Anda di halaman 1dari 3

Pada jurnal Chanchai Sardsaengjun dan Aranya Jutiviboonsuk dilakukan metode

ekstraksi akasia sebagai berikut yaitu. 100 gram serbuk biji pinang diekstraksi dalam 1000 ml air
dengan metode refluks. Kemudaian dilakukan pengaduk magnet dengan pemanasan digunakan
untuk mengendalikan kondisi ekstraksi. Ekstraksi dilakukan pada tiga suhu yang berbeda beda
yaitu 60,80 dan 100 dan dengan empat durasi yang berbeda 15, 30, 45 dan 60 menit dengan
pengadukan yang continue. Kemudian Setiap ekstrak disaring setelah itu dilakuakan pemisahan
ektraksi cair- cair menggunakan diklorometana dengan perbandingan 1: 1. Setelah itu fase air
dikumpulkan dan kotoran yang terkait dengan diklorometana dibuang. Pemisahan dengan
diklorometana dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah itu fase air dilakukan pemisahan dengan etil
asetat dengan perbandingan 1: 1 diulang sebanyak 3 kali. Fase dari Etil asetat dikumpulkan dan
diuapkan sampai kering dengan vacuum rotary evaporator. Dari proses isolasi ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi optimal berada pada suhu 100oC dalam waktu 45 menit dengan nilai
rendamen ekstrak yaitu 9,65 ± 0,35 dengan total polyphenol yaitu 2.11 ± 0.11.
Pada jurnal shahed zaman dilakukan isolasi senyawa katekin dari akasia dengan
menggunakan metode berikut. 1 kilogram akasia kering dimasukan kedalam wadah alumunium
kemudian ditambahkan 10 liter air sampai akasia terandam oleh air. Kemudian dipanaskan
selama 4 jam setelah itu dibiarkan selama 24 jam ini bertujuan agar lebih banyak katekin yang
akan berdifusi ke dalam air. Ekstrak yang berada didalam wadah kemudian disaring dengan kain
halus untuk menghilangkan serpihan kayu dan bahan yang yang tersuspensi lainya. Setelah itu
filtrat diuapkan dan residu yang diperoleh ditimbang. Dari hasil yang diperoleh peneliti
mendapatkan 180 gram dengan rendamen katekin yaitu 18%. Adapun cari yang kedua yaitu
dengan menimbang 150 gram akasia yang disimpan dalam beaker glas yang masing-masing diisi
air sebanyak 1 liter. Kemudian direbus dan dilakukan pengadukan ssecara konstan setelah itu
disarig menggunakan kertas saring dan di uapkan hingga 50 ml dan dibiarkan selama 24 jam
kemudian endapannya yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring setelah itu residunya
dilarutkan dalam etanol dan disaring. Tujuan dilarutkan etanol yaitu bertujuan agar residu yang
ditambah etanol menguap hingga kering kemudian setelah kering residu dilarutkan kembali
menggunakan air panas sebanyak 500 ml setelah itu di diamkan selam 24 jam kemudian endapan
disaring dan dikeringkan. Dari metode ini peneliti memperoleh 37,5 gram dengan rendamen
yaitu 25%. Untuk kromatografi digunakan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan plat 60
G silika gel. Fase gerak menggunakan toulena, etil asetat dan asam format dengan perbandingan
yaitu 10:8:1) kemudian untuk penampak bercak menggunakan iodium dan menghasilkan bercak
tunggal dengan nilai Rf 0,27.
Pada jurnal Markku Keinhen dilakukan ekstraksi senyawa flavonoid dengan metode
sebagai berikut sebanyak 250 mg birch kering diekstraksi dengan tiga metode yang berbeda yaitu
homogenisasi, refluks, dan Soxhlet dengan menggunakan pelarut metanol etanol, dan aseton.
Pada metode 1 birch diekstraksi sebanyak dua kali dengan 25 mL menggunakan pelarut Ultra-
Turrax homogenizer selama 3 menit. Kemudian disaring dan residu dicuci dengan 20 mL pelaru
setelah itu diuapkan sampai kering. Metode 2. Sampel direfluks dengan 25 mL pelarut selama 30
menit kemudian Ekstrak diberikan perlakuan perlakukan yang sama pada seperti pada metode I.
Metode 3. Sampel diekstraksi dalam soxhlet selama 18 jam dengan pelarut sebanyak 210 ml
penggantian pelarut dilakukan setelah 3 dan 6 jam. Ekstrak diuapkan sampai kering. Semua
penguapan dilakukan menggunakan evaporator dengan suhu 400C. Sebelum analisis, ekstrak
dilarutkan dalam air-metanol 1:1. Peneliti menyebutkan bahwa metode dengan menggunakan
refluks lebih efisien dari pada dua metode lainnya. Dari hasil metode refluks ini diperoleh
rendamen untuk senyawa katekin murni yaitu sebesar 4% dengan menggunakan pelarut etanol
80%
Melihat hasil dari beberapa jurnal untuk mengisolasi senyawa katekin maka dipilih jurnal
Markku Keinhen untuk mengisolasi senyawa katekin. Pemilihan motede ini dilihat dari hasil
rendamen yang diperoleh yaitu 4% katekin murni menggunakan pelarut etanol 80 % dengan
menggunakan refluks.

Berdasarkan jurnal dari NA li, dkk bahwa efek tingkat pH pada reaksi katekin dalam
larutan teh hijau pekat (1666,7 mg / mL) setelah dipanaskan pada 120 ° C selama 30 menit.
Hilangnya katekin tergantung pada pH sistem. Cis-Dikonfigurasi katekin paling stabil pada
tingkat pH 4-5. Di atas pH 5.2, degradasi dipercepat ketika pH dinaikkan. Pada tingkat pH di
bawah 4, kehilangan katekin juga terjadi lebih cepat. Minima seperti itu dalam laju reaksi versus
profil pH adalah umum. Produksi katekin transkonfigurasi meningkat dengan meningkatnya
tingkat pH, menunjukkan bahwa isomerisasi lebih disukai dengan peningkatan dalam tingkat pH.
Untuk katekin yang dikonfigurasi secara trans, produksi minimum diamati pada tingkat pH 1,5
untuk CG dan GCG. Ini menunjukkan bahwa isomerisasi katekin adalah dihambat pada tingkat
pH di bawah 4, tetapi ditingkatkan dengan meningkatnya nilai pH ketika tingkat pH dinaikkan
menjadi 4 atau di atas. PH sampel sebelum dan sesudah perlakuan panas dipantau. Katekin teh
hijau stabil dalam kondisi pH asam, 4,7,17−19 fakta yang dapat dijelaskan sebagian oleh
peningkatan langsung tingkat oksidasi dengan peningkatan pH.

Didasarkan pada hasil yang diperoleh dalam larutan encer (8 mg / mL4 dan 0,5 mg /
mL18) dan karena itu mungkin tidak berlaku untuk larutan pekat yang digunakan dalam
penelitian ini. Penyesuaian pH, (Komatsu et al.4) menggunakan larutan asam sitrat 1%, natrium
sitrat, asam L-askorbat, dan natrium hidrogen karbonat, dan Zhu et al. 18 menggunakan buffer
natrium fosfat 60 mM, larutan NaOH, dan larutan HCl. Perbedaan spesies ion dan konsentrasi
larutan buffer yang berbeda juga dapat ditemukan untuk mempengaruhi berbagai tingkat reaksi
degradasi, sehingga mengakibatkan inkonsistensi dalam tren dan hasil antara berbagai penelitian.

Anda mungkin juga menyukai