Anda di halaman 1dari 56

PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Perencanaan Bangunan Lepas Pantai merupakan salah satu bidang ilmu


rekayasa yan dimanfaatkan sebagai tugas rekayasa yang wajib dibuat oleh seluruh
mahasiswa program studi Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin sebagai salah satu
syarat mendapatkan gelar sarjana Teknik.
Kecenderungan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Bangunan Lepas
Pantai adalah proses perancangan struktur yang banyak diformulasikan dalam
prosedur yang logis, yakni keputusan dalam penetapan variabel-variabel perancangan
(material, konfigurasi, pengaturan tataruang, susunan kontruksi) tetap dalam control
perancang. Sehubungan dengan itu, variasi target perancangan yang dicapai telah
bertambah yang bila di masa lalu berat struktur dan biaya awal adalah merupakan
faktor yang perlu dipikirkan maka target baru telah mulai ditinjau yakni mengenai factor
ketepatan dalam hal fungsi stuktur (functionality) sampai pada factor kemudahan
dalam pembongkaran kembali struktur (Disposability).
Meningkatnya kebutuhan penduduk akan minyak dan gas mendorong
berkembangnya industri-industri pengeboran minyak di seluruh dunia. Dan
patut disadari bahwa, ketersediaan minyak dan gas sangat terbatas, selain itu
berkembang pula berbagai usaha penelitian dan pencarian ladang-ladang minyak dan
gas yang akhir-akhir ini cenderung pada daerah lepas pantai. Hal ini menimbulkan
perkembangan di bidang konstruksi bangunan lepas pantai.
Dibandingkan dengan konstruksi sipil dan bangunan kapal, teknologi konstruksi
bangunan lepas pantai merupakan suatu bidang rekayasa yang relative muda.
Perbedaan itu meliputi beberapa pertimbangan khususya itu dalam hal transportasi
struktur kelokasi, pelaksanaan instalasi dan kemampuan struktur dalam menahan
beban lingkungan selama waktu pengoperasian. Umumnya biaya fabrikasi dan
pengoperasian bangunan lepas pantai sekitar 5 sampai 10 kali lebih besar dibanding
dengan bangunan darat pada umumnya. Namun hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain letak lading minyak gas itu sendiri, kedalaman laut daerah operasi,
dan jarak daerah operasi dari daratan.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Dewasa ini masing-masing negara di dunia bersaing dalam mengembangkan


teknologi bangunan lepas pantai dan industry perminyakan dan gas untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri atau untuk diekspor ke negara lain. Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama yang baik antara institusi pendidikan/ilmiah dengan berbagai
industri perminyakan dan gas beserta dukungan yang kontinu dari pemerintahan
setempat.

I.2. Maksud Dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka direncanakan suatu bangunan lepas


pantai. Pada perencanaan ini akan direncanakan tipe Fixed Offshore Platform dengan
produksi rata-rata 94000 BOPD untuk lokasi Perairan Makassar dengan kedalaman
113.5 feet.
Dalam perencanaan ini akan dianalisis :
a. Berat dan luasan geladak dari struktur.
b. Jumlah dan dimensi tiang pancang yang akan digunakan.
c. Jenis material serta pola perangkaan yang akan digunakan pada struktur.
d. Dimensi jacket.
e. Beban lingkungan yang bekerja pada struktur.

I.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada perencanaan ini adalah :


a. Arah gelombang yang datang searah dengan sumbu global struktur (sumbu x).
b. Arah angin dominan adalah searah dengan sumbu global sruktur (sumbu x).
c. Keadaan permukaan pada seabed adalah merata.
d. Gaya yang bekerja pada struktur dianggap sebagai beban terbagi merata.

I.4. Manfaat

a. Memberikan wawasan dan pengalaman tentang bagaimana mendesain sebuah


struktur tipe Fixed Offshore Platform yang memenuhi kaidah-kaidah struktur yang
berlaku.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

b. Sebagai sarana latihan (exercise) bagi mahasiswa dalam merancang suatu


struktur BLP.
c. Laporan hasil perencanaan BLP ini diharapkan bisa menjadi referensi alternative
bagi mahasiswa yang akan mengerjakan tugas perencanaan BLP di masa-masa
mendatang.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB II
PRARANCANGAN

II.1. LANDASAN TEORI

Perancangan merupakan pemikiran dasar yang menyangkut proses identifikasi


sejumlah kriteria yang berkaitan dengan kemampuan produksi, kinerja dan keamanan
serta keseimbangan antara pemenuhan berbagai target. Perancangan struktur
anjungan lepas pantai merupakan pemikiran dasar untuk mengambil keputusan
dalam memilih tata letak, geometri, bahan dan ukuran struktur yang layak. Pendekatan
yang diterapkan dalam prosedur perancangan menggunakan “spiral perancangan”.

Langkah paling awal dalam konsep perancangan adalah penentuan target. Target-
target perancangan yang mendifinisikan kemampuan struktrur untuk memenuhi tujuan
operasinya diantaranya adalah : functionality (kemampuan difungsikannya struktur),
habitability (nilai mutu dari struktur dalam memberikan kenyamanan), reliability (nilai
keandalan struktur), availability (nilai yang proporsi dari struktur untuk keseluruhan
umur operasional), safety (kemampuan struktur untuk tetap selamat selama
pengoperasian)dan damage tolerance ( kemampuan struktur untuk selamat dari
tingkatan kerusakan yang ekstrim pada suatu periode tertentu).

Sedangkan terget-target yang mendefinisikan nilai ekonomis struktur adalah :


producibility (kemudahan dalam membangun, mereparasi dan meletakkan struktur di
lokasi operasional), inspectability (kemudahan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap struktur), maintainability (kemudahan untuk merawat struktur), disposability
(kemudahan untuk membongkar struktur), cost (biaya pembangunan dan selama
pengoperasian struktur) dan weight (berat struktur yang berpengaruh pada biaya
pembelian material). Dimana target-target di atas saling berkaitan satu dengan
lainnya.

Ada beberapa faktor dasar yang mempengaruhi konsep sebuah perancangan


struktur khususnya struktur bangunan lepas pantai, yaitu :

a. Riset lapangan, peramalan permintaan


b. Analisa kecenderungan pasar

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

c. Perkembangan teknologi metode-metode perancangan


Perubahan-perubahan peraturan yang berlaku:

a. Inovasi baru
b. Perkembangan teknologi material dan fabrikasi
c. Perubahan dalam pendanaan oleh pemerintah dan dukungan terhadap
industri
Kriteria yang terpenting dalam perancangan konstruksi bangunan lepas pantai
adalah harus dapat menahan beban vertikal sebagai akibat dari beban fungsional.,
berat struktur dan fasilitas pendukung lainnya, serta dapat menahan beban horizontal
sebagai akibat dari beban lingkungan. Selain itu pula sebuah konstruksi bangunan
lepas pantai harus memiliki sifat tahan terhadap beban statis dan beban dinamis serta
tahan terhadap kelelahan. Adapun prosedur perancangan bangunan lepas pantai
adalah sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi dan karakteristik lingkungan dalam besaran-besaran angka


2. Pemilihan konfigurasi struktur (geometri, bahan struktur dan ukuran awal)
3. Analisa respon struktur terhadap gaya-gaya yang bekerja untuk memeriksa
unjuk kerja struktur terhadap kondisi kerjanya
4. Telah dan evaluasi akhir terhadap struktur yang direncanakan hingga
diperoleh besaran-besaran respons (tegangan, lendutan, frekuensi natural
dan sebagainya) dalam batas-batas yang diizinkan oleh peraturan yang ada.
Perancangan struktur khususnya struktur bangunan lepas pantai dewasa ini lebih
diarahkan pada efektifitas biaya baik pada saat pembangunan maupun selama umur
pengoperasiannya. Begitu pula dengan keselamatan kerja dan konstruksi yang ramah
lingkungan mendapatkan perhatian yang serius akhir-akhir ini.

II.2. Penentuan Lokasi Geografis dan Karakteristik Lingkungan


A. Lokasi Geografis
Banyaknya kandungan minyak maupun gas pada suatu lokasi merupakan
alasan utama dibangunnya konstruksi pengeboran khususnya bangunan lepas
pantai. Penentuan letak struktur tentunya dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi
setempat yang nantinya merupakan hal penting dalam pemilihan jenis konstruksi,
pondasi yang sesuai, jumlah sumur yang dibutuhkan untuk pengeboran dan juga

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

penentuan metode pengangkutan konstruksi ke lokasi dan pengangkutan minyak


maupun gas itu sendiri menuju tempat pemasaran atau pendistribusian. Untuk
mengetahui kondisi minyak maupun gas dalam tanah dapat dilihat dalam peta
cekungan minyak bumi, tentunya dengan mengadakan tinjauan lokasi lebih
lanjut.

Lokasi yang mengandung minyak maupun gas belum tentu layak untuk
dieksploitasi, kaitannya dengan perkiraan ekonomis terhadap pembangunan
konstruksi bangunan lepas pantai. Perkiraaan ekonomis tersebut harus tepat
mengingat mahalnya biaya konstruksi sebuah struktur bangunan lepas pantai.
Dalam hal ini besar jumlah kandungan minyak maupun gas pada suatu lokasi
sangat menentukan layak tidaknya untuk dieksploitasi.

B. Penentuan Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan yang dimaksud adalah kondisi lingkungan yang


timbul di mana struktur bangunan lepas pantai itu akan dioperasikan. Kondisi
lingkungan itu diperoleh pada saat tinjauan lokasi dan dilakukan secara berkala
untuk mendapatkan data atau informasi yang lebih akurat. Data-data tersebut
mewakili gejala alam yang mungkin timbul selama pengoperasian bangunan
lepas pantai dalam bentuk angka. Kondisi lingkungan di mana struktur bangunan
lepas pantai akan dioperasikan harus dibedakan dalam dua kategori, yaitu
kondisi lingkungan normal atau kondisi yang diperkirakan sering terjadi dan
kondisi lingkungan ekstrim atau kondisi yang jarang terulang.

Salah satu data kondisi lingkungan yang utama adalah kedalaman perairan.
Dalam banyak hal data ini merupakan tolak ukur berbagai persyaratan yang
harus dipenuhi dalam penentuan konfigurasi struktur bangunan lepas pantai.
Muka air pasang dan muka air surut juga merupakan parameter penting yang
mempengaruhi kedalaman perairan.

Berikut ini adalah bagian dari gejala alam yang juga merupakan beban
lingkungan yang dialami struktur bangunan lepas pantai di lokasi tempat
pengoperasian :

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

1. Gelombang
Gelombang merupakan sumber utama dari beban lingkungan yang diderita
oleh anjungan lepas pantai. Dalam perancangan konstruksi bangunan lepas
pantai, karakteristik gelombang yang digunakan adalah pada kondisi lingkungan
normal untuk menentukan parameter gelombang rata-rata dan kondisi
lingkungan ekstrim yang diperkirakan terjadi periode perulangan dalam waktu
100 tahun. Parameter-parameter yang diperoleh dari gelombang adalah tinggi
gelombang, periode gelombang, panjang gelombang dan elevasi puncak
gelombang serta parameter lain yang mendukung.

2. Angin
Parameter angin paling utama adalah kecepatan angin. Data angin yang
diperoleh harus disesuaikan dengan kecepatan angin pada ketinggian standart
(ketinggian acuan/referensi)yaitu 10 m atau 33 ft diatas permukaan air rata-rata
dengan interval waktu yang ditentukan. Terdapat dua tipe kecepatan angin yaitu
gust (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu kurang dari satu menit) dan
sustained (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu satu menit atau lebih).
Namun penting pula diperhatikan adalah frekuensi dan lama berlangsungnya
kecepatan angin di lokasi.

3. Arus
Seperti halnya angin, parameter paling utama dari arus adalah
kecepatannya. Selain itu juga, arah terpaan arus juga merupakan variabel
penting yang berguna untuk perencanaan pengoperasian anjungan lepas pantai.
Perhitungan arus memiliki banyak pengaruh terhadap penentuan letak dan arah
kedudukan sandaran kapal serta gaya dinamis yang diderita anjungan lepas
pantai.

II.3. Pemilihan Konfigurasi Struktur (Geometri, Bahan Struktur dan Ukuran


Awal)
A. Pemilihan Konstruksi :
Berdasarkan konstruksinya, bangunan lepas pantai dibedakan atas tiga jenis,
yaitu

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

1. Struktur Terpancang; seperti Jacket Steel Platform, Grafity Platform


Platform ini dibangun di atas kaki baja (jacket leg) atau beton, atau
keduanya, tertanam langsung ke dasar laut, menopang bangunan atas
(dek/topside) dengan ruang untuk rig pengeboran, fasilitas produksi dan tempat
tinggal pekerja. Platform tersebut, berdasarkan kekakuannya, dirancang untuk
penggunaan waktu yang sangat panjang (hingga 50 tahun). Dapat dilihat pada
gambar 2.1 dan gambar 2.2 dibawah ini :

Gambar 2.1 Gravity Platform Gambar 2.2 Jacket Steel Platform

2. Struktur Terapung; seperti Semi Submersible, Jack Up, Drill Ship


Semi Submersible Platform memiliki lambung (kolom dan ponton) apung
yang cukup membuat struktur untuk mengapung (seperti kapal), tetapi juga
cukup berat untuk menjaga struktur tetap tegak dan stabil. Semi-submersible
platform dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, dapat dinaikkan
atau diturunkan dengan mengubah jumlah air di tangki apung. Sedangkan Jack-
up Drilling Unit yang dapat berpindah (atau biasa disebut jack-up), seperti
namanya, adalah rig yang bisa didongkrak di atas laut dengan menggunakan
kaki-kaki yang dapat diturunkan, seperti jack. Platform ini biasanya digunakan
di kedalaman air hingga 400 kaki (120 m), meskipun beberapa desain bisa
digunakan pada kedalaman 550 ft (170 m). Platform ini dirancang untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan kemudian menancapkan dirinya

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

dengan mengerahkan kaki ke dasar laut menggunakan roda gigi (gearbox) di


setiap kaki. Dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.3 Semi Submersible Gambar 2.4 Jack Up Platform

3. Struktur Lentur; seperti Tension Leg Platform, Guyed Tower


TLP adalah platform mengambang yang ditambatkan ke dasar laut untuk
menghilangkan gerakan yang paling vertikal pada struktur. TLP digunakan di
kedalaman air hingga sekitar 6.000 kaki (2.000 m). TLP "konvensional" adalah
desain 4-kolom yang terlihat mirip dengan semisubmersible. Dapat dilihat pada
gambar 2.5 di bawah ini :

Gambar 2.5 Tension Leg Platform


FPSO (floating production, storage, dan offloading system) terdiri dari
struktur monohull besar, pada umumnya (tetapi tidak selalu) berbentuk kapal,

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

dilengkapi dengan fasilitas pengolahan minyak dan gas bumi. Platform ini
ditambat ke lokasi untuk waktu yang lama, dan tidak benar-benar mengebor
minyak atau gas. Beberapa varian dari aplikasi ini, yang disebut FSO (floating
storage offloading) atau FSU (floating storage unit), yang digunakan secara
eksklusif untuk tujuan penyimpanan, dan hanya memiliki peralatan proses yang
sangat sedikit. Dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini :

Gambar 2.6 Floating Production and Storage Offloading


Drillship adalah kapal maritim yang telah dilengkapi dengan peralatan
pengeboran. Platform ini paling sering digunakan untuk eksplorasi pengeboran
minyak baru atau sumur gas di perairan dalam, tetapi juga dapat digunakan
untuk pengeboran ilmiah. Versi awal dibangun pada lambung kapal tanker yang
dimodifikasi, namun desain yang sesuai dengan tujuannya sudah digunakan
saat ini. Drillship Kebanyakan dilengkapi dengan sistem positioning yang
dinamis (dynamic positioning) untuk mempertahankan posisi di atas sumur
yang dibor. Drillship dapat mengebor di kedalaman air hingga 12.000 ft (3.700
m). Dapat dilihat pada gambar 2.7 di bawah ini

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 10
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 2.7 Drill Ship


Struktur bangunan lepas pantai juga dapat dibedakan jenisnya berdasarkan
lama pemakaiannya, yaitu :

1. Konstruksi Permanen atau konstruksi yang dibangun untuk dioperasikan


dalam jangka waktu yang lama pada suatu lokasi kerja (biasanya 20 hingga
30 tahun) dan tidak dimaksudkan untuk dipindahkan pada lokasi kerja yang
lain.
2. Konstruksi Bergerak (Mobile Units) atau konstruksi yang dibangun untuk
dioperasikan hanya beberapa waktu saja (beberapa minggu atau beberapa
bulan), kemudian berpindah tempat untuk untuk dioperasikan di lokasi kerja
lain.
Adapun berdasarkan fungsinya, konstruksi lepas pantai dapat dikategorikan
sebagai berikut:

1. Anjungan pengeboran : Anjungan ini digunakan untuk mengebor sumur


minyak/gas, dapat berupa pengeboran awal untuk melihat struktur dan
kapasitas kandungan ataupun untuk pengeboran lanjutan sebagai
kebutuhan produksi/ekploitasi.
2. Anjungan produksi : Anjungan yang digunakan sebagai tempat untuk
memisahkan antara minyak, gas dan air.
3. Anjungan akomodasi : Anjungan yang dimanfaatkan sebagai anjungan
tempat tinggal personil atau transit.
4. Anjungan instalasi : Anjungan ini digunakan untuk membantu instalasi
anjungan lain seperi fasilitas derek.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 11
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

5. Anjungan pipe layer : Untuk pipe layer telah berkembang dari tongkang yang
sederahana hingga semi submersible yang dilengkapi dengan fasilitas las
dan pendukung yang modern.

Pemilihan konstruksi banyak didasarkan pada berbagai pertimbangan yang


telah disebutkan sebelumnya seperti halnya lokasi geografis dan karakteristik
lingkungan tempat anjungan lepas pantai akan dioperasikan.

B. Penentuan Berat dan Luasan Geladak

Terdapat empat jenis kategori berat geladak kaitannya dengan kondisi


gravitasi dari fasilitas geladak, yaitu :

1. Berat kering (Dry Wight); adalah berat fasilitas/peralatan kosong sesuai


dengan perhitungan pabrik, yang terdiri dari :
a. Peralatan utama(fasilitas untuk operasi produksi, pendukung,
pengeboran dan sumber tenaga).
b. Peralatan material tersebar/bulk (perpipaan, katup-katup, instrumentasi,
kabel listrik dan instrumen, material tahan api, dinding tahan api,
komponen struktur baja penunjang lainnya).
c. Baja struktur geladak atas (konstruksi baja untuk pondasi peralatan,
tangga dan jembatan).
2. Berat operasional (Operational Weight); adalah berat kering ditambah
dengan berat bahan-bahan yang dikonsumsi serta cairan yang terdapat
dalam bejana dan perpipaan. Besar berat operasional mencapai 1,30
hingga 1,35 dari berat kering (Pengantar Bangunan Lepas Pantai, ‘Beban
Konstruksi & Instalasi’ : 101).
3. Berat pengangkatan (Lifting Weight) atau modul-modul bangunan atas;
adalah berat yang dihitung dari berat kering ditambah berat peralatan
prosesing yaitu cadangan bagi alat angkat. Besarnya berat pengangkatan
diambil dari 5 sampai 8 % berat kering (Pengantar Bangunan Lepas Pantai,
‘Konstruksi Bangunan Lepas Pantai’ : 101).
4. Berat pengetesan (Test Weight); yaitu berat tambahan yang timbul pada
saat pengetesan peralatan, bejana atau perpipaan diatas geladak atas.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 12
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Perbedaan perhitungan berat pengetesan sekitar satu atau dua ton masih
dapat diterima dan biasanya besar berat pengetesan diasumsikan relatif
kecil sehingga dapat diabaikan.

Penentukan berat kering dan luasan dari geladak dapat ditentukan dengan
bantuan grafik hubungan jumlah produksi minyak perhari (BOPD), seperti pada
Gambar 1.1 dan 1.2 berikut keterangan tiap grafiknya (Planning and design of
fixed offshore platform : 39) :

a. Estimated upper limit : digunakan jika anjungan berada di daerah dingin


yang dilengkapi dengan dua buah rig ( sistem pengeboran ) dan dirancang
secara konservatif.
b. Median : digunakan untuk anjungan biasa yang dioperasikan di daerah
panas dengan GOR ( gas - oil ratio ) rata-rata 300 hingga 600 dan
perancangannya konservatif.
c. Estimated lower limit : digunakan pada anjungan untuk pengolahan gas atau
untuk lokasi yang tidak memerlukan banyak pengaturan tekanan.

Berat kering secara keseluruhan ditentukan berdasarkan grafik hubungan


jumlah produksi minyak perhari (BOPD) dengan berat kering seperti pada
gambar 2.8.

Gambar 2.8. Grafik hubungan BOPD dan Berat Kering

Gambar 2.8. Grafik hunbungan BOPD dan Berat Geladak

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 13
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Luasan Geladak dapat ditentukan berdasarkan grafik hubungan BOPD


dengan luasan geladak seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Grafik hubungan BOPD dan Luasan Geladak


C. Pemilihan Bahan Struktur
Karena mengalami pembebanan yang tinggi, struktur anjungan lepas
pantai harus dibuat dari material yang kuat dengan karakteristik yang sesuai
untuk penggunaan di bawah laut. Untuk anjungan lepas pantai disyaratkan
untuk menggunakan baja tahan korosi, dapat dibentuk, dan mudah disambung
dengan cara pengelasan serta memperhatikan kondisi kerja kaitannya dengan
kekuatan baja minimum. Baja yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi
yang mempunyai sertifikat dari pabrik atau sertifikat pengujian yang dibuat oleh
fabrikator atau pengujian laboratorium. Baja yang tidak jelas tidak dapat
digunakan.

Menurut tingkat kekuatan dan karakteristik pengelasannya, baja dapat


dikelompokkan dalam tiga group yaitu :

a. Group I : dirancang untuk baja lunak dengan spesifikasi kuat luluh 4 ksi (280
Mpa) atau kurang, karbon ekivalen 0,4 % atau kurang dan harus dapat dilas
dengan beberapa proses pengelasan.
b. Group II : dirancang untuk baja kekuatan menengah dengan spesifikasi kuat
luluh minimum 40 ksi (280 Mpa) hingga 52 ksi (360 Mpa), karbon ekivalen

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 14
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

0,45 % lebih dan semua proses pengelasan harus menggunakan electrode


hydrogen rendah.
c. Group II : dirancang untuk baja berkekutan tinggi dengan spesifikasi kuat
luluh minimum 52 ksi (360 Mpa). Baja ini dapat dipakai bila diketahui
kemampuannya dalam hal :
1. Mampu las dan prosedur pengelasan khusus yang disyaratkan,
2. Umur kelelahan dengan beban tegangan kerja yang tinggi,
3. Ketahanan takik, kontrol kepecahan, prosedur inspeksi, tegangan kerja
dan temperature lingkungan.
Dengan karakteristik ketangguhan takik yang sesuai untuk kondisi kerja,
baja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Baja Kelas C : Baja yang mempunyai hasil yang baik untuk pengelasan
struktur pada temperatur kerja normal dimana impact test tidak disyaratkan,
digunakan ketebalan yang terbatas, bentuk yang moderat, pengekangan
rendah, konsentrasi tegangan yang rendah dan beban-beban quasl-statis.
b. Baja Kelas B : Baja yang sesuai untuk struktur dimana ketebalan,
temperatur rendah, pengekangan, konsentrasi tegangan, beban impact,
tidak begitu berpengaruh karena ketangguhan tariknya sangat baik.
c. Baja Kelas A : Baja yang sesuai untuk digunakan pada temperatur normal
dan untuk penggunaan konstruksi kritis. Baja seperti ini umumnya dapat
ditemui pada baja dengan persyaratan charpy yang tinggi pada rentang
temperatur –200 C hingga 400 C.

D. Tiang Pancang (Pile)


Apabila kedalaman perairan bertambah atau beban lingkungan membesar
atau bahkan kondisi tanah melemah, dimensi tiang pancang perlu diperbesar
pula. Namun perlu diingat bahwa memperbesar dimensi tiang pancang akan
memperbesar beban lateral dari gelombang, dan tergantung pada situasinya.
Beban gelombang dapat bertambah besar lebih cepat daripada pertambahan
ukuran tiang pancang.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 15
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

1. Jumlah Pile/Kaki Struktur dan Ukurannya


Pertambahan jumlah tiang pancang atau kaki struktur secara otomatis akan
mengurangi ukuran masing-masing tiang pancang. Dalam hal ini kekuatan
tiang pancang harus diperhatikan tiap perubahan ukurannya.

Pada mulanya konstruksi lepas pantai dibangun dengan 3 atau 4 kaki, lalu
berkembang hingga sekarang hingga 6 sampai 8 kaki atau bahkan lebih.
Penentuan jumlah kaki sangatlah bevariasi tergantung dari kebutuhannya
ditinjau dari segi kekuatan dan efektifitas biaya konstruksinya. Dewasa ini,
dengan adanya ukuran pipa yang lebih besar, anjungan–anjungan cenderung
dikonstruksi dengan 8 kaki. Jenis ini dapat dipakai sampai kedalaman 400 feet
(122 meter).

Diameter pile dapat ditentukan dari Tabel 2.1 dengan terlebih dahulu
menentukan besarnya kapasitas aksial yang dapat didukung oleh tiap pile
dengan pendekatan sebagai berikut :
P = W/n

P = Kapasitas beban aksial


N = Jumlah kaki struktur yang direncanakan
W = Berat total dari geladak

Tabel 2.1. Rentang Kapasitas Aksial dan Lateral Tiang Pancang

Pile Diameter Lateral (Ton) Axial (Ton)


30 inch 50-70 250-750
36 inch 70-90 500-1000
39 inch 80-90 1000-1750
42 inch 110-125 1500-2250
48 inch 120-150 2000-2500
54 inch 150-200 2250-2750
60 inch 200-250 Sampai 3000
72 inch 225-275 Sampai 4000
84 inch 250-350 Sampai 5000

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 16
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk menentukan tebal dinding tiang pancang, menurut buku “ Pedoman


Rancang bangun bangunan Lepas Pantai di Perairan Indonesia” oleh BKI,
halaman III-24 digunakan tabel 2.2.

Tabel 2.2. Tebal Minimum Tiang Pancang

Diameter Tiang Tebal Nominal


Inch Mm Inch Mm
24 610 ½ 13
30 762 3/16 14
36 914 16
42 1067 11/16 17
48 1219 ¾ 19
60 1529 3/8 22
72 1829 1 23
84 2134 11/8 28
96 2438 11/4 31
108 2743 13/8 34
120 3048 11/2 37

2. Jarak Antar Kaki dan Kemiringan Struktur (Better)


Penentuan jarak antar kaki struktur ditentukan berdasarkan tata letak
menyeluruh anjungan dan jumlah tiang pancang. Jarak ini bisa bervariasi yaitu
36-45 ft (11-13,7 m) dalam arah melintang dan 40-60 ft (12-18,3 m) dalam arah
memanjang (Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg
Jacket’ : 95).

Kaki–kaki jacket dimiringkan agar memiliki ruangan yang lebih besar pada
dasar laut yang kemudian membantu dalam menahan momen guling yang
timbul. Dalam arah melintang hanya kaki–kaki terluar yang dimiringkan,
biasanya 1/10 atau 1/12. Sedangkan dalam arah memanjang semua kaki
jacket dimiringkan 1/7 atau 1/8. Penentuan jarak antar kaki struktur dan

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 17
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

kemiringannya dimulai pada rentang 3–4 meter di atas garis air rerata
(Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg Jacket’ : 95).

Akibat dari better atau kemiringan, maka jarak antar kaki makin melebar
pada dasar laut. Sehingga untuk membantu kaki struktur menahan momen
guling, maka biasanya konstruksi direncanakan menggunakan beberapa skirt
pile yang memanjang hingga satu level di atas level paling bawah struktur
(Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg Jacket’ : 113).

E. Perangkaan
Kaki–kaki jacket dihubungkan dan ditopang oleh rangka–rangka (brace)
dengan arah–arah horisontal, diagonal–horisontal, diagonal–vertikal.

a. Pola Perangkaan
Pola perangkaan struktur penyangga anjungan mengikuti tipe-tipe
sambungan tubular yang sangat beragam. Perangkaan struktur umumnya
adalah pola K, N, T, K ganda, N ganda, T ganda dan kombinasi dari beberapa
pola tersebut.

Akhir-akhir ini semakin banyak dipakai pola perangkaan silang X untuk


memperpendek panjang efektif rangka tanpa mengurangi kekakuan struktur
rangka penyangga. Apabila satu kaki rangka X dalam keadaan tertekan dan
yang lain tertarik, maka bagian yang tertarik akan menahan bagian yang
tertekan dari lendutan keluar bidang pada pertemuan kedua rangka tersebut,
dan diameter kedua rangka stersebut dapat dikurangi sehingga mengurangi
beban gelombang pada anjungan. API RP2A merekomendasi pola
perangkaan X ini untuk anjungan pada lokasi rawan gempa.

b. Tinggi Rangka Horisontal


Rangka horisontal pada beberapa ketinggian diperlukan untuk
menstabilkan rangka struktur penyangga dan untuk menyangga conductor dan
sebagainya. Tinggi antara rangka horisontal ini bervariasi antara 40-60 ft (12-
18,3 m). Untuk rangka dekat permukaan air biasanya digunakan tinggi rangka
12 m. Makin besar kedalaman air makin bertambah pula tinggi antara rangka

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 18
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

horizontalnya (Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg


Jacket’ : 110).

c. Rangka Tubular
Parameter perancangan yang paling menentukan untuk penentuan ukuran
awal rangka struktur/rangka tubular anjungan adalah rasio kerampingan kl/r.
Pengalaman menunjukkan bahwa kl/r antara 70 hingga 90 menghasilkan hasil
memadai (Planning and Design Of Fixed Offshore Platform : 564). Untuk
struktur penyangga lainnya yang lebih sekunder maka rasio kerampingan kl/r
dapat diambil yang terbesar atau mengambil sekitar 2/3 dari diameter brace
utama. Parameter yang paling menentukan dalam menentukan ukuran awal
rangka tubular adalah rasio kerampingan. Adapun besar rasio kerampingan
disetiap area dapat dilihat pada table 2.3 di bawah ini :

Tabel 2.3 Rasio Kerampingan


AREA kl/r
Teluk meksiko 85
Pantai timur USA 80
Pantai Barat USA 80
Alaska 75
Laut Utara 75
Timur Tengah 110
Asia Tenggara 110

Sistem perangkaan (bracing system) mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. membantu menyalurkan beban horizontal ke pondasi


2. melindungi keutuhan struktur selama proses fabrikasi dan instalasi
3. menahan gerak sentakan dari sistem jacket-pile yang terpasang
4. menyangga anoda korosi dan konduktor-konduktor sumur dan menyalurkan
gaya gelombang yang ditimbulkannya ke pondasi.
Karakteristik penting lainnya dari rangka tubular adalah kestabilan
penampang yang dinyatakan dalam rasio diameter/tebal dinding (D/t) yang

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 19
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

juga menunjukkan kestabilan terhadap buckling lokal. Untuk struktur


penyangga lain atau penyangga sekunder, rasio d/t = 40 dan rasio d/t pada
sambungannya adalah = 35-40 atau dengan menambah sekitar 0,1 inch dari
ketebalan penyangga sekunder. Untuk memperoleh tebal minimum dinding
rangka tubular setelah diameternya ditentukan, dapat digunakan tabel 2.4 :

Tabel 2.4. Rasio D/t untuk Komponen Tubular Struktur Rangka Anjungan

Komponen Strukrur Rangka D/t


Kaki struktur 45
Sambungan kaki 30-35
Brace 40-60
Seksi sambungan brace 35-40
Kaki geladak 35-40
Brace truss geladak 35-45

Nilai k (faktor panjang) dapat ditentukan berdasarkan tabel 2.5.(Buku


Pedoman Rancang Bangun Lepas Pantai di Perairan Indonesia, hal. IV-28).

Tabel 2.5. Faktor panjang k

FaktorPanjang
Bagian struktur
Efektif
Kaki bangunan atas: Dengan bracing 1,0
Portal (tanpa braces) K
Jacket leg dan pilling:
1,0
Grouted composite section
1,0
Ungrouted jacket leg
1,0
Ungrouted pilling between shim points
Deck truss web members:
0,8
In action plane
1,0
Out of plane action
Jacket braces: 0,8
Face to face length of main diagonals 0,8

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 20
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Face of leg to centerline of joint


length of k brace
Longer sehment length of x brace 0,9
Secondary horisontals 0,7
Deck truss chord members 1,0

Perhitungan diameter dan ketebalan konstruksi harus diuji pada aspek


parameter sambungan tubular, dimana nilai-nilai tergantung dari diameter
chord (D) dan brace (d) serta ketebalan chord (T) dan brace (t), seperti
dijelaskan berikut ini:

a. Aspek parameter  (d/D)


Bila < 0,3 kemungkinan kegagalan sambungan terutama dalam bentuk
kerusakan sambungan las akibat tarikan atau gesekan brace pada sisi chord,
atau kegagalan desakan geser (punching shear failures).

Bila > 0,8 kemungkinan kegagalan terjadi dalam bentuk keruntuhan (collaps)
pada chord. Bila 0,3 << 0,8 kemungkinan kegagalan dalam bentuk interaksi
antara punching shear dengan collaps. Namun dalam kebiasaan nilai yang
sering diambil adalah 0,4 << 0,7.

b. Aspek parameter  (R/T)


Nilai  memberikan gambaran ketipisan dari struktur tubular. Kegagalan
yang sering terjadi adalah bentuk tekukan (buckling), akibat dari hoop stress.
Nilai  untuk struktur tipis seperti bejana minimal 7,0. Untuk bangunan lepas
pantai nilai  yang digunakan minimal 10.

c. Aspek parameter  (t/T)


Nilai  memberikan gambaran kemungkinan terjadi kerusakan dinding
chord yang mendahului kepecahan penampang brace. Hasil penelitian harga
 untuk struktur bangunan lepas pantai berkisar antara 0,5 ~ 0,7.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 21
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

F. Geladak
a. Jenis–jenis geladak
1. Geladak produksi (Production deck)
Minyak yang dieksploitasi tidak langsung di distribusikan ke darat,
Karena masih bercampur dengan unsur-unsur, maka geladak produksi
dimaksudkan sebagai tempat pengolahan dan pemisahan antara miyak, gas
dan air laut.
2. Geladak pengeboran (Drilling deck)
Fungsi utama struktur lepas pantai adalah pengeboran baik itu minyak
maupun gas.Untuk itu pada struktur lepas pantai aktivitas pengeboran
ditempatkan pada geladak pengeboran.Pada geladak ini ditempatkan
fasilitas–fasilitas pengeboran seperti drilling derrick.
3. Geladak tempat tinggal (Quarter deck)
Anjungan lepas pantai umumnya dibangun jauh dari tempat tinggal
para pekerja, disamping itu pengawasan diatas anjungan harus sering
dikontrol, untuk itu perlu disiapkan tempat tinggal yang direncanakan
dengan memperhatikan keselamatan dan kenyamanan untuk para pekerja.
4. Geladak Heliport (Helideck)
Penggunaan fasilitas helikopter diperlukan bila jarak antara daratan
dan tempat anjungan lebih dari 50 mil (80 km).Untuk jarak yang kurang dari
50 ml biasanya menggunakan transportasi laut. Namun penggunaan
transportasi helikopter sangat besar manfaatnya untuk efisinsi kegiatan
anjungan yang antara lain :
a. Efisiensi waktu, dengan helikopter dapat mengurangi waktu perjalanan
sekitar 1–6 kali dari perjalanan dengan boat.
b. Gangguan cuaca dapat diatasi dengan menggunakan helikopter
sehingga kegiatan anjungan tidak terganggu.
c. Supervisor dan spesilist dapat melakukan kegiatan di anjungan dan di
darat dengan efisien.
d. Dapat mengevakuasi crew secepatnya bila terjadi keadaan darurat atau
badai besar.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 22
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

b. Kaki Geladak
Seperti halnya perencanaan pile, perencanaan kaki geladak juga
mempertimbangkan beban aksial yang akan ditumpu selain pertimbangan
beban lain dari lingkungan sekitarnya. Adapun tinggi rangka kaki geladak
diusahakan agar geladak terbawah tidak terkena puncak gelombang air laut,
persamaan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

H = 0,5HM + PAT + PB
HM = Tinggi gelombang maksimum
PAT = Pasang astronomi tertinggi
PB = Pasang badai

Untuk ketebalan tiang kaki geladak dapat ditentukan sesuai rasio D/t
pada table 1.3. Sedangkan untuk ukuran pengikat tiang geladak (brace)
dapat didekati dengan rasio kerampingan kl/r = 70 – 90 (“Planning and
Design Of Fixed Offshore Platform“ : 564) dan ketebalannya sesuai dengan
table 1.3. Ukuran pengikat tiang geladak yang diperoleh harus diuji dengan
aspek parameter sambungan tubular.

c. Balok dan Pelat Geladak


Balok geladak berfungsi untuk menyalurkan beban yang bekerja pada
pelat geladak ke penumpu utama geladak (main truss) yang kemudian ke
kaki geladak, dimana ukuran balok geladak tergantung jarak antar balok
geladak.Geladak yang tidak ditutup dengan sebuah modul, maka bagian
lantai geladak ditutup dengan pelat baja yang ketebalannya tergantung jarak
balok geladak. Berikut adalah persamaan yang dapat dipakai untuk
menentukan ukuran balok dan pelat geladak :

Mmaks = ql2/12 (untuk balok geladak)


Q = distribusi beban geladak
L = panjang tak ditumpu balok geladak
Mmaks = ql2/10 (untuk pelat geladak)
Q = distribusi beban geladak
L = jarak antar balok geladak

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 23
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB III
PENYAJIAN DATA

III.1. Penentuan Lokasi Geografis dan Karakteristik Lingkungan


a) Lokasi Geografis
Lokasi untuk tempat operasi anjungan lepas pantai yang akan dirancang
direncanakan di Laut Jawa dengan asumsi bahwa lokasi tersebut dapat
menghasilkan produksi minyak mentah perhari sebesar 94000 BOPD (Barrel
Oil Per Day).

b) Karakteristik Lingkungan
Adapun karakteristik lingkungan di Laut Jawa adalah sebagai berikut:

a. Kedalaman air tenang = 34,5 m


b. Tinggi gelombang maksimum = 4.572 m
c. Periode gelombang maksimum =7s
d. Panjang gelombang maksimum = 76 m
e. Pasang astronomi tertinggi = 1.236 m
f. Pasang badai = 0,37 m
g. Kecepatan angin pada ketinggian 10 m (V 10) = 93.8 mph
h. Koefisien Drag (CD) = 1,0
i. Koefisien Inersia (CM) = 2,0
j. Koefisien Bentuk = 1,0
k. Batter
Memanjang = 1/12
Melintang = 1/8

III.2. Pemilihan Konfigurasi Struktur (Geometri, Bahan Struktur dan Ukuran


Awal)
a. Pemilihan Konstruksi
Jenis konstruksi yang akan digunakan pada perancangan struktur lepas
pantai ini adalah jenis struktur terpancang ‘Jacket Steel Platform’ dengan
konstruksi yang permanen dan difungsikan sebagai anjungan produksi dan
anjungan pengeboran (self-contained drilling and production platform). Sebagai

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 24
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

penunjangnya, konstruksi lepas pantai ini direncanakan menopang empat


geladak yaitu : geladak pengeboran, geladak produksi, geladak helideck.

b. Penentuan Berat dan Luasan Geladak


1. Berat kering secara keseluruhan ditentukan berdasarkan grafik hubungan
jumlah produksi minyak perhari (BOPD) dengan berat kering seperti pada
gambar 2.8.

Karena pengoperasian anjungan berlokasi di wilayah Asia Tenggara


yang memiliki perairan hangat/tropis dengan gelombang dan kecepatan
arus yang tidak begitu besar serta tidak memerlukan banyak pengaturan
tekanan maka kurva yang digunakan kurva sedang yaitu median pada
area Warm Climate. Sehingga dari grafik diperoleh berat kering untuk
94000 BOPD.
2. Berat Operasional dalam perencanaan struktur, dapat mencapai (1,30 –
1,35) dari berat kering, Dengan mengambil presentase sedang yaitu 1,30,
maka diperoleh :
Berat operasional = 1,30 x 14000 ton = 18.900 ton
3. Berat pengangkatan diambil sekitar (5 – 8)% dari berat kering. Dengan
mengambil prosentase yang sedang yaitu 5 %, maka diperoleh:
Berat pengangkatan = 0,05 x 14000 ton = 700 ton

4. Berat pengetesan diambil sekitar (1– 2 ton) berat pengetesan diambil 2 ton

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 25
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

5. Beban total yang bekerja pada konstruksi geladak yaitu berat operasional
ditambah berat pengangkatan, diperoleh :
Beban total geladak = 18900 + 700 + 2 = 19602 ton

Luasan Geladak dapat ditentukan berdasarkan grafik hubungan BOPD


dengan luasan geladak seperti pada gambar 2.9.

Dengan alasan yang sama pada penentuan berat kering, maka dipilih
kurva sedang yaituMedian pada area Warm Climate.Sehingga dengan
94000 BOPD diperoleh luas geladak sebesar 50.000ft2 atau sama dengan
4650m2.

c. Pemilihan Bahan Struktur


Untuk kaki struktur,brace, kaki geladak dan kaki jacket digunakan Baja
Group I kls C Spek. ASTM A500 Grade C dengan kekuatan luluh 35 Ksi (240
Mpa). Sedangkan untuk sambungan tubular (sambungan chord, sambungan
brace, joint X dan joint K), digunakan bajagroup II kelas B spesifikasi API
5L grade N52 dengan kekuatan luluh 52 Ksi (360 Mpa). Adapun pemilihan
pelat untuk balok geladak dan pelat geladak digunakan bajagroup I kelas C
spesifikasi ASTM mutu A36 dengan kekuatan luluh 36 ksi ( diambil dari buku

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 26
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

“Planning and design of fixed offshore platform” : 693–694 dan 702 &
“Pedoman Rancang bangun bangunan Lepas Pantai di Perairan Indonesia” :
V-2 – V-6).

d. Tiang Pancang (Pile)


1. Jumlah Kaki Struktur dan Ukuran Pile
Mengingat adanya ukuran pipa yang lebih besar dewasa ini, anjungan
cenderung dikonstruksi dengan 8 kaki. Jenis ini dapat dipakai sampai
kedalaman 400 feet (122 meter). Maka dalam perancangan konstruksi lepas
pantai ini ditetapkan jumlah kaki struktur sebanyak 8 buah yang melayani 25
sumur.Besar kapasitas aksial (P) yang dapat didukung oleh tiap pile adalah
sebagai berikut :

P = Beban total geladak/jumlah pile

=19602/8 = 2450,25 ton/kaki

Sehingga dari tabel 2.1 dengan asumsi kapasitas lateral sebesar 110 ton
diperoleh diameter pile yaitu sebesar 54 inchi dan ketebalan dinding pile 0,75
inch sesuai tabel 2.2

2. Jarak Antara Kaki dan Kemiringan Struktur (Better).


Penentuan jarak antar kaki struktur dan kemiringannya dimulai pada
rentang 3–4 meter di atas garis air rerata . Jarak antara kaki dalam arah
melintang (range : 11 – 13,7 m) direncanakan sebesar 13,5 m dan arah
memanjangnya (range : 12 – 18,3 m) direncanakan jarak yang bervariasi yaitu
16 m. Sedangkan kemiringan kaki struktur baik arah melintang maupun
memanjang direncanakan sebesar 1/12 untuk memanjang dan 1/8 untuk
melintang yang berguna untuk memperbesar ketahanan struktur terhadap
momen guling.

e. Perangkaan
1. Pola Perangkaan
Dengan mempertimbangkan rasio kerampingan kl/r dan perencanaan
yang sederhana untuk menekan biaya produksi tanpa mengabaikan kekuatan
struktur, maka perangkaan struktur menggunakan sistem rangka yang

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 27
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

bervariasi yaitu sistem rangka horizontal dan kombinasi pola perangkaan K


dan N

2. Tinggi Rangka Horisontal


Dengan mempertimbangkan kedalaman perairan, maka pada struktur
lepas pantai ini direncanakan rangka horisontal sebanyak lima tingkat yang
tinggi masing-masing tingkatnya adalah sebesar 13.5 m (range : 12–18,3 m).
Untuk rangka horisontal, yang terbawah diletakkan sedikit lebih tinggi dari garis
Lumpur atau Mudline.

f. Rangka Tubular
1. Kaki Jacket
Untuk penentuan diameter luar kaki jacket direncanakan dengan
menambah minimal 5 cm dari diameter luar pile (menurut DM.Rosyid dalam
makalah pelatihan segitiga biru “Perencanaan struktur anjungan lepas pantai “
: 14), sehingga diperoleh :

D = Diameter pile (cm) + 5 cm


= 137,16+ 5 (cm)
= 142,16 cm = 56 inch

Ketebalan dinding jacket menurut tabel 1.3 adalah sebagai berikut :

D/t = 45
t = 56/45 = 1.24 inch
2. Sambungan Kaki Jacket (Chord)
Ketebalan sambungan chord ditentukan menurut

tabel 1.3 (dipilih rasio D/t = 30) :

D/t = 30
t = 56/30 = 1,87 inch

Jadi diameter luar sambungan (D) = D + (2 x t)

= 56 + ( 2 x 1,24 ) = 59,75 inch

3. Pengikat Kaki Jacket (Brace)

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 28
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Untuk menentukan ukuran awal braces, digunakan rumus pendekatan


dengan rasio kl/r (”Planning and Design Of Fixed Offshore Platform “ : 564).

A. Brace Horisontal
Diambil nilai perbandingan kl/r = 70, k = 0,70 (tabel 2.5)
kl/r = 0,7x 900.591 /0,35d
70 = 630.4134 /0,35d
l = panjang tak ditumpu terpanjang
r = 0,35d
d = 25,7 inch = 0.654 m
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih rasio D/t = 40):
D/t = 40
t = 25,7 / 40
= 0,64 inch
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih D/t = 35):
D/t = 35
t = 25,7/35
= 0,74 inchi
Kontrol Nilai Perencanaan

B. Brace K dan N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 70, k = 0,80 (tabel 2.5)
kl/r = 0,80 x 771,248 / 0,35d
70 = 616,9984 / 0,35d
l = panjang tak ditumpu terpanjang
r = 0,35d
d = 25,2 inch = 0.64 m
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih rasio D/t = 40):
D/t = 40
t = 25,20 / 40

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 29
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

= 0,63 inch
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih D/t = 35):
D/t = 35
t = 25,20 / 35
= 0,72 inchi
Kontrol Nilai Perencanaan

III.3 Perencanaan Geladak


 Jenis Geladak
Untuk menunjang fungsi sebagai anjungan produksi dan pengeboran,
struktur lepas pantai ini direncanakan memiliki empat geladak yaitu : geladak
produksi, geladak pengeboran, geladak instalasi, geladak akomodasi dan
geladak heliport yang secara berurut disusun dari bawah hingga helideck
sebagai top deck-nya.
2
Luasan geladak yang diperoleh (1990m ) menunjukkan luasan yang meliputi
empat tingkatan geladak yang direncanakan; demikian pula dengan beban total
geladak (6.864ton). Perencanaannya sebagai berikut :
2
 Geladak Produksi (Production Deck) = (44 x 20)m , 8820 ton
2
 Geladak Pengeboran (Drilling Deck) = (44 x 20)m , 5880 ton
2
 Geladak Instalasi (Installation Deck) = (44 x 20)m , 1960 ton
2
 Geladak Tempat Tinggal (Quarter Deck) = (24 x 18)m , 2940 ton
2
 Geladak Helikopter (HeliDeck) = (13 x 13)m , 200 ton

 Kaki Geladak
Ketinggian yang dapat dicapai air laut di atas garis air rata-rata (MWL) bisa
ditentukan dengan persamaan berikut :

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 30
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

H = 0,5HM + PAT + PB

dengan HM = Tinggi gelombang maksimum

PAT = Pasang astronomi tertinggi

PB = Pasang badai

= 2,29 + 1,23 + 0,37


= 5,39 m
Dengan berdasarkan pada data-data tinggi yang dapat dicapai gelombang,
maka tinggi tiang kaki geladak direncanakan 7 m untuk menghindari akibat
pecahan dan percikan gelombang yang menumbuk struktur.
a. Diameter Kaki Geladak
Penentuan diameter luar kaki geladak direncanakan sama dengan diameter
luar tiang pancang (Perencanaan Struktur Anjungan Lepas Pantai: 11),
diperoleh D = 56 inchi.
Ketebalan kaki geladak direncanakan berdasarkan Tabel 2.3; dipilih rasio D/t
= 45, sehingga;
D/t = 45
T = 56/45 = 1,2inchi.
b. Pengikat Kaki Geladak (Brace)
Diambil nilai perbandingan kl/r = 70, k = 1,0 (Tabel 2.4)
• kl/r = 1,0 x 627,953 / 0,35d
80 = 627,953 / 0,35d
•l = panjang tak ditumpu yang terpanjang
= 16,97 = 668,143inchi
•r = 0,35d
sehingga d = 25.6 = 27 inchi.
Ketebalan brace geladak ditentukan menurut Tabel 2.3, dipilih rasio D/t = 35,
diperoleh;
D/t = 35
t = 27/35 = 0,73 inchi.
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut Tabel 2.3, dipilih rasio D/t
= 45, sehingga diperoleh;

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 31
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

D/t = 45
t = 27 / 45 = 0,6inchi.

 Kontrol Nilai Perencanaan

 Balok dan Pelat Geladak


Ukuran balok dan pelat dapat ditentukan bila beban-beban yang bekerja pada
geladak sudah ditentukan. Beban yang dialami tiap geladak tergantung
peralatan dan perlengkapan yang terdapat pada geladak tersebut.
Untuk estimasi awal beban-beban yang bekerja pada geladak produksi,
geladak pengeboran dan geladak lainnya adalah sebagai berikut :
Geladak Pengeboran = 96147.81 N/m2
Geladak Produksi = 64098.54 N/m2
Geladak Instalasi = 21366.18 N/m2
Geladak Akomodasi dan Helideck = 27288.88 N/m2
Nilai-nilai beban pada tiap geladak di atas, ditentukan dengan menggunakan
teori perbandingan dan sesuai dengan contoh perhitungan untuk anjungan
dengan delapan kaki pada buku Introduction to Offshore Structure hal 121.

a. Balok Geladak
Rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan profil balok geladak
adalah :
2
Mmaks = ql /12

fb = Mmaks / S

dengan Mmaks adalah momen maksimum yang bekerja tiap 1m lebar pelat

geladak, q adalah beban balok geladak (distribusi beban geladak dikalikan


jarak antar balok geladak), l adalah panjang tak ditumpu balok geladak, fb

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 32
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

adalah tegangan yang bekerja pada pelat, S adalah modulus penampang


pelat dan Fb adalah tegangan akibat momen lengkung yang diizinkan (syarat
batas adalah fb < Fb).
• Balok Geladak pada daerah Produksi
2
Mmaks = 45189,47 x 12 /12 dengan l = 13m

= 636,42 kNm (469,82 kip-ft)


q = 64098,54 x 0,705 = 45189,47 N/m
Dipakai profil WF 12x12-1/2 (283 kg/m) baja mutu A36, Fb = 36 ksi (248 Mpa)
fb = 469,82 x 12 (inchi) / 161
= 34,93 ksi (241 Mpa)
3
dengan S = 161 inchi
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)

• Balok Geladak pada daerah Pengeboran


2
Mmaks = 67784,21 x 12 /12 dengan l = 13m

= 622,77 kNm (459,74 kip-ft)


q = 96147,81 x 0,705 = 67784,21 N/m
Dipakai profil WF 12x12-1/2 (283 kg/m) baja mutu A36, Fb = 36 ksi (248 Mpa)
fb = 459,74 x 12 (inchi) / 161
= 34,18 ksi (236 Mpa)
3
dengan S = 161 inchi
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)

• Balok Geladak pada daerah Instalasi


2
Mmaks = 15063,16 x 12 /12 dengan l = 13m

= 212,14 kNm (156,61 kip-ft)


q = 21366,18 x 0,705 = 15063,16 N/m
Dipakai profil WF 12x12-1/2 (283 kg/m) baja mutu A36, Fb = 36 ksi (248 Mpa)
fb = 156,61 x 12 (inchi) / 161
= 11,64 ksi (80 Mpa)

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 33
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3
dengan S = 161 inchi
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)

• Balok Geladak pada daerah Akomodasi dan Helideck


2
Mmaks = 19238,66 x 12 /12 dengan l = 13m

= 176,76 kNm (130,49 kip-ft)


q = 27288,88 x 0,705 = 19238,66N/m
Dipakai profil WF 12x12-1/2 (283 kg/m) baja mutu A36, Fb = 36 ksi (248 Mpa)
fb = 130,49 x 12 (inchi) / 161
= 9,70 ksi (67 Mpa)
3
dengan S = 161 inchi
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 34
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB IV
ANALISIS BEBAN LINGKUNGAN

IV.1. LANDASAN TEORI


Analisa teknik yang utama untuk menentukan kemampuan kerja suatu struktur
khususnya struktur bangunan lepas pantai, dimulai pada analisa kondisi pembebanan
yang bekerja. Perhatian khusus ditujukan pada hal ini terutama yang menyangkut
ketepatan atau akurasi pada kondisi pembebanan terhadap struktur bangunan lepas
pantai.

Pada struktur bangunan lepas pantai, terdapat beberapa kondisi pembebanan yang
bekerja yakni :

A. Beban Mati (Dead Load): merupakan beban-beban dari komponen-komponen


struktur pada keadaan kering serta beban dari peralatan, perlengkapan dan
permesinan yang tidak berubah terhadap kondisi operasi yang bagaimanapun.

B. Beban Hidup (Live Load): merupakan berat keseluruhan peralatan, perlengkapan


dan permesinan yang dapat mengalami perubahan selama kondisi operasional
berlangsung.

C. Beban Lingkungan (Environmental Load): merupakan beban yang ditimbulkan


oleh lingkungan (alam) dimana struktur bangunan lepas pantai tersebut
dioperasikan.

D. Beban Fabrikasi (Fabrication Load): merupakan beban-beban yang diakibatkan


oleh pembuatan/fabrikasi, pengangkutan, peluncuran dan pemasangan/instalasi di
lokasi operasi.

E. Beban Dinamis (Dynamic Load): merupakan beban yang ditimbulkan oleh reaksi
terhadap gelombang, arus, angin, gempa bumi, permesinan dan lain-lain yang
bersifat siklis.

Khusus untuk kondisi pembebanan lingkungan, dikategorikan dalam dua kondisi


khusus yakni :

1. Kondisi pembebanan lingkungan normal; merupakan kondisi yang sering terjadi di


lokasi operasi struktur bangunan lepas pantai.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 35
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

2. Kondisi pembebanan lingkungan ekstrim; merupakan kondisi yang jarang terjadi di


lokasi operasi struktur bangunan lepas pantai.

Terdapat dua tipe beban lingkungan dalam tahap perancangan, yakni:

1. Beban lingkungan rancang; yang diperhitungkan berdasarkan kondisi lingkungan


yang telah ditentukan dalam perancangan dengan mengambil tolak ukur dampak
pembebanan yang terburuk.

2. Beban lingkungan operasional; yang diperhitungkan berdasarkan kondisi


lingkungan yang lunak atau bahkan merupakan kondisi batas yang bila dilampaui
akan menghentikan operasional struktur bangunan lepas pantai.
Kedua tipe beban tersebut harus dikombinasikan dengan beban hidup dan beban mati
serta beban lingkungan lain untuk memperoleh perhitungan beban yang akurat.
Untuk beban temporer atau beban sementara (beban akibat fabrikasi dan
instalasi) harus dikombinasikan juga dengan beban mati serta beban lingkungan lain,
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang diperkirakan. Adapun beban pada
konstruksi harus diperhitungkan berdasarkan pembebanan yang menimbulkan
tegangan maksimum dengan memperhatikan tegangan izin.

Berikut ini adalah bagian dari beban lingkungan tempat bangunan lepas pantai
beroperasi, yakni :

a) Beban Angin; baik kondisi normal maupun ekstrim

b) Beban Gelombang Laut: untuk tipe gelombang normal dan ekstrim.

c) Beban Arus; baik arus yang diakibatkan oleh pasut, badai maupun sirkulasi
variabel-variabel fisik laut.

d) Beban akibat pasut; baik pasut astronomis maupun pasut karena angin

e) Beban Akibat Efek Geologis; seperti gempa bumi, runtuhan, penggerusan,


pelepasan gas dangkal, dan lain-lain.

f) Beban Akibat Organisme Laut; yang menimbulkan penambahan gaya


gelombang dan massa konstruksi.

g) Beban Gelombang Minor; seperti pengendapan, fogging, peningkatan salinitas


dadakan dan lain-lain.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 36
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan lepas pantai, pada
umumnya didominasi oleh salah satu beban lingkungan yakni gelombang. Adapun
arus dan angin merupakan beban lingkungan sekunder yang turut diperhitungkan.
Untuk itu, perancangan konstruksi anjungan lepas pantai, harus memperhitungkan
kondisi beban gelombang, beban arus dan beban angin serta kombinasi antara
ketiganya, bila terjadi bersamaan.

Perhitungan dan penentuan beban rancang sangat diperlukan dalam mengontrol


ukuran material struktur yang digunakan. Perhitungan beban dapat dianalisis dengan
dua cara, yaitu:

1. Analisa beban statis (Static Load Analysis)

2. Analisa Beban Dinamis (Dynamic Load Analysis)

Analisa beban statis umumnya dilakukan pada struktur yang tidak terlalu dalam,
namun untuk laut yang lebih dalam di mana untuk pengoperasiannya anjungan
cenderung bersifat lebih lentur (akibat hantaman gelombang secara terus-menerus),
maka disamping analisa statis juga perlu dilakukan analisa dinamis (BKI , 1991).

Dalam analisa statis, beban-beban yang bekerja adalah pembebanan pada struktur
jacket misalnya beban geladak, beban beban bentur kapal (boat landing load) dan
beban lingkungan (gelombang, arus dan angin). Adapun unsur-unsur yang
berpengaruh dalam analisa tersebut adalah gelombang laut, arus dan kecepatan angin
yang berpengaruh pada struktur bangunan atas.

Pada perencanaan bangunan lepas pantai ini, analisa beban difokuskan pada beban-
beban lingkungan diantaranya beban gelombang, beban arus dan beban angin.

4.2 Beban Gelombang


A. Penentuan Karakteristik Gelombang
Yang termasuk karakteristik gelombang adalah :
1. Panjang Gelombang (  ) ; terukur dalam satuan jarak secara horizontal arah
jalaran dari puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.
2. Periode gelombang (T) ; terukur dalam satuan waktu, berupa waktu yang
diperlukan partikel fluida cair untuk berada pada kedudukan serupa dalam
rangkaian pergerakan gelombang.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 37
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

3. Tinggi gelombang (H) ; terukur dalam satuan jarak secara vertikal Z dari puncak
tertinggi sampai lembah terdalam profil gelombang yang terjadi dalam rangkaian
pergerakan gelombang.
Sedangkan parameter yang digunakan dalam menganalisa gelombang
adalah karakteristik gelombang, kedalaman laut, serta parameter lainnya seperti
percepatan dan kecepatan gelombang yang diperoleh dari persamaan teori
gelombang.



Gambar 3.1 contoh penggambaran gelombang

B. Penentuan Teori Gelombang yang Sesuai


Pada umumnya gelombang di alam adalah sangat kompleks dan sangat
sulit dinyatakan dalam persamaan matematis. Untuk itu digunakanlah berbagai
teori gelombang yang merupakan pendekatan-pendekatan permasalahan
tersebut.
Teori gelombang tersebut antara lain; Teori Gelombang Airy, Teori Stokes,
Teori Cnoidal, Teori Gelombang Cappelear, Stream Function, Celerity Potential,
dan Teori Gelombang Solitary. Penentuan teori gelombang yang digunakan dalam
analisa struktur bangunan lepas pantai didasari berbagai parameter yang telah
diketahui. Parameter tersebut antara lain grafik hubungan h/ dengan H/ (Gambar
3.2). Dengan h menyatakan kedalaman perairan, H menyatakan tinggi gelombang,
 menyatakan panjang gelombang dan T menyatakan periode gelombang.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 38
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Panjang Gelombang, Tinggi Gelombang, dan


Kedalaman
Selain grafik hubungan tersebut, terdapat kondisi yang disyaratkan dalam
penggunaan teori gelombang. Kondisi tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kondisi yang Disyaratkan dalam Penentuan Teori Gelombang
Teori Gelombang Kondisi Yang disyaratkan
Conidal h/< 0,1 H2/h3> 15
Solitary h/<0,02 H2/h3 > 15
Stokes h/> 0,1
h/<0,05 (air dangkal)
Airy h/>0,5 (air dalam) H2/h3<15
Sumber : Teknik pantai

C. Teori Gelombang Laut

Pada umumnya bentuk gelombang di alam sangat kompleks dan sulit


digambarkan secara matematis ; karena ketidak-linieran, efek tiga dimensi dan
bentuk yang random (suatu deret gelombang mempunyai tinggi dan periode yang
berbeda). Terdapat beberapa teori dengan berbagai derajat kompleksitas dan
ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam, antara lain Airy, Stokes,
Cnoidal dan Soliton.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 39
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Karakteristik gelombang yang diperlukan dalam proses perencanaan bangunan


lepas pantai adalah :
1. Elevasi gelombang permukaan

2. Kecepatan partikel air (Horizontal dan Vertikal)

3. Percepatan partikel air (Horizontal dan Vertikal)

4. Bilangan, Frekuensi dan Dispersi Relasi Gelombang

5. Kecepatan Gelombang (Celeritas)

6. Tekanan Gelombang

 Teori Gelombang Airy

Teori Gelombang Airy merupakan teori gelombang paling sederhana


dari semua teori gelombang yang ada. Teori ini berdasar atas batasan bahwa
amplitudo gelombang yang terjadi, sangatlah kecil dibanding kedalaman laut
dan panjang gelombangnya. Teori ini diturunkan dari persamaan Laplace
untuk Irrotasional Flow dengan kondisi batas dasar laut dan permukaan air.

Teori Gelombang Airy selengkapnya dapat dilihat pada 3.2.2


Perhitungan Beban Gelombang .

 Teori Gelombang Stokes

Dalam proses linearisasi di teori Airy, persamaan gelombang diturunkan


dengan mengabaikan suku (u2 + v2) dari persamaan Bernouli. Jika tinggi
gelombang relatif besar, maka suku tidak linear tersebut, tidak boleh diabaikan.
Olehnya diterapkan teori Stokes, dengan memperhitungkan besara-besaran
yang berorde lebih tinggi; sehingga didapatkan nilai tambahan dari kompenen
persamaan yang berorde lebih tinggi tersebut, seperti orde dua ,orde tiga dan
seterusnya.
- Teori Gelombang Stoke Derajat Lima
Teori gelombang stoke yang diisyaratkan oleh klasifikasi dalam
menentukan beban gelombang adalah teori gelombang stoke derajat lima.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 40
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Adapun notasi yang digunakan dalam perhitungan memiliki persamaan


dengan teori gelombang airy.
Untuk tinggi gelombang H, bilangan gelombang k dan frekwensi
gelombang  dalam arah x, perpindahan permukaan air (free-surface water
deflection)  diperoleh dari persamaan:
5
 = 1/k .  Fn cos n (kx - t) (3.2)
n 1

dimana :
F1 = a
F2 = a2 F22 + a4 F24
F3 = a3 F33 + a5 F35 (3.3)
F4 = a4 F44
F5 = a5 F55
Dengan F22 , F24 ,F33 , dst merupakan parameter profil gelombang yang
tergantung pada parameter h/ = kh/2, (Tabel 3.1).
Sedangkan nilai a tergantung dari parameter tinggi gelombang, melalui
persamaan :
kH = 2[a + a3 F33 + a5 ( F35 + F55 )] (m-1) (3.4)
Kecepatan air horisontal dan kecepatan verikal air v (pada kedudukan x
, waktu t dan jarak dari dasar laut y) dirumuskan dengan :
5
u = (  /k) .  Gn
cosh nky
cos n (kx - t) (m/s) (3.5)
1 sinh nkh
5
v = (  /k) .  Gn
sinh nky
sin n (kx - t) (m/s) (3.6)
1 sinh nkh
dimana :
G1 = aG11 + a3 G13 + a5 G15
G2 = 2 (a2 G22 + a4 G24 )
G3 = 3 (a3 G33 + a5 G35 ) (3.7)
G4 = 4a4 G44
G5 = 5a5 G55
Dengan G22 , G24 ,G33 , dst merupakan profil gelombang yang
tergantung pada parameter h/λ = kh/2 (tabel 2.3).

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 41
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Frekuensi gelombang diperoleh dengan persamaan :


 = gk (1 + a2 C1 + a4 C2) tanh kh (s-1) (3.8)

dimana : C1 dan C2 diperoleh dari tabel, (Tabel 2.4).


Kecepatan gelombang diperoleh dengan persamaan :
c = [ g/k (1 + a2 C1 + a4 C2 ) tanh kh] ½ (m/s) (3.9)
Percepatan partikel air horisontal ax dan percepatan partikal air vertikal
ay dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
5
ax = kc2/2 . 1
Rn sin n (kx - t) (m/s2) (3.10)

5
ay = (-kc2/2)  1
Sn cos n (kx - t) (m/s2) (3.11)

dimana :
Un = Gn (cosh nky/sinh nkh)
(3.12)

Vn = Gn (sinh nky/sinh nkh) (3.13)


R1 = 2U1 – U1U2 – V1V2 – U3U3 – V2V3
R2 = 4U2 – U12 + V12 – 2U1U2 – 2V1V3
R3 = 6U3 – 3U1U2 + 3V1V2 – 3U1U4 – 3V1V4 (3.14)
R4 = 8U4 – 2U22 + 2V22 – 4U1U3 + 4V1V3
R5 = 10U5 – 5U1U4 – 5U2U3 + 5V1V4 + 5V2V3
S1 = 2V1 – 3U1V2 – 3U2V1 – 5U2V3 – 5U3V2
S2 = 4V2 – 4U1V3 – 4U3V1
S3 = 6V3 – U1V2 + U2V1 – 5U1V4 – 5U4V1 (3.15)
S4 = 8V4 – 2U1V3 + 2U3V1 + 4U2V2
S5 = 10V5 – 3U1V4 – 3U4V1 – 5U2V3 + 5U3V2

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 42
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

 Teori Gelombang Cnoidal

Untuk memformulasi gelombang panjang dengan amplitudo berhingga


di laut dangkal, akan lebih sesuai jika digunakan teori gelombang Cnoidal.
Gelombang Cnoidal adalah gelombang periodik yang lazimnya mempunyai
puncak tajam yang dipisahkan oleh lembah yang cukup panjang. Teori ini
berlaku apabila nilai h /  <1/8 dan nilai parameter Ursell (UR = H2 / h 3 ) lebih
dari 26.

 Teori Gelombang Soliton

Gelombang soliton adalah gelombang berjalan yang terdiri dari satu


puncak gelombang. Jika gelombang memasuki perairan yang sangat dangkal,
amplitudo gelombang menjadi sangat tinggi, puncaknya menjadi sangat tajam
dan lembahnya menjadi semakin datar. Gelombang Soliton merupakan
gelombang translasi, dimana kecepatan partikel air hanya bergerak dalam
penjalaran gelombang.

D. Teori Gaya Gelombang


a) Gaya Gelombang Pada Tiang Vertikal
Gaya gelombang yang berpengaruh pada struktur bangunan lepas pantai
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Morrison, teori Froude-Krillof
dan teori difraksi.
Gaya gelombang permukaan yang membebani sebuah tiang silinder
vertikal pertama kali diungkapkan oleh Morison dkk (1950). Persamaan Morrison
digunakan bila diameter struktur kecil dibandingkan dengan panjang gelombang
atau D/< 0,2 misalnya struktur jack-up, jacket, semisub, small pipe dan lain-
lainsehingga distorsi oleh tiang bisa diabaikan. Persamaan ini menyatakan gaya
yang timbul per satuan panjang pada suatu elemen dari tiang yang
terletak/terendam pada suatu aliran fluida yang bergerak. Jika f menunjukkan gaya
gelombang per unit panjang yang bekerja pada sebuah tiang vertikal berdiameter
D, maka persamaan Morisonnya, yang sekarang banyak diterapkan dalam
perhitungan-perhitungan keteknikan, adalah :

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 43
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

D 2
f 1 2  C D D u u   C I ax ………………………. (3.16)
4
dimana : ρ = Kerapatan Fluida
CD = Koefisien Gesek (menurut API, 1980 = 0,6 ~ 1,0)
CI = Koefisien Inersia (menurut API, 1980 = 1,5 ~ 2,0)
u = Kecepatan Air Horizontal
ax= Percepatan Air Horizontal.
Menurut rekomendasi API RP2A 1980, nilai CD berkisar antara 0,6 sampai
1,0 dan nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Offshore Struktural Engineering,
P. 114) dan menurut API RP2A 1977 untuk perhitungan dengan teori gelombang
Stoke derajat lima CD berkisar antara 0,6 sampai 1,0 dan Ci berkisar antara 1,5
sampai 2,0 (Mechanic of wafe forces on offshore structures, p. 313).
Dalam perhitungan ini karena yang akan ditentukan adalah beban rancang
maksimum maka nilai yang digunakan adalah CD = 1,5 dan Ci = 2,0.
Dengan demikian dapat diperoleh model distribusi gaya gelombang yang
bekerja pada pile sebagai berikut :

y
C

SWL

Wave force distribution

Sea floor y = 0
x

Gambar 3.3 Distribusi gaya gelombang.


Beban gelombang pada tiang vertikal dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
F = FD + FI ……………………………………………… (3.17)
Nilai FD dan FI menyatakan gaya gesek dan gaya inersia yang bekerja
pada selinder yang masing-masing mempunyai persamaan :

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 44
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

C D D  sinh 2 ky 2ky 
( H  sinh 2 kh  sinh 2 kh  cost cost
)2 
FD = …………..…………….(3.18)
2k  

dan
CI D 2 2 sinh ky
FI =  H sin t ………………………………………… (3.19)
2k 4 sinh kh
IV.3. Beban Arus
A. Kecepatan Arus
Arus merupakan kondisi lingkungan yang penting untuk diperhitungkan dalam
perancangan anjungan lepas pantai karena mempunyai pengaruh pada :
a. Letak dan arah kedudukan sandaran kapal dan dampra tongkang.
b. Gaya yang diderita anjungan
Arus pada umumnya dikategorikan ke dalam :
a. Arus pasang surut (terkait dengan pasang surut astronomi)
b. Arus sirkulasi (terkait dengan pola sirkulasi skala laut)
c. Arus yang ditimbulkan oleh badai/ angin
Hasil penjumlahan vektor dari ketiga arus tersebut merupakan arus total.
Besaran relatif dari semua komponen vektor ini sangat tergantung pada kondisi
lepas pantai setempat.
Arus laut dapat memberikan pengaruh pada beban dinamis, yaitu pada gaya
drag dalam persamaan Morrison. Besar dan arah dari arus pasang surut pada
permukaan air umumnya diperoleh dengan mengukur besarnya arus pada daerah
setempat.
Variasi kecepatan arus dapat dihitung dengan persamaan :

UT = Uo (y/h)1/7 ………………………………. (3.20)

Dengan : UT = kecepatan arus pada ketinggian y dari permukaan (m/s)


Uo = kecepatan arus di permukaan laut (m/s)
h = kedalaman laut (m)
y = kedalaman yang ditinjau (m)

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 45
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

B. Gaya Arus
Gaya arus pada struktur merupakan kombinasi dari gaya angkat (lift) dan
gaya drag. Gaya lift baru diperhitungkan bila pembebanan terjadi pada slinder
panjang dengan perbandingan panjang diameter yang besar. Besar gaya arus
pada struktur adalah :
fL = 0,5 . ρ .CL .D . UT2 ………………………………. (3.21)
fD = 0,5 . ρ .CD .D . U T2 ………………………………. (3.22)
dengan: fL = gaya angkat persatuan panjang (N/m)
fD = gaya drag persatuan panjang (N/m)
CL = koefisien gaya angkat
CD/3 (Buku Pedoman Rancang Bangun, PII.22)
CD = koefisien gaya drag
D = Diameter batang struktur

IV.4. Beban Angin


A. Kecepatan Angin
Kecepatan angin terbesar yang diharapkan akan terjadi di suatu lokasi
tertentu dapat diestimasikan dari pemantauan cuaca lokal yang dicatat tiap hari.
Kecepatan angin pada umumnya dicatat dengan alat pengukur yang diletakkan
pada ketinggian 10 meter diatas permukaan laut. Untuk menentukan kecepatan
angin pada ketinggian berbeda maka digunakan persamaan yang terdapat
dalam buku “Applied Offshore Structural Engineering, hal. 8”, yaitu sebagai
berikut :
V = V10 (Y/10)X ……………………………………….(3.23)
dimana :
V = Kecepatan angin pada ketinggian Y
V10 = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m dari permukaan air laut
Y = Ketinggian konstruksi di atas permukaan air laut
X = 1/8 untuk angin sustained

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 46
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

B. Bidang Tangkap Angin


Dari gambaran sketsa perencanaan bangunan lepas pantai (terlampir)
bidang tangkap angin dibagi atas tiga bidang proyeksi, yaitu:
a. Production deck.
b. Drilling deck.
c. Perlengkapan lainnya.
C. Gaya Angin
Gaya angin yang bekerja pada sebuah struktur bangunan lepas pantai
merupakan penjumlahan gaya-gaya yang diterima oleh masing-masing
komponen struktur.Gaya angin tersebut timbul akibat adanya hambatan
kekentalan udara dan adanya perbedaan distribusi tekanan di sisi komponen
yang menghadap kearah angin dan sisi-sisi komponen lainnya. Besarnya gaya
angin tergantung pada kecepatan hembusan angin dan ukuran serta bentuk
dan struktur.
Dalam buku Offshore Structural Engineering hal. 93 diberikan
persamaan untuk menghitung gaya angin yang bekerja pada satu obyek :
F = 0,5 .ρ .C .A . V2 (N) …………………………………(3.24)
Dengan: ρ = masaa jenis udara = 1,29 kg/m3
C = koefisien gaya angin
A = luas bidang angin (m2)
V = kecepatan angin (m/det)

Tabel 3.5 Nilai-Nilai untuk Koefisien

Obyek Koefisien gaya angin

Balok 1,5
Silinder 0,5
Sisi – sisi bangunan 1,5
Proyeksi area platform 1,0
[sumber : data API 1980]

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 47
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

V 

Gambar 3.4 objek kedudukan miring


Untuk obyek yang kedudukannya miring maka persamaan gaya angin
yang lebih konservatif adalah :
F = 0,5 . ρ .C .A .V2 .cosα ………………………………. (3.25)

IV.5. Perhitungan Beban Lingkungan


A. Beban Gelombang
Gaya gelombang yang bekerja pada elemen struktur untuk kondisi yang
sebenarnya, memiliki bentuk non linear. Dalam hal ini penentuan gaya
gelombang pada tiap elemen harus dihitung dengan peninjauan lebih dari
satu titik ordinat gelombang. Selain itu penentuan letak garis air permukaan
gelombang pada elemen sulit untuk diketahui tanpa menggambarkan posisi
dari gelombang dan elemen tersebut. Oleh karena itu beberapa asumsi
digunakan untuk menyederhanakan perhitungan, asumsi tersebut adalah:
a. Gaya yang bekerja pada tiap elemen dianggap sebagai beban merata.
b. Penentuan sumbu global struktur, untuk arah vertikal sumbu Y dan arah
horisontal sumbu X dan sumbu Z.
c. Penentuan arah gelombang searah sumbu X, jadi sudut datang
gelombang 00 terhadap sumbu X atau 900 terhadap anjungan
B. Penentuan Karakteristik Gelombang
Dari data-data yang ada maka karakteristik gelombang tempat
operasional struktur adalah sebagai berikut
a. Kedalaman perairan (h) = 34,5 m
b. tinggi gelombang (H) = 4,57 m
c. periode gelombang (T) =7 s
d. panjang gelombang () = 76 m

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 48
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

C. Penentuan Teori Gelombang


Penentuan teori gelombang yang digunakan dalam analisa struktur
bangunan lepas pantai didasari berbagai parameter yang telah diketahui.
Parameter tersebut antara lain grafik hubungan h/ dengan H/. Dengan h
menyatakan kedalaman perairan, H menyatakan tinggi gelombang, 
menyatakan panjang gelombang dan T menyatakan periode gelombang,
Diketahui: h = 34,5 m, H = 4,57 m,  = 76 m
diperoleh : h/ = 0,46 H/ = 0.06

Gambar 3.5 Penentuan teori gelombang dengan menggunakan grafik hubungan


panjang gelombang, tinggi gelombang, dan kedalaman
Dari grafik diperoleh bahwa teori gelombang yang mendekati adalah teori
gelombang Airy.

Selain grafik hubungan tersebut, terdapat kondisi yang disyaratkan


dalam penggunaan teori gelombang. Kondisi tersebut dinyatakan dalam tabel
berikut.

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 49
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Tabel 3.6 Kondisi yang Disyaratkan dalam Penentuan Teori Gelombang

Teori Kondisi Yang disyaratkan


Gelombang
Conidal h/< 0,1 H2/h3> 15
Solitary h/<0,02 H2/h3 > 15
Stokes h/> 0,1
h/<0,05 (air dangkal)
Airy h/>0,5 (air dalam) H2/h3<15

Sumber : Teknik pantai

D. Perhitungan Beban Gelombang


Dalam perhitungan beban digunakan teori gelombang Airy yang juga
disebut teori gelombang amplitudo kecil.Dalam teori gelombang Airy dianggap
bahwa tinggi gelombang adalah sangat kecil apabila dibandingkan terhadap
panjangnya atau kedalamannya, sehingga yang diperhitungkan hanya suku
pertama dari ruas kanan. Apabila dua suku pertama diperhitungkan, disebut
teori orde kedua/stokes, dan apabila tiga suku pertama disebut teori orde
ketiga, dan seterusnya.
Berikut ini adalah urutan dari analisa beban gelombang dengan
menggunakan Teori Gelombang Airy :
 Perhitungan profil muka air/gelombang yang merupakan fungsi ruang
(x) dan waktu (t) yang mempunyai bentuk sebagai berikut :
H
  cos (kx  t ) (3.26)
2
 Menentukan kecepatan gelombang Horisontal yang merambat ke arah
sumbu x (m/s), dengan bentuk sebagai berikut :
(3.27)
H Coshky
u Cos(kx  t )
2 Sinhkh
 Menentukan percepatan gelombang Horisontal yang merambat ke arah
sumbu x (m/s2), dengan bentuk sebagai berikut :

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 50
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

 2 H Coshky (3.28)
ax  Sin (kx  t )
2 Sinhkh

Dalam perhitungan berbagai gaya gelombang (f), beban yang bekerja


pada tiang silinder untuk tiap panjangnya pada diameter D, digunakan
persamaan Morisson dengan formula sebagai berikut :
D 2
f 1 2  C D D u u   C I a (3.29)
4
dimana ρ menyatakan massa jenis air laut, CD dan CI adalah koefisien
gaya gesek dan gaya inersia, u dan ax adalah kecepatan dan
percepatan air.

Contoh perhitungan pada elemen 92


Sehingga didapatkan :
H
1. Profil gelombang dalam satuan meter ,   cos (kx  t )
2
4,572
ᶯ= cos (0.082673 x 5,241 - 0.840843 x 0)
2
= 2, 86 meter
2. Kecepatan gelombang Horisontal yang merambat ke arah sumbu x dan y
(m/s), dengan bentuk sebagai berikut :

0,840843x4,5 coshx0,82673x31,25
μ= cos (0.082673x5,241–0,840843x0)
2 sinhx0,82673x34,5

μ= 0,62252 m/s

3. Percepatan gelombang Horizontal arah sumbu x (m/s 2), dengan bentuk


sebagai berikut :

 2 H Coshky
ax  Sin (kx  t )
2 Sinhkh

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 51
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

ax 0,8408432x4,572 coshx0,82673x31,25
cos (0.082673x5,241–0,840843x0)
= 2 sinhx0,82673x.34,5

ax = 0,52344 m/s2

Diketahui:
Diameter elemen (D) = 1,42 meter.
Koefisien gaya gesek, CD = 1
Koefisien gaya inersia, CI = 2,0
Gaya gelombang Horisontal arah sumbu x yang bekerja pada elemen 92

3,14 𝑋 1,422
F = 0,5 x 1,025 x 1,42 x 0,6225 x 0,6225 + (1,025x2,0) x 0.18612
4
F = 1,49 kN/m2

E. Beban Arus
Untuk menyederhanakan perhitungan, arus dianggap bergerak horizontal
dengan arah searah sumbu global-X (nol derajat).
Gaya arus dihitung pada elemen dengan pusat beban berada di
pertengahan elemen (untuk elemen yang berada di bawah air) dan pusat beban
berada di permukaan air (untuk elemen yang sebagian berada di atas
permukaan air).
 Kecepatan Arus
Kecepatan arus pada elemen 20 dengan y = -28.25 m dan U0 = 0,495 m/s
adalah sebagai berikut :
UT = U o (y/h) 1/7
= -0,0579 m/s
 Gaya Arus

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 52
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Perhitungan gaya arus, sebagai contoh elemen 20 (y= -28,25 m dan D =1,42
m). Dengan ρ = 1,025 ton/m3 CD = 1,0 dan CL CD /3 = 0,333, maka gaya
angkat (f L) dan gaya drag (f D) adalah sebagai berikut :
2
fL= 0,5..CI. D. UT
2
=0,5 x 1,025 x 0,333 x 1,42 x (-0,0579)

= 0,000812 kN/m
2
fD= 0,5..CD. D. UT
2
= 0,5 x 1,025 x 1 x 1,42 x (-0,0579)

= 0,00244 kN/m

Jadi,

fTotal = FD + FL
= 0,000812 + 0,00244 = 0.060343 kN/m
Jadi besar beban arus pada elemen 20 adalah: = 0.060343 kN/m

F. Beban Angin
Untuk menyederhanakan perhitungan, angin dianggap bergerak horizontal
dengan arah searah sumbu global X (nol derajat). Gaya angin dihitung pada
bangunan atas (deck) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

2
F = ½ . . CW. A.V

dimana :
 : massa jenis udara; 1,29 Kg/m3
Cw : Koefisien gaya angin
A : luas bidang tangkap angin (m2)
V : kecepatan angin (m/dtk)

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 53
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Koefisien gaya Angin


Obyek Koef.
Balok 1,50
Silinder 0,50
Sisi –sisi bangunan 1,50
Proyeksi Area Platform 1,00

2m

5m

5m
15 m 15 m

5,6

45 m
28,5 m

Gambar Bidang Angin tampak Samping dan Depan


Sesuai gambar di atas maka dapat ditentukan gaya angin pada geladak dan
bangunan atas seperti berikut :
- Tampak Depan
A = (312,3) + (312,4) + (312,4) + (141) + (2,6) + (10,1) + (40,4)
= 1080,8 m2
- Tampak Samping
A = (156,2) + (156,2) + (156,2) + (110) + (2,6) + (10,1) + (20,4)
= 582,2 m2
Atot = (1080,8 + 582,2)
= 1663 m2
2
F = 0,5 . . CW. A.V
2
= 0,5 . 1,29. 1,5. 1663. 8,7
=
= 5726,97 kN
Gaya angin total yang bekerja pada geladak dan bangunan atas :
F = 5726,97 kN

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 54
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

BAB V
KESIMPULAN

BOPD/ Lokasi : 94.000 / Laut Jawa


Jenis Konstruksi : Jacket Steel Platform (terpancang)
Sebagai anjungan produksi pengeboran dan
Fungsi Konstruksi :
Produksi
Berat Total Geladak : 19602 ton

Material Struktur : : Baja Group I kls C Spek. ASTM A500 Grade C


Kaki struktur dan geladak, jacket
brace : Baja group II kls B spes.API 5L grade N52
Joint chord, joint brace, joint dan K
Balok geladak dan pelat geladak : Baja group I kls C spes. ASTM mutu A 36

Jumlah Kaki Struktur / Kemiringan : 8 buah / 1:8 dan 1:12


Ukuran Pile : Diameter = 54 inch, tebal = 0.75 inch
Pola Perangkaan : Kombinasi K & N

Struktur Jacket :
: Diameter = 56 inch, tebal = 1,24 inch
Kaki Jacket
: Diameter = 59,7 inch, tebal = 1,24 inch
SambunganKaki Jacket
: Diameter = 26 inch, tebal = 0,64 inch
Brace horizontal
: Diameter = 25 inch, tebal = 0,64 inch
Brace K, N

Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 45 x 20 m2
Geladak Pengeboran : 45 x 20 m2
Geladak Instalasi : 45 x 20 m2
Geladak Akomodasi : 24 x 18,5 m2
Geladak Helideck : 13 x 13 m2

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 55
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 56 inch, tebal = 1,24 inch
Brace Geladak : Diameter = 26 inch, tebal = 0,65 inch
Balok Geladak : Profil WF baja mutu A36,Fb=36ksi(248Mpa)
Pelat Geladak : Pelat baja mutu A36, Fb=36ksi(248Mpa)

MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 56

Anda mungkin juga menyukai