Anda di halaman 1dari 11

Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education terhadap Keberhasilan

Pemberian Air Susu Ibu Postpartum

Irma Nurbaeti, Kustati Budi Lestari


PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah
E-mail: nurbaeti.wercham@yahoo.co.id

Abstrak

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) masih merupakan masalah bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
Dukungan agar ibu menyusui bayi merupakan hal penting dalam menginisiasi dan mempertahankan pemberian ASI.
Strategi dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan menyusui. Tujuan penelitian adalah menganalisis efektivitas
comprehensive breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian (ASI) pada periode postpartum.
Jenis penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen one group pre post test repeated measured design. Jumlah
sampel sebanyak 22 ibu dengan menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilaksanakan
pada bulan September–Oktober 2013 di Puskesmas wilayah Kota Tangerang Selatan. Intervensi dilakukan
selama 30 menit. Pengumpulan data dilakukan sebelum intervensi, 3 hari setelah intervensi (post 1), dan
10 hari setelah intervensi (post 2). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Keberhasilan
pemberian ASI berdasar pada parameter pengetahuan, langkah menyusui, perlekatan bayi, dan kecukupan ASI.
Analisis data menggunakan general linear model repeated measure ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan
adanya signifikansi comprehensive breastfeeding education (p=0.001). Rata-rata keberhasilan pemberian
ASI sebelum dan setelah intervensi meningkat. Sebesar 93,9% intervensi memengaruhi tingkat keberhasilan.
Rata-rata sebelum intervensi 56,74 (SD 5,92), post 1 sebesar 60,83 (SD 6,38) dan post 2 sebesar 74,55 (SD
5,32). Subvariabel yang memiliki efek secara signifikan setelah intervensi adalah pengetahuan (p=0.001)
dan langkah menyusui (p=0.001), sedangkan subvariabel perlekatan bayi (p=0.061) dan kecukupan ASI
(p=0.162) tidak secara signifikan berbeda antara sebelum dan setelah intervensi. Pelaksanaan breastfeeding
education disarankan pada ibu agar dapat melakukan posisi perlekatan bayi yang benar sehingga dapat
mengurangi masalah-masalah berkaitan dengan perlekatan yang tidak sesuai seperti puting perih, lecet atau
berdarah, dan bayi kurang puas dalam menyusu yang bisa mengakibatkan gagalnya program ASI ekslusif.

Kata kunci: Menyusui, pendidikan, perlekatan, postpartum.

The Effectiveness of a Comprehensive Breastfeeding Education on


Successful Breastfeeding at Postpartum Periods

Abstract

Breastfeeding have still been problem for adequate newborn nutrition. Adequate breastfeeding support is
essential for mothers to initiate and maintain optimal breastfeeding practices. A strategic needed to support
successful breastfeeding. The purpose of research is to analyze the effectiveness comprehensive breastfeeding
education on successful breastfeeding at postpartum periods. A quasi-experimental one group pretest, post test,
repeated mesaured was used. This study was conducted at public health in Tangerang Selatan municipality in
September–October 2013 among 22 postpartum mothers, convenience sampling methods. Intervention was
done 30 minute. Data were collected before intervention (pretest), third day after intervention (post 1) and
tenth day after intervention (repeated/post 2) using four parameter, that are knowledge, breastfeeding steps,
proper lacth-on and adequate breastmilk. Using repeated measures analysis of variance there was a significant
increase (p=0.001) in the overall Successful breastfeeding mean. Around 93,9% the effectiveness of intervention
influence on successful. The mean before intervention is 56,74 (SD 5,92), increased at post 1:60,83 (SD
6,38) and post 2:74,55 (SD 5,32). Subvariable which has effect significantly after intervention is knowledge
(p=0.001) and breastfeeding steps (p=0.001), in contrary, proper latch-on (p=0,061) and adequate breastmilk
(p=0.162) have no significant effect after intervention. Suggestion to support breastfeeding education and
counselling proper latch-on adequately that can decrease the problem such as painful, creaks or bloody putting.

Key words: Breastfeeding, education, latch-on, postpartum.

88 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

Pendahuluan survei menunjukkan bahwa cakupan ASI


eksklusif pada usia bayi sekitar 4–5 bulan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting di perkotaan sebesar 4–12%, sedangkan di
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi pedesaan terdapat pencapaian nilai sebesar
yang optimal baik fisik maupun mental dan 4–25%. Pencapaian ASI eksklusif pada usia
kecerdasannya. Oleh karena itu, pemberian bayi sekitar 5–6 bulan di perkotaan sebesar
ASI sangat perlu mendapatkan perhatian para 1–13%, sedangkan di pedesaan pencapaian
ibu dan juga tenaga kesehatan agar proses nilai sebesar 2–13% (Depkes RI, 2009).
menyusui dapat terlaksana dengan baik dan Terdapat banyak praktik kegagalan dalam
benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui pemberian ASI eksklusif yang dimulai pada
bayi diantaranya adalah komitmen dari ibu saat setelah persalinan (postpartum), yaitu
untuk menyusui bayinya, dilaksanakan secara tidak diberikan kolostrum (ASI yang pertama
dini (early initiation), posisi menyusui yang kali keluar berwarna bening) pada bayi segera
benar baik untuk ibu maupun bayi, menyusui setelah lahir, pemberian prelaktal seperti
atas permintaan bayi (on demand), dan madu, susu formula, dan pemberian makanan
diberikan secara eksklusif. Pemberian ASI pendamping ASI (MP-ASI) sebelum bayi
secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI berusia enam bulan (Afifah, 2007). Cakupan
saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu pemberian ASI eksklusif di Kota Tangerang
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih. Selatan belum terdapat data yang akurat.
Selain itu, bayi tidak diberikan tambahan Berdasarkan data dari UNESCO di provinsi
makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur Banten didapatkan bahwa sepertiga bayi usia
susu, biskuit, bubur nasi maupun tim mulai 0–6 bulan telah diberikan susu formula atau
lahir sampai usia enam bulan (Roesli, 2005). MP-ASI. Hasil wawancara dengan sepuluh
Pemberian ASI dapat mengurangi tingkat orang ibu yang memiliki anak usia 1–6 bulan
kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit yang berkunjung ke Poliklinik kesehatan ibu
yang sering terjadi pada anak, seperti diare dan anak (KIA) Puskesmas Ciputat Timur,
dan radang paru. Selain itu, ASI juga dapat didapatkan data bahwa terdapat dua orang ibu
mempercepat pemulihan apabila anak sakit masih memberikan ASI dan sisanya sudah
dan dapat membantu membuat jarak antara memberikan susu formula, dengan alasan
kelahiran berikutnya (Edmond, dkk., 2006). ASI keluar sedikit bahkan ASI tidak keluar.
Bayi yang diberikan ASI tidak akan mudah Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
terkena infeksi, karena dalam ASI terutama ketidakberhasilan ibu dalam memberikan ASI
kolostrum, mengandung protein globulin. eksklusif pada bayinya diantaranya adalah
Hal tersebut dapat memberikan perlindungan pengetahuan ibu mengenai ASI, motivasi
kepada bayi sampai umur enam bulan (Roesli, dalam memberikan ASI, kampanye mengenai
2005). ASI eksklusif, peranan petugas kesehatan,
Target Kementerian kesehatan Republik dan dukungan keluarga dalam memberikan
Indonesia (Kemenkes RI) mengenai cakupan ASI. Sedangkan faktor penghambat dalam
ASI eksklusif selama enam bulan sebesar pemberian ASI diantaranya adalah kebiasaan
80%. Namun, angka ini sangat sulit untuk yang salah dalam cara pemberian ASI yang
dicapai bahkan isu prevalensi ASI eksklusif baik dan benar, promosi kesehatan mengenai
dari tahun ke tahun terus-menerus menurun. susu formula, dan masalah kesehatan ibu dan
Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 anak (pasca sectio caesaria, payudara ibu,
oleh nutrition and health surveillance system kondisi anak, dan rawat gabung) (Afifah,
(NHSS) bekerjasama dengan balai penelitian 2007).
dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) Salah satu tantangan petugas kesehatan
serta Helen Keller International di empat pada periode postpartum adalah perlunya
kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, dan usaha dalam memenuhi kebutuhan ibu
Makasar. Survei ini juga melibatkan delapan dengan cara melalui pemberian edukasi dan
pedesaan yang terdapat di wilayah provinsi dukungan kepada ibu dalam proses pemberian
Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa ASI kepada bayinya (Montgomery, 2011).
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Teaching pada pasien dan keluarga dikenal
Tenggara barat, dan Sulawesi Selatan. Hasil sebagai istilah postpartum education

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 89


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

(Bryanton, Beck, & Montelpare, 2013). melaksanakan comprehensive breastfeeding


Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan education mulai dari melakukan pengkajian,
oleh Mozingo, Davis, Droppleman dan identifikasi masalah dalam menyusui, dan
Merideth (2000) mengungkapkan bahwa melakukan dukungan edukasi pada ibu dan
minggu pertama postpartum merupakan fase keluarga.
kritis bagi ibu karena ibu merasa ASI yang Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dikeluarkan hanya sedikit, ibu merasa bersalah efektivitas dari comprehensive breastfeeding
karena gagal menyusui, malu dan meragukan education terhadap keberhasilan pemberian
dirinya sendiri dalam kemampuan untuk ASI pada periode postpartum. Kerangka
menyusui bayinya, sehingga pada akhirnya ibu teori dalam penelitian ini dikembangkan
memutuskan untuk menghentikan pemberian berdasarkan teori the precngede-proceed
ASI. Sedangkan menurut hasil penelitian planning model (2002),yang dimodifikasi
Riordan, Gross, Angeron, Krumwiede dan dari Australian Government
Melin (2000) terhadap 129 ibu postpartum,
merekomendasikan kepada petugas kesehatan
agar dapat melaksanakan dukungan dalam Metode Penelitian
menyusui secara komprehensif daripada
sekedar mengajarkan teknik menyusui saja. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen
Target pemerintah untuk keberhasilan dengan one group pre post test repeated
pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 80%. measured design. Populasi pada penelitian
Hasil tersebut dikatakan masih rendah ini adalah seluruh ibu postpartum yang
dalam pencapaiannya. Saat ini, cakupan melahirkan normal di wilayah Puskesmas
keberhasilan dalam pemberian ASI Ciputat Timur Tangerang Selatan dengan
eksklusif sebesar 33,6% di Indonesia jumlah sample sebanyak 22 orang. Kriteria
(Riskesdas, 2012). Rendahnya keberhasilan inklusi terdiri dari: kondisi bayi lahir hidup,
ASI eksklusif terjadi secara merata, baik di mature, bayi tidak sedang dirawat di rumah
daerah perkotaan maupun pedesaan bahkan sakit (bayi tidak mengalami komplikasi),
isu prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke ibu menyetujui untuk berpartisipasi dalam
tahun terus-menerus menurun. Hal tersebut penelitian ini, dan ibu dapat membaca dan
tentu sangat memprihatinkan, mengingat menulis dalam bahasa Indonesia. Sedangkan
pemberian MP-ASI yang terlalu dini tidak kriteria ekslusi terdiri dari: pindah tempat
tepat karena akan menyebabkan bayi kenyang tinggal dan pada saat pengumpulan data
sehingga pengeluaran ASI berkurang. Selain penelitian, bayi dan ibu sedang dirawat
itu, bayi menjadi malas menyusu karena di puskesmas (sampai dengan hari ke 10
sudah mendapatkan makanan atau minuman periode postpartum). Teknik sampling
terlebih dahulu (Fikawati & Syafiq, 2010). yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pemberian MP-ASI yang dilakukan terlalu convenience sampling. Penelitian dilakukan
dini, seperti pemberian nasi dan pisang yang di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur
justru dapat menyebabkan sumbatan pada Kota Tangerang Selatan.
saluran cerna karena tidak dapat dicerna Instrumen penelitian terdiri dari tiga
atau disebut phyto bezoar. Hal ini dapat bagian. Bagian yang pertama adalah informed
meningkatkan morbiditas bahkan kematian consent, bagian kedua adalah data mengenai
dan dapat menimbulkan risiko jangka panjang responden dan pengetahuan, dan bagian yang
seperti obesitas, hipertensi, aterosklerosis, ketiga adalah lembar observasi menyusui.
dan alergi makanan. Instrumen pengetahuan dan lembar observasi
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif menyusui dikembangkan sendiri oleh peneliti
sangat ditentukan pada minggu-minggu berdasar pada panduan modul ASI eksklusif
pertama periode postpartum sebagai fase yang dipublikasi oleh Departemen Kesehatan
kritis dalam menyusui. Petugas kesehatan (Depkes) tahun 2009. Kuesioner pengetahuan
dan keluarga menjadi faktor yang penting terdiri dari multiple choice, benar dan salah
dalam keberhasilan ibu untuk menyusui. yang berisi 20 pertanyaan. Sedangkan
Postnatal education merupakan suatu upaya lembar observasi terdiri dari empat aspek
yang dilakukan tenaga kesehatan dalam observasi yaitu jenis ASI (kolostrum, ASI

90 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

transisi, dan ASI matang), langkah-angkah Seluruh responden tetap berpartisipasi


untuk menyusui (10 item), perlekatan bayi dalam penelitian ini dan tidak ada yang
saat menyusu (20 item), dan kecukupan masuk kedalam kriteria drop out. Waktu
bayi menyusu dengan memeriksakan urin yang diperlukan untuk melakukan observasi
(tiga item). Teknik pengumpulan data yang sangat bervariasi, sesuai dengan kondisi bayi.
dilakukan dalam penelitian ini yaitu melalui Apabila bayi sedang tidur, maka enumerator
kunjungan rumah yang berdasarkan informasi akan menunggu sampai bayi bangun dan
dari Puskesmas Ciputat Timur serta informasi menyusu.
dari responden. Analisis data dilakukan secara univariat
Sebelum pretest, peneliti melakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi,
informed consent terlebih dahulu. dan analisis bivariat dilakukan dengan
Selanjutnya, peneliti melakukan observasi menggunakan Spearman pada α 0.05. Adapun
pada bayi dengan meminta ibu untuk analisis multivariat menggunakan general
mengisi kuesioner selama 10 menit dan ibu logistic measure (GLM) untuk menganalisis
diminta juga untuk mempraktikkan cara efektivitas comprehensive breastfeeding yang
menyusui bayi yang biasa dilakukan ibu. menggunakan repeated measure ANOVA
Kemudian setelah itu, dilakukan pendidikan design model 1 supaya terhindar dari type
kesehatan mengenai cara menyusui yang I error pada α 0.05. Asumsi GLM terdiri
baik danbenar selama 30 menit disertai sesi dari normality dan homogeneity data. Nilai
tanya jawab. Posttest pertama dilakukan tiga statistik skewness pada data demografi
hari setelah dilakukannya pretest. Sebanyak (umur, paritas, lama hari rawat, pengetahuan,
22 responden tetap berpartisipasi dalam tahap menyusui, dan perlekatan bayi)
penelitian ini. Pengumpulan data meliputi didapatkan nilai <3,0. Dapat disimpulkan
pengisian kuesioner oleh responden dan bahwa data terdistribusi normal. Mauchly’s
lembar observasi oleh peneliti. Posttest kedua test of sphericity dilakukan untuk menguji
dilakukan seminggu setelah dilakukannya varian, didapatkan nilai Maucly’s W=0.932,
posttest pertama dengan pengukuran Χ²=1,132, dengan nilai signifikansi=0.566,
yang sama (sepuluh hari dari intervensi). dan nilai Greenhouse-Geisser sebesar 0.936.

Tabel 1 Data Demografi Responden (n=22)


Karakteristik N %
Umur (tahun)
≤ 30 11 50
30 – 40 11 50
Pendidikan Terakhir
SD 4 18
SMP sederajat 11 50
SMA sederajat 7 32
Paritas
1 6 27
2 11 55
3 5 23
Informasi tentang ASI
Ya 10 45
Tidak 12 55
Sumber Informasi
Tenaga Kesehatan 6 60
Lain-lain (majalah dll) 4 40

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 91


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

Tabel 2 Jenis ASI


Jenis ASI N %
Kolostrum 0 0
Transisi 3 13,6
Matur 19 86,4

Berdasarkan hasil tersebut maka asumsi partisipasi dalam penelitian ini kapanpun
untuk uji GLM Repeated Measure ANOVA dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
terpenuhi dan tidak ada varian. Kerahasiaan responden dijamin dengan cara
Penelitian ini tidak mengakibatkan risiko menggunakan anonimity pada kuesioner,
yang fatal karena tanpa dilakukan intervensi kode diberikan dengan menggunakan tanda,
invasif. Sebelum penelitian dilakukan, dan penyimpanan data serta pengolahan data
peneliti akan mengajukan uji etik kepada hanya dilakukan oleh peneliti utama.
Komite Etik FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Perlindungan responden penelitian
dilakukan dengan tetap menghormati hak Hasil Penelitian
responden dan memegang prinsip etik
dalam penelitian. Persetujuan penelitian ini Data demografi responden meliputi umur,
dilakukan pada responden sebelum penelitian tingkat pendidikan, paritas, dan informasi
dilakukan. Setelah itu, responden penelitian tentang ASI disajikan pada tabel 1. Umur
menandatangani informed consent sebagai responden yang paling muda adalah berusia
bukti bahwa responden telah menyetujui 19 tahun dan yang paling tua berusia 40
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. tahun, dengan rata-rata umur responden
Responden diberikan kebebasan apabila adalah 30–31 tahun. Kemudian umur
ingin memutuskan untuk tidak melanjutkan dikategorikan menjadi ≤30 tahun dan

Tabel 3 Skor Keberhasilan Pemberian ASI pada Ibu Postpartum


Roy’s Largest Root
Mean (SD)

n Pre Post 1 Post 2 Difference Tests of Between- Partial Eta


Skore Over Time Subjects Effects Squared

Overall 22 56,74 60,83 74,55 f = 9,867 f = 0,037 0,939


Time score (5,92) (6,38) (5,32) p = 0.001 p = 0,849
df = 2 df = 1

Pengeta- 22 68,41 80,68 83,41 f= 42,563 0,810


huan (6,97) (6,78) (6,62) p = 0.001

Langkah 22 48,18 53,64 84,09 f= 133,122 0,930


Menyusui (9,07) (12,17) (9,08) p = 0.001

Perlekatan 22 50,45 50,68 56,14 f= 3,224 0,244


bayi (4,06) (3,87) (10,90) p = 0,061

Kecukupan 22 - - - f = 2,100
ASI p = 0,162

Note: nilai p dalam italics mengindikasikan signifikansi (p ≤ 0.05).

92 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

>30 tahun. Pada penelitian ini didapatkan dengan pre dan post 1. Hal itu menunjukkan
bahwa umur terdistribusi secara sama (50% bahwa keberhasilan menyusui diantara
terdiri dari usia ≥30 tahun dan 50% terdiri responden memiliki deviasi paling rendah
dari usia >30 tahun), sebagian responden dibandingkan dengan pre dan post 1 pada
telah lulus pendidikan menengah pertama, hari kesepuluh pascaintervensi. Berdasarkan
kurang dari sebagian responden telah nilai itu didapat kan nilai sebesar 0.939.
memiliki satu anak, dan lebih dari sebagian Hal tersebut menerangkan bahwa intervensi
responden telah memiliki dua atau tiga anak, comprehensive breastfeeding tersebut dapat
sebagian dari responden telah mendapatkan menentukan 93,9% keberhasilan dalam
informasi mengenai pemberian ASI yang menyusui overtime.
baik dan benar sebelumnya, sementara itu Pada penelitian ini, variabel dependen
sebagian responden lainnya mengaku belum yaitu variabel keberhasilan dalam menyusui
mendapatkan informasi mengenai pemberian diuji dengan menggunakan test of between-
ASI. Sumber informasi untuk mendapatkan subjects effects. Berdasarkan hasil variabel
edukasi mengenai ASI didapatkan bahwa between, seperti umur, paritas, dan hari
enam orang mengaku telah mendapatkan postpartum, didapatkan nilai F sebesar 0.037
informasi mengenai ASI dari tenaga kesehatan dengan signifikansi sebesar 0.849 dan derajat
yaitu dokter, perawat, dan bidan. Sedangkan kebebasan (df) sebesar 1. Dari hasil penelitian
empat orang lainnya mengaku mendapatkan ini, dapat disimpulkan bahwa variabel umur,
informasi dari majalah dan kader. paritas, dan lama hari postpartum tidak
Penilaian karekteristik ASI dilakukan berpengaruh secara signifikan terhadap
dengan mengkaji jenis ASI yang dikeluarkan. keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya,
Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa hampir namun hasil yang signifikan didapatkan dari
seluruh responden telah mengeluarkan ASI intervensi comprehensive breastfeeding.
matur sebanyak 18 orang (90%). Sementara Uji secara lebih detail pun dilakukan
itu, masih terdapat dua orang responden yang setelah test of between-subjects effects
mengeluarkan ASI transisi pada periode terhadap faktor keberhasilan menyusui yang
postpartum hari kedua dan ketiga (Tabel 2). meliputi: pengetahuan ibu, langkah-langkah
Analisis multivariat dilakukan untuk ibu dalam menyusui yang baik dan benar,
menganalisis efektifitas comprehensive perlekatan bayi, dan kecukupan ASI. Pada
breastfeeding terhadap tingkat keberhasilan penelitian ini, jenis ASI tidak dilakukan tes
pemberian ASI. Keberhasilan ibu dalam statistik karena jenis ASI merupakan proses
menyusui, meliputi: pengetahuan ibu, fisiologis keluarnya ASI yang dimulai dari
langkah-langkah menyusui yang dilakukan keluarnya kolostrum saat pertama kali, ASI
oleh ibu, perlekatan bayi, dan kecukupan transisi 1–2 hari setelah kolostrum keluar, dan
ASI. Rata-rata keberhasilan pemberian ASI ASI matur yang keluar setelah ASI transisi.
pada ibu postpartum sebelum dan setelah Pengetahuan adalah segala sesuatu yang
intervensi menunjukkan hasil yang bermakna diketahui oleh responden mengenai ASI
(F=9,867 dan p value=0.001). Rata-rata awal dan cara menyusui yang baik dan benar.
menunjukkan nilai sebesar 56,74 dengan Rata-rata pengetahuan responden sebelum
standar deviasi 5,92. Setelah dilakukannya intervensi dilakukan adalah sebesar 68,41.
comprehensive breastfeeding menunjukkan Kemudian nilai ini naik cukup signifikan
terdapat kenaikan nilai rata-rata keberhasilan pada pengukuran post 1 yaitu menjadi 80,68
ibu dalam menyusui, baik post 1 (tiga hari dan post 2 naik menjadi 83,41. Sedangkan
pascaintervensi) maupun post 2 (seminggu hasil uji RMA didapatkan nilai F=42,563
setelah post 1). Terdapat kenaikan pada post dan nilai p=0.001, nilai ɳ=0.810. Dapat
1 sebesar empat poin sehingga menjadi 60,83 disimpulkan bahwa uji statistik dengan nilai
dan post 2 lebih baik lagi dibandingkan α sebesar 0.05 didapatkan hasil pengetahuan
dengan post 1 yaitu menjadi sebesar 74,55 responden yang naik secara signifikan setelah
dengan standar deviasi 5,32. Standar deviasi dilakukannya comprehensive breastfeeding
pada post 2 lebih rendah dibandingkan overtime. Terdapat perbedaan bermakna

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 93


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kecukupan ASI


Kecukupan Pre Post 1 Post 2 Roy’s Largest
ASI n % n % n % Root
Cukup 20 90,90 22 100 22 100
Kurang 2 9,10 0 0 0 0 F = 2,100
p = 0.162

sebelum dan setelah intervensi baik pada dan post 2 sebesar 56,14. Dari variabel ini
pengukuran kedua (post 1) maupun post 2. didapatkan nilai F=3,224; nilai p=0.061;
Intervensi menjelaskan bahwa sebesar 81% dan nilai ɳ=0.244. Dalam penelitian ini
merupakan keberhasilan yang didapatkan dari dapat disimpulkan bahwa pada nilai α 0.05
faktor pengetahuan ibu tentang menyusui. didapatkan nilai p>α, maka tidak terdapat
Langkah-langkah menyusui dapat diukur perbedaan yang bermakna pada perlekatan
melalui observasi kemampuan ibu dalam bayi sebelum dan sesudah intervensi. Variabel
melaksanakan tahapan menyusui bayi yang perlekatan ini berkontribusi sebesar 24,4%
dilakukan dengan benar. Dari hasil tersebut, terhadap keberhasilan ibu dalam menyusui.
didapatkan nilai rata-rata langkah menyusui Kecukupan pemberian ASI pada bayi
sebelum intervensi sebesar 48,18 benar dapat ditentukan berdasarkan keluarnya urin
dilakukan. Sisanya lebih dari sebagian (51,82) pada bayi, yang meliputi tiga aspek penilaian
tidak melakukan langkah-langkah menyusui yaitu warna urin, frekuensi berkemih, dan
secara benar atau melakukannya namun bau urin yang dapat dilihat pada tabel 4.
langkah-langkahnya tidak dilakukan dengan Nilai kemudian dikategorikan menjadi cukup
benar. Pengukuran post 1 yang dilakukan tiga dan kurang. Sebelum intervensi dilakukan,
hari setelah intervensi didapatkan rata-rata terdapat dua orang responden yang kurang
nilai sebesar 53,64 yang melakukan dengan memenuhi kebutuhan ASI bagi bayinya yaitu
benar dan hampir sebagian dilakukan dengan sebanyak dua orang (9,10%), sedangkan pada
tidak benar atau tidak dilakukan dengan post 1 dan post 2 didapatkan bahwa semua
benar, seperti responden tidak melakukan bayi sudah tercukupi kebutuhan nutrisinya
cuci tangan sebelum menyusui. Pengukuran (100%). Berdasarkan hasil analisis statistik
post 2 yang dilakukan seminggu setelah post 1 yang dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel
menunjukkan bahwa rata-rata, ibu melakukan 6, didapatkan bahwa nilai F sebesar 2,100
langkah menyusui secara benar sebesar 84,09. dengan nilai p sebesar 0.162.Sehingga dapat
Intervensi comprehensive breastfeeding dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak
meningkatkan kemampuan seorang ibu dalam terdapat perbedaan yang signifikan pada
melaksanakan tahapan menyusui yang benar kecukupan ASI overtime sebelum dan setelah
walaupun belum semua langkah dilakukan. intervensi comprehensive breastfeeding.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan nilai
F=133,122; nilai p=0.001; dan nilai ɳ=0,930.
Berdasarkan nilai p<0.05 dapat disimpulkan Pembahasan
bahwa pada nilai α 0.05 menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan pada Efektivitas Comprehensive Breastfeeding
kemampuan ibu untuk melaksanakan langkah terhadap Keberhasilan Menyusui Bayi
menyusui dengan benar sebelum dan setelah Keberhasilan menyusui ditentukan beberapa
intervensi overtime. Sebesar 93% yang faktor, salah satunya adalah peranan petugas
dijelaskan melalui statistik, menunjukkan kesehatan dalam memberikan pendidikan
bahwa intervensi dapat mengubah perilaku kesehatan tentang breastfeeding. Hasil
ibu melakukan langkah menyusui yang benar. penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
Variabel berikutnya adalah perlekatan comprehensive breastfeeding efektif dalam
bayi yaitu keadaan menempelnya bayi ke meningkatkan keberhasilan ibu dalam
badan ibu ketika menyusu. Didapatkan hasil menyusui bayinya (nilai p=0.001) sebesar
bahwa nilai rata-rata perlekatan sebelum 93,9% (nilai ɳ) berdasarkan waktu. Hal
intervensi adalah 50,45; post 1 sebesar 50,68; tersebut sesuai dengan teori dari health

94 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

believe model Bandura's social cognitive terhadap menyusui, meningkatnya perceived


theory (SCT) yang merujuk pada social self-efficacy and women's positive emotions.
learning theory. SCT merepresentasikan Penelitian yang serupa juga dilakukan
bahwa perubahan perilaku kesehatan dapat sebelumnya oleh Reifsnider dan Eckhart
diprediksi berdasarkan pemikiran dan (1997). Penelitian ini menemukan bahwa
dampak kesehatan terhadap perilakunya. prenatal breastfeeding education memiliki
Teori ini sesuai apabila diterapkan pada efek terhadap lamanya pemberian ASI. Pada
program preventif, promosi kesehatan, dan ibu postpartum yang dilakukan kelas prenatal
modifikasi gaya hidup yang tidak sehat bagi breastfeeding education menunjukkan masih
orang yang memiliki perilaku berisiko. menyusui rata-rata sampai hari ke-104 (3
Kemampuan ibu dalam menyusui terjadi bulan 14 hari), sedangkan pada kelompok
peningkatan dari sebelum intervensi dan kontrol ibu menyusui bayi hingga maksimum
setelah dilakukannya intervensi. Responden hari ke-43 (1 bulan 13 hari).
yang mendapatkan intervensi, melanjutkan Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang
menyusui bayi sampai sepuluh hari setelah responden ketahui tentang menyusui dan
intervensi dilakukan. Hal ini sesuai dengan tentang ASI. Pengetahuan menjadi fondasi
hasil penelitian Kronborg dan Gerjo Kok dasar dari perilaku seseorang. Pengetahuan
(2010) yang menunjukkan bahwa penghentian tentang menyusui, meliputi: mitos sekitar
menyusui sering terjadi pada minggu-minggu menyusui, hak-hak bayi, anatomi payudara,
pertama postpartum pada ibu dengan self- mekanisme produksi ASI, jenis-jenis ASI,
efficacy yang rendah, kurang percaya diri kapasitas perut bayi, langkah-langkah dalam
atau memiliki keterbatasan pengalaman menyusui, perlekatan bayi yang benar pada
dalam menyusui bayi sebelumnya. Dengan saat menyusui, kecukupan ASI, dan evalusi
dilakukannya comprehensive breastfeeding, berat bayi dengan kartu menuju sehat (KMS).
maka petugas kesehatan dapat memberikan Rata-rata pengetahuan responden sebelum
pengetahuan mengenai cara menyusui dan intervensi yaitu sebesar 68,41; naik cukup
seluk beluk ASI serta langkah-langkah signifikan pada pengukuran post 1 sebesar
dalam menyusui dan perlekatan yang benar, 80,68 dan post 2 sebesar 83,41. Hasil uji
sehingga dapat meminimalisir terjadinya RMA didapatkan nilai F=42,563 dan nilai
masalah-masalah personal yang sering terjadi p=0.001, nilai ɳ=0.810. Dapat disimpulkan
pada ibu postpartum. bahwa berdasarkan uji statistik dengan nilai α
Penelitian yang dilakukan Permana (2006) 0.05 didapatkan hasil pengetahuan responden
yang menjelaskan tentang faktor-faktor naik secara signifikan setelah dilakukannya
penyebab kegagalan dalam pemberian ASI comprehensive breastfeeding overtime.
eksklusif pada ibu yang tidak bekerja. Hasil Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum
penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh dan setelah dilakukannya intervensi baik
responden tidak memberikan ASI eksklusif pada pengukuran kedua (post 1) maupun
karena motivasi yang kurang, kurangnya post 2. Intervensi tersebut menjelaskan
dukungan dari orang terdekat terutama bahwa sebanyak 81% keberhasilan menyusui
suami, tidak adanya realisasi program ASI dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu
eksklusif di pelayanan kesehatan (rumah tentang menyusui.
sakit atau puskesmas), bayi bingung puting Penelitian Afifah (2007) tentang faktor
karena bersamaan dengan pemberian susu yang berperan dalam kegagalan praktik
formula, adanya promosi susu formula, serta pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya
masih adanya kebiasaan dalam hal pemberian pengetahuan tentang kolostrum dan ASI
prelaktal setelah bayi lahir berupa madu dan eksklusif, kurangnya motivasi memberikan
pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia ASI, kurangnya kampanye ASI dan peranan
enam bulan. petugas kesehatan kurang maksimal, tidak
Mesters, dkk. (2013) menemukan bahwa ada program postnatal education karena
program breastfeeding education dapat menganggap menyusui adalah hal biasa.
memperlihatkan rata-rata pemberian ASI Dengan comprehensive breastfeeding maka
esklusif enam bulan sebanyak 48%, diharapkan dapat mendukung keberhasilan
meningkatkan pengetahuan, sikap lebih positif program ASI eksklusif.

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 95


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

Langkah menyusui terdiri dari sepuluh keadaan menempelnya bayi ke badan ibu
item yaitu mencuci tangan sebelum dan ketika disusui. Perlekatan yang tidak benar
setelah menyusui, meletakkan bayi secara akan menyebabkan bayi mengalami masalah
benar, mengeluarkan ASI dan mengoleskan dalam menyusui, seperti kesulitan menghisap
pada puting susu, teknik menstimulasi bayi susu dengan efisien dan masalah pada ibu
agar mau menyusu, cara melepaskan mulut seperti puting luka, belah atau berdarah,
bayi dari puting susu, dan menyendawakan dan masalah-masalah lainnya. Penilaian
bayi setelah menyusu. Langkah menyusui perlekatan bayi pada saat menyusu terdiri
yang benar akan menentukan keberhasilan dari 20 item, yang dilakukan pengukuran
dan kesuksesan seorang ibu dalam menyusui dengan cara observasi, sehingga didapatkan
bayinya sehingga akan memenuhi kecukupan nilai rata-rata perlekatan sebelum intervensi
nutrisi bayinya. Langkah menyusui bayi adalah 50,45; post 1 sebesar 50,68; dan post 2
ini bukan hanya berfokus ASI keluar tetapi sebesar 56,14. Pada penelitian ini, kemampuan
juga memperhatikan aspek kebersihan responden menunjukkan terdapat sedikit
dengan cuci tangan sebelum dan setelah peningkatan. Pada pengumpulan data kedua
tindakan. Langkah menyusui dilakukan yang dilakukan pascaintervensi didapatkan
dengan cara melakukan observasi terhadap bahwa sebesar 56,14 responden melakukan
kemampuan ibu melaksanakan tahapan perlekatan saat menyusui dengan benar
menyusui dengan benar. pada penelitian dan rata-rata sekitar 43,86 tidak melakukan
ini didapatkan nilai rata-rata langkah dengan benar atau tidak dilakukan.
menyusui sebelum intervensi sebesar 48,18 Tanda-tanda perlekatan yang benar adalah
benar dilakukan. Sisanya lebih dari sebagian bayi tampak tenang dan meneguk berirama
(51,82) tidak dilakukan atau dilakukan tetapi (terlihat dari rahangnya), badan bayi
tidak benar. Seluruh responden ternyata tidak menghadap perut ibu, mulut bayi terbuka
melakukan cuci tangan sebelum dan setelah lebar, dagu bayi menempel pada payudara
menyusui, dan sebagian besar responden tidak ibu, sebagian besar areola bagian bawah
menyendawakan bayinya setelah menyusui, masuk ke dalam mulut bayi, bibir bawah bayi
teknik untuk menempatkan bayi pada areola ke arah luar, bayi nampak menghisap kuat
juga masih banyak yang tidak tepat. dengan irama perlahan, sesekali berhenti
Pada pengukuran post 1 didapatkan rata- menghisap, puting susu ibu tidak terasa
rata sebesar 53,64 dilakukan dengan benar dan nyeri atau tidak sakit, telinga dan bahu bayi
hampir sebagiannya dilakukan dengan tidak terletak pada satu garis lurus, dan kepala bayi
benar, seperti cuci tangan sebelum menyusui. agak menengadah. Tanda-tanda perlekatan
Pengukuran post 2 yang dilakukan seminggu yang tidak benar diantaranya: bayi tampak
setelah post 1 menunjukkan rata-rata bahwa sibuk menghisap dengan berbunyi, badan
ibu melakukan langkah menyusui secara bayi tidak menghadap perut ibu, mulut bayi
benar yaitu sebesar 84,09. Dapat dikatakan tidak terbuka lebar, dahi bayi menempel pada
bahwa comprehensive breastfeeding dapat payudara ibu, sebagian besar areola bagian
meningkatkan kemampuan ibu dalam atas masuk ke dalam mulut bayi, bibir bawah
melaksanakan langkah-langkah menyusui bayi ke arah dalam, bayi nampak menghisap
bayinya yang benar walaupun belum semua kuat dan cepat, puting susu ibu berasa sedikit
langkah telah dilaksanakan dengan nilai nyeri/sedikit sakit, hidung dan lengan bayi
F=133,122; nilai p=0.001; dan nilai ɳ=0.930. terletak pada satu garis lurus, dan kepala bayi
Pada nilai statistik menunjukkan bahwa nilai agak menunduk.
p<0.05, sehingga dapat disimpulkan pada Hasil uji efektivitas didapatkan nilai F
α 0.05 terdapat perbedaan yang bermakna sebesar 3,224; nilai p=0.061; dan nilai ɳ
terhadap kemampuan ibu melaksanakan =0.244. Dapat disimpulkan bahwa pada nilai
langkah menyusui dengan benar sebelum dan α 0.05 menunjukkan bahwa nilai p>α. Hal ini
setelah intervensi overtime. Intervensi dapat menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
mengubah perilaku ibu dalam melakukan signifikan antara perlekatan bayi sebelum
langkah-langkah menyusui yang benar dan sesudah intervensi. Variabel perlekatan
sebesar 93%. bayi berkontribusi sebesar 24,4% dalam
Perlekatan bayi ketika menyusu adalah memengaruhi keberhasilan menyusui. Hal

96 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

tersebut dapat mengancam keberhasilan Sebelum intervensi terdapat dua responden


menyusui dan akibatnya bisa menyebabkan yang kurang memenuhi kebutuhan ASI bagi
gagalnya capaian ASI eksklusif karena ibu bayinya yaitu sebanyak dua orang (9,10%),
mengalami masalah dengan puting susu yang sedangkan post 1 dan post 2 menunjukkan
lecet atau nyeri dan bayi kurang puas menyusu bahwa semua bayi sudah tercukupi
sehingga berisiko diberikan susu formula kebutuhan nutrisinya (100%). Bahaya dapat
atau makanan pendamping ASI sebelum terjadi apabila bayi kurang tercukupi dalam
waktunya. Sebagaimana penelitian Permana mendapatkan ASI, salah satunya adalah
(2006) yang menunjukkan bahwa responden risiko terjadi hiperbilirubin. Hasil analisis
tidak memberikan ASI eksklusif karena statistik pada tabel 4 didapatkan nilai F
motivasi kurang, kurangnya dukungan dari sebesar 2,100 dengan nilai p=0.162. Pada
orang terdekat terutama suami, tidak adanya penelitian ini, secara statistik tidak terdapat
realisasi program ASI eksklusif di pelayanan perbedaan signifikan pada kecukupan ASI
kesehatan (rumah sakit atau puskesmas), bayi overtime sebelum dan setelah intervensi
bingung puting karena bersamaan dengan comprehensive breastfeeding. Hal tersebut
pemberian susu formula, adanya promosi dapat disebabkan karena seluruh ibu telah
susu formula, serta masih adanya kebiasaan mencukupi kebutuhan nutrisi pada bayinya,
dalam hal pemberian prelaktal setelah bayi sehingga menggambarkan keberhasilan ibu
lahir berupa madu dan pemberian MP-ASI dalam pemenuhan nutrisi bayi baru lahir.
sebelum bayi berusia enam bulan.
Istilah ASI kurang adalah istilah yang
rancu atau tidak cukup jelas, yang dapat Simpulan
ditafsirkan menjadi tiga makna yang berbeda.
Pertama, ibu merasa produksi ASI-nya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kurang, ini berkaitan dengan perasaan dari comprehensive breastfeeding cukup efektif
Ibu. Kedua, dapat juga kategori ASI kurang, dalam meningkatkan pengetahuan ibu dan
yang berarti produksi ASI ibu sudah terbukti langkah menyusui dengan benar. Tetapi
memang hanya sedikit, sehingga tidak comprehensive breastfeeding belum dapat
mencukupi kebutuhan bayi. Sedangkan meningkatkan perlekatan bayi yang benar.
yang ketiga, jumlah ASI yang diterima Kecukupan ASI tidak bermakna karena
bayi memang masih kurang. Hal ini bisa sebelum dan setelah intervensi bayi telah
terjadi seandainya perlekatan bayi pada tercukupi kebutuhan nutrisinya.
saat menyusu tidak tepat atau karena sebab Penelitian ini menyarankan kepada
lainnya. petugas kesehatan untuk melaksanakan
Pengertian yang pertama dan kedua breastfeeding education dan membimbing
bukanlah hal yang penting, dibandingkan ibu agar dapat melakukan posisi perlekatan
dengan yang ketiga. Meskipun produksi ASI bayi yang benar, hal ini bertujuan agar
tidak banyak, namun jika yang diterima oleh dapat mengurangi masalah-masalah yang
bayi sudah cukup, maka jumlah produksi ASI berkaitan dengan perlekatan bayi tidak benar
tidak menjadi masalah. Penekanan istilah ASI pada saat menusu, seperti puting perih, lecet
kurang adalah jumlah ASI yang diterima oleh atau berdarah, dan bayi kurang puas dalam
bayi memang kurang (atau pengertian ketiga menyusu, sehingga dapat mengakibatkan
seperti yang dijelaskan di atas). gagalnya program ASI ekslusif.
Kecukupan ASI diukur dengan memeriksa
urin bayi (cara kedua), cara pertama tidak
dilakukan dengan pertimbangan pada Daftar Pustaka
pengukuran kedua (post 2) bayi belum
dilakukan penimbangan ulang dan rata-rata Afifah, D. N. (2007). Faktor yang berperan
umur bayi masih kurang dari empat minggu. dalam kegagalan praktik pemberian ASI
Alasan lain adalah pada minggu-minggu awal eksklusif: studi kualitatif di Kecamatan
kelahiran, seringkali terjadi penurunan berat Tembalang, Kota Semarang (Tesis
badan sebesar lebih kurang 10% sebagai Magister tidak dipublikasikan). Universitas
adaptasi dengan ekstra uterin. Diponegoro, Semarang.

Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013 97


Irma Nurbaeti : Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education

Bryanton, J., Beck, C. T., & Montelpare, Mozingo, J, N., Davis, M. W., Droppleman,
W. (2013). Postnatal parental education for P. G., & Merideth, A. (2000). “It wasn’t
optimizing infant general health and parent- working”. Women’s experiences with short-
infant relationship. Cochrane Database term breastfeeding. MCN Am J Matern Child
Syst Rev, 21(1). doi: 10.1002/14651858. Nurs, 25(3), 120–6.
CD004068.pub4.
Montgomery, K. S. (2011). Maternal-
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan newborn nursing: Thirteen challenges that
Indonesia 2008. Jakarta: Departemen influence excellence in practice. The Journal
Kesehatan Republik Indonesia. of Perinatal Education, 10(1), 31–40.

Edmond, K. M., Zandoh, C., Quigley, M. A., Permana, F. D. (2006). Faktor-faktor


Etego, S. A., Agyei, S. O., & Kirkwood, B. penyebab kegagalan pemberian ASI ekslusif
E. (2006). Delayed breastfeeding initiation pada ibu yang tidak bekerja: Studi kualitatif
increases risk of neonatal mortality. Pediatrics di Desa Batursari Kabupaten Demak tahun
Journal, 117(3), 380–386. 2006 (Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan).
Universitas Diponegoro, Semarang.
Fikawati, S. & Syafiq, A. (2010). Kajian
implementasi dan kebijakan air susu ibu Reifsnider, E. & Eckhart, D. (1997).
eksklusif dan inisiasi menyusu dini di Prenatal breastfeeding education: its effect
Indonesia. Jurnal Kesehatan Makara UI, 14. on breastfeeding among WIC participants.
Journal of Human Lactation, 13(2), 121–
Kronborg, H. & GerjoKok. (2010). 125.
Development of a postnatal educational
program for breastfeeding mothers Riordan, J., Gross, A., Angeron, J.,
in community settings. Jurnal of Krumwiede, B., & Melin, J. (2000). The
Human Lactation, 27(4), 339–349. doi: effect of labor pain relief medication on
10.1177/0890334411422702. neonatal suckling and breastfeeding duration.
Journal of Human Lactation, 16(1), 7–12.
Mesters, I., Gijsbers, B., Bartholomew, K.,
Knottnerus, J. A., & Van Schayck, O. C. Roesli, U. (2005). Mitos Menyusui. Makalah
(2013). Social cognitive changes resulting dalam seminar Telaah Mutakhir Tentang ASI.
from an effective breastfeeding education Bali: FAOPS-Perinasia.
program. Breastfeeding Medicine, 8(1), 23–
30. doi:10.1089/bfm.2012.0011.

98 Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013

Anda mungkin juga menyukai