Anda di halaman 1dari 14

EFFECTS OF CLINICAL PILATES EXERCISES ON PATIENTS DEVELOPING LYMPHEDEMA AFTER

Judul
BREAST CANCER TREATMENT: A RANDOMIZED CLINICAL TRIAL

Jurnal Journal Breast Health

Volume & Halaman Volume 13, Hal. 16-22

Tahun 2017

Penulis Hülya Özlem Şener, Mehtap Malkoç, Gülbin Ergin, Didem Karadibak, Tuğba Yavuzşen

Reviewer I Made Dhita Prianthara (1802631033)

Tanggal 25 Februari 2019

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek klinis latihan Pilates dengan latihan standar
lymphedema pada perkembangan lymphedema setelah pengobatan kanker payudara.
Semua peserta dalam penelitian ini dievaluasi di Dokuz Eylül University School of Physical Therapy and
Rehabilitation. Peserta berjumlah 60 orang yang dibagi kedalam 2 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 30
Subjek Penelitian orang. Sampel dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok Pilates dan kelompok kontrol. Pasien diminta
untuk memilih dua kartu yang berwarna merah atau biru dan kemudian pasien dimasukkan kedalam group
berdasarkan warna yang mereka pilih. Warna merah untuk kelompok Pilates sedangkan warna biru untuk
kelompok kontrol.
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah
1. Kriteria Inklusi:
- Adanya mild, moderate, atau severe lmfedema pada ekstremitas setelah menjalani perawatan kanker
payudara.
- Berusia diatas 18 tahun
2. Kriteria Eksklusi:
- Adanya kanker payudara metastatic
- Adanya diagnosis gagal jantung berat dan atau aritmia
- Adanya infeksi pada anggota tubuh yang terkena
- Adanya gangguan psikologis berat
- Adanya nyeri berat yang tidak diketahui penyebabnya pada regio axilla
- Adanya gangguan musculoskeletal pada ekstremitas atas sebelum pengobatan kanker payudara.
- Adanya masalah kesehatan lain yang mencegah pasien untuk berpartisipasi dalam program ini.
Metode Penelitian Randomized Clinical Trial

Perkembangan limfedema pada pasien breast cancer merupakan akumulasi cairan interstisial kaya protein
Definisi Operasional Variabel dalam kulit dan jaringan subkutan yang terjadi sebagai akibat dari disfungsi limfatik. Pada pasien dengan breast
Dependen cancer post operatif radioterapi pada umumnya terjadi kerusakan pada nodus limfatik axillary yang dapat
menyebabkan berkembangnya limfedema.
1. Jamar hand dynamometer
Cara & Alat Mengukur Variabel
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur kekuatan genggaman (grip strength). Pengukuran dilakukan
Dependen berturut-turut diulang tiga kali ketika pasien dalam posisi berdiri, dengan lengan dekat dengan tubuh dan
siku ditekuk pada 90 derajat. skor tertinggi dari ketiga pengukuran ini dicatat.
2. Upper limb circumference
Upper limb circumference diukur dengan menggunakan meteran yang dimulai dari bagian proksimal dari
lipatan kuku pada jari tengah sampai ketiak dengan interval 5 cm dengan pasien diposisikan terlentang.
3. Upper extremity range of motion
Upper extremity range of motion dilakukan dengan menggunakan goniometer. Fleksi, abduksi, dan internal
dan eksternal rotasi sendi bahu diukur ketika pasien dalam posisi terlentang.
4. Social Appearance Anxiety
Kecemasan Penampilan Sosial dinilai menggunakan Skala Kecemasan Penampilan Sosial (SAA). Skala ini
dikembangkan sebagai skala laporan diri untuk mengukur kecemasan kognitif, perilaku dan emosi pasien.
5. The European Organization for Research and Treatment Quality of Life Questionnaire – Breast Cancer
Module (EORTC QLQ-BR23)
Quessioner ini dikembangkan untuk menilai kualitas kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh pasien
dengan kanker payudara. Pengukuran ini adalah skala likert 4 poin mulai dari 1 (tidak sama sekali) hingga 4
(sangat banyak). Total skor tertinggi yang diperoleh dari kuesioner QLQ-BR 23 yang dianalisis
menunjukkan kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari, aktivitas fungsional, dan penurunan
kualitas hidup.
6. Kuesioner Dash 30-Item
Untuk menilai tingkat fungsional anggota tubuh atas, kuesioner DASH 30-item diberikan. Pengukuran
dibandingkan setelah semua item diberi skor mulai dari 0 (tidak ada cacat) hingga 100 (cacat paling parah).
Skor yang lebih rendah menunjukkan peningkatan status fungsional.
1. Pilates exercise program
sebelum memulai program latihan Pilates, pasien dilatih dengan latihan pilates dasar dan postur. Latihan
dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 5-8 orang 3 kali seminggu selama 8 minggu. Selama
pelatihan, pasien diajari bagaimana menciptakan stabilitas lumbopelvic (core stabilization), yang
merupakan dasar untuk latihan Pilates, stabilisasi tulang belakang dan teknik postur yang tepat. Setiap
pasien diajarkan cara membuat stabilisasi lumbar dan tulang belakang pada posisi tengkurap, terlentang,
dan berbaring dengan menggunakan stabilizer.
Adapun beberapa latihan pilates yang diberikan pada penelitian ini adalah
a. Roll Down: metode PNF upper extremity, Dumb Waiter, Cleopatra, Toy Soldier, Chester stretch,
Definisi Operasional Variabel and swinging exercises pada posisi berdiri.
Independen b. Spine stretch, the Saw, Mermaid, and oblique roll up exercises pada posisi duduk.
c. Abdominal preparation, Hundreds, one-leg stretch, double-leg stretch, scissors, shoulder bridge, and
hip twist exercises pada posisi terlentang.
d. Clam, arm openings, sidekick, lift lower, and leg lift exercises pada posisi side-lying.
e. Swan Dive, one-leg kick, and swimming exercises pada posisi tengkurap.
Setelah empat minggu, program latihan ini dilanjutkan dengan menambahkan latihan karet gelang
elastis. Melalui latihan yang dilakukan dengan berkonsentrasi pada stabilisasi tulang belakang, ductus
thoracicus distimulasi dan aliran limfatik diinduksi melalui kontraksi otot yang terus-menerus di wilayah
ini di mana kelenjar getah bening terasa intens. Dengan menambahkan gerakan tangan-lengan-bahu di
semua posisi dan aktivitas pemompaan (membuka dan menutup jari), itu bertujuan untuk mempercepat
aliran limfatik. Pasien dalam kelompok latihan Pilates, yang diawasi oleh fisioterapis, juga diminta
untuk mempraktikkan home program setiap hari yang meliputi manual lymphatic drainage training, wall
extension, dan Wand exercises yang digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas bahu dan pelatihan
perawatan kulit.
2. Lumbopelvic Stability (Core Stabilization)
Pasien diajari cara memproteksi stabilisasi inti sambil melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dan
mereka direkomendasikan untuk mempertahankan program latihan di rumah. Mereka juga diajari cara
melakukan manual lymphatic drainage termasuk dalam metode terapi dekongestif kompleks, perawatan
kulit, dan latihan bahu, dan diperintahkan untuk melakukan latihan setiap hari. Untuk meningkatkan
fungsi bahu mereka dan untuk mengurangi keterbatasan sendi, para peserta diajarkan wall extension and
Wand exercises, head and neck exercises, dan latihan untuk meningkatkan stabilitas bahu. Selain itu
mereka direkomendasikan untuk melakukan pumping activities dan breathing exercises. Para peserta
diberi brosur yang menggambarkan latihan-latihan ini dan direkomendasikan untuk mengulangi latihan
ini setidaknya 10 kali. Mereka juga disarankan untuk memperhatikan perawatan kulit dan berjalan 1 jam
setiap hari. Para peserta ditindaklanjuti melalui panggilan telepon.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
1. Peneliti melakukan perekrutan peserta yang mempunyai riwayat kanker payudara dengan lmfedema.

Langkah–langkah Penelitian 2. Peserta selanjutnya dinilai secara layak berjumlah 60 orang kemuadian disaring kembali dengan
menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
3. Setelah didapatkan peserta sebanyak 60 orang kemudian dilakukan randomisasi dengan menggunakan
kartu berwarna merah dan biru untuk memasukkan peserta kedalam masing-masing kelompok. Pasien
diminta untuk memilih dua kartu yang berwarna merah atau biru dan kemudian pasien dimasukkan
kedalam group berdasarkan warna yang mereka pilih. Warna merah untuk kelompok Pilates sedangkan
warna biru untuk kelompok kontrol.
4. Jumlah peserta pada kelompok Pilates sebanyak 30 orang dan pada kelompok kontrol memiliki jumlah
peserta yang sama yaitu 30 orang.
5. Pada awal studi ini dimulai, kelompok Pilates memiliki jumlah peserta sebanyak 32 orang namun 2
orang dikeluarkan dari penelitian ini oleh karena menderita liver metastasis dan 1 orang tidak
melanjutkan treatmen yang diberikan pada penelitian ini.
6. Kelompok Pilates diberikan latihan pilates dan core stabilization sedangkan pada kelompok control
diberikan standard lymphedema exercise. Penelitian dilakukanselama 8 minggu.
7. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan software statistik SPSS versi 16.0. uji
independent samples t test digunakan untuk menguji perbandingan pada kedua kelompok. Sedangkan
untuk menguji pre dan post intragroup dilakukan dengan menggunakan dependent sample t test. Selain
itu, untuk analisis hasil survei yang dihitung pada periode dan tingkat tertentu, uji Wilcoxon digunakan,
yang merupakan mitra non-parametrik dari uji-t. Nilai p <0,05 dianggap signifikan secara statistik.
1. Karakteristik demografi sebelum treatment pasien adalah sama pada kedua kelompok dan tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik.

Hasil Penelitian 2. Ketika pasien dibandingkan untuk menentukan berapa lama kemudian mereka terkena limfedema
setelah selesainya pengobatan (operasi, radioterapi, kemoterapi) dilaksanakan setelah diagnosis kanker
payudara, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik ditentukan di antara mereka (p> 0,05).
Kelompok-kelompok itu sama dalam hal durasi pengembangan limfedema.
3. Dari pasien dalam perawatan yang berbeda, 66,7% dari kelompok latihan Pilates klinis dan 43,3% dari
kelompok kontrol menerima terapi dekongestif kompleks

1. Ketika kedua kelompok dibandingkan dalam hal skor sebelum dan sesudah perawatan untuk nyeri di
lengan limfedematosa; keparahan limfedema; grip strength; shoulder range of motion; and disabilities of
the arm, shoulder and hand (DASH); kualitas hidup dengan kanker payudara (QLQ-BR23); dan social
appearance anxiety (SAA), meskipun ada peningkatan yang signifikan dalam semua aspek dalam
kelompok latihan Pilates (p <0,05), kelompok kontrol tidak memiliki peningkatan kekuatan
cengkeraman, fleksi bahu, dan sudut rotasi eksternal (p> 0,05)
1. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas latihan Pilates klinis dalam
mengurangi keparahan lymphedema. Pembengkakan yang disebabkan oleh lymphedema bahkan tidak
sampai ke ekstremitas. Oleh karena itu, pengukuran limfedema harus dilakukan dari distal ke proksimal
pada interval yang sering. Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan secara bilateral di ekstremitas
atas dengan interval 5 cm mulai dari akar kuku jari tengah hingga ke aksila. Efektivitas pengobatan
dinilai dengan mengukur tingkat keparahan edema pada awal dan akhir pengobatan. Ketika kedua
kelompok dibandingkan dalam hal pengurangan keparahan edema sejalan dengan data yang terkait
dengan pengukuran ekstremitas atas, latihan Pilates ditemukan lebih efektif daripada latihan standar.
Perbandingan statistik menunjukkan bahwa pengukuran masing-masing daerah ekstremitas atas pada
kelompok Pilates lebih signifikan daripada pada kelompok kontrol (p <0,05)

1. Namun, ketika kedua kelompok dibandingkan dalam hal pengurangan keparahan limfedema setelah
pengobatan, ada penurunan yang signifikan di semua daerah kecuali daerah aksila (p <0,05), yang
mendukung fakta bahwa keparahan limfedema lebih menurun pada pasien dalam kelompok Pilates.
1. Limfedema setelah perawatan kanker payudara disebabkan oleh peradangan, infeksi, dan gangguan
sistem limfatik akibat radiasi fibrosis jaringan lunak, yang mengganggu fungsi ekstremitas atas pasien
(34, 35). Semua pasien yang termasuk dalam penelitian ini menjalani operasi. Sembilan puluh enam
Pembahasan persen pasien menjalani terapi radio-kemo-medis dan / atau terapi hormon. Durasi pengembangan
limfedema di antara mereka dekat dengan masing-masing pasien.
2. Schmitz et al. berpendapat bahwa latihan olahraga meningkatkan kapasitas sistem otot dan
kardiovaskular dengan memuat stres fisiologis yang terkontrol ke dalam tubuh, dan dapat meningkatkan
jaminan seperti pada sistem arteri, yang dengan demikian akan memfasilitasi aliran limfatik pada pasien
dengan limfedema.
3. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki lymphedema setelah perawatan kanker payudara
melaporkan bahwa aktivitas fisik umumnya berkontribusi pada kualitas hidup pasien dan status
emosional yang sangat positif. Namun, mereka juga melaporkan bahwa meningkatkan keragaman
aktivitas fisik sangat penting karena hal ini dapat menciptakan opsi latihan alternatif dalam pengobatan
limfedema. Telah dilaporkan bahwa model latihan yang berbeda, latihan kelompok, latihan berorientasi
aktivitas sosial, dan pelatihan Pilates mungkin berguna pada pasien dengan lymphedema.
4. Dalam penelitian ini, yang dilakukan untuk menyelidiki efek dari latihan Pilates sebagai pilihan
pengobatan pada pasien limfedema setelah perawatan kanker payudara dengan latihan kelompok,
kesadaran mereka terhadap tubuh mereka sendiri meningkat setelah mereka belajar bagaimana untuk
mengendalikan tubuh mereka secara umum, dan kualitas hidup mereka meningkat. Selain itu, keparahan
limfedema menurun karena peningkatan fungsionalitas dan penyatuan pikiran dan tubuh yang konstan
melalui stabilitas tubuh. Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh oleh pasien dalam kelompok latihan
Pilates klinis dibandingkan dengan yang diperoleh oleh kelompok kontrol, yang melakukan latihan
lymphedema standar, dan ditentukan bahwa latihan Pilates lebih efektif daripada latihan lymphedema
standar di semua parameter yang diteliti.
5. Efek ini dihasilkan dari fakta bahwa stabilisasi tulang belakang, yang merupakan dasar dari latihan
Pilates, dapat dipertahankan dalam semua aktivitas kehidupan sehari-hari. Dianggap bahwa stabilisasi
tulang belakang berkontribusi pada kontraksi kontinyu otot-otot tubuh dan diafragma, dan dengan
demikian merangsang ductus thoracicus dan kelenjar getah bening perut pada pasien dengan
lymphedema, yang memfasilitasi aliran limfatik, dan bertindak sebagai pompa yang mempercepat aliran
getah bening. ketika dikombinasikan dengan latihan tungkai.
6. Selain itu, kesadaran pasien dan penyatuan pikiran dan tubuh meningkat, dan melalui latihan otot yang
terisolasi, mereka diajari bahwa mereka sendiri dapat mengendalikan otot mereka. Sejalan dengan
restrukturisasi kognitif ini, stabilisasi trunk ini mempertahankan efeknya pada semua gerakan tubuh, dan
pasien yang belajar bagaimana memperbaiki gerakan yang tidak tepat selama latihan mengembangkan
persepsi positif tentang pemulihan. Hasil survei yang diperoleh setelah perawatan juga mendukung
pandangan ini. Hasilnya menunjukkan bahwa kemandirian fungsional dan kualitas hidup meningkat.
1. Penelitian ini menjelaskan secara rinci prosedur pengukuran dari awal hingga akhir.
2. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini cukup untuk mewakilkan populasi.
3. Prosedur penelitian dijelaskan secara rinci.
Kekuatan Penelitian 4. Prosedur latihan dijelaskan dengan lengkap pada penelitian ini.
5. Analisis statistik yang digunakan dijelaskan secara lengkap.
6. Penelitian ini menggunakan banyak alat ukur sehingga kita bisa mengetahui efek latihan yang dihasilkan
dari berbagai aspek.
1. Validity dan reability dari alat ukur tidak dijabarkan secara rinci.
2. Tidak adanya pengukuran awal untuk menentukan tingkat limfedema pada pasien sehingga dapat
menambah bias pada penelitian.
Kelemahan Penelitian
3. Tidak dijelaskan pasien dalam penelitian ini berasal dari mana.
4. Pengukuran pada kelompok kontrol dilakukan menggunakan telepon sedangkan pada kelompok pilates
tidak.
Kesimpulan Latihan Pilates lebih efektif pada gejala pasien dengan lymphedema daripada latihan lymphedema standar.

Anda mungkin juga menyukai