BAB I
PENDAHULUAN
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 1
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
I.4. Manfaat
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 2
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 3
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB II
PRARANCANGAN
Langkah paling awal dalam konsep perancangan adalah penentuan target. Target-
target perancangan yang mendifinisikan kemampuan struktrur untuk memenuhi tujuan
operasinya diantaranya adalah : functionality (kemampuan difungsikannya struktur),
habitability (nilai mutu dari struktur dalam memberikan kenyamanan), reliability (nilai
keandalan struktur), availability (nilai yang proporsi dari struktur untuk keseluruhan
umur operasional), safety (kemampuan struktur untuk tetap selamat selama
pengoperasian)dan damage tolerance ( kemampuan struktur untuk selamat dari
tingkatan kerusakan yang ekstrim pada suatu periode tertentu).
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 4
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
a. Inovasi baru
b. Perkembangan teknologi material dan fabrikasi
c. Perubahan dalam pendanaan oleh pemerintah dan dukungan terhadap
industri
Kriteria yang terpenting dalam perancangan konstruksi bangunan lepas pantai
adalah harus dapat menahan beban vertikal sebagai akibat dari beban fungsional.,
berat struktur dan fasilitas pendukung lainnya, serta dapat menahan beban horizontal
sebagai akibat dari beban lingkungan. Selain itu pula sebuah konstruksi bangunan
lepas pantai harus memiliki sifat tahan terhadap beban statis dan beban dinamis serta
tahan terhadap kelelahan. Adapun prosedur perancangan bangunan lepas pantai
adalah sebagai berikut :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 5
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Lokasi yang mengandung minyak maupun gas belum tentu layak untuk
dieksploitasi, kaitannya dengan perkiraan ekonomis terhadap pembangunan
konstruksi bangunan lepas pantai. Perkiraaan ekonomis tersebut harus tepat
mengingat mahalnya biaya konstruksi sebuah struktur bangunan lepas pantai.
Dalam hal ini besar jumlah kandungan minyak maupun gas pada suatu lokasi
sangat menentukan layak tidaknya untuk dieksploitasi.
Salah satu data kondisi lingkungan yang utama adalah kedalaman perairan.
Dalam banyak hal data ini merupakan tolak ukur berbagai persyaratan yang
harus dipenuhi dalam penentuan konfigurasi struktur bangunan lepas pantai.
Muka air pasang dan muka air surut juga merupakan parameter penting yang
mempengaruhi kedalaman perairan.
Berikut ini adalah bagian dari gejala alam yang juga merupakan beban
lingkungan yang dialami struktur bangunan lepas pantai di lokasi tempat
pengoperasian :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 6
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1. Gelombang
Gelombang merupakan sumber utama dari beban lingkungan yang diderita
oleh anjungan lepas pantai. Dalam perancangan konstruksi bangunan lepas
pantai, karakteristik gelombang yang digunakan adalah pada kondisi lingkungan
normal untuk menentukan parameter gelombang rata-rata dan kondisi
lingkungan ekstrim yang diperkirakan terjadi periode perulangan dalam waktu
100 tahun. Parameter-parameter yang diperoleh dari gelombang adalah tinggi
gelombang, periode gelombang, panjang gelombang dan elevasi puncak
gelombang serta parameter lain yang mendukung.
2. Angin
Parameter angin paling utama adalah kecepatan angin. Data angin yang
diperoleh harus disesuaikan dengan kecepatan angin pada ketinggian standart
(ketinggian acuan/referensi)yaitu 10 m atau 33 ft diatas permukaan air rata-rata
dengan interval waktu yang ditentukan. Terdapat dua tipe kecepatan angin yaitu
gust (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu kurang dari satu menit) dan
sustained (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu satu menit atau lebih).
Namun penting pula diperhatikan adalah frekuensi dan lama berlangsungnya
kecepatan angin di lokasi.
3. Arus
Seperti halnya angin, parameter paling utama dari arus adalah
kecepatannya. Selain itu juga, arah terpaan arus juga merupakan variabel
penting yang berguna untuk perencanaan pengoperasian anjungan lepas pantai.
Perhitungan arus memiliki banyak pengaruh terhadap penentuan letak dan arah
kedudukan sandaran kapal serta gaya dinamis yang diderita anjungan lepas
pantai.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 7
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 8
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 9
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dilengkapi dengan fasilitas pengolahan minyak dan gas bumi. Platform ini
ditambat ke lokasi untuk waktu yang lama, dan tidak benar-benar mengebor
minyak atau gas. Beberapa varian dari aplikasi ini, yang disebut FSO (floating
storage offloading) atau FSU (floating storage unit), yang digunakan secara
eksklusif untuk tujuan penyimpanan, dan hanya memiliki peralatan proses yang
sangat sedikit. Dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 10
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 11
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5. Anjungan pipe layer : Untuk pipe layer telah berkembang dari tongkang yang
sederahana hingga semi submersible yang dilengkapi dengan fasilitas las
dan pendukung yang modern.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 12
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Perbedaan perhitungan berat pengetesan sekitar satu atau dua ton masih
dapat diterima dan biasanya besar berat pengetesan diasumsikan relatif
kecil sehingga dapat diabaikan.
Penentukan berat kering dan luasan dari geladak dapat ditentukan dengan
bantuan grafik hubungan jumlah produksi minyak perhari (BOPD), seperti pada
Gambar 1.1 dan 1.2 berikut keterangan tiap grafiknya (Planning and design of
fixed offshore platform : 39) :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 13
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
a. Group I : dirancang untuk baja lunak dengan spesifikasi kuat luluh 4 ksi (280
Mpa) atau kurang, karbon ekivalen 0,4 % atau kurang dan harus dapat dilas
dengan beberapa proses pengelasan.
b. Group II : dirancang untuk baja kekuatan menengah dengan spesifikasi kuat
luluh minimum 40 ksi (280 Mpa) hingga 52 ksi (360 Mpa), karbon ekivalen
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 14
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
a. Baja Kelas C : Baja yang mempunyai hasil yang baik untuk pengelasan
struktur pada temperatur kerja normal dimana impact test tidak disyaratkan,
digunakan ketebalan yang terbatas, bentuk yang moderat, pengekangan
rendah, konsentrasi tegangan yang rendah dan beban-beban quasl-statis.
b. Baja Kelas B : Baja yang sesuai untuk struktur dimana ketebalan,
temperatur rendah, pengekangan, konsentrasi tegangan, beban impact,
tidak begitu berpengaruh karena ketangguhan tariknya sangat baik.
c. Baja Kelas A : Baja yang sesuai untuk digunakan pada temperatur normal
dan untuk penggunaan konstruksi kritis. Baja seperti ini umumnya dapat
ditemui pada baja dengan persyaratan charpy yang tinggi pada rentang
temperatur –200 C hingga 400 C.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 15
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Pada mulanya konstruksi lepas pantai dibangun dengan 3 atau 4 kaki, lalu
berkembang hingga sekarang hingga 6 sampai 8 kaki atau bahkan lebih.
Penentuan jumlah kaki sangatlah bevariasi tergantung dari kebutuhannya
ditinjau dari segi kekuatan dan efektifitas biaya konstruksinya. Dewasa ini,
dengan adanya ukuran pipa yang lebih besar, anjungan–anjungan cenderung
dikonstruksi dengan 8 kaki. Jenis ini dapat dipakai sampai kedalaman 400 feet
(122 meter).
Diameter pile dapat ditentukan dari Tabel 2.1 dengan terlebih dahulu
menentukan besarnya kapasitas aksial yang dapat didukung oleh tiap pile
dengan pendekatan sebagai berikut :
P = W/n
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 16
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Kaki–kaki jacket dimiringkan agar memiliki ruangan yang lebih besar pada
dasar laut yang kemudian membantu dalam menahan momen guling yang
timbul. Dalam arah melintang hanya kaki–kaki terluar yang dimiringkan,
biasanya 1/10 atau 1/12. Sedangkan dalam arah memanjang semua kaki
jacket dimiringkan 1/7 atau 1/8. Penentuan jarak antar kaki struktur dan
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 17
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
kemiringannya dimulai pada rentang 3–4 meter di atas garis air rerata
(Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg Jacket’ : 95).
Akibat dari better atau kemiringan, maka jarak antar kaki makin melebar
pada dasar laut. Sehingga untuk membantu kaki struktur menahan momen
guling, maka biasanya konstruksi direncanakan menggunakan beberapa skirt
pile yang memanjang hingga satu level di atas level paling bawah struktur
(Introduction to Offshore Structures, ‘Design for an Eight Leg Jacket’ : 113).
E. Perangkaan
Kaki–kaki jacket dihubungkan dan ditopang oleh rangka–rangka (brace)
dengan arah–arah horisontal, diagonal–horisontal, diagonal–vertikal.
a. Pola Perangkaan
Pola perangkaan struktur penyangga anjungan mengikuti tipe-tipe
sambungan tubular yang sangat beragam. Perangkaan struktur umumnya
adalah pola K, N, T, K ganda, N ganda, T ganda dan kombinasi dari beberapa
pola tersebut.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 18
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
c. Rangka Tubular
Parameter perancangan yang paling menentukan untuk penentuan ukuran
awal rangka struktur/rangka tubular anjungan adalah rasio kerampingan kl/r.
Pengalaman menunjukkan bahwa kl/r antara 70 hingga 90 menghasilkan hasil
memadai (Planning and Design Of Fixed Offshore Platform : 564). Untuk
struktur penyangga lainnya yang lebih sekunder maka rasio kerampingan kl/r
dapat diambil yang terbesar atau mengambil sekitar 2/3 dari diameter brace
utama. Parameter yang paling menentukan dalam menentukan ukuran awal
rangka tubular adalah rasio kerampingan. Adapun besar rasio kerampingan
disetiap area dapat dilihat pada table 2.3 di bawah ini :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 19
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Tabel 2.4. Rasio D/t untuk Komponen Tubular Struktur Rangka Anjungan
FaktorPanjang
Bagian struktur
Efektif
Kaki bangunan atas: Dengan bracing 1,0
Portal (tanpa braces) K
Jacket leg dan pilling:
1,0
Grouted composite section
1,0
Ungrouted jacket leg
1,0
Ungrouted pilling between shim points
Deck truss web members:
0,8
In action plane
1,0
Out of plane action
Jacket braces: 0,8
Face to face length of main diagonals 0,8
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 20
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Bila > 0,8 kemungkinan kegagalan terjadi dalam bentuk keruntuhan (collaps)
pada chord. Bila 0,3 << 0,8 kemungkinan kegagalan dalam bentuk interaksi
antara punching shear dengan collaps. Namun dalam kebiasaan nilai yang
sering diambil adalah 0,4 << 0,7.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 21
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
F. Geladak
a. Jenis–jenis geladak
1. Geladak produksi (Production deck)
Minyak yang dieksploitasi tidak langsung di distribusikan ke darat,
Karena masih bercampur dengan unsur-unsur, maka geladak produksi
dimaksudkan sebagai tempat pengolahan dan pemisahan antara miyak, gas
dan air laut.
2. Geladak pengeboran (Drilling deck)
Fungsi utama struktur lepas pantai adalah pengeboran baik itu minyak
maupun gas.Untuk itu pada struktur lepas pantai aktivitas pengeboran
ditempatkan pada geladak pengeboran.Pada geladak ini ditempatkan
fasilitas–fasilitas pengeboran seperti drilling derrick.
3. Geladak tempat tinggal (Quarter deck)
Anjungan lepas pantai umumnya dibangun jauh dari tempat tinggal
para pekerja, disamping itu pengawasan diatas anjungan harus sering
dikontrol, untuk itu perlu disiapkan tempat tinggal yang direncanakan
dengan memperhatikan keselamatan dan kenyamanan untuk para pekerja.
4. Geladak Heliport (Helideck)
Penggunaan fasilitas helikopter diperlukan bila jarak antara daratan
dan tempat anjungan lebih dari 50 mil (80 km).Untuk jarak yang kurang dari
50 ml biasanya menggunakan transportasi laut. Namun penggunaan
transportasi helikopter sangat besar manfaatnya untuk efisinsi kegiatan
anjungan yang antara lain :
a. Efisiensi waktu, dengan helikopter dapat mengurangi waktu perjalanan
sekitar 1–6 kali dari perjalanan dengan boat.
b. Gangguan cuaca dapat diatasi dengan menggunakan helikopter
sehingga kegiatan anjungan tidak terganggu.
c. Supervisor dan spesilist dapat melakukan kegiatan di anjungan dan di
darat dengan efisien.
d. Dapat mengevakuasi crew secepatnya bila terjadi keadaan darurat atau
badai besar.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 22
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b. Kaki Geladak
Seperti halnya perencanaan pile, perencanaan kaki geladak juga
mempertimbangkan beban aksial yang akan ditumpu selain pertimbangan
beban lain dari lingkungan sekitarnya. Adapun tinggi rangka kaki geladak
diusahakan agar geladak terbawah tidak terkena puncak gelombang air laut,
persamaan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
H = 0,5HM + PAT + PB
HM = Tinggi gelombang maksimum
PAT = Pasang astronomi tertinggi
PB = Pasang badai
Untuk ketebalan tiang kaki geladak dapat ditentukan sesuai rasio D/t
pada table 1.3. Sedangkan untuk ukuran pengikat tiang geladak (brace)
dapat didekati dengan rasio kerampingan kl/r = 70 – 90 (“Planning and
Design Of Fixed Offshore Platform“ : 564) dan ketebalannya sesuai dengan
table 1.3. Ukuran pengikat tiang geladak yang diperoleh harus diuji dengan
aspek parameter sambungan tubular.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 23
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB III
PENYAJIAN DATA
b) Karakteristik Lingkungan
Adapun karakteristik lingkungan di Laut Jawa adalah sebagai berikut:
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 24
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4. Berat pengetesan diambil sekitar (1– 2 ton) berat pengetesan diambil 2 ton
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 25
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5. Beban total yang bekerja pada konstruksi geladak yaitu berat operasional
ditambah berat pengangkatan, diperoleh :
Beban total geladak = 18900 + 700 + 2 = 19602 ton
Dengan alasan yang sama pada penentuan berat kering, maka dipilih
kurva sedang yaituMedian pada area Warm Climate.Sehingga dengan
94000 BOPD diperoleh luas geladak sebesar 50.000ft2 atau sama dengan
4650m2.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 26
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
“Planning and design of fixed offshore platform” : 693–694 dan 702 &
“Pedoman Rancang bangun bangunan Lepas Pantai di Perairan Indonesia” :
V-2 – V-6).
Sehingga dari tabel 2.1 dengan asumsi kapasitas lateral sebesar 110 ton
diperoleh diameter pile yaitu sebesar 54 inchi dan ketebalan dinding pile 0,75
inch sesuai tabel 2.2
e. Perangkaan
1. Pola Perangkaan
Dengan mempertimbangkan rasio kerampingan kl/r dan perencanaan
yang sederhana untuk menekan biaya produksi tanpa mengabaikan kekuatan
struktur, maka perangkaan struktur menggunakan sistem rangka yang
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 27
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
f. Rangka Tubular
1. Kaki Jacket
Untuk penentuan diameter luar kaki jacket direncanakan dengan
menambah minimal 5 cm dari diameter luar pile (menurut DM.Rosyid dalam
makalah pelatihan segitiga biru “Perencanaan struktur anjungan lepas pantai “
: 14), sehingga diperoleh :
D/t = 45
t = 56/45 = 1.24 inch
2. Sambungan Kaki Jacket (Chord)
Ketebalan sambungan chord ditentukan menurut
D/t = 30
t = 56/30 = 1,87 inch
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 28
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
A. Brace Horisontal
Diambil nilai perbandingan kl/r = 70, k = 0,70 (tabel 2.5)
kl/r = 0,7x 900.591 /0,35d
70 = 630.4134 /0,35d
l = panjang tak ditumpu terpanjang
r = 0,35d
d = 25,7 inch = 0.654 m
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih rasio D/t = 40):
D/t = 40
t = 25,7 / 40
= 0,64 inch
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih D/t = 35):
D/t = 35
t = 25,7/35
= 0,74 inchi
Kontrol Nilai Perencanaan
B. Brace K dan N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 70, k = 0,80 (tabel 2.5)
kl/r = 0,80 x 771,248 / 0,35d
70 = 616,9984 / 0,35d
l = panjang tak ditumpu terpanjang
r = 0,35d
d = 25,2 inch = 0.64 m
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih rasio D/t = 40):
D/t = 40
t = 25,20 / 40
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 29
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
= 0,63 inch
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 2.4 (dipilih D/t = 35):
D/t = 35
t = 25,20 / 35
= 0,72 inchi
Kontrol Nilai Perencanaan
Kaki Geladak
Ketinggian yang dapat dicapai air laut di atas garis air rata-rata (MWL) bisa
ditentukan dengan persamaan berikut :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 30
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
H = 0,5HM + PAT + PB
PB = Pasang badai
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 31
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
D/t = 45
t = 27 / 45 = 0,6inchi.
Kontrol Nilai Perencanaan
a. Balok Geladak
Rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan profil balok geladak
adalah :
2
Mmaks = ql /12
fb = Mmaks / S
dengan Mmaks adalah momen maksimum yang bekerja tiap 1m lebar pelat
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 32
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 33
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3
dengan S = 161 inchi
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 34
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB IV
ANALISIS BEBAN LINGKUNGAN
Pada struktur bangunan lepas pantai, terdapat beberapa kondisi pembebanan yang
bekerja yakni :
E. Beban Dinamis (Dynamic Load): merupakan beban yang ditimbulkan oleh reaksi
terhadap gelombang, arus, angin, gempa bumi, permesinan dan lain-lain yang
bersifat siklis.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 35
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Berikut ini adalah bagian dari beban lingkungan tempat bangunan lepas pantai
beroperasi, yakni :
c) Beban Arus; baik arus yang diakibatkan oleh pasut, badai maupun sirkulasi
variabel-variabel fisik laut.
d) Beban akibat pasut; baik pasut astronomis maupun pasut karena angin
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 36
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan lepas pantai, pada
umumnya didominasi oleh salah satu beban lingkungan yakni gelombang. Adapun
arus dan angin merupakan beban lingkungan sekunder yang turut diperhitungkan.
Untuk itu, perancangan konstruksi anjungan lepas pantai, harus memperhitungkan
kondisi beban gelombang, beban arus dan beban angin serta kombinasi antara
ketiganya, bila terjadi bersamaan.
Analisa beban statis umumnya dilakukan pada struktur yang tidak terlalu dalam,
namun untuk laut yang lebih dalam di mana untuk pengoperasiannya anjungan
cenderung bersifat lebih lentur (akibat hantaman gelombang secara terus-menerus),
maka disamping analisa statis juga perlu dilakukan analisa dinamis (BKI , 1991).
Dalam analisa statis, beban-beban yang bekerja adalah pembebanan pada struktur
jacket misalnya beban geladak, beban beban bentur kapal (boat landing load) dan
beban lingkungan (gelombang, arus dan angin). Adapun unsur-unsur yang
berpengaruh dalam analisa tersebut adalah gelombang laut, arus dan kecepatan angin
yang berpengaruh pada struktur bangunan atas.
Pada perencanaan bangunan lepas pantai ini, analisa beban difokuskan pada beban-
beban lingkungan diantaranya beban gelombang, beban arus dan beban angin.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 37
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3. Tinggi gelombang (H) ; terukur dalam satuan jarak secara vertikal Z dari puncak
tertinggi sampai lembah terdalam profil gelombang yang terjadi dalam rangkaian
pergerakan gelombang.
Sedangkan parameter yang digunakan dalam menganalisa gelombang
adalah karakteristik gelombang, kedalaman laut, serta parameter lainnya seperti
percepatan dan kecepatan gelombang yang diperoleh dari persamaan teori
gelombang.
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 38
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 39
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
6. Tekanan Gelombang
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 40
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimana :
F1 = a
F2 = a2 F22 + a4 F24
F3 = a3 F33 + a5 F35 (3.3)
F4 = a4 F44
F5 = a5 F55
Dengan F22 , F24 ,F33 , dst merupakan parameter profil gelombang yang
tergantung pada parameter h/ = kh/2, (Tabel 3.1).
Sedangkan nilai a tergantung dari parameter tinggi gelombang, melalui
persamaan :
kH = 2[a + a3 F33 + a5 ( F35 + F55 )] (m-1) (3.4)
Kecepatan air horisontal dan kecepatan verikal air v (pada kedudukan x
, waktu t dan jarak dari dasar laut y) dirumuskan dengan :
5
u = ( /k) . Gn
cosh nky
cos n (kx - t) (m/s) (3.5)
1 sinh nkh
5
v = ( /k) . Gn
sinh nky
sin n (kx - t) (m/s) (3.6)
1 sinh nkh
dimana :
G1 = aG11 + a3 G13 + a5 G15
G2 = 2 (a2 G22 + a4 G24 )
G3 = 3 (a3 G33 + a5 G35 ) (3.7)
G4 = 4a4 G44
G5 = 5a5 G55
Dengan G22 , G24 ,G33 , dst merupakan profil gelombang yang
tergantung pada parameter h/λ = kh/2 (tabel 2.3).
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 41
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5
ay = (-kc2/2) 1
Sn cos n (kx - t) (m/s2) (3.11)
dimana :
Un = Gn (cosh nky/sinh nkh)
(3.12)
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 42
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 43
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
D 2
f 1 2 C D D u u C I ax ………………………. (3.16)
4
dimana : ρ = Kerapatan Fluida
CD = Koefisien Gesek (menurut API, 1980 = 0,6 ~ 1,0)
CI = Koefisien Inersia (menurut API, 1980 = 1,5 ~ 2,0)
u = Kecepatan Air Horizontal
ax= Percepatan Air Horizontal.
Menurut rekomendasi API RP2A 1980, nilai CD berkisar antara 0,6 sampai
1,0 dan nilai CI berkisar antara 1,5 sampai 2,0 (Offshore Struktural Engineering,
P. 114) dan menurut API RP2A 1977 untuk perhitungan dengan teori gelombang
Stoke derajat lima CD berkisar antara 0,6 sampai 1,0 dan Ci berkisar antara 1,5
sampai 2,0 (Mechanic of wafe forces on offshore structures, p. 313).
Dalam perhitungan ini karena yang akan ditentukan adalah beban rancang
maksimum maka nilai yang digunakan adalah CD = 1,5 dan Ci = 2,0.
Dengan demikian dapat diperoleh model distribusi gaya gelombang yang
bekerja pada pile sebagai berikut :
y
C
SWL
Sea floor y = 0
x
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 44
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
C D D sinh 2 ky 2ky
( H sinh 2 kh sinh 2 kh cost cost
)2
FD = …………..…………….(3.18)
2k
dan
CI D 2 2 sinh ky
FI = H sin t ………………………………………… (3.19)
2k 4 sinh kh
IV.3. Beban Arus
A. Kecepatan Arus
Arus merupakan kondisi lingkungan yang penting untuk diperhitungkan dalam
perancangan anjungan lepas pantai karena mempunyai pengaruh pada :
a. Letak dan arah kedudukan sandaran kapal dan dampra tongkang.
b. Gaya yang diderita anjungan
Arus pada umumnya dikategorikan ke dalam :
a. Arus pasang surut (terkait dengan pasang surut astronomi)
b. Arus sirkulasi (terkait dengan pola sirkulasi skala laut)
c. Arus yang ditimbulkan oleh badai/ angin
Hasil penjumlahan vektor dari ketiga arus tersebut merupakan arus total.
Besaran relatif dari semua komponen vektor ini sangat tergantung pada kondisi
lepas pantai setempat.
Arus laut dapat memberikan pengaruh pada beban dinamis, yaitu pada gaya
drag dalam persamaan Morrison. Besar dan arah dari arus pasang surut pada
permukaan air umumnya diperoleh dengan mengukur besarnya arus pada daerah
setempat.
Variasi kecepatan arus dapat dihitung dengan persamaan :
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 45
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
B. Gaya Arus
Gaya arus pada struktur merupakan kombinasi dari gaya angkat (lift) dan
gaya drag. Gaya lift baru diperhitungkan bila pembebanan terjadi pada slinder
panjang dengan perbandingan panjang diameter yang besar. Besar gaya arus
pada struktur adalah :
fL = 0,5 . ρ .CL .D . UT2 ………………………………. (3.21)
fD = 0,5 . ρ .CD .D . U T2 ………………………………. (3.22)
dengan: fL = gaya angkat persatuan panjang (N/m)
fD = gaya drag persatuan panjang (N/m)
CL = koefisien gaya angkat
CD/3 (Buku Pedoman Rancang Bangun, PII.22)
CD = koefisien gaya drag
D = Diameter batang struktur
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 46
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Balok 1,5
Silinder 0,5
Sisi – sisi bangunan 1,5
Proyeksi area platform 1,0
[sumber : data API 1980]
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 47
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
V
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 48
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 49
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 50
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2 H Coshky (3.28)
ax Sin (kx t )
2 Sinhkh
0,840843x4,5 coshx0,82673x31,25
μ= cos (0.082673x5,241–0,840843x0)
2 sinhx0,82673x34,5
μ= 0,62252 m/s
2 H Coshky
ax Sin (kx t )
2 Sinhkh
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 51
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
ax 0,8408432x4,572 coshx0,82673x31,25
cos (0.082673x5,241–0,840843x0)
= 2 sinhx0,82673x.34,5
ax = 0,52344 m/s2
Diketahui:
Diameter elemen (D) = 1,42 meter.
Koefisien gaya gesek, CD = 1
Koefisien gaya inersia, CI = 2,0
Gaya gelombang Horisontal arah sumbu x yang bekerja pada elemen 92
3,14 𝑋 1,422
F = 0,5 x 1,025 x 1,42 x 0,6225 x 0,6225 + (1,025x2,0) x 0.18612
4
F = 1,49 kN/m2
E. Beban Arus
Untuk menyederhanakan perhitungan, arus dianggap bergerak horizontal
dengan arah searah sumbu global-X (nol derajat).
Gaya arus dihitung pada elemen dengan pusat beban berada di
pertengahan elemen (untuk elemen yang berada di bawah air) dan pusat beban
berada di permukaan air (untuk elemen yang sebagian berada di atas
permukaan air).
Kecepatan Arus
Kecepatan arus pada elemen 20 dengan y = -28.25 m dan U0 = 0,495 m/s
adalah sebagai berikut :
UT = U o (y/h) 1/7
= -0,0579 m/s
Gaya Arus
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 52
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Perhitungan gaya arus, sebagai contoh elemen 20 (y= -28,25 m dan D =1,42
m). Dengan ρ = 1,025 ton/m3 CD = 1,0 dan CL CD /3 = 0,333, maka gaya
angkat (f L) dan gaya drag (f D) adalah sebagai berikut :
2
fL= 0,5..CI. D. UT
2
=0,5 x 1,025 x 0,333 x 1,42 x (-0,0579)
= 0,000812 kN/m
2
fD= 0,5..CD. D. UT
2
= 0,5 x 1,025 x 1 x 1,42 x (-0,0579)
= 0,00244 kN/m
Jadi,
fTotal = FD + FL
= 0,000812 + 0,00244 = 0.060343 kN/m
Jadi besar beban arus pada elemen 20 adalah: = 0.060343 kN/m
F. Beban Angin
Untuk menyederhanakan perhitungan, angin dianggap bergerak horizontal
dengan arah searah sumbu global X (nol derajat). Gaya angin dihitung pada
bangunan atas (deck) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
2
F = ½ . . CW. A.V
dimana :
: massa jenis udara; 1,29 Kg/m3
Cw : Koefisien gaya angin
A : luas bidang tangkap angin (m2)
V : kecepatan angin (m/dtk)
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 53
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2m
5m
5m
15 m 15 m
5,6
45 m
28,5 m
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 54
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
BAB V
KESIMPULAN
Struktur Jacket :
: Diameter = 56 inch, tebal = 1,24 inch
Kaki Jacket
: Diameter = 59,7 inch, tebal = 1,24 inch
SambunganKaki Jacket
: Diameter = 26 inch, tebal = 0,64 inch
Brace horizontal
: Diameter = 25 inch, tebal = 0,64 inch
Brace K, N
Luasan Geladak :
Geladak Produksi : 45 x 20 m2
Geladak Pengeboran : 45 x 20 m2
Geladak Instalasi : 45 x 20 m2
Geladak Akomodasi : 24 x 18,5 m2
Geladak Helideck : 13 x 13 m2
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 55
PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 56 inch, tebal = 1,24 inch
Brace Geladak : Diameter = 26 inch, tebal = 0,65 inch
Balok Geladak : Profil WF baja mutu A36,Fb=36ksi(248Mpa)
Pelat Geladak : Pelat baja mutu A36, Fb=36ksi(248Mpa)
MUH. KURNIAWAN
D321 15 507 56