PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
puncak pada usia 2 tahun, 30% kasus kejang demam akan terjadi
Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Menurut Hernal (2010) angka
D. Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah
pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida & Maya, 2012).
Akibat yang dapat terjadi apabila anak sering kejang, akan semakin
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai
Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh
sakit, lebih – lebih bila anaknya mengalamikejang demam seperti ini sangat
Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6
bulan hingga 5 Tahun (ME. Sumijati 2000 ) dengan durasi kejang selama
beberapa menit. Namun begitu, walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi
sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar
angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan
dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung lebih
dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam
radang telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu
tubuh sebesar 10C pun bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang
dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak
akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika
kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap
mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih
lama frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan
aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan
secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat
diberikan sedini mungkin pada anak. Dan perlu diingat bahwa maslah
penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah di rumah sakit tetapi
E. Rumusan Masalah
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskipsikan pengkajian pada klien anak kejang demam.
b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien anak kejang
demam.
c. Mendiskripsikan rencana keperawatan pada klien anak kejang
demam.
d. Mendiskripsikan implementasi keperawatan pada pasien anak
kejang demam.
e. Mendiskipsikan evaluasi pada pasien anak kejang demam.
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
pasien kejang demam baik di RS maupun dirumah.
3. Perawat
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien kejang demam.
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Motto
“Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami”.
d. Tujuan
1) Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standard
mutu.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
3) Menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mampu
bersaing di era pasar bebas.
4) Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya.
5) Menyelenggarakan manajemen pengelolaan RS yang kondusif dan
professional.
6) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang berorientasi pada
perkembangan teknologi.
7) Meningkatkan kesejahteraan pegawai untuk memberikan manfaat
yang signifikan kepada rumah sakit.
8) Memperluas kerjasama di bidang pendidikan, pelatihan dan penelitian.
9) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang handal dan
berkompeten di bidangnya.
3. Sejarah
a. Sejarah berdirinya RSUD Palembang BARI
1) Pada tahun 1986 sampai tahun 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung Poliklinik/ Puskesmas Panca Usaha.
2) Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19
juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK
Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November
1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status
Akreditas Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI
tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/111/08/4646 tentang pemberiaan
status Akreditas penuh tingkat dasar RSUD Palembang BARItanggal
5 Nobember 2008
5) Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD palembang BARI
berdasarkan keputusan walikota palembang Nomor 915 B tahun 2008
tentang penetapan RSUD palembang BARI SKPD palembang yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PKK-BLUD) secara
penuh.
6) Kemudian dengan SK Depkes No. 241/MENKES/SK/IV/2009,
tanggal 2 April 2009 di tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI Kelas B
7) KAKS – SERT / 363/5/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengka kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 Januari 2012.
e. Pelayanan penunjang
1) Intalasi laboratorium klinik
2) Instalasi radiologi
3) Instalasi bedah sentral
4) Instalasi farmasi (Apotik)
5) Instalasi Gizi
6) Instalasi Laundry
7) Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9) Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10) Bank Darah
11) Kasir
12) Hemodialisa
13) Instalasi Rehabilitasi Medis
1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses
anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA
NIC-NOC, 2013).
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
a. Faktor-faktor prenatal
c. Faktor genetika
e. Demam
f. Gangguan metabolisme
g. Trauma
h. Neoplasma, toksin
i. Gangguan sirkulasi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat
keturunan
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
4. Pathway
Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll
HIPERTERMI
KEJANG
Spasme otot Spasme Bronkus
ekstermitas
Penurunan kesadaran
Kekakuan otot
Resiko tinggi pernafas
cedra
Infeksi ekstrakranial
Reaksi inflamasi
HIPERTERMI
Input O2 menurun
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
tahun
abnormalitas perkembangan
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha,
2014)
epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih
kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan
1) Darah
adanya lesi
8. Penaktalaksanaan Medis
a. Pengobatan
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
2) Turunkan panas
berlangsung lama.
4) Pengobatan profilaksis
5) Penanganan sportif
disertai demam.
digunakan :
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat
Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan
dan atau penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing
riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat
peningkatan sekresi mulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
b. Integritas Ego
1) Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau
respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase
area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
5) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat
konvulsif
f. Kenyamanan
Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
Perubahan pada tonus otot
Tingkah laku distraksi atau gelisah
g. Keamanan
Trauma pada jaringan lunak
Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot
pernafasan
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas
C. Rencana Keperawatan