Anda di halaman 1dari 15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain crossectional ( potong lintang) yaitu


rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan atau sekali waktu

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dimulai bulan Juli-Oktober 2016. Penelitian dilakukan terhadap
pasien rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan periode juli 2016 sampai
september 2016, dengan persetujuan Komisi Etik Peneliitian FK USU/RSUP. H.
Adam Malik Medan.
.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh pasien penyakit jantung koroner yang menjalani


pemeriksaan angiografi. Sampel adalah semua populasi pasien PJK yang
menjalani pemeriksaan angiografi di RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian besar dari populasi penderita penyakit jantung


koroner yang berobat di RSUP. H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.

3.3.3.Besar sampel

Universitas Sumatera Utara


Zα = derivat baku α, untuk = 0,05 Z = 1,96
Zβ = derivat baku β, untuk β = 0,2 Zβ = 0,842
pa – p0 = beda proporsi yang bermaknaditetapkansebesar 0,2
p0 = proporsi kejadian albuminuria pada pasien stenosis koroner 
55% = 0,55
pa = perkiraan proporsi kejadian albuminuria pada pasien stenosis
koroner yang diteliti
= 0,32
Jumlah sampel minimal = 46 orang
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi

1. Pasien yang memenuhi kriteria diagnosa PJK dan dilakukan pemeriksaan


angiografi
2. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta dalam
penelitian secara sukarela dan tertulis (informed concent).
3. Pasien dengan hipertensi
4. Pasien dengan Mikroalbuminuria bukan disebabkan endokrin

b.Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan DM
2. Pasien yang sudah direvaskularisasi
3. Psien dengan Gagal Ginjal Akut
4. Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik

Universitas Sumatera Utara


3.4. Cara Kerja

3.4.1. Metode Pengambilan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder


yang diperoleh dari pasien rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan
periode Juli - Oktober 2016.

Dilakukan pendatan umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, faktor


resiko PJK seperti hipertensi,diabetes melitus, riwayat merokok,
obesitas dan dislipidemia yang menderita PJK. Kemudian dilakukan
analisa EKG 12 sadapan, dan laboratorium penunjang seperti darah
lengkap,profil lipid, Troponin T, CK – MB, Albuminuria

Dari pemeriksaan mikroalbuminuria, pemeriksaan dapat dilakukan


dengan menggunakan alat

3.5. Definisi Operasional


SKALA UKUR

DEFINISI skala

N VARIA- CARA HASIL skalaskalaS

OPERASIO
O BEL PENGUKURAN UKUR
NAL

Suatu istilah
yang
1 digunakan
untuk
PJK
menggambar
EKG,Troponin
. kan spectrum
T,CK-MB
keadaan/kum
pulanpenyaki
t yang
meliputi

Universitas Sumatera Utara


APTS,ST/IM
A
noNomina

Tes dipstick urin


Nominal
menggunakan
Nilai yang
metode
didapatkan
kolorimetrik
dari
tetrabromophenol
pemeriksaan
blue,perubahan
urin
Nilai warna dari kuning
albuminu menjadi biru dan
ria berkorelasi dengan
jumlah protein Mikroalbumi
dalam urin: trace nuria 30-
(10 mg per dL), 1+ 300mg/hari,
(30 mg per dL), 2+ sedangkan
2 (100 mg per dL), Makroalbumi
3+ (300 mg per nuria
dL), dan 4+ (1,000 >300mg/hari
mg per dL or
greater).
Pembacaan 1+ atau
lebih dianggap
abnormal

Universitas Sumatera Utara


Spesimen untuk
pengukuran berupa
Molekul darah lengkap
dapat diukur
Troponin protein dengan T positif bila
3. Nominal Nominal

T terdapat pada immunoassay >0,1чg/L


:analyzer
otot jantung imunokimia
otomatis.

Universitas Sumatera Utara


Peningkatan
tekanan
Dengan
darah sistolik
menggunakan TDS ≥ 140
>140mmHgd Nominal
Hipertens sfigmomanometer mmHg ,
4. an/ diatolik
i diletakkan di TDD ≥ 90
>90 mmHg
lengan mmHg
pada 2 kali
pengukuran
dengan
selang waktu
5 menit

kelainan Nominal
metabolisme
lipid yang - kadar

ditandai kolesterol
Darah vena dengan total > 200
Dislipide dengan
5. metode enzymatic mg/dL
mia peningkatan
colorimetric
atau - LDL > 130
penurunan mg/Dl
fraksi lipid
dalam
plasma.
Kelainan

Universitas Sumatera Utara


fraksi lipid
yang utama
adalah
kenaikan
kadar
kolesterol
total, LDL,
dan
trigliserida
serta
penurunan
kadar HDL

Indeks Pengukuran

Massa berat badan IMT: berat


Nilai ≥ 25
6. Tubuh pertinggi badan(kg)/tinggi Nominal
kg/m²
badan satuan badan(cm/100)
( IMT ) kg/m²

Nominal
Pengukuran 1. Score 0;
berdasarkan tidak ada
pembuluh
banyaknya darah yang
(jumlah) Sesuai tertulis terkena
Vessel stenosis >
7. pembuluh dalam rekam medis
score 70 % (0
darah yang (hasil vessel
disease)
mengalami corangiografi)
stenosis ≥
2. Score 1;bila
70% . 1 pembuluh
darah yang

Universitas Sumatera Utara


Dihitung terkena
stenosis >
dengan skor:
70 % (1
0-3, vessel
disease)
tergantung
3. Score 2;
jumlah bila
stenosis
pembuluh
pada 2
darah yang pembuluh
darah yang
terlibat.
terkena
Stenosis stenosis >
70 % (2
pada left
vessel
main artery disease).
4. Score 3;
saja dihitung
bila
sebagai stenosis
pada 3
single vessel
pembuluh
disease, (0) darah yang
terkena
tidakadapem
stenosis >
buluhdarahya 70 % (3
vessel
ng terkena,
disease).
1vessel
disease, 2
vessel
disease, 3
vessel
disease).

Universitas Sumatera Utara


3.6. Kerangka operasional

PJK
0 VD

Angiografi 1 VD

2 VD

Albuminuria 3 VD

Anamnesis Pengumpulan data


Vital Sign
EKG Metode Chi Square
Pemeriksaan Laboratorium
CKMB
TROPONIN T
Makroalbuminuria dan Mikroalbuminuria
Mik

3.7.Analisa Statistik
- Mikroalbuminuria
- Makroalbuminuria
Untuk melihat hubungan derajat mikroalbuminuria dengan beratnya lesi
arteri koroner digunakan statistik Chi Square dengan ( p < 0,05 )

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil penelitian

4.1.1Karakteristik subjek penelitian

Berdasarkan data pasien yang diperoleh dari rekam medis pasien rawat
inap RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Juli hingga Oktober 2016,
didapatkan 58 orang pasien yang menderita PJK dan menjalani angiografi yang
telah memenuhi criteria inklusi. Jumlah subyek dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan berjumlah masing-masing sebanyak 29 orang dengan rerata usia 50
tahun. Dari sampel penelitian didapatkan laki-laki 29 (50%) sama banyak dengan
perempuan yaitu 29 (50 %). Namun statistic tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan mikroalbuminuria

Hasil pemeriksaan usia rerata 50 tahun (6,45%), tinggi badan rerata


(7,37%) dan berat badan menunjukkan (10,69%). Pemeriksaan terhadap
parameter hemodinamik menunjukkan tekanan darah sistolik (18,89%), tekanan
darah diastolic (10,12%), laju nafas ( 1,67%). suhu subyek (0,83%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik Subyek n = 58

Jenis Kelamin, n (%)

Laki-laki 29 (50)

Perempuan 29 (50)

Usia, rerata , tahun 50,50 (6,45)

Tinggi Badan, rerata , cm 155,14 (7,37)

Berat Badan, rerata , kg 66,19 (10,69)

Tek. Darah Sistolik, rerata , mmHg 153,62 (18,89)

Tek. Darah Diastolik, rerata , mmHg 74,48 (10,12)

Suhu, rerata , °C 36,95 (0,83)

Laju Nafas, rerata , x/menit 24,41 (1,67)

Kolesterol Total, rerata , mg/dl 196,26 (28,33)

HDL, rerata , mg/dl 37,29 (15,39)

LDL, rerata , mg/dl 133,90 (33,68)

Trigliserida, rerata , mg/dl 164,71 (64,5)

CKMB, rerata , mg/dl 22,66 (7,11)

Hasil pemeriksaan Pengukuran terhadap cardiac marker menunjukkan


CKMB adalah 22,66 mg/dl. Hasil pemeriksaan untuk profil lipid memperlihatkan
kolesterol total adalah 196,26 mg/dl. HDL adalah 37,29 mg/dl. LDL adalah
133,90 mg/dl dan trigliserida dengan 164,71 mg/dl.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Derajat Penyempitan Arteri Koroner
Derajat Penyempitan Arteri Koroner n = 58(%)

Normal 3 (5,2)

1VD 18 (31)

2VD 23 (39,7)

3VD 14 (24,1)

Tabel 4.3 Jumlah Pembuluh Darah Yang terkena berdasarkan


Makroalbuminuria dan Mikroalbuminuria

Jumlah
Pembuluh Makroalobum
Mikroalbuminuria p
Darah yang nuria
Terkena
Normal 0 3 (10,7) % 0,106

1 VD 2 (6,7) % 16 (57,1) % < 0,001


2 VD 14 (46,7) % 9 (32,1) % 0,259
3 VD 14 (46,7) % 0 < 0,001
Chi Square

Hasil penelitian menunjukkan dari 30 subyek dengan makroalbuminuria


dengan hasil normal (0), 1VD (6,7), 2 VD( 46,7), 3VD ( 46,7) dari hasil dapat
2VD dan 3VD menunjukkan hasil yang sama pada makroalbuminuria. Sedangkan
pada mikroalbuminuria dengan hasil normal (10,7), 1VD ( 57,1), 2VD ( 32,1),
3VD (0). Menunjukkan bahwa semakin bertanya lesi arteri koroner berbanding
terbalik dengan hasil mikroalbuminuria

Universitas Sumatera Utara


4.2. Pembahasan

Dari Hasil jumlah subyek karakteristik penelitian dengan jenis kelamin


laki-laki dan perempuan berjumlah masing-msing sebanyak 29 orang dengan
rerata usia 50 tahun. Dari sampel penelitian didapatkan laki-laki 29(50%) sama
banyak dengan perempuan yaitu 29(50%), Namun secara statistic tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan mikroalbuminuria.

Dari data karakteristik penelitian dapat terlihat bahwa pada pasien dengan
PJK, proporsi subyek dengan faktor usia rerata 50 tahun lebih banyak ditemukan
(6,45%). Hasil ini menunjukkan bahwa faktor usia kemungkinan merupakan
risiko terhadap PJK. Penelitian lain di Amerika tahun 2013 sampai sekarang
pada penyakit jantung, dari 2,8 % meningkat menjadi 16,1 % pasien. Dengan
meningkatnya usia pada laki-laki tampak penurunan insiden penyakit jantung
koroner, sebaliknya pada perempuan tampak peningkatan insiden penyakit
jantung koroner seiring dengan meningkatnya usia. Penelitian perkumpulan ahli
jantung di Amerika diperoleh hasil angka kematian akibat penyakit jantung pada
wanita 4–6 kali lebih tinggi

Proporsi subyek dengan faktor risiko hipertensi berdasarkan pemeriksaan


terhadap parameter hemodinamik menunjukkan rerata tekanan darah
sistolik(18,89%), rerata tekanan darah diastolic adalah ( 10,12%) juga lebih besar
dibandingkan dengan subyek tanpa hipertensi. Hal ini juga sesuai penelitian
terdahulu yang membuktikan bahwa hipertensi adalah faktor risiko untuk
terjadinya PJK. Dimana pada beberapa penelitian tingkat kejadian hipertensi
lebih tinggi pada ppria daripada wanita pada usia di bawah 55 tahun, akan
menjadi sebanding pada usia 55-75 tahun akan tetapi pada usia diatas 74 tahun
wanita akan lebih rentan mengalami hipertensi dibanding pria. Hal ini terjadi
dikarenakan tujuan dalam penelitian ini hanyalah untuk melihat distribusi
frekuensi faktor risiko tanpa melihat antara faktor risiko dengan kejadian PJK
yang mana membutuhkan desain penelitian yang lebih komprehensif dengan
perhitungan besar sampel yang dapat memfasilitasi tujuan tersebut. Pada

Universitas Sumatera Utara


penelitian Jensen JS dkk pada pasien hipertensi dengan mikroalbuminuria
meningkat empat kali resiko terjadinya penyakit jantung koroner dibandingkan
normoalbuminuria.
Proporsi subyek dengan faktor risiko dislipidemia juga lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa dislipidemia (28,33%), HDL ( 15,39%), LDL (
33,68%), Trigliserida (64,5%),. Hal ini sesuai dengan penelitian- penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa dislipidemia merupakan faktor risiko.
Faktor resiko utama PJK adalah dislipidemia menurut data didapatkan bahwa
jenis dislipidemia yang paling berbahaya LDL. Salah satunya adalah penelitian
Imano et al tahun 2011 di jepang terdapat hubungan yang kuat antara LDL >80
mg/dl dengan resiko PJK.
Pengukuran terhadap cardiac marker menunjukkan CKMB (7,11%).
Pemeriksaan kadar CKMB biasanya dilakukan berulang pada jam- jam tertentu
dengan pengukuruan pada 24 jam pertama setelah onset nyeri dada. Penelitian
yang dilakukan lewandroski, Chen dan Januzzi di Amerika Serikat yang
menyatakan bahwa CKMB mulai meningkat pada rentang waktu 4 sampai 9 jam,
mencapai puncak 24 jam, dan kembali normal 48 sampai 72 jam setelah onset
nyeri dada.
Hasil Uji diagnostik yang didapatkan dari data penelitian ini, menunjukkan
bahwa kadar hasil penelitian menunjukkan dari 30 subyek dengan
makroalbuminuria dengan hasil normal rerata (0), 1VD (6,7), 2 VD( 46,7), 3VD (
46,7) dari hasil dapat 2VD dan 3VD menunjukkan hasil yang sama pada
makroalbuminuria. Sedangkan pada mikroalbuminuria dengan hasil normal
(10,7), 1VD ( 57,1), 2VD ( 32,1), 3VD (0). Menunjukkan bahwa semakin
bertanya lesi arteri koroner berbanding terbalik dengan hasil mikroalbuminuria.
Hal ini menunjukkan bahwa mikroalbuminuria dapat digunakan sebagai penanda
uji saring PJK, dimana lazimnya nilai mikroalbuminuria adalah peningkatan kadar
mikroalbuminuria akan diikuti oleh peningkatan derajat keparahan lesi arteri
koroner. Tuttle dkk, pada penelitiannya dengan angiografi mendapatkan nilai
mikroalbuminuria berhubungan signifikan dengan beratnya lesi arteri koroner.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAAN SASARAN

5.1. Kesimpulan

Dengan peningkatan kadar mikroalbuminuria akan diikuti peningkatan


derajat keparahan lesi arteri koroner. Didapatkan hubungan yang signifikan antara
mikroalbuminuria dengan derajat lesi arteri koroner (p < 0,001).

5.2. Saran

Dianjurkan untuk setiap pasien yang telah mengalami mikroalbuminuria


agar dievaluasi adanya penyakit jantung iskemik agar dapat dilakukan tindakan
kuratif sehingga mortalitas akibat PJK dapat dikurangi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai