Ind
PETUNJUK TEKNIS
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
(BALITA - ANAK SEKOLAH - IBU HAMIL)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
1
KATA PENGANTAR
Agar pemberian makanan tambahan pada Balita, Anak Sekolah dan Ibu
Hamil dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu
Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan bagi tenaga kesehatan dan semua
pihak terkait. Ruang lingkup petunjuk teknis ini berkaitan dengan PMT yang
mencakup jenis dan karakteristik produk, pengiriman, penyimpanan, distribusi dan
konsumsi serta monitoring dan evaluasi. Buku ini merupakan perbaikan Petunjuk
Teknis PMT tahun 2017 yang mengalami perubahan khususnya pada Bab III
tentang Pengiriman, Penyimpanan dan Pendistribusian MTsesuai ketentuan yang
berlaku pada tahun 2018.
3
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak
terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak balita, anak
usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi yang sangat perlu
mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila
menderita kekurangan gizi.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus
dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2 %,
sedangkan prevalensi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar
24,2% dan prevalensi anemia sebesar 37,1 %. Selain hal tersebut data
Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang gizi pada anak usia 5-12 tahun
sebesar 11,2 % yang disebabkan karena berbagai hal diantaranya tidak sarapan
pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi. Hasil Pemantauan
Status Gizi (PSG) Kemenkes tahun 2017 menunjukkan prevalensi Balita Stunting
sebesar 29,6%; Balita Kurus : 6,7%; Sangat Kurus (gizi buruk) : 2,8% dan Risiko
Kurus : 20,6%.
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2
tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius.
Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa
kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun kecerdasan. Kurus
dan stunting pada usia sekolah akan berdampak pada performa belajar di
sekolah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas Sumber Daya
Manusia. Ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis (KEK) dapat berdampak
pada pertumbuhan dan kesehatan bayinya.
Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan
merupakan salah satu strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi.
Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari
separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pada kelompok ibu hamil baik di
pedesaan maupun perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit asupan
energi dan protein.
5
Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan yang berfokus
baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat
diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita
pendek (stunting). Sedangkan pemberian makanan tambahan pada anak usia
sekolah diperlukan dalam rangka meningkatkan asupan gizi untuk menunjang
kebutuhan gizi selama di sekolah.
Pemberian makanan tambahan diprioritaskan untuk sasaran kelompok
rawan gizi yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah Dasar/MI
dengan kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang berdasarkan hasil
pengukuran berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan lebih kecil dari
minus dua Standar Deviasi (<-2 Sd), serta ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis
(KEK) yaitu ibu hamil dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) lebih
kecil dari 23,5 cm. Makanan tambahan penyuluhan dapat diberikan kepada
seluruh sasaran yang memiliki status gizi normal untuk pencegahan risiko Ibu
hamil KEK, balita kurus dan kurang gizi pada anak sekolah dengan waktu
pemberian maksimal selama 1 bulan.
Penelitian Elisabeth Kristiansson, et all, 2016 berdasarkan hasil analisis
data dari 31 negara memperlihatkan suplementasi makanan menunjukan adanya
kenaikan berat badan pada keluarga kurang mampu. Demikian halnya anak-anak
usia 6 – 23 bulan yang diberikan makanan tambahan selama 6 bulan
menunjukan kenaikan berat badan, selanjutnya ketika MT diberikan bersama
edukasi gizi dan intervensi berbasis pangan lokal maka kenaikan berat badan
menjadi lebih besar.
a. Tujuan
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan pihak terkait tentang :
1. Jenis dan karaktristik produk makanan tambahan Balita, Anak Sekolah
dan Ibu Hamil
2. Pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian MT
3. Pemberian MT kepada sasaran
4. Pemantauan dan Evaluasi MT
b. Pengertian
a. Suplementasi Gizi merupakan penambahan makanan atau zat gizi yang
diberikan dalam bentuk; a) makanan tambahan, b) tablet tambah darah, c)
6
kapsul vitamin A, dan d) bubuk tabur gizi yang bertujuan untuk memenuhi
kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur, ibu
hamil, dan ibu nifas
b. Makanan Tambahan Penyuluhan adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada seluruh sasaran untuk pencegahan risiko Ibu hamil
KEK, balita kurus dan anak usia sekolah kurus SD/MI dengan waktu
pemberian maksimal selama 1 bulan.
c. Makanan Tambahan Pemulihan adalah makanan tambahan yang
diberikan untuk meningkatkan status gizi pada sasaran.
d. MT Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam
bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin
dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan
dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi.
e. MT Anak Sekolah adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan
dalam bentuk krekers/biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi
dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak usia Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dengan kategori kurus untuk
mencukupi kebutuhan gizi.
f. MT Ibu Hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat
dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK)
untuk mencukupi kebutuhan gizi.
7
d. Sasaran PMT Penyuluhan : Seluruh sasaran balita 6-59 bulan, anak usia
sekolah SD/MI, ibu hamil dengan waktu pemberian maksimal satu bulan (sesuai
Surat Edaran Dirjen Kesmas Nomor : HK.02.02/V/407/2017 tentang Pemberian
Suplementasi Gizi PMT Ibu Hamil, PMT balita, dan PMT Anak Sekolah)
d. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2015-2019
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2015 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 Tahun 2007
tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 899/Menkes/SK/X/2009 tentang
Spesifikasi Teknis Makanan Tambahan Anak Balita 2-5 Tahun, Anak Usia
Sekolah Dasar dan Ibu Hamil
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang (PGS)
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar
Produk Suplementasi Gizi.
j. Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat Nomor : HK.02.02/V/407/2017
tentang Pemberian Suplementasi Gizi PMT Ibu Hamil, PMT Anak Balita
dan PMT Anak Sekolah
8
BAB II
JENIS DAN KARAKTERISTIK PRODUK MAKANAN TAMBAHAN
b. Karakteristik Produk
Bentuk :
biskuit yang pada permukaan atasnya tercantum tulisan “MT Balita”
Tekstur/Konsistensi :
renyah, bila dicampur dengan cairan menjadi lembut.
Berat :
berat rata-rata 10 gram/keping.
Warna :
sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong).
Rasa : Manis.
Mutu dan keamanan :
produk makanan tambahan balita memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan sesuai untuk bayi dan anak balita.
Masa kedaluwarsa :
waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak
dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan.
9
c. Kemasan
Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer
(berat 40 gram).
Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu)
kotak kemasan sekunder (berat 840 gram).
Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan
tersier.
b. Karakteristik Produk
Bentuk :
biskuit krekers yang pada permukaan belakang biskuit tercantum tulisan
“MT Anak Sekolah”
Tekstur/Konsistensi : renyah.
Berat :
berat rata-rata 6 gram/keping dengan kisaran 5-7 gram/keping.
Warna :
sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong).
Rasa : manis.
Mutu dan keamanan :
10
produk makanan tambahan anak sekolah memenuhi persyaratan mutu
dan keamanan sesuai untuk anak usia sekolah dasar.
Masa kedaluwarsa :
waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak
dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan.
c. Kemasan
Setiap 6 (enam) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer
(berat 36 gram).
Setiap 6 (enam) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan
sekunder (berat 216 gram).
Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan
tersier.
b. Karakteristik Produk
Bentuk :
biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atas biskuit tercantum
tulisan “MT Ibu Hamil” .
11
Tekstur/Konsistensi :
- biskuit : renyah
- isi : krim/selai padat dan lembut
Berat : berat rata-rata 20 gram/biskuit lapis.
Warna : sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak
gosong).
Rasa :
- Biskuit : manis
- Isi : manis rasa strawberry/nenas/lemon
Mutu dan keamanan :
produk makanan tambahan ibu hamil memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan sesuai untuk ibu hamil.
Masa kedaluwarsa :
waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak
dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kedaluwarsa 24 bulan.
c. Kemasan
Setiap 3 (tiga) biskuit lapis dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer
(berat 60 gram).
Setiap 7 (tujuh) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak
kemasan sekunder (berat 420 gram).
Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu)
kemasan tersier.
12
BAB III
14
2. Di Puskesmas
a. Tempat Penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu dan bebas dari
tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya;
b. Tempat penyimpanan tidak bocor dan lembab ruangan mempunyai
ventilasi dan pencahayaan yang baik;
c. Makanan tambahan hendaknya tidak diletakkan langsung di lantai;
sebaiknya menggunakan alas/rak/palet yang kuat minimal 30 cm dari
dinding;
d. Penyusunan/peletakkan/penumpukan makanan tambahan sedemikian
rupa sehingga barang tetap dalam kondisi baik.
e. Makanan tambahan yang masuk ke tempat penyimpanan yang lebih awal
dikeluarkan terlebih dahulu (First in First Out = FIFO);
f. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampur dengan bahan pangan
lain dan bahan bukan pangan;
g. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan, diambil dan
dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik;
h. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan Berita
Acara Penghapusan oleh Kepala Puskesmas setempat;
i. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek,
pecah, kempes dan teksturnya berubah.
4. Di Rumah Tangga/Keluarga
Makanan Tambahan yang diterima harus disimpan pada tempat yang kering,
bersih dan tertutup agar terhindar dari bahan cemaran dan binatang
pengganggu.
15
mengetahui jumlah MT yang akan diterima dan mempersiapkan tempat
penyimpanan yang memenuhi syarat.
3. Pengiriman MT dari Kabupaten/Kota ke Puskesmas disesuaikan dengan
kapasitas tempat penyimpanan yang tersedia di Puskesmas dengan
frekuensi pengiriman maksimal tiga kali selama waktu 3 (tiga) bulan
4. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas Puskesmas membuat tanda
terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti penerimaan barang yang
asli diserahkan ke pihak pengirim barang dan tembusan dikirim ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. BAST dicetak melalui Sigizi Terpadu dengan Petunjuk Operasional
sebagaimana terlampir (lampiran13).
6. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan dan
pelaporan administrasi gudang, yaitu dengan membuat Surat Bukti Barang
Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Kartu Persediaan
Barang (KPB)
7. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui Posyandu atau unit
pelayanan kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau petugas
yang ditunjuk/kader.
8. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke sasaran
dan mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan.
9. Pendistribusian makanan tambahan ke sasaran dicatatat melalui ePPGM.
Dinkes/Gudang
Kabupaten-Kota
Puskesmas
SASARAN
Keterangan :
: Distribusi
: Koordinasi
16
Penjelasan Bagan Distribusi MT
Di dalam pendistribusian MT penyedia barang berkoordinasi dengan
Direktorat Gizi Masyarakat dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
MT didistribusikan oleh penyedia barang ke gudang Puskesmas melalui
gudang kabupaten/kota yang telah disiapkan oleh penyedia barang
berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Puskesmas melalui BDD/petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT
ke Posyandu atau tempat lain yang ditentukan, selanjutnya diberikan ke
sasaran.
18
BAB IV
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA SASARAN
b. Ketentuan Pemberian :
1. Makanan Tambahan (MT) diberikan pada balita 6-59 bulan dengan
kategori kurus yang memiliki status gizi berdasarkan indeks BB/PB atau
BB/TB dibawah -2 Sd
2. Tiap bungkus MT Balita berisi 4 keping biskuit (40 gram)
3. Usia 6 -11 bulan diberikan 8 keping (2 bungkus) per hari
4. Usia 12-59 bulan diberikan 12 keping (3 bungkus) per hari
5. Pada balita yang diberikan makanan tambahan perlu dilakukan
pemantauan berat badan dan panjang badan/tinggi badan setiap bulan
6. Bila sudah mencapai berat badan sesuai panjang/tinggi badan dan atau
berat badan sesuai umur, PMT pemulihan pada Balita dihentikan dan
selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi seimbang
7. Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu ditambah air
matang dalam mangkok bersih sehingga dapat dikonsumsi dengan
menggunakan sendok
8. Setiap pemberian MT harus dihabiskan
19
b. Ketentuan Pemberian :
b. Ketentuan Pemberian :
1. MT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang memiliki ukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm.
2. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan Antenatal Care
ANC).
3. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60 gram).
4. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping biskuit lapis per hari.
5. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping biskuit lapis per hari.
6. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan berat badan
ibu hamil dan atau LiLA. Apabila berat badan sudah sesuai standar kenaikan
berat badan dan atau ibu hamil tidak lagi dalam kategori KEK sesuai
pemeriksaan LiLA, selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga gizi
seimbang.
20
BAB VI
A. Pemantauan
21
b. Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di tingkat
Puskesmas
Pemantauan dilaksanakan oleh petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas,
dengan melakukan pengamatan terhadap:
Kondisi fisik gudang meliputi: kapasitas gedung, ventilasi,
kelembaban, kebersihan, lingkungan, atap bocor/tidak
Cara penyimpanan meliputi: penggunaan palet, tata letak, bebas
binatang pengganggu, tidak disatukan dengan bahan pangan dan
non-pangan lainnya
Catatan dan laporan administrasi gudang meliputi MT masuk,
keluar, sisa dan jumlah MT yang rusak
Rencana pendistribusian MT dari Puskesmas ke sasaran (alokasi
rencana pendistribusian dan pemberitahuan ke BDD/petugas yang
ditunjuk/kader)
Pelaksanaan pendistribusian (jumlah dan jenis MT yang telah
didistribusikan, cara pendistribusian, dan jumlah yang rusak)
Dalam melakukan pemantauan petugas menggunakan Lampiran 2
(Formulir Pemantauan Penyimpanan dan Pendistribusian MT di
Tingkat Puskesmas)
2. Pencatatan Distribusi MT
22
Distribusi MT (stok opname) juga dapat direkam dalam aplikasi http:
//sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id. pada menu Distribusi MT. Pada aplikasi
ini dapat menghasilkan format BASTB untuk keperluan administrasi. Contoh
formulir BASTB seperti pada lampiran 11.
23
- Hasil pencatatan pada formulir bantu kemudian di entri kedalam aplikasi
ePPGBM agar dapat diamati perubahan pertumbuhan berat badan dan
status gizinya setiap saat.
b. Kabupaten/Kota dan Provinsi
- Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh
puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat diamati dan dianalisis oleh
kabupaten/kota dan provinsi secara otomatis melalui menu konsumsi PMT
- Umpan balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang
c. Pusat
- Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah dientri oleh
puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM juga dapat diamati dan dianalisis
oleh pusat secara otomatis melalui menu konsumsi PMT
- Umpan balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang
-
B. Evaluasi
24
BAB VII
PENUTUP
Buku petunjuk teknis ini dapat menjadi panduan bagi petugas kesehatan
maupun pihak terkait lainnya dalam melaksanakan kegiatan pemberian
makanan tambahan agar mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan
efisien.
25
Lampiran 1
Kabupaten : …………………………..
Propinsi : …………………………..
JAWABAN
No. INFORMASI KETERANGAN
YA TIDAK
1. Mengetahui jadwal Lihat Surat
penerimaan dari Dinkes Rencana
Provinsi ke Dinkes Pengiriman dari
Kabupaten/Kota Dinkes Provinsi
ke Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
atau cek apakah
ada informasi
lisan melalui
telepon
2. Ada gudang penyimpanan Amati gudang
MT, amati penyimpanan MT penyimpanan
di gudang MT
- Kebersihan
- Ventilasi
- Kelembaban
- Atap tidak bocor
- Kapasitas
- Cara penyimpanan
- Tumpukan kardus
- Palet
- Penyimpanan terpisah dari
bahan berbahaya
- Penyimpanan yang rusak
terpisah
3. Penerimaan MT tepat waktu Cocokkan
dokumen SPB
dengan BAPB
26
lain ?
- Sumber
- Nama produk
- Jenis
- Jumlah
- Sasaran
………………………….20..
Petugas Pemantau
Kabupaten/Kota Provinsi
……………………………. …………………………….
27
Lampiran 2
Puskesmas : …………………….
Kabupaten : …………………….
Propinsi : …………………….
JAWABAN
No. INFORMASI KETERANGAN
YA TIDAK
1. Mengetahui jadwal Lihat Surat
penerimaan dari Dinkes Rencana
Kabupaten/Kota Pengiriman dari
Dinkes
kabupaten/Kota
ke Kepala
Puskesmas atau
cek apakah ada
informasi lisan
melalui telepon
2. Ada gudang penyimpanan Amati gudang
PMT, amati penyimpanan penyimpanan
PMT di gudang PMT
- Kebersihan
- Ventilasi
- Kelembaban
- Atap tidak bocor
- Kapasitas
- Cara penyimpanan
- Tumpukan kardus
- Palet
- Penyimpanan terpisah dari
bahan berbahaya
- Penyimpanan yang rusak
terpisah
3. Penerimaan PMT tepat waktu Cocokkan
dokumen SPB
dengan BAPB
………………………….20..
Petugas Pemantau
Puskesmas Kabupaten/Kota
……………………………. …………………………….
29
Lampiran 3
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anak ibu mendapat MT ? Jelas
2. Jenis MT apa yang anak ibu terima ? Jelas
Petugas Pemantau:
BDD/Kader Puskesmas
………………………………. ………………………………..
30
Lampiran 4
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah ibu mendapat MT ? Jelas
2. Jenis MT apa yang ibu terima ? Jelas
Petugas Pemantau:
BDD/Kader Puskesmas
………………………………. ……………………………….
31
Lampiran 5
Kabupaten/Kota : ........................................
Provinsi : ……………………………
2. Jumlah MT
Jumlah MT Balita dan MT Ibu Hamil berdasarkan data di Gudang/tempat
penyimpanan
MT Balita
- Jumlah MT yang ada :…………..kg, seharusnya :…………….kg
- Jumlah MT yang rusak: ………...kg
- Jumlah MT yang hilang:…….…...kg
MT Ibu Hamil
- Jumlah MT yang ada :…………..kg, seharusnya :…………….kg
- Jumlah MT yang rusak: ………...kg
- Jumlah MT yang hilang:………....kg
4. Prosedur Penerimaan MT :
Baik/cukup baik/kurang baik *)
5. Prosedur Penyimpanan MT :
Baik/cukup baik/kurang baik *)
6. Prosedur Pendistribusian MT :
Baik/cukup baik/kurang baik *)
32
8. Masalah dan Hambatan dalam pengelolaan MT :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
9. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah dan hambatan yang ada :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
10. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
11. Saran
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….
………………………….20..
Pelapor
Kabupaten/Kota Provinsi
……………………………. …………………………….
Keterangan :
Sarana dan prasarana *)
- Baik : jika > 80 – 100 % memenuhi persyaratan
- Cukup : jika > 60 - 80 % memenuhi persyaratan
- Kurang : jika ≤ 60 % memenuhi persyaratan
Prosedur *)
- Baik : jika > 80 – 100 % sesuai prosedur
- Cukup : jika > 60 - 80 % sesuai prosedur
- Kurang : jika ≤ 60 % sesuai prosedur
33
Lampiran 6
Puskesmas : .......................................
Kabupaten/Kota : .......................................
Provinsi : ……………………………
2. Jumlah MT
Jumlah MT Balita dan MT Ibu Hamil berdasarkan data di Gudang/tempat
penyimpanan
MT Balita
- Jumlah MT yang ada :…………..kg, seharusnya :…………….kg
- Jumlah MT yang rusak: ………...kg
- Jumlah MT yang hilang:…….…...kg
MT Ibu Hamil
- Jumlah MT yang ada :…………..kg, seharusnya :…………….kg
- Jumlah MT yang rusak: ………...kg
- Jumlah MT yang hilang:………....kg
4. Prosedur Penerimaan MT :
Baik/cukup baik/kurang baik
5. Prosedur Penyimpanan MT :
Baik/cukup baik/kurang baik
6. Prosedur Pendistribusian MT :
Baik/cukup baik/kurang baik
34
8. Masalah dan Hambatan dalam pengelolaan MT :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
9. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah dan hambatan yang ada :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
10. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
11. Saran
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….
………………………….20..
Pelapor
Puskesmas Kabupaten/Kota
……………………………. …………………………….
Keterangan :
Sarana dan prasarana *)
- Baik : jika > 80 – 100 % memenuhi persyaratan
- Cukup : jika > 60 - 80 % memenuhi persyaratan
- Kurang : jika ≤ 60 % memenuhi persyaratan
Prosedur *)
- Baik : jika > 80 – 100 % sesuai prosedur
- Cukup : jika > 60 - 80 % sesuai prosedur
- Kurang : jika ≤ 60 % sesuai prosedur
35
Lampiran 7
Puskesmas :
Kab/Kota :
Provinsi :
Distribusi dan
BULAN TAHUN MT-BALITA MT-AS MT-BUMIL KETERANGAN
Stock
JUMLAH
ALOKASI (Kg)
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
36
Lampiran 8
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
JUMLAH
ALOKASI (Kg)
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
Distribusi
Stock Tersisa
37
Lampiran 9
Anak ke No HP TB
Jenis
Kelamin Alamat caraukur
Jmlh PMT
Tanggal lahir RT (bungkus)
BB Lahir
Anak ke No HP TB
Jenis
Kelamin Alamat caraukur
Jmlh PMT
Tanggal lahir RT (bungkus)
BB Lahir
38
Lampiran 10
Puskesmas:
Kab/Kota :
Provinsi :
No Identitas Ibu Hamil Alamat Pemeriksaan 2017 2018
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR
Nama Ibu BB
Nama RT TB
Suami
Kehamilan RW LiLA
ke
Tanggal Jumlah PMT
lahir (bungkus)
Umur Tahun produksi
No HP
Nama Ibu BB
Nama RT TB
Suami
Kehamilan RW LiLA
ke
Tanggal Jumlah PMT
lahir (bungkus)
Umur Tahun produksi
No HP
39
Lampiran 11
40
Lampiran 12
PERHITUNGAN LUAS GUDANG PENYIMPANAN MAKANAN TAMBAHAN BALITA DAN IBU HAMIL
41
Lampiran 14
Untuk dapat masuk ke dalam aplikasi distribusi PMT kita pilih (click) modul Distribusi
PMT lalu akan muncul menu seperti pada gambar di bawah ini.
42
Gambar 47 Halaman utama aplikasi distribusi PMT
Aplikasi distribusi PMT ini berfungsi sebagai bentuk bukti pertanggungjawaban secara
administratif bahwa PMT yang sudah dikirimkan oleh pusat sudah diterima oleh
Kabupaten maupun Puskesmas. (detail panduan penggunakan aplikasi distribusi PMT
ada di Petunjuk Teknis Sistem Informasi Gizi Terpadu).
3. Pembuatan Berita Acara Serah Terima (BAST) PMT dari Pusat ke Kabupaten/Kota
3.1 Entry BAST
Untuk membuat BAST PMT dari Penyedia/Pusat ke Kabupaten/Kota dapat
dilakukan dengan memilih/mengakses menu BAST Pusat -> Entry BAST seperti
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
43
Gambar 2 Menu BAST Pusat
Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul halaman pencarian daftar
BAST yang telah dibuat sebelumnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
44
Gambar 4 Halaman Entry BAST Pusat
a. Buffer Stock
Jenis distribusi buffer stock memungkinkan pengguna untuk
memasukkan lebih dari 1 (satu) jenis barang ke dalam BAST. Caranya
dengan memilih “Buffer Stock” pada isian jenis distribusi seperti yang
dapat dilihat pada Gambar sehingga akan muncul kolom isian dan nama
pihak pertama yang sesuai dengan jenis distribusi Buffer Stock. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
45
Isi sesuai dengan jumlah
distribusi yang akan
dikirimkan ke
Kabupaten/Kota
Apabila seluruh isian telah diisi dengan benar, maka tekan tombol
“SIMPAN”.
b. Kirim Ke Daerah
Apabila pengguna memilih jenis distribusi kirim ke daerah, maka
pengguna hanya dapat memasukkan 1 (satu) jenis barang ke dalam
BAST. Caranya dengan memilih “kirim ke Daerah” pada isian jenis
distribusi seperti yang dapat dilihat pada Gambar sehingga akan muncul
kolom isian dan nama pihak pertama yang sesuai jenis distribusi Kirim
Ke Daerah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
46
Pilih Jenis PMT maka akan
muncul Harga Satuan yang
sesuai.
Apabila seluruh isian telah diisi dengan benar, maka tekan tombol
“SIMPAN”.
47
Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul halaman untuk memilih
Blangko BAST yang akan dicetak dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
48
Gambar 11 Hasil Cetak Blangko BAST Kirim Ke Daerah)
Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul halaman pencarian daftar
BAST yang telah dibuat seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
49
Tombol untuk
mencetak BAST ke
Kabupaten/Kota.
Untuk mencetak BAST, dapat dilakukan dengan memilih tombol [CETAK] seperti
dapat dilihat pada Gambar . Hasil cetak dokumen BAST menggunakan format
PDF sehingga dapat memudahkan pengguna untuk menyimpan / mencetak
ulang.
50
sehingga memudahkan pada saat pencarian dokumen. Untuk mengunggah
dokumen BAST yang sudah ditandatangi dapat diakses pada menu BAST Pusat -
> Unggah BAST seperti dapat dilihat pada Gambar .
Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul halaman pencarian daftar
BAST yang telah dibuat dan dicetak seperti dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
51
Isian untuk unggah/upload
dokumen BAST ke
Kabupaten/Kota.
Masukkan dokumen pada kolom seperti yang dapat pada Gambar 17 dan
kemudian tekan tombol “SIMPAN”untuk untuk merekam data.
52
Contoh Cetak BAST
53
Blangko Kirim Ke Daerah
54
BAST Buffer Stock
55
BAST Kirim Ke Daerah
56