Anda di halaman 1dari 22

PROJECT WORK 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas terselesaikannya laporan ini
walaupun kami sadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dapat ditemukan
di dalamnya dikarenakan kesalahan dan kekurangan dari diri kami.
Tugas ini kami susun sebagai pelengkap dari seluruh rangkaian kegiatan pada mata
kuliah Project Work 1 dengan dosen pembimbing kami selama kegiatan pengajaran yaitu
Anis Rosyidah, ST.MT. yang dilaksanakan pada semester 5 Program Studi Bangunan
Gedung jurusan Teknik Sipil.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami menyelesaikan laporan ini, yaitu antara lain :
1. Ibu Anis Rosyidah, ST.MT. sebagai pembimbing kami.
2. Orang tua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan
3. Teman – teman seperjuangan khususnya Program Studi Konstruksi Bangunan
Gedung
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca lainnya.

Depok, Desember 2010

Dimas Dwi Putra & M, Firdan W

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………... ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

1.2 Dasar Perencanaan

1.3 Analisa Struktur Bangunan

1.4 Ringkasan Teori

1.4.1 Mekanika Teknik

1.4.2 Konstruksi Baja

1.4.3 Konstruksi Beton Bertulang

1.4.4 Pondasi

BAB II Perhitungan Atap

BAB III Perhitungan Plat Lantai

BAB IV Perhitungan Tangga

BAB V Perhitungan Portal

BAB VI Perhitungan Balok dan Ring Balok

BAB VII Perhitungan Kolom

BAB VIII Perhitungan Sloof dan Pondasi

BAB IX Penutup

Daftar Pustaka

Lampiran

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

Jurusan Teknik Sipil POLITEKNIK NEGERI JAKARTA memiliki beberapa Program


Studi seperti Konstruksi Sipil, Konstruksi Bangunan Gedung, PJJ dan Jalan Tol, serta
Manajemen Konstruksi. Dalam Setiap program studi terdapat mata kuliah Project Work 1
yang mencakup keseluruhan materi perkuliahan, dalam kasus kami ( Konstruksi Bangunan
Gedung ) adalah perencanaan Banguanan Bertingkat.
Industri konstruksi pada bangunan gedung bertingkat merupakan salah satu tujuan bagi
lulusan Diploma III Politeknik. Namun ada beberapa masalah lain yang dihadapi oleh
Politeknik yaitu keterbatasan waktu yang relatif singkat guna mempersiapkan tenaga
professional itu apalagi harus disesuaikan dengan kemajuan teknologi yang ada.

Adapun tujuan penulisan Kerja Proyek ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
yang sama Project work 1.
Selain itu tugas ini bertujuan untuk melatih mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu yang
sudah di ajarkan. Dimana mahasiswa/i dapat merencanakan serta menganalisa bangunan
gedung bertingkat minimal sederhana dari mulai atap sampai bagian bawah tanah pondasi.
Hal lain adalah merencanakan instalasi atau utilitas bangunan gedung tersebut.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

1.2 Dasar Perencanaan

Di dalam merencanakan bangunan gedung bertingkat pada umumnya sudah di


dapatkan / ditetapkan besaran – besaran penting yang akan di gunakan pada
perhitungan. Hal ini tentu saja di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan
yang ada. Beberapa hal yang di gunakan sebagai pedoman asumsi pada analisa
perhitungan adalah sebagai berikut :

Di dalam merencanakan bangunan gedung bertingkat pada umumnya sudah di


dapatkan / ditetapkan besaran – besaran penting yang akan di gunakan pada
perhitungan. Hal ini tentu saja di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan
yang ada. Beberapa hal yang di gunakan sebagai pedoman asumsi pada analisa
perhitungan adalah sebagai berikut :

a) Peruntukan bangunan adalah Bangunan Sekolah


b) Keterangan bangunan :
i. Lokasi Bangunan : Denpasar ( WG 5, SRPMK )
ii. Material beton
iii. Atap rangka baja dobel siku
iv. Jumlah lantai : 3 Lantai dengan tinggi tiap lantai 4 m
v. Luas bangunan per lantai ( 60m x 23m ) : 1587 m2
vi. Konstruksi menyatu dengan struktur bangunan
c) Ketentuan mutu bahan yang dipakai :
i. Mutu beton : 30 Mpa
ii. Mutu baja : 400 Mpa ( Ulir ), 240 Mpa ( Polos )
d) Jenis pondasi : Pondasi dangkal,dengan jenis tanak lunak dan daya dukung
tegangan izin tanah 500 kN/m2. Analisa dengan metode elastis.
e) Perilaku struktur di anggap elastis dan analisa gaya dalam menggunakan
SAP2000 V11.1.0.
f) Untuk kekuatan elemen – elemen struktur beton bertulang menggunakan
SAP2000 V11.1.0..
g) Peraturan yang dipakai mengacu pada peraturan yang dipakai di Indonesia
( SNI ).

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Di dalam perencanaan struktur, haruslah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :


1. Struktur harus kuat memikul beban yag bekerja
2. Ekonomis
3. Struktur memenuhi syarat kenyamanan ( sesuai fungsinya )
4. Mudah perawatannya

Ada 2 filosofi di dalam perencannan elemen struktur beton bertulang, yaitu :

a) Metode tegangan kerja, dimana struktur direncanakan sedemikian sehingga


tegangan yang diakibatkan oleh beban kerja nilai lebih kecil daripada tegangan
yang diijinkan.

b) Metode kekuatan batas, dimana unsure struktur direncankan terhadap beban


terfaktor sedemikian rupa sehingga unsure struktur tersebut mempunyai
kekuatan ultimate yang diinginkan, yaitu Mu ≤ØMn

1.3 Analisa Struktur Bangunan


Pada dasarnya bengunan gedung bertingkat merupakan struktur 3 dimensi yang
terdiri dari beberapa elemen pendukung, seperti: pelat, balok, kolom, dan pondasi.
Sampai saat ini teori untuk analisa struktur yang sudah dibahas umumnya mengenai
permasalahan pada 2 dimensi.
Pada sistem analisa 3 dimensi bila digunakan sistem 2 dimensi maka seharusnya
terdapat 2 kali peninjauan ataupun perhitungan dan asumsi peninjauan hendaklah
rasional dan jelas. Beberapa cara model untuk analisa struktur adalah :

Model I = Balok melintang dengan portal melintang.


Model II = Balok memanjang dengan portal memanjang.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Adapun bagan tahapan perencanaan :

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

1.4 Ringkasan Teori.

1.4.1 Mekanika Teknik


Mekanika Teknik dimaksudkan untuk mendapatkan gaya dalam dari struktur
ataupun elemen-elemen struktur dan dapat digunakan cara manual ataupun bantuan
komputer, seperti: lembar kerja – worksheet, paket program, dsb. Masing-masing cara
mempunyai aturan sendiri dengan syarat utama adalah kesetimbangan.

Elemen Struktur Metode Mekanika Teknik


Atap Matriks
Pelat Tabel Gaya Dalam
Tabel Gaya Dalam
Balok

Tabel
Kolom Paket Program

Pondasi Mekanika Statis Tertentu

1.4.2 Konstruksi Baja


Yang terpenting dari bahan baja untuk konsep LRFD adalah sifat-sifat mekanik
baja, yang dinyatakan dengan kurva tegangan-regangan.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Strain Hardening
Plastic

Stress
Fu
Fy Elastic Fy

0 0.1 0.2 0 0.01 0.02 0.03

Strain

Grafik 2. Kurva tegangan-regangan

Hasil pengujian tarik suatu baja lunak

(ASTM A-36, atau BJ 33-52, dan yang sejenis lainnya)

Perilaku dan besaran-besaran yang umum dipakai dalam menentukan kekuatan


dan perubahan bentuk struktur :

a. Domain elastik adalah domain dimana bahan atau struktur mempunyai


kemampuan untuk kembali pada bentuk asalnya, setelah beban-beban yang
bekerja padanya dihilangkan.
b. Domain inelastik adalah lawan dari domain elastik, yaitu bahan atau struktur
tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mengembalikan struktur kembali ke
bentuk asalnya, sehingga terjadi perubahan bentuk permanen (residual
deformation, sehingga terjadi sejumlah tegangan, residual stress).
c. Daktilitas adalah kemampuan bahan atau struktur untuk melakukan perubahan
bentuk dalam domain inelastik, dinyatakan dengan nilai perbandingan antara
perubahan bentuk batas dengan perubahan bentuk pada saat keadaan leleh
(inelastik) yang pertama kali dicapai.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Kinerja struktur adalah kemampuan struktur untuk menahan beban-beban yang


bekerja padanya selama umur rencana bangunan. Kinerja bangunan ini sering
direpresentasikan dalam terminology kekuatan saja.

Aspek-aspek perencanaan adalah ketelitian dan kekuatan dalam perencanaan yang


akan terdiri dari pemilihan system struktur, analisis struktur dan perhitungan kekuatan
komponennya, detailing dan drawing, serta spesifikasi pelaksanaan pembangunan.

Aspek-aspek pelaksanaan pembangunan adalah ketelitian dan keakuratan dalam


pelaksanaan pembangunan, yang terdiri dari teknik-teknik pembangunan, pembuatan
bahan dan teknik pengecoran dalam pemasangan, detailing pelaksanaan, pengelasan,
pengawasan, manajemen, serta penyediaan pekerja dan peralatan.

Kekuatan struktur (R) > Besarnya beban-beban yang bekerja (Q)

Pertanyaannya adalah seberapa jauh kekuatan struktur harus lebih besar dari
beban-beban yang bekerja ?. Indikator yang menyatakan perbandingan kedua besaran
diatas dinamakan Faktro Keamanan (FK). Jadi jika indicator tersebut dinyatakan
dengan perbandingan kekuatan terhadap beban, maka factor keamanan haruslah
bernilai lebih besar dari 1 atau FK = R/Q > 1.

Perencanaan Berdasarkan Konsep Tegangan Ijin

Tegangan ijin harus ≥ Tegangan maksimum

F.K. (Bahan) = Tegangan leleh/tegangan ijin > 1

FK = 1.5 menurut

Peraturan Baja Indonesia terdahulu (PPBBI 1983)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Perencanaan Berdasarkan Konsep LRFD

Dasar pemikiran :

1. Seluruh jenis beban yang mungkin terjadi pada struktur mempunyai tingkat
kemungkinan yang tidak sama dalam hal besarnya, waktu munculnya, tempatnya,
kombinasinya, bahayanya.
2. Besaran-besaran kekuatan struktur adalah besaran-besaran probabilistik .

Oleh karena itu dalam perhitungan perencanaan criteria keamanan struktur didasarkan
pada factor-faktor beban dan kekuatan struktur yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat
probabilitasnya, yang secara ringkas dituliskan sebagai :

Σ 1 Q1   Rn

Dimana

1 = faktor beban akibat efek beban rencana / (nilai ≥ 1)

Q1 = beban rencana

 = faktor reduksi kekuatan akibat ketidakpastian penentuan nilai nominal dari


kekuatan (nilai  1)

Rn = besarnya kekuatan nominal struktur yang tergantung dari jenisnya


(tarik,tekan,lentur,atau geser).

Pada table dibawah ini dicantumkan berbagai jenis kombinasi beban yang harus
diperhitungkan dalam penentuan struktur baja sesuai metode LRFD.

1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
3. 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L.L atau 0,8 W)
4. 1,2 D + 1,3 W + L.L
5. 0,9 D – (1,3 W atau 1,0 E)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Disamping itu factor reduksi kekuatan, yang memperhitungkan ketidakpastian


besarnya kekuatan nominal yang dimiliki elemen-elemen struktur dapat dilihat pada table di
bawah ini :

No. Kapasitas Rencana Faktor


Reduksi
1. Komponen yang menerima momen lentur
o Tumpuan lateral penuh 0,90
o Segmen tanpa tumpuan lateral penuh 0,90
o Pelat badan yang memikul geser 0,90
o Pelat badan yang memikul geser 0,90
o Pelat badan pada tumpuan 0,90
o Pengaku 0,90
2. Komponen yang menerima gaya aksial
o Kapasitas penampang 0,85
o Kapasitas komponen struktur 0,85
3. Komponen yang menerima gaya tarik aksial
o Terhadap kuat tarik leleh 0,90
o Terhadap kuat tarik lentur 0,75
4. Komponen yang menerima aksi-aksi kombinasi
o Kuat lentur atau geser 0,90
o Kuat tarik 0,90
o Kuat tekan 0,85
5. Komponen sambungan selain baut, pasak, atau las 0,90
6. o Sambungan di baut
o Baut yang memikul geser 0,75
o Baut yang memikul tarik 0,75
o Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik 0,75
o Lapis yang memikul tumpu 0,75
o Group baut (kelompok baut) 0,75
7. Sambungan Pasak dan Sambungan Pen
o Pasak yang memikul geser 0,80

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

o Pasak yang memikul tumpu 0,80


o Pasak yang memikul momen 0,80
o Lapis yang memikul tumpu 0,90
8. Sambungan Las
o Las tumpul penetrasi penuh 0,90
o Las sudut dan tumpul penetrasi tidak penuh 0,75
o Las slot dan sumbat 0,75

1.4.3 Konstruksi Beton


Tahapan berikutnya adalah menganalisa apakah gaya dalam dapat diteruskan oleh material elemen
struktur melalui analisa penampang yang dalam hal ini dipilih beton bertulang. Perhitungan yang
digunakan pada material ini adalah Metode Kekakuan Batas yang lebih dikenal dengan LRFD.
Adapun beban yang bekerja adalah beban mati (DL), beban hidup (LL), beban hidup horizontal (HL)
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dalam hal ini tidak ada peninjauan beban gempa. Pemakain
faktor beban dan reduksi kekuatan disarankan pada kombinasi gaya dalam dan bukan pada beban
kerja.

Faktor beban: U = 1.2 DL + 1.6 LL

U = 0.75 (1.2 DL + 1.6 LL + 1.6 HL)

U = 0.9 DL + 1.3 HL

Faktor Reduksi Kekuatan ()

Sruktur/Elemen 
1. Lentur, dengan atau tanpa aksial tarik 0.80
2. Lentur, dengan atau tanpa aksial tekan
a. Sengkang biasa 0.65
b. Sengkang spiral 0.70
3. Tumpuan pada beton 0.70
4. Geser dan torsi 0.60

Setelah mutu bahan yang terpakai ditetapkan, maka dapat diketahui batasan tulangan, seperti:
min    maks

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Persentase Tulangan Minimum

Seluruh Mutu Beton Fy = 240 MPa Fy = 400 Mpa

Balok dan pada umumnya 0.0058 0.0035

Alternatif 4/3 bal 4/3 bal

Pelat 0.0025 0.0018

Dimensi dari tiap-tiap elemen struktur tidak diperkenankan lebih kecil dari kebutuhan
minimum yang ditetapkan, maka gaya dalam minimum dan maksimum dapat dihitung.

2.4.2.1 Pelat

Terdapat beberapa istilah seperti one way slab atau pelat satu arah (balok b = 1m) ataupun
two way slab/pelat dua arah tergantung rasio bentang yang dianggap tumpuan pelat. Gaya dalam pada
pelat yang dominan adalah lentur. Untuk perhitungan tulangan pelat dapat menggunakan analisa
penampang tulangan tunggal.

2.4.2.1.1 Pelat Lantai

Sehubungan dengan berat sendiri pelat yang cukup besar, maka dimensi awal dapat
mengambil dari syarat peraturan baik satu arah maupun dua arah. Semakin tebal pelat beton semakin
kecil kebutuhan tulangan (vise versa). Langkah berikutnya adalah menentukan As maks dan As min
sekaligus Mn dari luas tersebut. Batasannya adalah: Mn min  Mn  Mn maks, dimana Mn adalah
hasil perhitungan gaya dalam pelat (perhitungan tabel pelat gaya dalam pelat).

Untuk mencari As pelat bila Mn sudah dihitung adalah:

Mn =  fy (1 – 0.588  fy/f’c )

bd2

As dan b dinyatakan per meter lebar pelat. Pemilihan tulangan dilakukan setelah seluruh
kebutuhan tulangan pelat dihitung. Gunakan variasi diameter tidak terlalu banyak dan jarak natar
tulangan yang berkelipatan. Hal ini agar mudah dalam pelaksanaan dan pengawasan di lapangan.
Tulangan harus digambar pada gambar kerja dengan jelas dan tidak membingungkan dan bisa dibaca
oleh tenaga di lapangan.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

2.4.2.1.2 Pelat Tangga


Diusahakan terpisah dengan struktur utama atau dicor tidak monolit sengan struktur utama.
Hal ini sangant menguntungkan terutama pada peninjauan akibat beban gempa. Pelat tangga
merupakan tipe pelat satu arah dan identik dengan balok.

Untuk tulangan pada anak tangga dapat digunakan tulangan minimum Standard Indonesia 2 tanjakan
+ injakan = 60 – 70 cm.

Diagram Alir Pelat

START

Mutu Bahan

Bentang
Tumpuan
Tebal Pelat

Berat Sendiri SK SNI


91
DL, LL

b, maks, min, As maks,Wu = 1.2Mn


As min, DL +maks,
1.6 LLMn min, Mu maks, Mu min

Gaya Dalam Pelat


Tebal
Mlx, Mly, Mtx, Mty, Mtix, Pelat
Mtiy
Mu > Mu maks N

Mu < Mu min Y

Mn =  fy ( 1 – 0.588 fy/f’c)
 = min
Bd2

Check Lebar Retak

As =  b d

Pilih Tulangan
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
END
JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

2.4.2.2 Balok
Beban-beban yang berasal dari pelat lantai/atap diteruskan sepenuhnya kepada balok menurut
pembagian beban seperti metode amplop. Untuk menyederhanakan perhitungan, umumnya setiap
balok dibedakan dengan sumbu as balok baik arah melintang atau memanjang. Bila terdapat anak
balok maka dibedakan mana balok yang membebani dan dibebani. Beban lainnya dapat berupa
dinding yang termasuk pada beban mati.
Pembagian beban pelat ke balok, metode amplop, menghasilkan beban berupa segitiga atau
trapezium. Bebean ini disetarakan dengan beban berbagi merata berdasarkan momen maksimum di
tengah bentang.
Segitiga : qek = 2/3 qx
Trapesium : qek = 1/3 qx (3 – (lx/ly)2)
Selanjutnya untuk mempercepat perhitungan gaya dalam dapat menggunakan table gaya
dalam seperti yang disarankan oleh peraturan dan perhatikan syarat batas. Gunakan faktor beban pada
perhitungan gaya dalam perhitungan penampang beton bertulang digunakan tulangan rangkap untuk
lentur dan sengkang untuk geser.

2.4.2.2.1 Tulangan Lentur – Rangkap


Dalam analisa penampang balok dipilih ratio tulangan Under Reinforced. Bentuk penampang
balok digunakan balok persegi (sederhana) walaupun dapat dianalisa dengan balok bersayap karena
monolit dengan pelat. Perhitungan balok persegi tulangan rangkap ini pada dasarnya adalah tulangan
tunggal seperti pada pelat tetapi dikombinasikan dengan tulangan pada daerah tekan. Sumbangan
tulangan tekan pada balok tulangan rangkap ini relatif kecil sekitar 10 % sehingga untuk mempercepat
perhitungan dapat digunakan tulangan tunggal dengan penambahan tulangan pada daerah tekan. Hal
ini harus dicek terhadap kekuatan penampang dengan tulangan terpasang.

2.4.2.2.2 Tulangan Geser


Tulangan geser adalah tulangan untuk menahan gaya yang tegak lurus sumbu elemen struktur
seperti sengkang untuk menahan gaya lintang pada balok atau gaya horizontal pada kolom. Tulangan
direncanakan terhadap gaya maksimum dan minimum, misalnya pada tumpuan atau lapangan. Untuk
mendapatkan nilai yang maksimum dapat digunakan garis pengaruh. Penampang beton bertulang
mempunyai kekuatan geser yang terdiri:
Vn = Vc – Vs
Vc = 1/6 f’c b d (kekuatan geser kolom)
Vn maks = 5 Vc (kekuatan geser maks)
Vs = Av fy (d/s) (kekuatan geser tulangan)
Untuk kemudahan perhitungan atau pelaksanaan digunakan variasi jarak sengkang (s), seperti
d/2 atau d/4 (lihat diagram alir tulangan geser).
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Diagram Alir Tulangan Rangkap

START

Mutu Bahan dan Bentang Tumpuan

Dimensi Balok dan Berat Sendiri (wDL, wLL) SK SNI 91

b, maks, min, As maks, As min, Mn maks, Mn min, Mu maks, Mu


min

 - ’ = 1 0.85 f’c d 600

fy d’ 600 - fy

Asumsi 1   - ’

1 < 75 % b fs’ = fy
fs’ = 600 1 - 1 0.85 f’c d’ 1

fy d ( - ’)

As1 = 1 b d ; Mn 1 = As1 fy (d – a/2) ; Mn2 = Mn – Mn1

As2 = Mn2 / (fs’ (d – d’)) ; As = As1 + As2 ; As’ = As2 ; Seleksi


Tulangan

Cek As terpasang  Mn = (As fy – As’ fs’)(d – a/2) + As’ fs’ (d – d’)

END

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Diagram Alir Tulangan Geser

START

Data: f’c, fy, Vu, b, d

Vn = Vu kritis /  Ubah Penampang

Vc = 1/6 f’c b d

Vn maks = 5 Vc
Vn < 5 Vc Y

Tidak perlu tulangan Y Vn < Vc


geser

Tulangan Geser Y Vn < Vc/2


Minimum

Av = bs
Vs < Vn < Vc
3 fy
S = d/4 (tumpuan)
S = d/2
Av = Vs s / (fy d)

Seleksi Tulangan

Tentukan
JalursTepi
(dibulatkan)
Kolom

Vs (tumpuan) = Av fy d/s

Jalur Tengah

Vs (lapangan) = Av fy d/s
Distribusi

END

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

2.4.2.3 Kolom
Pada kolom portal ini menggunakan analisa 3 dimensi maka terdapat perilaku biaksial
bending tidak seperti pada 2 dimensi. Bagaimana peyederhanaannya ?
Pada dasarnya seluruh beban dari balok ataupun pelat dilimpahkan kepada portal sehingga
harus dibedakan antara beban berfaktor yang digunakan. Pada analisa kolom versi SK SNI 91 harus
dibedakan antara beban gravitasi M2b dengan beban horizontal M2s. Bila pengaruh gempa tidak
diperhitungkan, tetap ada beban hidup horizontal menurut peraturan pembebanan.
Analisa penampang kolom dibatasi pada ratio tulangan antara 1 % - 4 % Ag luas penampang
(sambungan tulangan). Selain keadaan seimbang terdapat tinjauan kondisi penampang tertarik atau
tertekan yang dapat dilihat pada diagram interaksi kolom. Penulangan dapat dipilih dua sisi atau
empat sisi. Bila ditinjau tinggi kolom maka terdapat factor tekuk atau kelangsingan kolom.
Tergantung pada nilai :
 = k Lu r   < 22 (kolom pendek)
22 <  < 100 (kolom langsing)
Dimana:
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan

2.4.2.3.1 Kolom Pendek


Pada analisa penampang kolom terdapat 3 keadaan :
a. Compression Control
Regangan beton (Ecu) = 0.003
Reganagn baja (Es) < fy / Es (belum meleleh, elastis)
Keadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn > Pb atau eksentrisitas (e) < eb, maka struktur
lebih dominan dengan gaya aksial.
b. Tension Control
Regangan beton (Ecu) = 0.003
Reganagn baja (Es) > fy / Es (sudah jauh meleleh)
Keadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn < Pb atau eksentrisitas (e) > eb, maka struktur
lebih bersifat berkelakuan seperti balok daripada kolom.

c. Balanced Strain Condition


Regangan beton (Ecu) = 0.003
Reganagn baja (Es) = Ey = fy / Es (meleleh)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Keadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn = Pb atau eksentrisitas (e) = eb, maka
struktur dalam kondisi seimbang, dimana regangan beton sebesar 0.003 hancur pada serat
baja mencapai regangan leleh, yaitu Ey = fy/Es.

2.4.2.3.2 Kolom Langsing


Kolom digolongkan langsing apabila tingkat kelangsingan kolom k Lu r > 22, disebut kolom
langsing. Untuk komponen struktur tekan yang ditahan terhadap goyangan ke samping, pengaruh dari
kelangsingan boleh diabaikan apabila: k Lu r  34 – [12 M1b/M2b]  SK SNI 3.3.11 hal 27.
Faktor k diperhitungkan sebagai fungsi dari kekakuan relatif  dari kolom terhadap balok-
balok pada pertemuan balok-kolom.
Kekakuan relatif adalah nilai perbandingan antara jumlah kekakuan kolom dibagi panjang balok.
Maka dengan nilai : Ec = 4700 f’c.
Untuk ujung kolom yang berupa sendi, nilai  = 10, sedangkan untuk ujung jepit nilai  = 0.
Dengan menggunakan 1 dan 2 dari grafik nomogram didapat nilai k faktor kelangsingan kolom.
Portal dengan pengaku adalah kolom ujung atas (kepala) dan kepala ujung bawah ditahan
terhadap goyang ke samping (lihat deformasi portal). Sedangkan portal tanpa pengaku dipengaruhi
goyangan horizontal. Portal harus direncanakan terhadap beban aksial Pu dan momen Mu dengan
pengaruh faktor pembesar kolom dengan pengaku maupun faktor pembesar portal tanpa pengaku. SK
SNI I – 15 – 1991 – 03 pasal 3.3.11.5 mencantumkan sebagai berikut:

Mc = b M2b + 2 M2s
Dengan : b = Cm  1.0
1 – Pu / Pc
s = 1  1.0
(1 - Pu / Pc)
Pc = 2 E I K
(K Lu)2
Cm = 0.6 + 0.4 (M1b/M2b) 0.4
Catatan: Pada umumnya struktur bangunan yang sederhana mempunyai dimensi kolom yang
relatif sama. Untuk mengetahui kekuatan masing-masing kolom dengan variasi Pu dan Mu, maka
dapat dilihat pada suatu diagram interaksi yang juga menggambarkan batas kekuatan-kekuatan kolom
yang dipakai. Dari diagram itulah dapat diketahui apakah kolom yang kita gunakan aman atau tidak.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

Diagram Alir Kolom

START

Data Dimensi Kolom dan Balok

B, H, f’c, fy, Pu, M2b, M2s


Hitung Elk dan Elb

a, s, kb, ks

K Lu/r > 22

Mc = b M2b + s M2s

Mc = M2b + M2s Cm = 0.6 + 0.4 (M1b/M2b)  0.4

b = Cm / [1 – Pu/Pc]

s = Cm / [1 - Pu /Pc]
t = Mc/Pu
Pc = π2El / (k Lu)2
t  15 + 0.03 b

Plot Diagram Interaksi

END

2.4.2.4 Pondasi
Pondasi harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat mendukung beban luar (reaksi portal)
maupun berat sendiri pondasi. Fungsi dari pondasi untuk meratakan beban ke dalam suatu bidang
yang cukup luas, sehingga pondasi yang ada bisa mendukung beban di atasnya dengan aman.

Komponen pondasi harus diperhitungkan menahan beban dan reaksi tanah sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

1. Pondasi harus diproporsikan untuk menahan beban tidak berfaktor dan reaksi tanah
yang timbul akibat beban tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tegangan ijin tanah
adalah tegangan elastis.

2. Luas bidang dasar dari pondasi atua jumlah dan penempatan tiang ditetapkan
berdasarkan gaya dan momen yang tidak berfaktor disalurkan oleh pondasi pada tanah atau
tiang. Tegangan tanah ijin ditentukan berdasarkan prinsip mekanika tanah atau mengikuti
standar dengan anggapan tanah sesuai. Pemilihan perletakan sendi pada pondasi akan
memperkecil besarnya momen pada dasar pondasi.

3. Untuk pondasi di atas tiang, perhitungan momen dan geser boleh berdasarkan pada
anggapan bahwa reaksi tiap tiang terpusat di titik tiang pusat. Pondasi yang digunakan pada
bangunan tingkat sederhana dapat digunakan pondasi dangkal bentuk persegi atau bujur
sangkar. Dapat pula dikombinasikan dengan telapak lainnya. Untuk beban yang lebih dalam
dengan tiang mini pile.

Perencanaan pondasi telapak, bentuk, dan ukuran telapak perlu diperkirakan terlebih dahulu.
Kelayakan ukuran yang diperlukan tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam efisinensi pekerjaan
perencanaan. Biasanya dalam penentuan bentuk dan ukuran pondasi dilakukan dengan cara “trial and
error”.

Umumnya ketebalan pelat pondasi adalah 150 mm dan 300 mm adalah minimum tebal di atas
tiang. Dimensi pondasi tergantung pada beban dan tegangan ijin tanah. Ukuran telapak tergantung
pada tegangan ijin tanah dan tebal telapak pelat pondasi tergantung pada geser pons yang terjadi baik
satu arah atau dua arah.

Pada geser satu arah, yaitu penampang kritis sejarak d dari muka kolom, maka:

Vn < Vc = 1/6 f’c bw d

Pada aksi geser dua arah, yaitu penampang kritis sejarak d/2 dari muka kolom sehingga
parameter bo adalah keliling minimum.

Vn < Vc = 1/3 f’c bo d

Gaya-gaya dasar kolom harus dapat dipindahkan kepada telapak atau tulangan pasak ataupun
alat sambung mekanis.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1

PENUTUP

Demikian perencanaan dan perhitungan ini kami buat. Semoga dapat berguna bagi
yang membaca, dan jika terdapat kekurangan kami mohon masukan dan kekurangan kami
tinjau kembali.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca lainnya.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG

Anda mungkin juga menyukai