KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas terselesaikannya laporan ini
walaupun kami sadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dapat ditemukan
di dalamnya dikarenakan kesalahan dan kekurangan dari diri kami.
Tugas ini kami susun sebagai pelengkap dari seluruh rangkaian kegiatan pada mata
kuliah Project Work 1 dengan dosen pembimbing kami selama kegiatan pengajaran yaitu
Anis Rosyidah, ST.MT. yang dilaksanakan pada semester 5 Program Studi Bangunan
Gedung jurusan Teknik Sipil.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami menyelesaikan laporan ini, yaitu antara lain :
1. Ibu Anis Rosyidah, ST.MT. sebagai pembimbing kami.
2. Orang tua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan
3. Teman – teman seperjuangan khususnya Program Studi Konstruksi Bangunan
Gedung
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca lainnya.
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………... ii
BAB I Pendahuluan
1.4.4 Pondasi
BAB IX Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan penulisan Kerja Proyek ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
yang sama Project work 1.
Selain itu tugas ini bertujuan untuk melatih mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu yang
sudah di ajarkan. Dimana mahasiswa/i dapat merencanakan serta menganalisa bangunan
gedung bertingkat minimal sederhana dari mulai atap sampai bagian bawah tanah pondasi.
Hal lain adalah merencanakan instalasi atau utilitas bangunan gedung tersebut.
Tabel
Kolom Paket Program
Strain Hardening
Plastic
Stress
Fu
Fy Elastic Fy
Strain
Pertanyaannya adalah seberapa jauh kekuatan struktur harus lebih besar dari
beban-beban yang bekerja ?. Indikator yang menyatakan perbandingan kedua besaran
diatas dinamakan Faktro Keamanan (FK). Jadi jika indicator tersebut dinyatakan
dengan perbandingan kekuatan terhadap beban, maka factor keamanan haruslah
bernilai lebih besar dari 1 atau FK = R/Q > 1.
FK = 1.5 menurut
Dasar pemikiran :
1. Seluruh jenis beban yang mungkin terjadi pada struktur mempunyai tingkat
kemungkinan yang tidak sama dalam hal besarnya, waktu munculnya, tempatnya,
kombinasinya, bahayanya.
2. Besaran-besaran kekuatan struktur adalah besaran-besaran probabilistik .
Oleh karena itu dalam perhitungan perencanaan criteria keamanan struktur didasarkan
pada factor-faktor beban dan kekuatan struktur yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat
probabilitasnya, yang secara ringkas dituliskan sebagai :
Σ 1 Q1 Rn
Dimana
Q1 = beban rencana
Pada table dibawah ini dicantumkan berbagai jenis kombinasi beban yang harus
diperhitungkan dalam penentuan struktur baja sesuai metode LRFD.
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
3. 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L.L atau 0,8 W)
4. 1,2 D + 1,3 W + L.L
5. 0,9 D – (1,3 W atau 1,0 E)
U = 0.9 DL + 1.3 HL
Sruktur/Elemen
1. Lentur, dengan atau tanpa aksial tarik 0.80
2. Lentur, dengan atau tanpa aksial tekan
a. Sengkang biasa 0.65
b. Sengkang spiral 0.70
3. Tumpuan pada beton 0.70
4. Geser dan torsi 0.60
Setelah mutu bahan yang terpakai ditetapkan, maka dapat diketahui batasan tulangan, seperti:
min maks
Dimensi dari tiap-tiap elemen struktur tidak diperkenankan lebih kecil dari kebutuhan
minimum yang ditetapkan, maka gaya dalam minimum dan maksimum dapat dihitung.
2.4.2.1 Pelat
Terdapat beberapa istilah seperti one way slab atau pelat satu arah (balok b = 1m) ataupun
two way slab/pelat dua arah tergantung rasio bentang yang dianggap tumpuan pelat. Gaya dalam pada
pelat yang dominan adalah lentur. Untuk perhitungan tulangan pelat dapat menggunakan analisa
penampang tulangan tunggal.
Sehubungan dengan berat sendiri pelat yang cukup besar, maka dimensi awal dapat
mengambil dari syarat peraturan baik satu arah maupun dua arah. Semakin tebal pelat beton semakin
kecil kebutuhan tulangan (vise versa). Langkah berikutnya adalah menentukan As maks dan As min
sekaligus Mn dari luas tersebut. Batasannya adalah: Mn min Mn Mn maks, dimana Mn adalah
hasil perhitungan gaya dalam pelat (perhitungan tabel pelat gaya dalam pelat).
Mn = fy (1 – 0.588 fy/f’c )
bd2
As dan b dinyatakan per meter lebar pelat. Pemilihan tulangan dilakukan setelah seluruh
kebutuhan tulangan pelat dihitung. Gunakan variasi diameter tidak terlalu banyak dan jarak natar
tulangan yang berkelipatan. Hal ini agar mudah dalam pelaksanaan dan pengawasan di lapangan.
Tulangan harus digambar pada gambar kerja dengan jelas dan tidak membingungkan dan bisa dibaca
oleh tenaga di lapangan.
Untuk tulangan pada anak tangga dapat digunakan tulangan minimum Standard Indonesia 2 tanjakan
+ injakan = 60 – 70 cm.
START
Mutu Bahan
Bentang
Tumpuan
Tebal Pelat
Mu < Mu min Y
Mn = fy ( 1 – 0.588 fy/f’c)
= min
Bd2
As = b d
Pilih Tulangan
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
END
JURUSAN TEKNIK SIPIL-KONSTRUKSI GEDUNG
PROJECT WORK 1
2.4.2.2 Balok
Beban-beban yang berasal dari pelat lantai/atap diteruskan sepenuhnya kepada balok menurut
pembagian beban seperti metode amplop. Untuk menyederhanakan perhitungan, umumnya setiap
balok dibedakan dengan sumbu as balok baik arah melintang atau memanjang. Bila terdapat anak
balok maka dibedakan mana balok yang membebani dan dibebani. Beban lainnya dapat berupa
dinding yang termasuk pada beban mati.
Pembagian beban pelat ke balok, metode amplop, menghasilkan beban berupa segitiga atau
trapezium. Bebean ini disetarakan dengan beban berbagi merata berdasarkan momen maksimum di
tengah bentang.
Segitiga : qek = 2/3 qx
Trapesium : qek = 1/3 qx (3 – (lx/ly)2)
Selanjutnya untuk mempercepat perhitungan gaya dalam dapat menggunakan table gaya
dalam seperti yang disarankan oleh peraturan dan perhatikan syarat batas. Gunakan faktor beban pada
perhitungan gaya dalam perhitungan penampang beton bertulang digunakan tulangan rangkap untuk
lentur dan sengkang untuk geser.
START
fy d’ 600 - fy
Asumsi 1 - ’
1 < 75 % b fs’ = fy
fs’ = 600 1 - 1 0.85 f’c d’ 1
fy d ( - ’)
END
START
Vc = 1/6 f’c b d
Vn maks = 5 Vc
Vn < 5 Vc Y
Av = bs
Vs < Vn < Vc
3 fy
S = d/4 (tumpuan)
S = d/2
Av = Vs s / (fy d)
Seleksi Tulangan
Tentukan
JalursTepi
(dibulatkan)
Kolom
Vs (tumpuan) = Av fy d/s
Jalur Tengah
Vs (lapangan) = Av fy d/s
Distribusi
END
2.4.2.3 Kolom
Pada kolom portal ini menggunakan analisa 3 dimensi maka terdapat perilaku biaksial
bending tidak seperti pada 2 dimensi. Bagaimana peyederhanaannya ?
Pada dasarnya seluruh beban dari balok ataupun pelat dilimpahkan kepada portal sehingga
harus dibedakan antara beban berfaktor yang digunakan. Pada analisa kolom versi SK SNI 91 harus
dibedakan antara beban gravitasi M2b dengan beban horizontal M2s. Bila pengaruh gempa tidak
diperhitungkan, tetap ada beban hidup horizontal menurut peraturan pembebanan.
Analisa penampang kolom dibatasi pada ratio tulangan antara 1 % - 4 % Ag luas penampang
(sambungan tulangan). Selain keadaan seimbang terdapat tinjauan kondisi penampang tertarik atau
tertekan yang dapat dilihat pada diagram interaksi kolom. Penulangan dapat dipilih dua sisi atau
empat sisi. Bila ditinjau tinggi kolom maka terdapat factor tekuk atau kelangsingan kolom.
Tergantung pada nilai :
= k Lu r < 22 (kolom pendek)
22 < < 100 (kolom langsing)
Dimana:
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan
Keadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn = Pb atau eksentrisitas (e) = eb, maka
struktur dalam kondisi seimbang, dimana regangan beton sebesar 0.003 hancur pada serat
baja mencapai regangan leleh, yaitu Ey = fy/Es.
Mc = b M2b + 2 M2s
Dengan : b = Cm 1.0
1 – Pu / Pc
s = 1 1.0
(1 - Pu / Pc)
Pc = 2 E I K
(K Lu)2
Cm = 0.6 + 0.4 (M1b/M2b) 0.4
Catatan: Pada umumnya struktur bangunan yang sederhana mempunyai dimensi kolom yang
relatif sama. Untuk mengetahui kekuatan masing-masing kolom dengan variasi Pu dan Mu, maka
dapat dilihat pada suatu diagram interaksi yang juga menggambarkan batas kekuatan-kekuatan kolom
yang dipakai. Dari diagram itulah dapat diketahui apakah kolom yang kita gunakan aman atau tidak.
START
K Lu/r > 22
Mc = b M2b + s M2s
b = Cm / [1 – Pu/Pc]
s = Cm / [1 - Pu /Pc]
t = Mc/Pu
Pc = π2El / (k Lu)2
t 15 + 0.03 b
END
2.4.2.4 Pondasi
Pondasi harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat mendukung beban luar (reaksi portal)
maupun berat sendiri pondasi. Fungsi dari pondasi untuk meratakan beban ke dalam suatu bidang
yang cukup luas, sehingga pondasi yang ada bisa mendukung beban di atasnya dengan aman.
Komponen pondasi harus diperhitungkan menahan beban dan reaksi tanah sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Pondasi harus diproporsikan untuk menahan beban tidak berfaktor dan reaksi tanah
yang timbul akibat beban tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tegangan ijin tanah
adalah tegangan elastis.
2. Luas bidang dasar dari pondasi atua jumlah dan penempatan tiang ditetapkan
berdasarkan gaya dan momen yang tidak berfaktor disalurkan oleh pondasi pada tanah atau
tiang. Tegangan tanah ijin ditentukan berdasarkan prinsip mekanika tanah atau mengikuti
standar dengan anggapan tanah sesuai. Pemilihan perletakan sendi pada pondasi akan
memperkecil besarnya momen pada dasar pondasi.
3. Untuk pondasi di atas tiang, perhitungan momen dan geser boleh berdasarkan pada
anggapan bahwa reaksi tiap tiang terpusat di titik tiang pusat. Pondasi yang digunakan pada
bangunan tingkat sederhana dapat digunakan pondasi dangkal bentuk persegi atau bujur
sangkar. Dapat pula dikombinasikan dengan telapak lainnya. Untuk beban yang lebih dalam
dengan tiang mini pile.
Perencanaan pondasi telapak, bentuk, dan ukuran telapak perlu diperkirakan terlebih dahulu.
Kelayakan ukuran yang diperlukan tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam efisinensi pekerjaan
perencanaan. Biasanya dalam penentuan bentuk dan ukuran pondasi dilakukan dengan cara “trial and
error”.
Umumnya ketebalan pelat pondasi adalah 150 mm dan 300 mm adalah minimum tebal di atas
tiang. Dimensi pondasi tergantung pada beban dan tegangan ijin tanah. Ukuran telapak tergantung
pada tegangan ijin tanah dan tebal telapak pelat pondasi tergantung pada geser pons yang terjadi baik
satu arah atau dua arah.
Pada geser satu arah, yaitu penampang kritis sejarak d dari muka kolom, maka:
Pada aksi geser dua arah, yaitu penampang kritis sejarak d/2 dari muka kolom sehingga
parameter bo adalah keliling minimum.
Gaya-gaya dasar kolom harus dapat dipindahkan kepada telapak atau tulangan pasak ataupun
alat sambung mekanis.
PENUTUP
Demikian perencanaan dan perhitungan ini kami buat. Semoga dapat berguna bagi
yang membaca, dan jika terdapat kekurangan kami mohon masukan dan kekurangan kami
tinjau kembali.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca lainnya.