai ukuran dari kualitas laba
seperti, value relevance dan konservatisme.

DAFTAR REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai