Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

PENGARUH SUPPORT EDUKASI TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

TERHADAP EFEKTIVITAS MENYUSUI IBU POSTPARTUM WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BATUA

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

MIFTAHUL JANNAH

C12114016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

1
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Miftahul Jannah

Nomormahasiswa : C12114016

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima

sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan sama

sekali.

Makassar, Februari 2018

Yang membuatpernyataan,

(Miftahul jannah)

iv
ABSTRAK

Miftahul Jannah. C12114016. PENGARUH SUPPORT EDUKASI TEKNIK MENYUSUI


YANG BENAR TERHADAP EFEKTIVITAS MENYUSUI PADA IBU POSTPARTUM DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA MAKASSAR, dibimbing oleh Nurmaulid dan
Mulhaeriah.

Latar Belakang: Menyusui adalah suatu proses ketika bayi mengisap dan menerima air susu dari
payudara ibu. Menyusui memerlukan teknik yang tepat agar tidak terjadi ketidak nyamanan bagi
ibu dan dan efektivitas menyusui dapat tercapai.

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh support edukasi teknik menyusui yang benar terhadap
efektivitas menyusui pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode pre-experimen design dengan pendekatan one group
pre-post test design. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan
metode consecutive sampling dengan sampel berjumlah 15 orang. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi efektivitas menyusui. Pengumpulan data dilakukan pada hari pertama
postpartum yaitu memberikan informed consent, hari ke tiga dilakukan pre-test penilaian
efektivitas menyusui dan pemberian edukasi teknik menyusui, hari ke-6 dilakukan monitoring
teknik menyusui dan hari ke-9 dilakukan post-test penilaian efektivitas menyusui. Data yang
diperoleh dianalisis statistik menggunakan uji wilcoxon.

Hasil : Ada pengaruh support edukasi teknik menyusui terhadap efektivitas menyusui ibu
postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua. Hasil analisis statistik menunjukan perbedaan nilai
efektivitas hasil pre-test dan post-test pada ibu postpartum yaitu nilai signifikansi lebih kecil dari
α=0.05 yaitu sebesar p=0.001.

Kesimpulan dan saran : Ada pengaruh support edukasi teknik menyusui terhadap efektivitas
menyusui ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua. Sehingga disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk megembangkan penelitian dengan mampu mengontrol faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam intervensi tersebut.

Kata kunci :Edukasi teknik menyusui, Efektivitas menyusui, Ibu postpartum

Sumber literatur : 28 Kepustakaan (1996-2016)

v
ABSTRACT

Miftahul Jannah. C12114016. EFFECT OF SUPPORT EDUCATION BREASTFEEDING


TECHNIQUES TO THE BREASTFEEDING EFFECTIVENESS OF POSTPARTUM
MOTHERS IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS BATUA MAKASSAR, guided by
Nurmaulid and Mulhaeriah.

Background: Breastfeeding is a process when the baby sucks and receives milk from the mother's
breast. Breastfeeding requires the right technique to avoid discomfort for the mother and the
effectiveness of breastfeeding can be achieved.

Objective: To determine the effect of support on breastfeeding technique education on the


effectiveness of breastfeeding in postpartum mothers in the Batua Health Center Work Area.

Methods: This study used a pre-experimental design method with one group pre-post test design.
Sampling technique used is nonprobability sampling with consecutive sampling method with a
sample of 15 people. Instrument used is the observation sheet on the effectiveness of breastfeeding.
Data collection start on the first day of postpartum is giving informed consent, on the third day
pre-test assessment effectiveness of breastfeeding and providing breastfeeding technique
education, the 6th day was monitored by breastfeeding techniques and the 9th day was post-tested
effectiveness of breastfeeding. The data obtained were analyzed statistically using Wilcoxon test.

Results: There is an effect of support for breastfeeding technique education on the effectiveness of
breastfeeding postpartum mothers in the Batua Health Center work area. The results of statistical
analysis showed the difference in the effectiveness of the results of the pre-test and post-test on
postpartum mothers, namely the significance value smaller than α = 0.05 which is equal to p =
0.001.

Conclusions and suggestions: There is an effect of supporting breastfeeding technique education


on the effectiveness of breastfeeding postpartum mothers in the Batua Health Center work area. So
it is suggested to the next researcher to develop research by being able to control the factors that
can influence the success of the intervention.

Keywords: Breastfeeding technique education, breastfeeding effectiveness, postpartum mother

Source of literature: 28 Bibliography (1996-2016)

vi
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis lafazkan kecuali ucapan puji dan syukur ke

hadirat Allah subhanah wa taala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh Support Edukasi

Teknik Menyusui Terhadap Efektivitas Menyusui Ibu Postpartum di Wilayah

Kerja Wilayah Kerja Puskesmas Batua”.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua penulis,

Ibunda Napia dan Ayahanda Hasan, kakanda Sahratul Jannah, S.Pd serta seluruh

keluarga besar penulis dengan kasih sayang tak bersyarat, dengan dukungan moril

maupun materil, dan segala do’a mereka. Dengan segala hormat, tidak lupa pula

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

2. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin.

3. Ibu Rini Rachmawaty,S.Kep.,Ns., MN.,Ph.D, selaku pembimbing

Akademik selama menempuh study di program study ilmu keperawatan .

4. Ibu Nurmaulid, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing I dan Ibu

Mulhaeriah, M.Kep., Ns.,Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing II yang telah

banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku penguji I dan Ibu Titi

Iswanti Afelya, M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B selaku penguji II yang

senantiasa memberi masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan

penelitian dan penulisan proposal ini.

vii
6. Seluruh Dosen, Staf, adik-adik, teman-teman, dan kakak-kakak Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

7. Kepala Puskesmas dan keluarga besar Puskesmas Batua yang telah

memberi izin dan membantu dalam penelitian dan seluruh ibu menyusui yang

telah bersedia menjadi reponden pada penelitian ini.

8. Teman-teman angkatan 2014 “CRANIAL”, Saudara-saudaraku KKN PK

Angk. 56 posko Desa Batulohe, keluarga besar BK LISAN, keluarga

besar LDM AL AQSHO, terima kasih atas kebersamaan, dukungan,

motivasi, dan bantuannya kepada penulis setiap saat.

9. Sahabat-sahabatku (Dila, Leni, Aya, Nisa, Nurul, Wahda) terima kasih

atas kebersamaan, pengalaman yang luar biasa, motivasi, dukungan, dan

bantuannnya. Kalian saudara lain ibu dan lain ayah yang terbaik.

10. Teman seperjuangan Elniwari Syam dan Reni Hardiyanti yang selelu

memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa

penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam

penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran sempurna hanya milik

Allah semata. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan yang

konstruktif sehingga penulis dapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan

datang. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Makassar, Februari 2018

Miftahul Jannah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ ii


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................5
D. Manfaat penelitian ...............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................8
A. Tinjauan Umum Tentang Postpartum ...................................................................8
B. Tinjauan Umum Tentang ASI ..............................................................................9
1. Definisi ASI.....................................................................................................9
2. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi ........................................................ 10
3. Manfaat ASI .................................................................................................. 16
C. Tinjauan Umum Tentang Menyusui ................................................................... 20
1. Definisi Menyusui ......................................................................................... 20
2. Teknik Menyusui ........................................................................................... 20
4. Frekuensi dan durasi menyusui ...................................................................... 28
5. Masalah dalam menyusui ............................................................................... 30
6. Faktor yang mempengaruhi ibu menyusui ...................................................... 32
D. Tinjauan tentang Efektivitas Menyusui .............................................................. 34
E. Tinjauan Umum Tentang Edukasi ...................................................................... 36
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ..................................................... 40

ix
A. Kerangka Konsep .............................................................................................. 40
B. Hipotesis ........................................................................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................ 41
A. Rancangan Penelitian......................................................................................... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 42
D. Alur Penelitian .................................................................................................. 45
E. Variabel Penelitian ............................................................................................ 46
F. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 48
G. Pengumpulan Data............................................................................................. 48
H. Pengolahan dan Analisa Data............................................................................. 49
I. Masalah Etika .................................................................................................... 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 53
A. Hasil.................................................................................................................. 53
B. Pembahasan .......................................................................................................... 60
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 69
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 69
B. Saran .................................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 71
LAMPIRAN ...................................................................................................................1

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Evaluasi perlekatan bayi....................................................................24

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ibu postpartum di Wilayah

Kerja Puskesmas Batua ......................................................................54

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan paritas, jenis persalinan, status

kesehatan ibu dan bayi, pendidikan, suku, dan pekerjaan ibu

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua ............................... 55

Tabel 5.3 Efektivitas menyusui ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas

Batua ................................................................................................56

Tabel 5.4 Perbedaan efektivitas menyusui pre-test dan post-test ibu postpartum

di Wilayah Kerja Puskesmas Batua ...................................................57

Tabel 5.5 Distribusi Efektivitas Menyusui Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok

Kontrol Setelah Dilakukan Edukasi Teknik Menyusui Pada Ibu Postpartum

Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua .............................................................58

Tabel 5.6 Detail Efektivitas Menyusui sebelum dan setelah dilakukan edukasi teknik

menyusui paa Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua ............59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian ..............................................................38

Gambar 2. Consort statement.................................................................................44

Gambar 2. Alur Penelitian .....................................................................................45

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Informasi Penelitian

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Instrumen Penelitian

Lampiran 4. Protokol Penelitian Edukasi Teknik Menyusui

Lampiran 5. Master Tabel

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi alami bagi bayi yang merupakan suatu

emulsi lemak yang mudah dicerna dan disekresi oleh kedua kelenjar mamae dari

ibu melalui proses laktasi. ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein,

asam amino, antibodi terhadap kuman, virus dan jamur. Antibodi yang terkandung

dalam ASI adalah Imunoglobin A (Ig A), bersama dengan sistem komplemen

yang terdiri dari limfosit, lactobacillus, lactoferin, dan lisozim dan sebagainya.

Komponen-komponen tersebut berperan penting dalam perlawanan penyakit pada

bayi. Sedangkan nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan

termasuk hidrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang

proporsional serta mengandung growth factor yang berguna untuk perkembangan

mukosa usus. Dengan demikian ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sehingga

haus diberikan ASI utamanya ASI eksklusif (Proverawati & Rahmawati, 2010).

ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan

pada bayi hingga berumur 6 bulan tanpa menambahkan atau mengganti dengan

makanan atau minuman apapun. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI

No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif paal 6 berbunyi “setiap ibu

yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang

dilahirkannya” (Riskesdas, 2013). World Health Organization (WHO)

menambahkan bahwa selama pemberian ASI eksklusif, beberapa cairan yang

boleh dikonsumsi oleh bayi pada keadaan tertentu yaitu vitamin, suplemen

mineral atau obat-obatan. Hal ini juga didukung oleh keputusan menteri kesehatan

1
No. 450/MENKES/SK/VI/2014 tentang pemberian ASI secara eksklusif di

Indonesia yaitu menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan

dianjurkan dilanjutkan sampai 2 tahun atau lebih dengan pemberian makan

tambahan yang sesuai (Infodatin, 2014).

Presentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada

pada tahun 2010 hanya sebesar 15,3% dan meningkat tahun 2013 yaitu sebesar

54,3%, selanjutnya juga terjadi peningkatan pada tahun 2015 yaitu sebesar 55,3%

(Kementrian Kesehatan RI, 2015) . Berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi

pada tahun 2013, persentase tertinggi terdapat pada Nusa Tenggara Barat (79,7%)

dan yang terendah yaitu provinsi Maluku (25,2%). Sedangkan Sulawesi Selatan

sendiri berada pada urutan ke-8 dari yang tertinnggi (66,5%) (Infodatin, 2014).

Hal ini menunjukan bahwa di Sulawesi Selatan, masih ada 33,5% bayi yang

belum mendapatkan ASI eksklusif sehingga akan berdampak pada angka cakupan

pemberian ASI eksklusif di Indonesia.

Peningkatan presentase menjadi acuan pemerintah dalam melaksanakan

program pemberian ASI ekslusif 6 bulan. Namun kondisi tersebut belum

terlaksana dengan baik pada semua daerah di Indonesia. Keberhasilan pemberian

ASI ini sangat didukung oleh proses menyusui dari ibu. Menyusui merupakan

proses yang alamiah untuk memberikan ASI pada bayi. Menyusui sebaiknya

dilakukan sesegera mungkin setelah kelahiran karena mempunyai dampak positif

terhadap ibu maupun bayinya. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah memberikan

ASI segera setelah lahir, biasanya dalam waktu 30 menit – 1 jam pasca bayi

dilahirkan. Dari data Riskesdas (2013), persentase inisiasi menyusui dini pada

2
tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak 5.2% yaitu sebesar 34,5% dari 29,3%

pada tahun 2010.

Meskipun ada peningkatan dalam pemberian ASI secara dini, namun banyak

di antaranya yang tidak dapat melanjutkan menyusui secara eksklusif serta

mempertahankan lamanya menyusui. Rata-rata terbesar terjadinya penurunan

dalam mempertahankan menyusui terjadi pada minggu pertama postpartum.

Pengetahuan serta pemahaman yang benar tentang ASI juga berperan penting

dalam hal tersebut. Baik pegetahuan tentang segala kelebihan dan keuntungan

ASI, cara mengatasi kendala yang dihadapi selama menyusui, maupun teknik

menyusui yang benar (Onah, Ignatius, Osuorah, Ebenebe, & Ezechukwu, 2014).

Masalah yang paling sering dialami oleh ibu menyusui adalah puting susu

lecet. Sekitar 57,4% ibu yang menyusui mengalami puting lecet disertai nyeri dan

paling banyak dialami oleh ibu primipara sebanyak 54,9%. Masalah puting susu

lecet ini 95% terjadi pada wanita yang menyusui bayinya dengan posisi yang tidak

benar. Kesalahan dari teknik menyusui dikarenakan posisi bayi yang menyusu

tidak sampai areola hanya pada puting susu saja. Kesalahan lain juga bisa

disebabkan saat ibu menghentikan proses menyusui kurang hati-hati. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Rinata & Iflahah (2015) tentang “Teknik

Menyusui Yang Benar Ditinjau Dari Usia Ibu, Paritas, Usia Gestasi Dan Berat

Badan Lahir Di RSUD Sidoarjo” terdapat 53, 3% ibu yang yang masih salah

dalam hal teknik menyusui.

Kesalahan teknik menyusui dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain: faktor payudara, beberapa ibu memiliki masalah pada payudara misalnya

puting susu datar yang dapat membuat bayi kesulitan dalam melakukan perlekatan

3
saat proses menyusu. Faktor pengalaman, pada ibu yang sudah pernah menyusui

akan memiliki gambaran tentang teknik menyusui. Faktor pengetahuan,

kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar dapat

memberikan anggapan bahwa menyusui itu suatu proses yang alami sehingga

setiap ibu yang melahirkan menganggap dapat menyusui bayi dengan benar tanpa

harus dipelajari. Selain itu hanya sebagian petugas kesehatan yang mendampingi

dan memberikan informasi tentang teknik menyusui yang benar (Rinata & Iflahah,

2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria oleh Onah,

Ignatius, Osuorah, Ebenebe, & Ezechukwu, (2014) yang mengungkapkan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusi adalah kesadaran

(95,3%), pengetahuan (82%).

Informasi tentang teknik menyusui yang baik dan benar harus diberikan

pada masa kehamilan dan nifas, seperti beberapa hasil penelitian bahwa

Breastfeding education efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap serta

kepuasan dalam menyusui pada kehamilan dengan usia 20-36 minggu (Indriyani,

2013). Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Glaser, Roberts, Grosskopf,

& Basch, (2015) mengungkapkan bahwa intervensi pemberian pengetahuan

tentang ASI secara dini akan meningkatkan sikap positif dan pengetahuan tentang

ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian tentang

pengaruh support edukasi teknik menyusui terhadap efektivitas menyusui ibu

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua.

4
B. Rumusan Masalah

ASI merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang kaya akan komponen-

komponen yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta

mengandung antibody yang berperan penting untuk melawan berbagai penyakit.

ASI diberikan pada bayi pada umumnya melalui proses menyusui. Meskipun

menyusui bagi sebagian orang merupakn hal yang mudah dan biasa saja, namun

masih banyak dari kalangan ibu-ibu yang memiliki masalah dengan hal tersebut.

Terdapat berbagai masalah-masalah dan hambata-hambatan bagi ibu menyusui

seperti puting susu lecet sehingga ibu merasa kurang nyaman pada saat menyusui

bayinya. Salah satu faktor terjadinya masalah-masalah tersebut karena teknik

menyusui yang belum tepat. Sehingga perlu dilakukan edukasi mengenai teknik

menyusui yang benar bagi ibu postpartum. Dengan demikian rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh support edukasi teknik menyusui

yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Batua?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh support edukasi teknik menyusui yang

benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Batua

5
2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik responden di wilyah kerja Puskesmas

Batua.

b. Diketahuinya efektivitas menyusui ibu postpartum sebelum

pemberian support edukasi teknik menyusui.

c. Diketahuinya efektivitas menyusui ibu postpartum setelah pemberian

support edukasi teknik menyusui.

d. Diketahuinya perbedaan efektivitas menyusui ibu postpartum

sebelum dan setelah pemberian support edukasi teknik menyusui.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan acuan serta masukan untuk

pengembangan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam, khususnya ASI.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Menambah pengalaman, pengetahuan dan mengembangkan wawasan,

khususnya hal-hal yang berhubungan dengan ASI.

b. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan dan informasi tentang pengaruh support

edukasi teknik menyusui yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu

postpartum, sehingga masyarakat dapat mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Institusi Kesehatan

6
Memberikan gambaran dan bahan masukan untuk pengembangan

program dalam upaya pensuksesan program pemberian ASI eksklusif.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Postpartum

Periode postpartum atau biasa disebut masa nifas merupakan periode 6

– 8 minggu pertama yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan semulaa sebelum

hamil(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013). Pada masa ini, berbagai

perubahan anatomi dan fisiologis terjadi salah satunya adalah perubahan

progresif payudara untuk laktasi dan involusi atau kembalinya organ

reproduksi internal ke bentuk normal. Masa ini merupakan masa dimana

seorang ibu belajar untuk merawat dirinya sendiri dan bayinya yang baru lahir

serta melakukan aktifitas yang salah satunya adalah menyusui (Nagtalon &

Ramos, 2014).

Perubahan fisiologis yang terjadi pascapartum sebagai berikut:

1) Uterus mengalami involusi rata-rata satu jari perhari, menjadi organ pelvik

dalam 9-10 hari (tidak teraba) serta tempat penempelan plasenta sembuh

dalam 6 minggu.

2) Mulut serviks tertutup sekitar 1 cm dalam 1 minggu dan kelenjar

endoserviks mengalami regresi selama hari ke-4 serta tetap ada edema

sampai 4 bulan.

3) Ovulasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh laktasi. Rata-rata ovulasi

pertama 10 – 12 minggu untuk wanita yang tidak menyusui, dan 12 -36

minggu untuk ibu yang menyusui bayinya.

8
4) Payudara mengeluarkan kolostrum setelah kelahiran, air susu dihasilkan

dalam waktu 3 – 4 hari serta payudara dapat mengalami pembengkakan

sementara.

B. Tinjauan Umum Tentang ASI

1. Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi alami bagi bayi yang merupakan

suatu emulsi lemak yang mudah dicerna dan disekresi oleh kedua kelenjar

mamae dari ibu melalui proses laktasi (Proverawati & Rahmawati, 2010).

ASI adalah cairan tubuh yang bersifat dinamis dan mengadung nutrisi yang

dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan serta menjadi

daya tahan tubuh dari berbagai penyakit (Soetjiningsih, 1997). Menurut

WHO (2011), ASI adalah makanan utama bagi bayi yang mengandung tinggi

nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang pada

masa awal kehidupan hingga usia 6 bulan bahkan sampai 2 tahun.

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan memberi banyak

manfaat bagi ibu dan bayi dan umumnya dianggap sebagai sumber gizi yang

unggul bagi bayi sejak awal ASI secara alami dan sempurna telah disesuaikan

dengan kebutuhan bayi baru lahir. ASI mengandung jumlah nutrisi yang tepat

dan memberikan nutrisi pada bayi. ASI juga mengandung antibody penting

yang diberikan dari ibu yang membantu untuk melindungi bayi terhadap

sejumlah infeksi (Nagtalon & Ramos, 2014).

ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino,

antibodi terhadap kuman, virus dan jamur. Antibodi yang terkandung dalam

ASI adalah Imunoglobin A (Ig A), bersama dengan sistem komplemen yang

9
terdiri dari limfosit, lactobacillus, lactoferin, dan lisozim dan sebagainya.

Komponen-komponen tersebut berperan penting dalam perlawanan penyakit

pada bayi. Sedangkan nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat

makanan termasuk hidrat arang, lemak, protein, vitamin, dan mineral dalam

jumlah yang proporsional serta mengandung growth factor yang berguna

untuk perkembangan mukosa usus. Dengan demikian ASI adalah makanan

terbaik bagi bayi (Proverawati & Rahmawati, 2010).

2. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi

a. Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah

kulit, di atas otot dada yang berfungsi untuk memproduksi susu untuk

nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan

berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.

Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada

waktu menyusui bisa mencapai 800 gram (Lowdermilk et al., 2013).

Pengeluaran ASI merupakan suatu proses interaksi yang sangat

kompleks antara organ yang berperan, rangsangan mekanik, saraf dan

bermacam-macam hormon. Secara anatomi, payudara terletak di antara

kosta II dan VI secara vertikal dan secara horizontal terletak mulai dari

pinggir sternum sampai linea aksillaris medialis. Kelenjar susu berada di

jaringan subkutan, tepatnya berada di jaringan superfisial dan profundus,

yang menutupi muskulus pektoralis mayor (Soetjiningsih, 1997).

Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut katifitas

fungsionilnya seperti apa yang didapatkan pada saat sebelum pubertas,

10
pubertas, adolesen, dewasa, menyusui, dan multipara. Payudara menjadi

besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil satelah menopause.

Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan

penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Dari beberapa hasil penelitian

dari tahun ke tahun menunjukan adanya kecenderungan membesarnya

payudara pada generasi yang mendatang. Di samping itu juga ada

perbedaan warna, bentuk, dan luas kalang payudara (areola mammae) serta

lokasi dan bentuk putingnya, termasuk ukuran payudara kanan dan kiri

seseorang jarang yang sama (Soetjiningsih, 1997). Ada 3 bagian utama

payudara yaitu :

1) Korpus payudara

Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus

(penghasil ASI), lobulus, dan lobus.

2) Areola

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang

disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.

Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan.

Pada wanita yang mempunyai warna kulit kuning langsat akan

berwarna jingga kemerahan dan bila corak kulit hitam maka warnanya

akan lebih gelap, serta warna ini akan menetap untuk selanjutnya. Pada

daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak, dari

mantgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama

kehamilan. Kelenjar lemak ini akan mengasilkan suatu bahan yang

dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di bawah kalang

11
payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat

penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa 1/3 – ½ dari

payudara.

3) Puting susu

Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya

variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan bervariasi

pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan

muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah,

pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara

sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan

memadat dan menyebabkan puting susu ereksi. Sedangkan serat-serat

otot yang logitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.

b. Fisiologi laktasi

ASI terbentuk di bawah pengaruh hormonal yang terdapat selama

kehamilan. Kelenjar mamaria mengembangkan struktur dan fungsi

kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan susu (Sherwood,

2011). ASI terbentuk di sel epitel atau alveolar kelenjar susu. Dengan

pembentukan plasenta, tingkat progresteron di tubuh ibu menurun drastis,

merangsang produksi prolaktin oleh hipofisis anterior. Prolaktin bekerja

pada sel epitel kelenjar susu untuk merangsang produksi susu (Pillitteri,

1995).

Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior dikontrol oleh dua

sekresi hipotalamus Prolactin-inhibiting hormone (PIH) dan prolactin-

releasing hormon (PRH). PIH sekarang diketahui merupakan dopamin,

12
yang juga berfungsi sebagai neurotransmiter di otak. PRH sebagai

oksitosin yang dikeluarkan oleh hipotalamus ke dalam sistem porta

hipotalamus-hipofisis untuk merangsang sekresi prolaktin oleh hipofisis

anterior. Selain itu, ketika seorang bayi mengisap payudara, merangsang

ujung saraf sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang merambat

melalui medula spinalis ke hipotalamus untuk memicu pengeluaran

oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin, selanjutnya, merangsang

kontraksi sel mioepitel di payudara untuk penyemprotan susu (Sherwood,

2011). Faktor ini kemudian lolos ke hipofisis dan merangsang produksi

prolaktin aktif lebih lanjut. Hormon hipofisis anterior lainnya, seperti

hormon adrenokortikosteroid, hormon perangsang tiroid, dan hormon

pertumbuhan, mungkin juga berperan dalam pertumbuhan kelenjar susu

dan kemampuan mereka untuk mengeluarkan susu (Pillitteri, 1995).

ASI mengalir dari sel alveolar melalui tubulus kecil ke reserivoir

untuk susu, sinus laktiv, di belakang puting susu. Ini terus membentuk

susu pada saat bayi mengisap payudara. Ini diproduksi pada semua wanita

3 atau 4 hari setelah kelahiran. Untuk 3 atau 4 hari pertama setelah

kelahiran, sel susu menghasilkan kolostrum, cairan protein tinggi berair

dan encer yang terdiri dari protein, gula, lemak, air, mineral, vitamin, dan

antibodi ibu. Kolostrum sebenarnya disekresikan oleh sel asinar yang

dimulai pada bulan keempat kehamilan. Sebab proteinnya tinggi dan

cukup rendah gula dan lemak mudah dicerna. Ini juga memberi nutrisi

yang cukup memadai untuk bayi sampai susu mulai mengalir (Pillitteri,

1995).

13
Saat bayi mengisap payudara, oksitosin dilepaskan dari hipofisis

posterior. Oksitosin menyebabkan sinus pengumpul kelenjar susu

berkontraksi, memaksa susu maju melalui puting susu dan membuatnya

tersedia untuk bayi. Tindakan ini adalah refleks let-down. Selain itu, susu

baru, disebut susu belakang, terbentuk setelah refleks let-down. Susu Hind

cenderung lebih tinggi lemak daripada foremik dan susu yang membuat

bayi yang menyusui tumbuh paling cepat. Oksitosin menyebabkan otot

polos berkontraksi, jadi saat diproduksi, rahim berkontraksi juga.

Akibatnya, wanita tersebut akan merasakan sedikit tarikan atau kram di

panggul bawahnya selama beberapa hari pertama menyusui (Pillitteri,

1995).

c. Siklus Laktasi

Menurut Bobak, Lowdermilk, & Jensen, (1996) Menyusui tergantung pada

gabungan kerja hormon, refleks, dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi

baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini:

1) Laktogenensis, merupakan permulaan produksi susu yang dimulai

pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-

sel alveolar mamaria oleh laktogen plasenta yaitu suatu substansi yang

menyerupai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi baru lahir

sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.

2) Produki susu yaitu kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan

Jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan

pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan

merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.

14
3) Ejeksi susu yaitu pergerakan susu dari alveoli yang merupakan tempat

susu disekresi oleh suatu proses ekstruksi dari sel ke mulut bayi yang

merupakan proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung

pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu. Refleks letdown secara

primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi

kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresi oksitosin. Di bawah

pengaruh oksitosin, sel sel di sekitar alvoeli berkontraksi mengeluarkan

susu melalui sistem duktus ke dalam mulut bayi.

4) Kolostrum yaitu cairan kuning kental secara unik sesuai dengan

kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibodi vital dan

nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal

bayi. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu antara hari

ketiga dan kelima masa nifas.

5) Susu ibu. Pada awal setiap pemberian makan susu pendahulu

mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu

yang keluar pada bagian akhir. Kandungan lemak yang lebih tinggi

pada bagian akhir memberikan rasa puas. Pemberian makan lebih lama

untuk setidaknya mmbuat satu payudara menjadi lunak, memberi cukup

kalori yang dibutuhkan bayi untuk meningkatkan berat badan,

menjarangkan jarak antar menyusui, dan mengurangi pembentukan gas

dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi ini kan

dicerna lebih lama.

15
3. Manfaat ASI

a. Manfaat menyusui bagi bayi

Selain nutrien, susu mengandung sejumlah sel imun, antibodi, dan

bahan senyawa lain yang membantu melindungi bayi terhadap infeksi

sampai ia dapat membentuk sendiri respons imun yang efektif beberapa

bulan setelah lahir. Kolostrum, susu yang diproduksi selama lima hari

pertama setelah persalinan, mengandung sedikit lemak dan laktosa tetapi

dengan komponen-komponen imunoprotektif yang tinggi. Semua bayi

manusia memerlukan imunitas pasif selama gestasi oleh antibodi yang

menembus plasenta dari ibu kepada janinnya . Namun, antibodi-antibodi

ini berumur pendek dan tidak dapat menetap hingga bayi dapat

membentuk sendiri pertahanan imunologis (Sherwood, 2011).

Bayi yang mendapatkan ASI menurut Sherwood, (2011)

memperoleh keuntungan dengan berbagai mekanisme sebagai berikut:

1) ASI mengandung banyak sel imun baik limfosit T dan B, makrofag,

maupun neutrofil yang menghasilkan antibodi dan langsung

menghancurkan mikroorganisme patogenik. Sel-sel ini sangat

banyak terdapat dalam kolostrum.

2) IgA sekretorik, suatu jenis khusus antibodi, terdapat dalam jumlah

besar di ASI. IgA sekretorik terdiri dari dua molekul antibodi IgA

yang disatukan oleh apa yang disebut sebagai komponen sekretorik

yang membantu melindungi antibodi dari dekstruksi oleh getah

lambung bayi yang asam dan enzim-enzim pencernaan. Koleksi

antibodi IgA yang diterima oleh bayi yang mendapat ASI ditujukan

16
secara spesifik terhadap patogen rertentu di lingkungan ibu dan

karenanya, di lingkungan bayi itu juga. Karena itu, antibodi-antibodi

ini melindungi bayi dari mikroba infeksi yang kemungkinan besar

dijumpai oleh bayi tersebut.

3) Sebagian komponen dalam ASI, misalnya mukus, melekat ke

mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen, mencegahnya

melekat ke dan menembus mukosa usus.

4) Laktoferin adalah konstituen ASI yang menghambat pertumbuhan

bakteri berbahaya dengan mengurangi ketersediaan besi, suatu

mineral yang dibutuhkan untuk perkembangbiakan patogen-patogen

ini

5) Faktor bifidus pada ASI, berbeda dari laktoferin, mendorong

multiplikasi mikroorganisme nonpatogen lactobacillus bifidus di

saluran cerna bayi. Pertumbuhan bakteri tak berbahaya ini membantu

mendesak pertumbuhan bakteri yang berpotensi merugikan.

6) Komponen-komponen lain dalam ASI mendorong pematangan

sistem pencernaan bayi sehingga bayi lebih tahan terhadap bakteri

dan virus penyebab diare.

7) Masih ada faktor-faktor lain dalam ASI yang belum diketahui yang

mempercepat perkembangan kemampuan sistem imun bayi.

Selain keuntungan di atas, keuntungan pemberian ASI bagi bayi

menurut (Nagtalon & Ramos, 2014) adalah sebagi berikut:

1) Menurunkan insidensi/keparahan infeksi termasuk meningitis bakteri,

otitis media, necrotizing entercolitis, dan infeksi saluran kemih.

17
2) Menurunkan tingkat kematian bayi pascaneonatus hingga 21%.

3) Menurunkan tingkat sindrom kematian bayi mendadak (sudden

infant death syndrome, SIDS)

4) Menurunkan insidensi diabetes melitus bergantung insulin (tipe 1),

diabetes melitus yang tidak bergantung insulin (tipe 2) leukemia,

obesitas, dan asma.

5) Meningkatkan kinerja pada tes perkembangan kognitif

6) Sebagai pereda nyeri ketika bayi disusui selama prosedur tertentu,

misalnya saat menusukkan jarum suntik di tumit untuk mengambil

sampel dara bayi.

b. Manfaat menyusui bagi ibu

Menyusui juga menguntungkan bagi ibu. Pelepasan oksitosin yang

dipicu oleh menyusui mempercepat involusi uterus. Selain itu,

penghisapan oleh bayi menekan siklus haid dengan menghambat sekresi

LH dan FSH, mungkin dengan menghambat GnRH. Karena itu, laktasi

cenderung mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan kehamilan

berikutnya (meskipun bukan cara kontrasepsi yang handal). Mekanisme

ini memungkinkan semua sumber daya ibu dicurahkan kepada bayinya

dan bukan dibagi dengan mudigah baru (Sherwood, 2011).

Menurut Pillitteri, (1995) wanita mendapatkan beberapa manfaat

fisiologis dari menyusui, seperti:

1) Menyusui dapat berfungsi sebagai pelindung dalam mencegah

kanker payudara.

18
2) Pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior membantu involusi

uterus

3) Bayi yang disusui tampaknya memiliki skor tes kecerdasan yang

lebih tinggi daripada bayi yang diberi susu formula

Selain itu, keuntungan pemberian menyusui bagi ibu menurut

(Nagtalon & Ramos, 2014) yaitu sebegai berikut:

1) Dilepaskannya oksitosin selama keluarnya ASI menyebabkan

uterus berkontraksi, sehingga memperkuat involunsi uterus kembali

ke keadaan semula yaitu sebelum kehamilan dan mengurangi

pendarahan pada periode pasca partum.

2) Memperkuat perasaan kelekatan dan relaksasi karena

dilepaskannya oksitosin dan prolaktin.

3) Menyusui merupakan cara yang relatif mudah untuk memberi

makan bayi, tidak perlu membawa botol dan susu formula ketika

bepergian, tidak perlu mencuci dan membersihkan botol serta

ujung dot setelah memberikan susu.

4) Dapat menurunkan resiko osteopororsis.

5) Berhubungan dengan penurunan resiko timbulnya kanker ovarium

dan kanker payudara.

6) Biayanya menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian

susu formula.

19
C. Tinjauan Umum Tentang Menyusui

1. Definisi Menyusui

Menyusui adalah suatu cara pemberian makan yang terbaik bagi

bayi yang mempunyai manfaat untuk psikologis dan fisiologis bagi ibu dan

bayi (Pillitteri, 1995). Menyusui adalah suatu proses pemberian makan

untuk bayi yang alami, mudah dan mempunyai banyak keuntungan baik

bagi bayi, ibu, maupun keluarga dan mencegah terjadinya infeksi pada

bayi. Menyusui adalah suatu proses ketika bayi mengisap dan menerima

air susu dari payudara ibu (Soetjiningsih, 1997).

2. Teknik Menyusui

Ada beberapa posisi yang digunakan dalam pemberiaman makan

pada bayi. Ibu harus menemukan posisi yang paling sesuai baginya. Bayi

harus berada dalam posisi yang nyaman untuk mempermudah keadaan dan

tidak harus memutar kepala dan meregangkan lehernya untuk dapat

menjangkau puting. Ketika ibu menyentuh lembut bibir bayi, bayi akan

memberi respon dengan refleks rooting alami dan berpaling dan membuka

mulutnya. Puting dan sebagian besar areola harus berada di dalam mulut

bayi. Apabila mulut bayi kelihatan tertutup, ibu apat mengangkat panggul

bayi, sehingga memberikan lebih banyak ruang untuk bernafas. Menekan

payudara biasanya akan membuat puting terlepas dari mulut bayi (Bobak

et al., 1996).

Ketika ibu sudah siap untuk membuat bayi bersendawa, ia harus

dengan lembut memasukkan jari tangannya ke sudut mulut bayi, diantara

kedua gusi untuk menghentikan isapan. Menarik bayi begitu saja tanpa

20
menghentikan isapan dapat menimbulkan nyeri pada puting. Ada beberpa

posisi untuk membuat bayi bersendawa. Setelah membuat bayi

bersendawa, ibu harus memeriksa apakah payudara ibu sudah benar-benar

lunak. Apabila masih penuh, bayi harus diletakkan pada payudara yang

sama lagi. Setelah payudara yang satu telah lunak maka ibu harus

memberikan payudara yang lain (Bobak et al., 1996).

Pada waktu menyusui berikutnya, ibu harus memberikan payudara

yang terakhir kali diberikan pada bayi. Suatu cara yang mudah untuk

menentukan dan mengetahui mana payudara yang harus diberikan terlebih

dahulu yaitu dengan mengangkat kedua payudara tersebut dan menimbang

mana yang lebih berat (Bobak et al., 1996).

Menyusui akan lebih berhasil apabila bayi terjaga dan lapar.

Apabila bayi harus dibangunkan terlebih dahulu, orang tua dapat berbicara

kepadanya, memijat-mijat, mencuci wajahnya dengan handuk hangat,

menepuk-nepuk dan membuka bungkus bayi. Mungkin perlu beberapa

menit untuk membangunkan bayi, tetapi bayi yang baru lahir harus

diberikan makan setiap dua sampai tiga jam dengan jumlah total sampai 12

kali dalam 24 jam sampai sekurang-kurangnya sampai satu bulan (Bobak

et al., 1996).

Membatasi waktu menyusui tidak mencegah timbulnya rasa nyeri

di payudara. Ketika bayi menyusui dengan benar, tidak akan timbul rasa

nyeri dan kerusakan jaringan. Meletakkan bayi di payudara dan

melepasnya dengan hati-hati, meletakkan pada posisi yang benar, dan cara

supaya bayi mengisap dengan benar memerlukan latihan, baik bagi ibu

21
maupun bagi bayi. Rasa nyeri biasanya merupakan tanda bahwa bayi tidak

berada dalam posisi yang benar. Misalnya, ibu perlu menggendong bayi

lebih dekat, memberi lebih banyak topangan pada payudaranya, membuat

mulut bayi membuka lebih besar, atau memegang dagu bayi kebawah

untuk membantu lidah keluar. Apabila air susu menetes dan membasahi

puting, rasa nyeri akan berkurang. Memeras beberapa tetes susu untuk

membasahi puting mempermudah bagi bayi menyusu dengan baik. Ibu

perlu mencoba berbagai posisi untuk melakukan penyesuaian terhadap

isapan bayi (Lowdermilk et al., 2013).

a. Posisi menyusui

Menurut Nagtalon & Ramos, (2014), Mbada et al., (2013), Contesa,

(2012) dan Soetjiningsih, (1997) Posisi menyusui yang umum

digunakan:

1) Posisi mendekap (cradle hold)

Sambil duduk dengan posisi yang tegak, bantu ibu untuk

mendekap atau menimang bayi di lengannya dengan kepala bayi

diposisikan dengan nyaman dilekukan siku ibu. Seluruh tubuh

bayi menghadap ke tubuh ibu. Posisi ini adalah posisi yang paling

banyak digunakan dan paling nyaman untuk sebagian besar ibu.

Beberapa penelitian megungkapkan bahwa sebagian besar ibu

mempraktekkan postur menyusui yang dianjurkan, lebih suka

duduk di kursi untuk menyusui dan memanfaatkan posisi cross-

cradle hold dan dengan lacht-on chest to chest.

2) Posisi mendekap silang (cross-cradle atau transitional hold)

22
Sambil duduk dengan posisi tegak, bantu ibu untuk mendekap

bayinya di sepanjang lengan pada sisi yang berlawanan dari

payudara yang digunakan untuk menyusui. Kepala bayi disangga

menggunakan telapak tangan ibu pada bagian kepala bayi. Posisi

ini membuat ibu dapat lebih mengontrol kepala bayi selama

proses perlekatan. Posisi ini ideal untuk bayi yang lahir prematur

dan lebih cenderung hipotonik.

3) Posisi seperti memegang bola di bawah ketiak (football hold)

Sambil duduk dengan posisi tegak, bantu ibu untuk memegang

bayi di samping tubuhnya (seperti memasukkan bola footbal di

bawah lengan). Bayi harus berada setinggi pinggang ibu dan

kepala bayi ditempatkan setinggi puting susu. Kepala bayi

disangga oleh telapak tangan ibu yang ditempatkan di bagian

bawah kepala bayi. Posisi ini bagus untuk ibu yang menjalani

operasi caesar, memiliki payudara yang lebih besar, atau memiliki

puting susu yang terbalik.

4) Posisi berbaring miring

Bantu ibu untuk berbaring miring dengan bayi diposisikan sejajar

dengan tubuh ibu dan menghadap ibu. Ibu dapat memegang

payudaranya untuk untuk memandu puting susunya ke mulut bayi

atau menggunakan tangannya untuk memandu kepala bayi ke

payudaranya. Posisi ini bagus untuk ibu yang menjalani bedah

caesar karena berat badan bayi tidak menekan insisi bedah.

23
b. Langkah-langkah menyusui

Bayi dilahirkan dengan kemampuan alami untuk menyusu, namun

demikian keduanya (bayi dan ibu) perlu terus berlatih untuk

mengembangkan kemampuan menyusui. Sebelum persalinan dan

kelahiran, lakukan konfirmasi terhadap rencana ibu menyusui.

Sarankan ibu untuk menyusui sesegera mungkin setelah kelahiran bayi,

periode ini adalah waktu dimana bayi terangsang dan terjaga, serta

merupakan kondisi yang optimal untuk menyusui (Nagtalon & Ramos,

2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti & Lestari,

(2013) Langkah menyusui yang benar akan menentukan keberhasilan

dan kesuksesan seorang ibu dalam menyusui bayinya sehingga akan

memenuhi kecukupan nutrisi bayinya.

Langkah- langkah menyusui secara medis yaitu:

a) Cucui tangan sebelum dan sesudah menyusui

b) Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman untuk menyusui,

pastikan punggung dan lengan ibu tersangga dengan baik, yang

akan memudahkan ibu untuk menggendong bayi dengan nyaman.

c) Minta ibu untuk menggenggam payudara dengan satu tangan dan

mengusap bibir bawah bayi dengan puting susunya untuk

mendorong terbukanya mulut bayi.

d) Sarankan ibu untuk memeluk bayinya lebih dekat sambil

mengarahkan puting susunya ke mulut bayi agar perlekatan bayi

dapat dilakukan dengan cepat.

24
e) Perlekatan ke puting susu saja tidak cukup bagi bayi, sebagian

besar areola ibu juga perlu berada di dalam mulut bayi dengan

kedua bibir keluar dan relaks, dengan lidah bayi menangkup di

bawah payudara.

f) Jika ibu melaporkan mengalami nyeri payudara saat menyusui,

maka kemungkinan perlekatan bayi kurang baik. Ajarkan ibu untuk

menyelipkan jarinya yang bersih di antara payudaranya dan gusi

bayi. Hal ini akan menghentikan isapan dan ia akan mendengar

suara ‘pop’ pelan. Selanjutnya, ibu dapat melanjutkan untuk

menarik puting susunya keluar dari mulut bayi dan melakukan

reposisi untuk perlekatan yang lebih baik.

c. Penilaian perlekatan bayi

Bayi perlu melakukan perlekatan dengan baik pada payudara ibu

untuk dapat menyusu secara efektif, mendapatkan ASI yang cukup,

dan mencegah radang atau luka pada puting susu ibu. Perangkat

evaluasi LACHT dapat digunakan menilai secara objektif perlekatan

bayi dengan memberikan nilai berupa angka untuk berbagai

karakteristik penting yang diperlukan untuk perlekatan yang efektif

(Nagtalon & Ramos, 2014).

25
Tabel 1. Evaluasi perlekatan bayi

Perangkat Evaluasi LACHT


0 1 2
L-Lacht Terlalu mengantuk Usaha yang berulang kali Meraih payudara
atau segan untuk mempertahankan Lidah kebawah
Tidak dapat posisi atau menyusui Bibir mencucu
mempertahankan Memegang puting ke Mengisap dengan
posisi, atau isapan dalam mulut berirama teratur
tidak tercapai Menstimulasi isapan
A-audible Tidak ada Beberapa dengan Usia <24 jam
swallowin stimulasi spontan
g (suara intermitten
menelan Usia >24 jam
yang dapat spontan dan
terdengar) sering
T-Type of Inversi Datar Eversi (setelah
nipple stimulasi)
C-Comfort Membengkak Penuh Lunak
(kenyama Pecah, berdarah, Memerah/lepuhan atau Kenyal
nan lepuhan besar, atau memar kecil
payudara/ memar Rasa tidak nyaman
puting) Rasa tidak nyaman ringan/sedang
yang berat
H-Hold Dibantu secara Bantuan minimal (yaitu Tidak ada
(posisi) penuh (staf mengankat kepala tempat bantuan dari staf
memegang bayi ke tidur, menempatkan Ibu dapat
payudara) bantal untuk penyangga) mempertahankan
mengajar si satu sisi, ibu posisi /memegang
melakukan di sisi yang bayi
lain
Staf memegang
kemudian ibu mengambil
alih

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik menyusui

Menurut Alam & Syahrir, (2016), Anggaseng, Tandipajung, &

Rumende, (2015), Kuswanti, (2014) dan (Rinata & Iflahah, 2015) teknik

menyusui dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

26
1) Faktor payudara, beberapa ibu memiliki masalah pada payudara

misalnya puting susu datar yang dapat membuat bayi kesulitan dalam

melakukan perlekatan saat proses menyusu.

2) Faktor pengalaman. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman

sendiri atau orang lain dapat menentukan seseorang berperilaku

tertentu. Sehingga ibu yang sudah pernah menyusui akan memiliki

gambaran tentang teknik menyusui.

3) Faktor pengetahuan, kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik

menyusui yang benar dapat memberikan anggapan bahwa menyusui

itu suatu proses yang alami sehingga setiap ibu yang melahirkan

menganggap dapat menyusui bayi dengan benar tanpa harus dipelajari.

Selain itu hanya sebagian petugas kesehatan yang mendampingi dan

memberikan informasi tentang teknik menyusui yang benar.

Pengetahuan ibu meningkat tentang teknik menyusui yang disebabkan

oleh beberapa hal yang menambah tingkat pengetahuan responden

seperti telah mendapat informasi yang tepat dari petugas kesehatan,

informasi dari media masa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

pengetahuan ibu primipara dengan teknik menyusui dalam pemberian

ASI yang baik akan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi

tingkat pengetahuan responden maka teknik menyusui akan semakin

baik.

27
4. Frekuensi dan durasi menyusui

Bayi pada umumnya perlu menyusu sebayak 2 – 12 kali dalam

periode 24 jam. Pola menyusui bervariasi karena setiap bayi berbeda.

Beberapa bayi akan menyusu setiap 2 – 3 jam selama periode 24 jam. Bayi

lainnya mungkin mempunyai pola kluster, yaitu menyusu setiap jam

sebanyak 3 – 5 kali, kemudian tidur 3 – 4 jam diantaranya. Selama 24 – 48

jam pertama setelah lahir, sebagian besar bayi tidak bangun sesering ini

untuk menyusu. Orang tua harus memahami bahwa meraka harus

membangunkan bayi untuk menyusu minimal setiap 3 jam pada siang hari

dan setiap 4 jam pada malam hari (Lowdermilk et al., 2013).

Frekuensi menyusu ditentukan dengan menghitung awal dari satu

sesi ke sesi awal berikutnya. Ketika bayi menyusu dengan baik dan

beratnya bertambah dengan adekuat, polanya menjadi menysu sesuai

permintan, dimana bayi menentukan frekuensi menyususnya sendiri.

Dengan pola ini, bayi harus mendapatkan minimal 8 kali sesi menyusui

dalam 24 jam(Lowdermilk et al., 2013).

Bayi harus disusui kapanpun mereka menunjukan tanda ingin

makan. Menangis merupakan tanda yang muncul di akhir, dan bayi akan

menjadi gelisah jika harus menunggu terlalu lama untuk disusui. Beberapa

bayi akan tidur lelap jika kebutuhannya tidak dipenuhi. Menjaga agar bayi

tetap berada di dekat ibu merupakan cara terbaik untuk mengamati respon

bayi (Lowdermilk et al., 2013).

Selain frekuensi, durasi suatu sesi menyusui sangat bervariasi,

karena waktu transfer susu berbeda-beda pada setiap pasangan ibu bayi.

28
Waktu rata-rata awal menyusui adalah 30 – 40 menit atau sekitar 15 – 20

menit per payudara. Ketika bayi tumbuh dan berkembang mereka akan

lebih efisien dalam menyusu sehingga durasi akan berkurang (Bobak et al.,

1996).

Beberapa ibu lebih memilih menyusui satu sisi, yaitu bayi hanya

menyusu pada satu payudara setiap kali menyusu. Payudara yang pertama

diberikan harus ditukar pada setiap menyusui untuk memastikan bahwa

setiap payudara menerima rangsangan yang seimbang dan sama-sama

dikosongkan. Kenyataannya menginstruksikan ibu untuk menyusui selama

beberapa menit yang ditentukan tidak selalu tepat. Ibu bisa menentukan

kapan bayi sudah selesai menyusu. Pola isap bayi akan melambat,

payudara akan melunak, bayi tampak kenyang, dan mungkin akan tertidur

atau melepas puting (Lowdermilk et al., 2013).

Menurut (Nagtalon & Ramos, 2014) frekuensi dan durasi

menyusui selama minggu pertama yaitu sebegai berikut:

1) Sebanyak 8 – 12 kali menyusu per 24 jam.

2) Tawarkan kedua payudara untuk bayi selama setidaknya 10 – 15

menit setiap kali menyusui dan berikan waktu bagi bayi untuk tetap

berada di payudara selama yang ia inginkan.

3) Bayi baru lahir dapat perlu di bangunkan untuk menyusu setiap 4

jam.

Jika menyusui sudah dilakukan secara rutin

1) Frekuensi menyusui dapat hingga sekitar 8 kali setiap 24 jam.

29
2) Frekuensi dapat secara sporadis meningkat untuk mengakomodasi

pertumbuhan bayi yang cepat dan atau untuk peningkatan

kebutuhan volume air susu.

5. Masalah dalam menyusui

Menyusui merupakan hal yang biasa dilakukan di kalangan

mayarakat, namun masih banyak masalah-masalah dalam menyusui yang

menjadi kendala dan menyebabkan kegagalan dalam proses menyusui.

Salah satu masalah dalam menyusui yaitu ASI yang keluar sedikit, puting

susu lecet, nyeri dan tidak nyaman sehingga ibu menganggap dirinya tidak

mampu untuk menyusui. Selain itu, masalah lainnya adalah ibu

menganggap bahwa bayinya menolak untuk disusui sehingga menangis

terus dan menolak untuk mengisap ASI. Berikut adalah masalah-masalah

menyusui yang terjadi menurut Nagtalon & Ramos, (2014), Soetjiningsih,

(1997) dan (Rinata & Iflahah, 2015) adalah sebagai berikut:

1) Radang pada puting susu. Radang pada puting susu merupakan

masalah yang umum dikeluhkan oleh ibu yang memulai untuk

menyusui. Penyebab umum terjadinya radang pada puting susu adalah

perlekatan yang tidak benar dan posisi yang tidak tepat, sehingga

menyebabkan isapan yang tidak efektif. Perlekatan yang kurang tepat

merupakan penyebab utama terjadinya puting susu lecet. Sarankan ibu

untuk memutus isapan dengan tepat, mengatur ulang posisi bayi, dan

mencoba lagi untuk melakukan perlekatan bayi. Setelah menyusui, ibu

mencoba lagi untuk melakukan perlekatan bayi. Setelah menyusui, ibu

dapat menggosokkan air susu atau lanolin ultra purified pada puting

30
susu untuk mendinginkannya. Sarankan ibu untuk mengeringkan

puting susunya dengan udara ruangan setelah menyusui bayinya dan

lebih sering berganti baju menyusui, serta menghindari mengenakan

bra yang lebih ketat.

2) Pembengkakan payudara: di antara hari kedua dan hari keenam stelah

melahirkan, ibu akan memulai memproduksi ASI dalam jumlah yang

lebih banyak. Secara alami, payudara ibu akan terasa penuh, lebih

besar, lebih berat, dan bahkan dapat sedikit nyeri. Pengisian yang

penuh ini dapat menjadi pembengkakan ketika payudara menjadi

keras, nyeri, hangat, dan seperti nyeri berdenyut dengan pendataran

puting susu. Pembengkakan terjadi jika ASI menumpuk karena

pengosongan yang tidak rutin dan tidak lengkap dari payudara sebagai

akibat dari perlekatan yang buruk dan posisi yang tidak tepat, jarang

memberikan ASI, suplementasi, kerusakan pada puting susu, atau

kelelahan. Untuk meminimalkan pembengkakan, berikan arahan pada

ibu tentang cara untuk melunakkan payudara sebelum menyusui

sehingga memungkinkan bayi melakukan perlekatan dengan baik.

Bantu ibu untuk dapat mengatur perlekatan dan memposisikan bayi

dengan baik.

3) Duktus tersumbat. Pembengkakan payudara dapat menyebabkan

adanya duktus yang tersumbat, yang merupakan benjolan meradang

dan nyeri yang biasa unilateral. Kondisi ini bukan merupakan kondisi

infeksi karena ibu tetap tidak demam.

31
4) Mastitis merupakan peradangan pada payudara dan merupakan salah

satu jenis infeksi masa postpartum.

5) Abses Payudara, merupakan kelanjutan dari mastitis yang diakibatkan

oleh meluasnya peradangan dalam payudara.

6) Kelainan anatomis pada puting susu seperti puting inversi atau datar.

7) Bayi yang enggan menyusu. Biasanya terjadi karena gejala dari

penyakit-penyakit yang mungkin saja diderita oleh bayi.

8) Ibu bekerja. Biasanya ibu yang bekerja cenderung memberikan susu

formula untuk anaknya.

6. Faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan menyusui menurut

Proverawati & Rahmawati (2010), Bobak et al., (1996) dan Soetjiningsih,

(1997)antara lain:

a. Kondisi bayi pada saat ingin menyusu, seperti bayi mengantuk

sehingga tidak dapat mempertahankan isapan pada puting ibu.

b. Rooting, yaitu menyentuhkan tangan atau puting ke mulut bayi agar

bayi dengan segera membuka mulutnya dengan lebar sehingga

perlekatan bayi tidak hanya pada puting saja, namun mencapai hingga

sebagian besar areola payudara.

c. Pengetahuan ibu tentang teknik laktasi. Ibu yang memiliki

pengetahuan tentang menyusui akan mudah dalam meberikan ASI

pada bayinya dibanding ibu yang kurang pengetahuan maupun ibu

yang belum memiliki pengalaman sebelumnya.

32
d. Kondisi fisik dan mental ibu. Kondisi ibu yang biasanya sangat

berpengaruh dalam menyusui bayinya yaitu ibu menderita penyakit-

penyakit kronis. Selain itu, kondisi mental, ibu stress akan

mempengaruhi produksi ASI, sehingga diperlukan dukungan dan

motivasi dari orang-orang sekitar.

e. Anatomi dan fi siologi payudara

Anatomi payudara yang sangat mempengaruhi tindakan menyusui

adalah bentuk puting susu sedangkan fisiologi payudara yang sangat

mempengaruhi adalah laktogenesis (proses produksi ASI) dan

galaktopoiesis (pemeliharaan produksi dan pengeluaran ASI). Bentuk

puting yang tidak sempurna (datar atau tenggelam) akan menjadi

penyulit bagi bayi untuk melakukan perlekatan secara sempurna,

sehingga bayi sulit untuk menghisap ASI. Gangguan pada proses

laktogenesis dan galaktopoiesis akan menyebabkan produksi dan

pengeluaran ASI yang tidak lancar, sehingga dapat menganggu milk

transfer (Soetjiningsih, 1997)

f. Anatomi dan fisiologi bayi

Anatomi bayi yang sangat mempengaruhi tindakan menyusui yaitu

ketika bayi mengalami kelainan pada bibir dan pallatumnya yang akan

berpengaruh terhadap transfer susu. Sehingga perlu dilakukan teknik-

teknik tertentu dalam pemberian ASI. Sedangkan kelainan fisiologis

yang biasa terjadi yaitu terjadinya ikterus pada bayi, bayi enggan

menyusu karena merasa kurang nyaman seperti terjad influenza,

demam dll.

33
D. Tinjauan tentang Efektivitas Menyusui

Tindakan menyusui efektif merupakan proses interaktif antara ibu dan

bayi dalam rangka pemberian ASI secara langsung dari payudara ibu dengan

cara yang benar dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ibu

dan bayi (Mulder, 2006 dalam Pradanie, 2015). Pada masa neonatus, ketika

menyusui baru dimulai dijalankan, orang tua harus diajarkan mengenai tanda

bahwa proses menyusui berjalan dengan baik. Kesadaran akan tanda-tanda ini

akan mengajarkan mereka mengenali masalah yang muncul pada bayinya.

Terdapat beberapa hal yang perlu diamati pada hari-hari pertama masa

menyusui. Misalnya, waktu dan lamanya tiap masa menyusui, jumlah urin dan

pergerakan usus (Nagtalon & Ramos, 2014).

Meskipun Jumlah popok basah dan pergerakan usus cukup baik dalam

menunjukan kecukupan menyusui, orang tua juga harus menyadari perubahan

yang diharapkan dari karakteristik urin dan pergerakan usus pada masa

neonatus. Ketika volume ASI bertambah, urin akan menjadi lebih encer dan

warnanya lebih terang. Urin yang berwarna gelap dan terang dapat

dihubungkan dengan asupan yang kurang dan kemungkinan dehidrasi. Pada 1

– 2 hari pertama kelahiran, bayi akan mengeluarkan mekonium yang berwarna

hitam kehijauan, kental dan lengket. Pada hari ke 2 – 3 , fases menjadi lebih

hijau, encer dan tidak terlalu lengket. Jika ASI masih belum keluar, pada hari

ketiga dan keempat, fases akan mulai berwarna kuning kehijauan dan encer.

Pada akhir minggu pertama, fases bayi yang berwarna kuning, lunak dan

berbiji-biji (Bobak et al., 1996).

34
Selama sebulan pertama, bayi yang disusui biasanya buang air besar

sebanyak 5 – 10 kali sehari, serig kali berhubungan dengan waktu disusui. Pola

buang air besar akan berubah perlahan, bayi yang disusui akan terus buang air

besar dari sekali setiap 2 – 3 hari. Selama bayi mengalami peningktan berat

badan dan tampak sehat, berkurangnya frekuensi buang air besar masih

dianggap normal (Bobak et al., 1996).

Tanda-tanda menyusu yang efektif yang dapat dipantau dari ibu menurut

Lowdermilk et al., (2013) yaitu sebagai berikut:

1) Asi mulai keluar banyak pada hari ke-3 dan ke-4

2) Rasa seperti ditarik keras pada puting saat diisap, namun tanpa rasa nyeri.

3) Kontraksi uterus dan peningkatan perdarahan per vaginam saat menyusui

(minggu pertama atau kurang)

4) Rasa tenang dan mengantuk selama menyusui

5) Rasa haus

6) Payudara kan melunak dan lebih ringan selama menyusui

7) Ketika ASI keluar, mungkin terasa payudara geli atau hangat atau

payudara sebelahnya ikut mengeluarkan ASI.

Tanda-tanda menyusu yang efektif yang dapat dipantau dari bayi

menurut Lowdermilk et al., (2013) yaitu sebagai berikut:

1) Menempel tanpa kesulitan

2) Pola 15 – 20 kali mengisap kemudian menelan pada satu waktu

3) Bunyi menelan terdengar

4) Mudah melepas payudara saat setelah menyusu

5) Bayi tampak tenang setelah menyusu

35
6) Minimal tiga kali buang air besar dan popok basah 6 – 8 kali setiap 24 jam

pada hari ke 4.

Karena air susu secara langsung ditransfer dari payudara ke mulut bayi

tidak dapat diukur, maka sejulah orang tua memerlukan konfirmasi lebih lanjut

apakah bayi mereka sudah menerima jumlah air susu yang cukup. Berikut ini

tanda-tanda yang dapat diamati dan dapat didiskusikan perawat dengan ibu

untuk meyakinkan ibu lebih lanjut:

1) Suara menelan yang dapat didengar saat menyusui.

2) Peningkatan berat badan yang cukup besar >115 – 200 gram per minggu

setelah usia 4 hari

3) Produksi urin bayi yang cukup ditunjukan dengan popok dengan

kebasahan yang cukup

4) Fases bayi yang mengalami transisi dari berwarna gelap menyerupai tar

(mekonium) menjadi kuning kehijauan hingga fases lunak, berpasir,

berwarna kuning muda pada hari kelima kehidupan.

5) Turgor kulit yang normal

(Nagtalon & Ramos, 2014)

E. Tinjauan Umum Tentang Edukasi

1. Definisi Edukasi

Edukasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi adalah Pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu seseorang

mengembangkan kemampuannya. Pendidikan kesehatan merupakan suatu

proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi

individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran serta

36
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan demi kepentingan

kesehatannya maupun kesehatan orang di sekitarnya (Nursalam & Efendi,

2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menurut J. Guilbert dalam

Nursalam & Efendi, (2012) yaitu :

1) Materi atau hal yang dipelajari akan menentukan perbedaan proses yang

dipelajari.

2) Lingkungan. Lingkungan tempat belajar yang nyaman akan

mempengaruhi prose belajar.

3) Instrumen pembelajaran. Instrumen atau perangkat pembelajaran seperti

perlengkapan belajar, alat peraga, kurikulum, fasilitator, dan metode

yang digunakan dalam menyampaikan pembelajaran.

4) Kondisi individual. Yaitu kondisi fisiologis seperti kondisi pancaindra

(penglihatan dan pendengaran) dan kondisi psikologis seperti

intelegensi, daya tangkap, ingatan, motivasi, dan sebagainya.

3. Metode edukasi

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku, sehingga

perlu diketahui perilaku siapakah (sasaran) yang harus diubah dan teori-teori

apakah yang mendasari proses prubahan perilkau tersebut. Selanjutnya

memilih metode yang sesuai dengan tujuan spesifik pendidikan kesehatan

yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (pengertian, motovasi), dan praktik

untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya. Metode

pendidikan kesehatan adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untk

37
menghadapi situasi problematis dalam bidang kesehatan yang mencakup

prosedur atau teknik dan perangkat atau media (Nursalam & Efendi, 2012).

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang

ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan

individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2) Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam

penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu :

1) Kelompok besar

2) Kelompok kecil

c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,

38
jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

Edukasi yang menggunakan berbagai macam media dan metode

lebih mudah difahami oleh peserta didik. Hal ini karena belajar akan lebih

aktif jika melibatkan lebih dari satu indera. Penggunaan metode dan

media yang tepat juga harus disertai dengan kesesuaian materi dengan

tujuan dan kebutuhan pembelajaran. Jika informasi pengetahuan dan

ketrampilan sesuai dengan kebutuhan klien, maka akan tercapai tujuan

bersama (Christensen & Kenney, 2009 dalam (Isyti’aroh, Nizmah F, &

Rejeki, 2015).

Menurut Riordan & Wambach (2010) edukasi menyusui sangat

penting. Edukasi ini bertujuan membantu keluarga memperoleh pengalaman

menyusui yang positif dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

menyusui. Edukasi yang baik mengarahkan pada pencapaian tiga ranah

tujuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Isyti’aroh et al., 2015). Pada

paket edukasi yang peneliti akan lakukan, ketiga aspek tersebut telah

diberikan yaitu pemberian informasi tentang menyusui (ranah kognitif),

mengajarkan tentang teknik menyusui yang benar (ranah psikomotor) dan

bagaimana ibu bersikap agar sukses menyusui (ranah afektif). Pencapaian

ketiga ranah pembelajaran tersebut harus dipastikan tercapai untuk

memastikan tujuan pembelajaran tercapai.

39
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka

serta masalah penelitian maka dapat disusun kerangka konseptual penelitian

dalam skema sebagai berikut:

Support edukasi teknik Efektivitas Menyusui Ibu


menyusui yang Benar Postpartum

: mempengaruhi

: diteiti

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh support edukasi teknik

menyusui yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum di Wilayah

Kerja Puskesmas Batua Makassar.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu sebagai upaya untuk memahami dan

memecahkan masalah secara ilmiah, sistematika dan logis yang mengacu pada

model yang mencakup prinsip-prinsip yang secara teoritis maupun kerangka

yang menjadi pedoman mengenai suatu penelitian (Sugiyono, 2014).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pre-

experimen design dengan pendekatan one group pre-post test design. Pada

desain penelitian ini, sebelum diberikan intervensi terlebih dahulu diberikan

pre-test yang bertujuan untuk menilai efektivitas menyusui, sesudah diberikan

intervensi akan diberikan post-test. Intervensi yang akan dilakukan pada

penelitian ini support edukasi teknik menyusui berupa demonstrasi dan

pendampingan menyusui pada responden. Berikut adalah skema desain

penelitian one group pre-post test design.

O1 X1 O2

Keterangan :

O1 : Pre-test, pengukuran tingkat kemampuan menyusui yang benar dan

efektivitas menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada ibu

Postpartum

X1 : Intervensi berupa pendidikan kesehatan

41
O2 : Post-test, pengukuran tingkat kemampuan menyusui yang benar dan

efektivitas menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan pada ibu

postpartum

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Batua.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2017 s.d Februari 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti

(Sugiyono, 2014). Populasi pada penelitian ini adalah ibu postpartum

menyusui Wilayah Kerja Puskesmas Batua. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 27 orang ibu postpartum bulan November 2017.

2. Sampel dan cara pemilihan sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014).

Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik sampling

nonprobability sampling dengan menggunakan metode consecutif

sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan mengambil subjek

yang datang ke puskesmas dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan

dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi

42
(Sugiyono, 2014). Sehingga besar sampel dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan :

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

1 : konstanta

e : batas toleransi kesalahan (0,1)

Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung besarnya sampel

dari jumlah populasi yaitu sebagai berikut:

27
𝑛=
1 + 27 (0.1)2

27
𝑛=
1 + 0.27

27
𝑛=
1.27

𝑛 = 21.259

𝑛 = 21

Berdasarkan perhitungan di atas maka ukuran sampel (n) minimal

sebesar 23 orang dengan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi untuk

mengurangi resiko terjadinya bias.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Ibu melahirkan dengan bayi hidup dan sehat

43
2) Ibu sehat, tidak memiliki penyakit kronis dan tidak mengalami

komplikasi pada saat melahirkan

3) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed

consent

4) Ibu yang dapat berkomunikasi dengan baik, dan dapat membaca

serta menulis.

5) Ibu yang berdomisili di Makassar

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Ibu yang tidak hadir pada saat penelitian berlangsung atau ibu yang

tidak ditemukan alamatnya.

Ibu postpartum
(N=27)

Exlusi
(n=8)

Pre Experiment
(n=23)
Concecutive sampling

Menolak = (n=3)
dropout (n=5)

Sampel akhir
(n=15)

44
D. Alur Penelitian

Pengajuan persetujuan proposal penelitian

Penentuan populasi penelitian,

Teknik sampling : Consecutif sampling

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi

Persetujuan informed consent

Pengumpulan data

Pre-test Intervensi Post-test


n=15 n=15

Analisa data

Hasil dan pembahasan

Penyajian hasil

Gambar 2. Alur Penelitian

45
E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut. Variabel adalah segala yang menjadi fokus peneliti

untuk diamati (Sugiyono, 2014).

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah support edukasi

teknik menyusui yang benar.

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efektivitas menyusui

ibu postpartum.

2. Definisi Operasional

a. Support edukasi teknik menyusui yang benar

Support edukasi teknik menyusui yang benar yaitu pemberian edukasi

mengenai teknik menyusui. Edukasi yang diberikan dengan metode

demonstrasi yang menggunakan peraga manekin bayi yaitu langkah-

langkah yang benar dalam menyusui dan posisi menyusui. Edukasi

yang diberikan menggunakan media video yaitu perlekatan mulut bayi

pada puting ibu (lacht on). Setelah itu dilakukan bimbingan pada ibu

ketika menyusui. Penilaian kemampuan teknik menyusui yang benar

menggunakan lembar observasi teknik menyusui.

b. Efektivitas menyusui ibu postpartum yaitu

Yang dimaksud dengan efektivitas menyusui dalam penelitian ini

adalah efektivitas menyusui ibu postpartum yang dinilai dengan

menggunakan lembar observasi dengan kriteria yaitu :

46
1) ASI mulai banyak keluar pada hari ke-3 dan 4

2) Ibu merasa payudara kosong saat setelah menyusui bayinya.

3) Ibu merasakan sensasi refleks let-down.

4) Ibu merasa rileks dan mengantuk setela menyusui

5) Ibu merasakan mengantuk setelah menyusui

6) Frekuensi menyusui sekitar 8-12 kali dalam 24 jam atau setiap

saat bayi meminta.

7) Perlekatan menyusui (latch on) dengan benar.

8) Ibu tidak memiliki luka pada puting (puting lecet)

9) Bayi tidak rewel dan menangis serta tertidur pulas setelah

menyusui.

10) Bayi bergerak cukup aktif dan matanya terlihat cerah serta

mulut dan bibir bayi yang tampak lembab.

11) Bayi menyusu kurang lebih 15-30 menit dan menunjukkan

tanda-tanda haus (menghisap jari dan mencari-cari payudara)

setelah interval waktu kurang lebih 2-3 jam kemudian.

12) Bayi menelan susunya dengan memperdengarkan suara saat

adanya gerakan yang kuat dan berirama dari rahang bawah

bayi (mulut terbuka-jeda-gerakan seperti menghisap)

13) Bayi memiliki 6-8 kali popok basah perharinya dan sudah

mulai buang air besar setiap hari secara teratur (beberapa hari

pertama feses bayi gelap dan lengket lalu akan berubah

menjadi kuning).

47
Kriteria objektif berdasarkan Budiati, (2009):

Efektif : Jika memenuhi 7 sampai 13 dari kriteria di atas

Tidak efektif : Jika hanya memenuhi <7 kriteria di atas

F. Instrumen Penelitian

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi dan kuesioner data demografi yaitu daftar pertanyaan yang

dibuat untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan

adalah kuesioner untuk mengetahui data demografi yang meliputi umur, alamat,

paritas, status kesehatan bayi, status kesehatan ibu, pendidikan ibu, suku, dan

pekerjaan ibu.

Sedangkan lembar observasi yang digunakan terdapat pada lampiran 3

yaitu lembar observasi mengenai efektivitas menyusui. Lembar observasi

mengenai efektivitas menyusui diadaptasi dari buku Lowdermilk et al., (2013),

Nagtalon & Ramos, (2014) dan penelitian sebelumnya yaitu Budiati, (2009),

Rosali, (2016) yang mengacu pada Mohrbacher & Tackett, (2005) yang

bertujuan untuk mengkaji, menilai dan mengobservasi kriteria efektivitas

menyusui berdasarkan syarat efektivitas menyusui tersebut.

G. Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian meliputi:

a. Pengumpulan data Pre-test

1) Peneliti menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan

48
2) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan dan

meminta kesediaan calon responden agar berpartisipasi dalam

penelitian dengan menandatangani informed consent.

3) Memberikan pre-test kepada ibu yang bersedia menjadi responden

pada hari ke-3 setelah melahirkan.

b. Pemberian intervensi support edukasi teknik menyusui

1) Pada hari ketiga setelah melahirkan, peneliti memberikan

pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode demonstrasi

mengenai teknik menyusui yang baik dan benar menggunakan

manekin bayi, serta dilengkapi dengan media video tentang

perlekatan bayi pada puting. Ibu diberi kesempatan untuk bertanya

dan menjawab pertanyaan yang disampaikan peneliti.

2) Tiga hari setelah dilakukan pemberian intervensi edukasi teknik

menyusui, peneliti melakukan pendampingan dan evaluasi

menyusui pada ibu.

c. Pengumpulan data Post-test

Setelah 7 hari pasca intervensi dilakukan post-test untuk menilai

kemampuan ibu dalam memberika ASI menggunakan teknik menyusui

yang benar dan melihat efektivitas menyusui yang dinilai dari ibu dan bayi.

d. Data dari pre-test dan post-test akan diolah dan dianalisis sesuai tujuan

penelitian.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Cara Pengolahan data

49
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data

menggunakan fasilitas program komputer dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Editing

Yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi lengkap

atau masih kurang.

b. Coding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya

dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item

kusioner.

c. Scoring

Memberikan nilai pada setiap

d. Tabulasi

Setelah data diberikan kode selanjutnya dilakukan pengolahan data ke

dalam satu tabel menurut sifat yang dimiliki guna memudahkan

penganalisian data.

2. Analisis Data

a. Analisi Univariat

Untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang

diteliti. Hasil univariat terdiri dari distribusi frekuensi dan

presentasi data demografi

Variabel independen dalam penelitian ini adalah support edukasi

teknik menyusui yang benar dan variabel dependen adalah

efektivitas menyusui ibu postpartum.

50
b. Analisi Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (support

edukasi teknik menyusui yang baik dan benar) dan variabel terikat

(efektivitas menyusui ibu postpartum). Uji statistik yang digunakan

adalah uji statistik berpasangan dengan nonparametrik test yaitu uji

wilcoxon yaitu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui

perbedaan kemampuan antara sebelum dan setelah perlakuan.

I. Masalah Etika

Dalam melakukan penelitian, peneliti menekankan masalah etika

sesuai dengan pedoman Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (2007)

meliputi:

1. Respect for persons (Menghormati harkat dan martabat manusia)

Penelitian yang dilakukan memberikan kewenangan kepada

responden dan melindungi responden. Peneliti menghormati hak subjek

penelitian, apakah subjek tersebut bersedia untuk ikut serta dalam

penelitian atau tidak, dengan memberikan informed consent (lembar

persetujuan) pada subjek penelitian terkait dengan kemampuan dalam

pemberian ASI.

2. Respect for privacy and confidentality (mrnghormati privasi dan

kerahasiaan subjek penelitian)

Setiap manusia memiliki hak hak dasar invidu termasuk privasi

dan kebebasan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan inisial

sebagai pengganti identitas responden dalam menyajikan hasil penelitian.

51
3. Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian,

memberikan manfaat, memenuhi persyaratan ilmiah, sekaligus mampu

menjaga privasi subjek penelitian. Pada penelitian ini, diberikan

intervensi edukasi mengenai teknik menyusui dan tidak membahayakan

responden.

4. Justice ( Prinsip etik keadilan)

Subjek penelitian diperlakukan dengan kehati-hatian dan terbuka

mengenai penelitian tentang support edukasi teknik menyusui, efektivitas

menyusui, memperhatikan hak dari subjek penelitian serta adil dalam hal

memberikan perlakuan dan manfaat keikutsertaan subjek dalam penelitian.

dalam penelitian ini, semua subjek penelitian diberikan intervensi yaitu

edukasi teknik menyusui.

52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian dilaksanaan pada tanggal 12 Januari 2018 s.d 12

Februari 2018. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja

Puskesmas Batua Makassar dengan menggunakan metode pre experimen

design dengan one group pre-test post-test design. Sampel dalam

penelitian ini sebanyak 21 orang, namun yang memenuhi kriteria peneliti

hanya terdapat 15 orang. Hal ini terjadi karena beberapa responden yang di

dapatkan dan telah diberi informed consent, beberapa menggunakan susu

formula dan alamat responden tidak ditemukan oleh peneliti sehingga

responden tersebut dikeluarkan dari sampel. Sampel yang berjumlah 15

orang ini telah memenuhi kriteria inklusi dengan penentuan sampel

menggunakan consecutive sampling.

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan kepada calon responden serta meminta persetujuan

sebagai responden dengan menggunakan lembar informed consent. Pada

hari ketiga postpartum, pengambilan data pre-test dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi efektivitas menyusui, dan lembar

observasi kemampuan menyusi dengan teknik yang benar. Kemudian,

dilakukan intervensi pemberian edukasi teknik menyusui yang benar.

Edukasi yang diberikan pada responden adalah edukasi teknik menyusui

yang terdiri dari posisi menyusui, perlekatan yang benar dan teknik

menyusui yang benar. Edukasi diberikan selama kurang lebih 15 menit

dengan menggunakan metode demonstrasi secara langsung dan

53
menggunakan media video. Hari ketiga setelah pemberian intervensi

dilakukan ditinjau kembali dan dievaluasi kemampuan menyusui ibu. Pada

hari ketujuh dilakukan pegambilan data post-test. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

Data yang menggunakan analisis univariat meliputi karakteristik

demografi responden yang terdiri dari umur, paritas, jenis persalinan,

status kesehatan bayi, status kesehatan ibu, pendidikan, suku, dan

pekerjaan. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

pengaruh edukasi teknik menyusui yang benar terhadap efektivitas

menyusui ibu postpartum. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam

bentuk tabel, dan diagram distribusi univariat dan bivariat sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Demografi

Responden

Gambaran karakteristik responden penelitian diuraikan

berdasarkan umur, gestasi, partus, abortus, jenis persalinan, status

kesehatan bayi dan ibu, pendidikan, suku dan pekerjaan.

Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu Postpartum di
Wilayah Kerja Puskesmas Batua (n=15)

Karakteristik n Min. Maks. Mean SD

Usia (tahun) 15 17 44 30.27 7.526

54
Tabel 5.1 menunjukan bahwa usia rata-rata ibu postpartum

di Wilayah Kerja Puskesmas Batua adalah 30,38 tahun dengan usia

minimal 17 tahun dan usia maksimal 44 tahun.

Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas, Jenis Persalinan, Status
Kesehatan Ibu Dan Bayi, Pendidikan, Suku, Dan Pekerjaan Ibu
Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua (n=15)

Karakteristik n Presentasi (%)


Paritas
Primipara 4 26.7%
Multipara 9 60%
Grandmultipara 2 13.3%
Jenis persalinan
Pervaginam 12 80%
Seksio sesarea 3
20%
Status kesehatan bayi
Sehat 15 100%
Tidak sehat 0 0%
Status kesehatan ibu
Sehat 15 100%
Tidak sehat 0 0%
Pendidikan
SD 2 13.3%
SMP 4 26.7%
SMA 8 53.3%
PT 1 6.7%
Suku
Bugis 5 33.3%
Makassar 8 53.3%
Lainnya 2 23.3%
Pekerjaan
Bekerja 5 33.3%
Tidak bekerja 10 66.7%
Sumber data primer (2018)

Tabel 5.1 menunjukan distribursi karakteristik responden

berdasarkan paritas yang paling tinggi adalah multipara dengan jumlah 9

orang (60%)ibu postpartum, sedangkan yang terendah adalah

grandmultipara yaitu sebanyak 2 orang (13.3%) ibu postpartum. Jenis

persalinan yang paling banyak digunakan oleh responden yaitu persalinan

55
secara langsung atau pervaginam dengan jumlah sebanyak 12 orang (80%)

dan yang menjalanai persalinan seksio sesarea hanya sebanyak 3 orang

(20%). Selain itu, pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa status kesehatan ibu

dan bayi semuanya sehat (100%).

Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang

tertinggi yaitu tingkat SMA sebanyak 8 orang (53.3%) dan terendah adalah

tingkat perguruan tinggi hanya terdapat 1 orang (6.7%). Karakteristik

responden berdasarkan suku yang tertinggi adalah suku Makassar yaitu

sebanyak 8 orang (53.3%) dan yang terendah adalah suku jawa sebanyak 2

orang (23.3%). Dari tabel di atas, jumlah ibu yang tidak bekerja sebanyak

10 orang (66.7%).

b. Efektivitas menyusui ibu postpartum

Tabel 5.3 Efektivitas Menyusui Ibu Postpartum di Wilayah Kerja


Puskesmas Batua (n=15)
Efektivitas menyusui
Variabel Efektif Tidak efektif
n % n %
Pre-test 11 73.3% 4 26.7%
Post-test 14 93.3% 1 6.7%

Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebelum diberikan edukasi teknik

menyusui terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum, terdapat 11

orang (73%) yang efektif menyusui dan setelah diberikan edukasi teknik

menyusui terdapat sebanyak 14 orang (93.3%) ibu postpartum yang

menyusui efektif.

2. Analisis Bivariat

Pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap efektivitas menyusui

ibu postpartum menggunakan uji normalitas shapiro-wilk dan uji statistik

56
nonparametrik test yaitu uji wilcoxon. Setelah dilakukan uji normalitas

data dengan menggunakan uji shapiro-wilk, didapatkan data nilai

signifikan post-test efektifitas menyusui tidak berdistribusi normal (0.629)

pada nilai pre-test dan nilai postest berdistribusi normal (0.001) sehingga

dilakukan transformasi normalitas dengan hasil transformasi sebesar 0.000

yang menunjukan bahwa nilai signifikasni tetap tidak berdistribusi normal.

Hal tersebut menjadi alasan sehingga uji statistik yang digunakan pada

penelitian ini adalah uji Wilcoxon .

Tabel 5.4
Perbedaan Efektivitas Menyusui Pre-Test Dan Post-Test Ibu
Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua (n=15)
95% Confidence
Interval of The
Variabel n Mean SD p
Difference
Lower Upper

Efektivitas menyusui Pre-test 15 7.4 1.352


0.001 0.181 0.001
Post-test 15 11.267 1.709

Uji wilcoxon

Tabel 5.4 menunjukan tidak adanya perbedaan rata-rata nilai

efektivitas pada pre-test dan post-test. Nilai rata-rata pre-test yaitu sebesar

7.4 dengan SD sebesar 1.352 dan pada nilai rata-rata post-test meningkat

menjadi 11.267 dengan SD sebesar 1.709. Pada tabel diatas juga dapat

dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α=0.05 yaitu sebesar

p=0.001 yang berarti hipotesis diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan antara hasil efektivitas menyusui pre-test dan post-test yang

dilakukan pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua.

57
Tabel 5.5

Distribusi Efektivitas Menyusui Sebelum dan Setelah Dilakukan Edukasi


Teknik Menyusui pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua
(N=15)
Kode Skor Efektivitas Menyusui
Responden Pre-test Keterangan Post-test Keterangan
01 8 Efektif 12 Efektif
02 10 Efektif 11 Efektif
03 7 Efektif 11 Efektif
04 6 Tidak Efektif 11 Efektif
05 8 Efektif 13 Efektif
06 5 Tidak Efektif 6 Tidak Efektif
07 7 Efektif 11 Efektif
08 9 Efektif 13 Efektif
09 9 Efektif 11 Efektif
10 7 Efektif 13 Efektif
11 8 Efektif 12 Efektif
12 6 TidakEfektif 12 Efektif
13 6 TidakEfektif 11 Efektif
14 7 Efektif 10 Efektif
15 8 Efektif 12 Efektif

Tabel 5.5 menunjukan bahwa sebelum diberikan edukasi teknik

menyusui terdapat 4 orang ibu postpartum yang tidak efektif dalam

menyusui. Sedangkan setelah pemberian edukasi teknik menyusui hanya

terdapat satu orang yang menyusui tidak efektif dengan skor efektifitas <7.

Skor ≤7 yang menunjukan efektif sebelum diberikan edukasi teknik

menyusui yaitu sebesar 11 orang dan setelah berikan edukasi teknik

menyusui sebanyak 14 orang.

58
Tabel 5.6

Detail Efektivitas Menyusui Sebelum Dan Setelah Dilakukan Edukasi


Teknik Menyusui Paa Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua
(n=15)
No. Aspek Penilaian Efektivitas Pre-test Post-test
Menyusui Ya Tidak Ya Tidak
1 ASI mulai banyak keluar pada hari ke- 12 3 15 0
3 dan ke-4 pasca persalinan
2 Payudara Ibu terasa kosong, lunak 8 5 13 2
serta ringan saat setelah menyusui
bayinya
3 Ibu merasakan rasa seperti ditarik 15 0 15 0
pada puting saat diisap, namun tanpa
rasa nyeri (refleks let-down)
4 Ibu merasa sangat rileks dan 7 6 12 3
mengantuk setelah menyusui
5 Ibu merasakan haus setelah menyusui 9 4 14 1
6 Frekuensi menyusui bayi dalam sehari 12 3 14 1
(6-8 kali/hari) atau setiap saat bayi
meminta
7 Perlekatan / Latch On dengan baik dan 1 14 12 3
benar
8 Ibu tidak memiliki luka pada puting 8 5 14 1
(puting lecet)
Bayi tidak rewel, menangis, serta 2 13 7 6
9 tertidur pulas setelah menyusu
10 Bayi bergerak aktif, mata cerah, mulut 14 1 14 1
dan bibir tampak cerah
11 Bayi menyusu kurang lebih 15-30 11 4 14 1
menit dan menunjukkan tanda-tanda
haus (menghisap jari dan mencai-cari
payudara) setelah interval kurang
lebih 2-3 jam kemudian
12 Bayi menelan susunya dengan 12 3 15 0
memperdengarkan suara saat adanya
gerakan yang kuat dan berirama dari
rahang bawah bayi (mulut terbuka-
jeda-gerakan seperti menghisap)
13 Bayi memiliki 6-8 kali popok kain 2 13 10 5
basah atau lebih dari 5-6 kali pospak
basah setiap harinyadan mulai BAB
teratur (hari pertama feses gelap dan
lengket lalu akan berubah kuning)

Tabel 5.6 menunjukan bahwa aspek dari karakteristik efektivitas menyusui

yang paling banyak tidak terpenuhi pada seluruh responden sebelum diberikan

edukasi teknik menyusui adalah perlekatan / lacth on yang baik dan benar yaitu

sebanyak 14 responden. Sedangkan setelah pemberian edukasi dapat dilihat

59
bahwa terjadi peningkatan yang sangat signifikan dengan jumlah responden yang

efektif menyusui pada aspek lacht on sebanyak 12 orang.

B. Pembahasan

Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh edukasi teknik

menyusui terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum. Menyusui adalah

suatu proses ketika bayi mengisap dan menerima air susu dari payudara ibu

(Soetjiningsih, 1997). Menyusui merupakan suatu proses yang alamiah dan

bukan hal yang baru, namun dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini

melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah sehingga perlu adanya

pengetahuan dan latihan yang tepat agar efektivitas menyusui dapat tercapai.

Pengetahuan serta pemahaman yang benar tentang ASI berperan penting

dalam hal tersebut. Baik pegetahuan tentang segala kelebihan dan keuntungan

ASI, cara mengatasi kendala yang dihadapi selama menyusui, maupun teknik

menyusui yang benar (Onah et al., 2014). Edukasi teknik menyusui

merupakan salah satu solusi dalam menghadapi masalah-masalah yang

dialami oleh ibu postpartum sehingga efektivitas menyusui dapat tercapai

(Isyti’aroh et al., 2015)

Penelitian ini menunjukan bahwa edukasi teknik menyusui berpengaruh

terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum. Dalam penelitian ini pengaruh

yang ditunjukan kurang signifikan secara statistik. Dari hasil observasi yang

peneliti lakukan, hal ini disebabkan karena sebagian besar responden telah

memiliki pengetahuan yang bagus mengenai teknik menyusui sehingga

efektifitas menyusui dapat tercapai. Namun, tidak semua aspek penilaian

teknik menyusui yang benar sudah dilakukan oleh responden sehingga

60
efektifitas menyusui tidak tercapai secara sempurna. Setelah pemberian

edukasi teknik menyusui, aspek teknik menyusui sebagian besar sudah dapat

dilakukan dengan benar yang sebelumnya tidak dilakukan dengan benar oleh

responden.

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa aspek yang paling

berpengaruh terhadap efektivitas menyusui sebelum dan setelah dilakukan

pemberian edukasi dengan perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini

berhubungan dengan faktor-faktor seperti tingkat pengalaman ibu, teknologi

dan informasi yang sangat mudah untuk diakses dan program-program yang

dilakukan oleh fasilitas kesehatan, sehingga membuat masyarakat paham

mengenai teknik menyusui. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Isyti’aroh et al., (2015) yang menyatakan bahwa edukasi BREAST yang berisi

cara ASI diproduksi oleh payudara, manfaat ASI, nutrisi ibu menyusui, ciri ibu

menyusui dengan benar, dan cara mengatasi masalah menyusui berpengaruh

terhadap kesuksesan ibu primipara dalam menyusui. Hal ini juga dibuktikan

oleh Astuti & Surasmi, (2016) dengan hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian penyuluhan menyusui

dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan ibu menyusui.

Edukasi menyusui sangat penting untuk memperoleh pengalaman

menyusui yang positif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang

menyusui. Edukasi ini mengarah pada pencapaian tujuan yaitu sukses

menyusui dengan melalui aspek seperti pemberian informasi mengenai

menyusui dan mengajarkan teknik menyusui yang benar (Riordan & Wambach,

2010). Penelitian yang dilakukan oleh Anggaseng et al., (2015) mengemukakan

61
bahwa pengetahuan ibu tentang ASI dan teknik menyusui akan mempengaruhi

keberhasilan proses menyusui dan bayi akan mendapatkan ASI dengan baik

sehingga ada hubungan antara pengetahuan dengan teknik menyusui pemberian

ASI.

Menyusui dapat dilakukan oleh semua ibu yang tidak mempunyai

masalah payudaranya. Namun, tidak semua ibu dapat melakukannya dengan

perasaan yang nyaman dan mendapatkan hasil yang efektif. Hal ini terjadi

karena terdapat berbagai faktor salah satunya adalah teknik menyusui. Teknik

menyusui yang tidak tepat mengakibatkan rendahnya hasil penilaian efektivitas

menyusui pada ibu postpartum sebelum diberikannya edukasi teknik menyusui.

Hal ini memberikan arti bahwa efektivitas menyusui bagi sebagian ibu

postpartum belum tercapai.

Pada penelitian ini, beberapa responden masih belum mencapai

efektivitas menyusui sebelum dilakukan pemberian edukasi teknik menyusui

dengan skor penialaian efektivitas <7. Meskipun demikian, sebagian besar

responden dengan skor penilaian efektivitas ≥7 yang artinya efektif, namun ada

beberapa indikator penting dari penilaian yang masih belum tercapai. Indikator

tersebut diantaranya adalah perlekatan / lacht on yang tidak tepat, bayi tertidur

yang kurang dari 2 jam, dan buang air besar yang kurang dari 2 kali dalam 24

jam.

Perlekatan yang baik dan benar merupakan salah satu indikator

efektivitas menyusui menurut Lowdermilk et al., (2013). Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa sebagian besar pada penilaian pre-test yang tidak efektif

yaitu indikator perlekatan mulut bayi pada payudara ibu yang tidak tepat.

62
Sebagian besar responden tidak mengetahui bagaimana perlekatan yang baik,

bagian payudara yang seharusnya digigit oleh bayi, dan cara agar membuat

bayi membuka mulut sehingga mulut bayi akan melekat dengan sempurna pada

bagian payudara. Selain itu cara ibu memposisikan bayinya pada saat menyusui

dapat mengganggu kenyamanan ibu pada saat menyusui. Hal ini dapat

mengakibatkna nyeri pada saat menyusui dan bahkan terjadi luka lecet pada

puting payudara ketika terjadi secara terus menerus.

Hal ini berkaitan dengan teknik menyusui yang benar. Ketika ibu

menyentuh lembut bibir bayi, bayi akan memberi respon dengan refleks

rooting alami dan berpaling dan membuka mulutnya. Puting dan sebagian

besar areola harus berada di dalam mulut bayi. Apabila mulut bayi kelihatan

tertutup, ibu apat mengangkat panggul bayi, sehingga memberikan lebih

banyak ruang untuk bernafas (Bobak et al., 1996). Meletakkan bayi di

payudara dan melepasnya dengan hati-hati, meletakkan pada posisi yang benar,

dan cara supaya bayi mengisap dengan benar memerlukan latihan, baik bagi

ibu maupun bagi bayi. Rasa nyeri biasanya merupakan tanda bahwa bayi tidak

berada dalam posisi yang benar (Lowdermilk et al., 2013).

Penilaian post-test pada indikator perlekatan mulut bayi pada payudara

yang dilakukan setelah pemberian edukasi teknik menyusui, terjadi

peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini terjadi karena responden telah

mendapatkan informasi tentang teknik menyusui yang benar.

Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa terjadi peningkatan efektivitas

menyusui yang sangat signifikan pada indikator bayi tidak rewel, tidak

menangis, serta tertidur pulas setelah menyusu. Bayi mendapatkan cukup ASI

63
dari ibu tidak akan rewel dan ceria. Selain itu bayi juga akan mudah mengantuk

serta tertidur tenang sampai terbangun kembali dan akan kembali disusui oleh

ibu. Ibu tidak memberikan jadwal menyusui pada bayinya, ibu menyusui

bayinya sesering mungkin. Umumnya ibu akan menyusui ketika bayi

terbangun dari tidurnya dan ketika bayi mulai menangis. Karena menurut ibu,

ketika bayi menangis menandakan bahwa bayi merasa lapar, sehingga ibu

merasa tidak tega untuk tidak memberikan ASI meskipun baru beberapa saat

bayi menyusu.

Menyusui sesering mungkin juga membuat ibu merasa tenang dan

rileks. Ibu yang menyusui bayinya sampai bayi merasa kenyang dan tertidur

akan merasakan ringan dan kosong pada payudaranya. Selain itu ibu juga akan

merasa haus dan mengantuk. Setelah beberapa saat, produksi ASI ibu juga

akan terjadi dan menandakan agar bayi segera disusui. Ketika ibu tidak

menyusui atau tidak mengosongkan payudaranya, maka akan terasa nyeri dan

keras pada payudaranya.

Bayi yang cukup ASInya setelah menyusu maka akan tertidur tenang

selama 2-3 jam (Bobak et al., 1996). Hal ini berhubungan dengan frekuensi

menyusui bayi. Bayi pada umumnya perlu menyusu sebayak 2 – 12 kali dalam

periode 24 jam. Pola menyusui bervariasi karena setiap bayi berbeda. Beberapa

bayi akan menyusu setiap 2 – 3 jam selama periode 24 jam. Bayi lainnya

mungkin mempunyai pola kluster, yaitu menyusu setiap jam sebanyak 3 – 5

kali, kemudian tidur 3 – 4 jam diantaranya. Menangis merupakan tanda yang

muncul di akhir, dan bayi akan menjadi gelisah jika harus menunggu terlalu

lama untuk disusui. Beberapa bayi akan tidur lelap jika kebutuhannya tidak

64
dipenuhi. Menjaga agar bayi tetap berada di dekat ibu merupakan cara terbaik

untuk mengamati respon bayi (Lowdermilk et al., 2013).

Fases bayi juga merupakan salah satu hal yang perlu diamati pada hari-

hari pertama masa menyusui. Pada penelitian ini, pola buang air bayi rata-rata

tidak teratur. Sebagian besar bayi hanya buang air sebanyak satu sampai 2 kali,

selain itu juga terdapat seorang bayi yang buang air lebih dari 10 kali dalam 24

jam. Sedangkan menurut teori, selama sebulan pertama, bayi yang disusui

biasanya buang air besar sebanyak 5 – 10 kali sehari, sering kali berhubungan

dengan waktu disusui. Pola buang air besar akan berubah perlahan, bayi yang

disusui akan terus buang air besar dari sekali setiap 2 – 3 hari. (Bobak et al.,

1996).

Menurut Lowdermilk et al., (2013) salah satu tanda menyusui yang

efektif yang dapat dipantau dari bayi adalah minimal 3 kali buang air besar dan

popok basah 6-8 kali setiap 24 jam. Sebagian besar responden pada penelitian

ini memiliki bayi yang buang air besar kurang dari 3 kali dalam 24 jam. Lain

halnya dengan frekuensi buang air kecil, rata-rata frekuensi buang air kecil

bayi pada penelitian ini sudah memenuhi dari keriteria efektivitas yaitu buang

air kecil minimal 6-8 kali dalam 24 jam.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas menyusui ibu

postpartum salah satunya adalah umur. Responden pada penelitian ini memiliki

usia dari rentan 17 tahun hingga 44 tahun. Menurut BKKBN, usia ideal untuk

hamil dan melahirkan adalah pada interval umur 20-35 tahun. Ibu yang usianya

lebih muda dari 35 tahun lebih banyak produksi ASInya dari pada ibu yang

lebih tua (Biancuzzo, 2000 dalam Budiati, 2009). Hasil penelitian yang

65
dilakukan oleh Rinata & Iflahah, (2015) memberikan gambaran bahwa

mayoritas ibu menyusui pada usia ≥19 tahun telah memasuki usia yang lebih

dewasa dan cenderung untuk berfikir lebih matang dalam malakukan perannya

sebagai orang tua khususnya dalam pemberian ASI melalui teknik yang benar

sehingga efektivitas menyusui dapat tercapai. Namun pada penelitian ini

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan teknik

menyusui yang benar. Pada penelitian ini, rentang umur responden mulai dari

umur 17-44 tahun. Pada rentang umur ini, tidak terlihat adanya perbedaan

efektivitas menyusui antara interval umur.

Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

efektivitas menyusui. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas paritas

pada penelitian ini adalah multipara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

paritas berhubungan dengan efektivitas menyusui. Berdasarkan hasil observasi,

mayoritas ibu primipara dan multipara mampu menyusui dengan dengan

efektif meskipun masih ada sebagian besar perlekatan yang kurang tepat. Hal

ini disebabkan karena ibu rajin untuk mencari tahu tentang informasi seputar

ASI dan cara menyusui yang baik dan benar, sehingga dapat mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari tentang menyusui dengan teknik yang benar dan

efektivitas menyusui dapat dicapai. Penelitian yang dilakukan di Sidoarjo

menunjukan bahwa ibu multipara akan memiliki pengalaman dalam menyusui,

dan pengalaman itu dapat dijadikan sebagai gambaran menyusui saat ini

(Rinata & Iflahah, 2015).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi teknik

menyusui dan akan memeri dampak pada efektivitas menyusui. Dari data

66
penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan ibu adalah SMA dan

sebagian besar mampu menyusui dengan posisi dan perlekatan yang baik,

meskipun dalam jumlah sedikit terdapat ibu dengan latar belakang pendidikan

SMA yang menyusui bayinya dengan tidak efektif. Tingkatan pendidikan

seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon, semakin ibu

berpendidikan tinggi maka akan memberikan respon yang lebih rasional

terhadap informasi yang ada. Ibu berpendidikan SD dan SMP sebagian besar

mampu menyusui dengan posisi dan perlekatan yang cukup dan mempunyai

gambaran menyusui dari pengalaman dan informsi dari petugas kesehatan

maupun orang-orang disekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rinata,

Rusdyati, & Sari, (2016) juga menyatakan bahwa ada pengaruh antara tingkat

pendidikan dengan teknik menyusui posisi, perlekatan dan keefektifan

menghisap pada ibu menyusui.

Pada penelitian ini, terdapat responden yang tidak berhasil mencapai

keefektivan menyusui baik sebelum dilakukan edukasi teknik menyusui

maupun setelah edukasi teknik menyusui. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor baik itu dari faktor ibu maupun faktor bayi. Dari hasil observasi

yang dilakukan peneliti, indikator efektivitas menyusui yang tidak tercapai

yaitu ibu tidak merasakan kosong pada payudara pada saat setelah menyusui,

ibu tidak merasa rileks setelah manyusui, terdapat luka pada puting payudara

ibu, bayi rewel serta jam tidur bayi yang singkat, bayi tampak kelelahan dan

tidak bergairah serta terdapat bintik bintik merah di permukaan kulit bayi.

Kondisi bayi yang kurang seha juga akan berpengaruh terhadap ketidak

efektivan menyusui ibu. Bayi yang kurang sehat akan mengalami penurunan

67
nafsu untuk menyusu, sehingga bayi tidak menyusu hingga kenyang. Kondisi

ini akan menyebabkan payudara ibu tidak kosong setelah menyusui sehingga

ibu tidak merasakan rileks karena ASI masi tertampung pada payudara dan ASI

juga tetap di produksi dan akan terjadi pengerasan dan nyeri pada payudara ibu.

C. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi hambatan serta keterbatasan yang

peneliti alami:

1. Puskesmas tempat meneliti sedang dalam proses perbaikan dan untuk

sementara pindah ke tempat yang kurang kondusif sehingga sedikit

responden yang datang untuk melahirkan di Puskesmas Batua.

2. Beberapa ibu postpartum yang bersalin di Puskesmas Batua tidak

bersedia menjadi repoden.

3. Beberapa responden didropout dikarenakan responden tersebut

menggunakan susu formula untuk bayinya.

4. Terdapat reponden yang tidak ditemukan alamatnya.

68
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap

ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua dapat disimpulkan bahwa :

1. Mayoritas responden di Wilayah Kerja Puskesmas Batua adalah seorang

ibu rumah tangga dengan suku Makassar dan tingkat pendidikan SMA.

Usia rata-rata ibu postpartum di wilayah ini adalah 30 tahun dengan

status kesehatan yang baik, jenis persalinan sebagian besar yaitu

persalinan pervaginam dan paritas yang paling tinggi adalah multipara.

2. Efektivitas menyusui ibu postpartum sebelum diberikan intervensi

edukasi teknik menyusui sudah efektif namun belum maksimal.

3. Efektivitas menyusui ibu postpartum setelah diberikan intervensi edukasi

teknik mengalami peningkatan efektivitas menyusui.

4. Ada pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap efektivitas menyusui

ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua. Dalam hal ini terjadi

peningkatan nilai indikator efektivitas menyusui setelah dilakukan

edukasi teknik menyusui.

B. Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan

agar intansi pelayanan kesehatan mengadakan penyuluhan edukasi teknik

menyusui terhadap ibu postpartum.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan edukasi yang lebih

kompleks mengenai ASI dan menyusui sehingga efektivitas dapat lebih

maksimal tercapai.

69
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan memberikan edukasi pada masa prenatal.

4. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mengkaji status gizi reponden.

5. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mengkaji tingkat depresi responden.

6. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mengkaji lebih banyak karakteristik

responden yang diteliti.

70
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., & Syahrir, S. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan teknik
menyusui pada ibu menyusui di puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
Al-Sihah : Public Health Science Journal, 8, 130–138.

Anggaseng, W., Tandipajung, T., & Rumende, R. (2015). Hubungan pengetahuan


dan sikap ibu primipara dengan teknik menyusui dalam pemberian ASI RSU
Budi Mulia Bitung. Buletin Sariputra, 5(3), 44–53.

Astuti, S. L. D., & Surasmi, A. (2016). Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang


menyusui dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan ibu menyusui di
Rumah Bersalin WIlayah Banjarsari Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, 5(2), 110–237.

Bobak, I. M., Lowdermilk, L. D., & Jensen, M. D. (1996). Buku ajar keperawatan
maternitas. (S. E. Perry, Ed.) (4th ed.). Terjemahan oleh Maria A. Wijayarni
& Peter I. Anugrah. Jakarta: EGC.

Budiati, T. (2009). Efektifitas pemberian paket “sukses ASI” terhadap produksi


ASI ibu menyusui dengan seksio sesarea di wilayah Depok Jawa Barat. Tesis
tidak diterbitkan. Jakarta: Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Maternitas Program Pasca Sarjana fakultas Keperawatan
Universitas Indonesia.

Contesa, L. (2012). Pelaksanaan posisi menyusui yang benar sebagai upaya


mencegah terjadi puting susu lecet di Rumah Bersalin Citra tahun 2012.
Jurnal Kesehatan Bina Husada, 8(3), 106–111.

Glaser, D. B., Roberts, K. J., Grosskopf, N. A., & Basch, C. H. (2015). An


evaluation of the effectiveness of school-based breastfeeding education.
SAGE Journal Of Human Lactation, 1–7.
https://doi.org/10.1177/0890334415595040

Infodatin. (2014). Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.

Isyti’aroh, Nizmah F, N., & Rejeki, H. (2015). Paket edukasi breast dan
pengaruhnya terhadap kesuksesan ibu primipara dalam menyusui. The 2nd
University Research Coloquium, 2(2011), 563–569.

Kuswanti, I. (2014). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keterampilan


menyusui pada ibu post partum ditinjau dari paritas. Jurnal Kesehatan
Samodra Ilmu, 5(2).

Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2013). Keperawatan maternitas.


Terjemahan oleh Felicia Sidartha & Anesia Tania. Singapura: Elsevier.

71
Mbada, C. E., Olowookere, A. E., Faronbi, J. O., Oyinlola-aromolaran, F. C.,
Faremi, F. A., Ogundele, A. O., … Augustine, O. A. (2013). Knowledge ,
attitude and techniques of breastfeeding among Nigerian mothers from a
semi-urban community. BMC Research Notes, 6(552), 1–8.

Nagtalon, J., & Ramos. (2014). Kesehatan ibu & bayi baru lahir: pedoman untuk
perawat dan bidan. (R. Astikawati & E. K. Dewi, Eds.). Jakarta: Erlangga.

Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013). Efektivitas comprehensive breastfeeding


education terhadap keberhasilan pemberian air Susu ibu postpartum. PSIK
FKIK UIN Syarif Hidayatullah, 1(2), 88–98.

Nursalam, & Efendi, F. (2012). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Onah, S., Ignatius, D., Osuorah, C., Ebenebe, J., & Ezechukwu, C. (2014). Infant
feeding practices and maternal socio-demographic factors that influence
practice of exclusive breastfeeding among mothers in Nnewi South-East
Nigeria : a cross-sectional and analytical study. International Breastfeeding
Journal, 9(6), 1–10.

Pillitteri, A. (1995). No Title maternal & child health nursing: care of the
childbearing and childrearing family. J.B. Lippincot Company.

Pradanie, R. (2015). Paket dukungan terhadap breastfeeding self efficacy dan


keberhasilan menyusui pada ibu postpartum. Jurnal Ners, 10(1), 20–29.

Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2010). Kapita selekta ASI & menyusui.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Rinata, E., & Iflahah, D. (2015). Teknik menyusui yang benar ditinjau dari usia
ibu, paritas, usia gestasi dan berat badan lahir di rsud sidoarjo. Midwiferia,
1(1), 51 – 59.

Rinata, E., Rusdyati, T., & Sari, P. A. (2016). Teknik menyusui posisi, perlekatan
dan keefektifan menghisap-studi pada ibu menyusui di RSUD Sidoarjo.
Temu Ilmiah Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 128–139.

Riordan, J. & Wambach, K., (2010). Breastfeeding and human lactation. 4 ed.
Sudbury : Jones and Bartlett Publishers5.
https://books.google.co.id/books?id=eNHQA7VZLvcC&printsec=frontcover
&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Riskesdas. (2013). Riset kesehatan dasar. Kementrian Kesehatan RI.

Rosali, N. A. (2016). Gambaran efektifitas menyusui ibu postpartum di rumah


sakit bersalin Bahagiah Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:

72
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hsanuddin.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (N. Yesdelita, Ed.)
(6th ed.). Terjemahan Bram U. Pendit. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih. (1997). ASI: petunjuk unutk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2014). Metode penelitan kuantitatif, kualitatif,dan kombinasi (mixed


methods). Bandung: ALVABETA.

Suryaningsih, C. (2012). Pengaruh demonstrasi dan pendampingan menyusui


terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI. Tesis tiidak
diterbitkan. Depok: Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan
Maternitas Program Pasca Sarjana fakultas Keperawatan Universitas
Indonesia.

73
LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Informasi Penelitian

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengaruh Support edukasi teknik menyusui Yang Benar

Terhadap Efektivitas Menyusui Ibu Postpartum di

Wilayah Kerja Puskesmas Batua

Penelit : Miftahul Janna

NIM : C12114016

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran Universitas Hasanuddin

Pembimbing : 1. Nurmaulid, S.Kep., Ns., M.Kep

2. Mulhaeriah, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat.

Berdasarkan hal tersebut, saya sebagai peneliti memohon kesediaan ibu secara

sukarela untuk dapat berpasrtisipasi sebagai responden dalam penelitian ini. ibu

berhak memutuskan untuk ikut serta tau tidak dalam penelitian ini, karena tidak

ada dampak apapun saat ibu menolak keikutsertaan penelitian ini. adapun tujuan,

manfaat dan prosedur dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian:

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh support edukasi

teknik menyusui yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpatum.

2. Manfaat penelitian:

Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah memberikan program dan

strategi dalam memberikan informasi dan pelaksanaan teknik pemberian


ASI yang benar pada ibu dan bayi, melalui demonstrasi dan pendampingan, untuk
meningkatkan kemampuan ibu dalam pemberian ASI bagi bayinya.

3. Prosedur penelitian:

a. Pengumpulan data Pre-test

1) Peneliti menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan

2) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan dan

meminta kesediaan calon responden agar berpartisipasi dalam

penelitian dengan menandatangani informed consent.

3) Memberikan pre-test kepada ibu yang bersedia menjadi responden

pada hari ke-2 setelah melahikan.

b. Pemberian intervensi support edukasi teknik menyusui

1) Pada hari ketiga setelah melahirkan, peneliti memberikan

pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode demonstrasi

mengenai teknik menyusui yang baik dan benar menggunakan

manekin bayi, serta dilengkapi dengan media video tentang

perlekatan bayi pada puting. Ibu diberi kesempatan untuk bertanya

dan menjawab pertanyaan yang disampaikan peneliti.

2) Pada hari ketiga setelah dilakukan pemberian intervensi, peneliti

melakukan pendampingan menyusui pada ibu.

c. Pengumpulan data Post-test

Setelah 7 hari pasca intervensi dilakukan post-test untuk menilai

kemampuan ibu dalam memberika ASI menggunakan teknik

menyusui yang benar dan melihat efektivitas menyusui yang dinilai

dari ibu dan bayi.

1
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian dan semua informasi yang

ibu berikan selama penelitian ini, karena dalam laporan hasil penelitian ini peneliti

tidak mencantumkan apapun yang berkaitan dengan identitas ibu. Akan tetapi,

peneliti hanya akan menggunakan inisial/kode responden saat menjelaskan

sumber informasi dalam laporan hasil penelitian.

Tidak ada pengaruh yang merugikan bagi ibu dalam penelitian ini, karena

tidak ada perlakuan khusus yang peneliti lakukan pada ibu, melainkan hanya

menilai bagaimana motivasi dan kemampuan ibu sebelum dan sesudah diberikan

demonstrasi dan pendampingan menyusui. Laporan hasil penelitian ini akan

dilporkan dan diserahkan pada fakultas ilmu keperawatan, Universitas

Hasanuddin. Peneliti juga akan memberikan laporan hasil penelitian ini bila ibu

menginginkannya.

Demikian penjelasan singkat tentang penelitian ini. untuk selanjutnya

apabila ibu berkenan untuk ikut serta sebagai responden dalam penelitian ini,

silahkan menandatangani lembar persetujuan penelitian pada halaman berikutnya.

Terimakasih

Makassar, Januari 2018

Peneliti,

Miftahul Jannah
Lampiran 2. Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama (Inisial) :

Menyatakan bahwa :

1. Telah mendapat penjelasan tetang penelitian “Pengaruh Support edukasi

teknik menyusui Yang Benar Terhadap Efektivitas Menyusui Ibu

Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Batua”

2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan menerima penjelasan dari

peneliti.

3. Memahami tujuan, manfaat dan dampak yang kemungkinan terjadi akibat

penelitian.

Dengan pertimbangan diatas, dengan ini saya menyatakan tanpa paksaan dari

pihak manapun, bahwa saya bersedia/tidak bersedia berpartisipasi sebagai

responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.

Makassar, Januai 2018

Yang membuat pernyataan

Responden
Kode responden
Lampiran 3. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

Kode Responden

A. Kuesioner Data Demografi


Petunjuk pengisian Lembar kuesioner (diisi oleh kolektor data)

Tulislah jawaban anda pada tempat kosong yang sudah disediakan

1. Umur klien :............................tahun


2. Alamat lengkap :...................................................................................
3. Telepon/HP :...................................................................................
4. Paritas
○ G :............. ○ P :.................. ○ A :.................
5. Jenis persalinan
○ Persalinan secara langsung ○ Seksio sesarea
6. Status kesehatan bayi
○ Sehat ○ Tidak sehat :..................
7. Status kesehatan ibu
○ Sehat ○ Tidak sehat :..................
8. Pendidikan ibu
○ Tidak tamat SD ○ SD
○ SMP ○ SMA ○ PT :......................
9. Suku ibu
○ Bugis ○ Makassar ○ Toraja
○ Mandar ○ Lainnya
10. Pekerjaan ibu:
...................................................................................................................
B. Lembar Observasi Efektivitas Menyusui

Berilah tanda centang (√) pada kolom-kolom di bawah ini untk menilai

banyaknya BAK dan BAB bayi ibu, lakukan check list di setiap kali bayi BAK

dan BAB!

Hari I

Tanggal :.................................................................

Penilaian pada bayi

1. Jumlah BAK bayi dalam 24 jam :........................... kali

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

2. Karakteristik BAK

○ Kuning Jernih ○ Pekat

3. Jumlah BAB bayi dalam 24 jam :............................... kali

1 2 3 4 5 6 7 8

4. Karakteristik BAB

○ Hijau Kecoklatan ○ Kuning emas ○ Pucat

5. Rata-rata jam tidur bayi setiap kali habis menyusui

○ < 2 jam ○ 2 – 3 jam ○ > 3 jam

6. Frekuensi bayi menyusui

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

○13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

7. Berat badan bayi (diukur pada hari ke tiga intervensi)


○ Naik ○ Turun <10% ○ Turun> 15%

○ Turun <10% - 15% ○ Sama dengan berat badan lahir

8. Keadaan turgor kulit bayi

○ Baik ○ Tidak Baik

Penilaian pada ibu dan bayi

No Aspek yang di nilai Observasi Wawancara


1 ASI mulai banyak keluar pada hari ke-3 dan 4
2 Payudara Ibu terasa kosong, lunak serta ringan saat
setelah menyusui bayinya
3 Ibu merasakan rasa seperti ditarik pada puting saat
diisap, namun tanpa rasa nyeri (refleks let-down)
4 Ibu merasa sangat rileks dan mengantuk setelah
menyusui
5 Ibu merasakan haus setelah menyusui
6 Frekuensi menyusui bayi dalam sehari (6-8 kali/hari)
atau setiap saat bayi meminta
7 Perlekatan / Latch On dengan baik dan benar
8 Ibu tidak memiliki luka pada puting (puting lecet)
9 Bayi tidak rewel, menangis, serta tertidur pulas setelah
menyusu
10 Bayi bergerak aktif, mata cerah, mulut dan bibir tampak
cerah
11 Bayi menyusu kurang lebih 15-30 menit dan
menunjukkan tanda-tanda haus (menghisap jari dan
mencai-cari payudara) setelah interval kurang lebih 2-3
jam kemudian
12 Bayi menelan susunya dengan memperdengarkan suara
saat adanya gerakan yang kuat dan berirama dari rahang
bawah bayi (mulut terbuka-jeda-gerakan seperti
menghisap)
13 Bayi memiliki 6-8 kali popok basah perharinya dan
mulai BAB teratur (hari pertama feses gelap dan lengket
lalu akan berubah kuning)
Lampiran 4

Protokol Penelitian Edukasi Teknik Menyusui

A. Nama Kegiatan

Support edukasi teknik menyusui

B. Tujuan

Untuk memberikan pengetahuan mengenai teknik menyusui sehingga dapat

meningkatkan efektivitas menyusui bagi ibu postpartum.

C. Alat dan bahan

1. Manekin bayi

2. Laptop

3. Video perlekatan bayi pada puting dan payudara ibu

4. Video posisi menyusui

5. Lembar SAP

D. Prosedur Penelitian

1. Langkah pertama

a. Menentukan dan menemui sampel yang dilakukan di ruang

bersalin di Puskesmas Batua.

b. Memberi salam pembuka

c. Memperkenalkan diri

d. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan penelitian

e. Meminta persetujuan sebagai responden

f. Meminta alamat lengkap responden

g. Mengisi data demografi responden yang telah menandatangani

lembar informed consent.


2. Langkah kedua

Memberikan pre-test kepada ibu yang bersedia menjadi responden

yang dilakukan di rumah pasien pada hari ke 5-10 setelah persalinan.

Pretest yang diberikan yaitu:

1) Melakukan penimbangan berat badan bayi

2) Melakukan inspeksi pada turgor kulit bayi

3) Melakukan wawancara pada responden mengenai

karakteristik dan frekuensi BAB dan BAK bayi serta

keadaan umum ibu saat menyusui.

4) Melakukan observasi pada saat responden memperagakan

teknik menyusui di depan peneliti

3. Langkah ketiga

Memberikan intervensi edukasi teknik menyusui yang dilakukan pada

hari ke 5-10 pasca persalinan di rumah responden:

1) Edukasi posisi menyusui

Edukasi ini diberikan dengan menggunakan metode

demonstrasi yang diperagakan oleh peneliti dengan

menggunakan manakin bayi dan dilengkapi dengan video

posisi menyusui yang diambil dari youtube

https://www.youtube.com/watch?v=_GyRUjHuofU&t=72s

2) Edukasi perlekatan bayi pada payudara ibu

Edukasi ini diberikan dengan menggunakan media video

mengenai perlekatan yang baik. Video ini diambil dari youtube

dengan alamat
https://www.youtube.com/watch?v=UZW2An6SOYs

3) Edukasi teknik menyusui

Pemberian edukasi teknik menyusui menggunakan metode

ceramah dengan materi yang diadaptasi dari berbagai referensi

Bobak et al., (1996), Lawdermilk et al., (2013), dan

Proverawati & Rahmawati, (2010).

4. Langkah keempat

Meminta ibu mengisi lembar observasi frekuensi BAB, BAK

dan frekuensi menyusui serta karakteristiknya yang diisi selama 6 hari.

Selanjutnya tahap terminasi dan melakukan kontrak waktu untuk

pertemuan selanjutnya.

5. Langkah kelima

Melakukan pendampingan menyusui pada hari ketiga setelah

diberikan edukasi.

6. Langkah keenam

Memberikan postet pada hari ketujuh setelah dilakukan

intervensi edukasi teknik menyusui untuk menilai efektifitas menyusui

responden dengan menggunakan lembar observasi.


Lampiran 5

Master Tabel

Karakteristik Responden

STATUS STATUS
UMUR JENIS
NO/KODE INISIAL PARITAS KESEHATAN KESEHATAN PENDIDIKAN SUKU PEKERJAAN
(TAHUN) PERSALINAN
BAYI IBU
1 HM 36 Multipara SC Sehat Sehat SMA Bugis Wiraswasta
2 HR 24 Primipara Pervaginam Sehat Sehat SD Makassar IRT
3 SC 22 Primipara Pervaginam Sehat Sehat SMA Bugis IRT
4 NH 37 Multipara Pervaginam Sehat Sehat SMP Makassar IRT
5 RS 28 Multipara SC Sehat Sehat SMP Makassar IRT
6 ID 44 Grandemulitipara Pervaginam Sehat Sehat SMA Bugis IRT
7 RM 31 Multipara Pervaginam Sehat Sehat SMP Makassar IRT
8 HYT 31 Multipara SC Sehat Sehat SMA Makassar Penjahit
9 SN 33 Multipara Pervaginam Sehat Sehat SMP Jawa IRT
10 HYN 29 Multipara Pervaginam Sehat Sehat SMA Makassar IRT
11 MR 23 Primipara Pervaginam Sehat Sehat SMA Makassar IRT
12 RM 17 Primipara Pervaginam Sehat Sehat SD Bugis IRT
13 SP 39 Grandemulitipara Pervaginam Sehat Sehat SMA Makassar IRT
14 RN 37 Multipara Pervaginam Sehat Sehat SMA Bugis Wiraswasta
15 IF 23 Multipara Pervaginam Sehat Sehat PT Jawa Mahasiswa

1
Efektivitas Menyusui Pre-test Post-test Total
Kode Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pre Post
1. ASI mulai ban1k keluar pada hari ke-3
dan ke-4 pasca persalinan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 15
2. Payudara Ibu terasa kosong, lunak serta
ringan saat setelah menyusui bayin1
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 13
3. Ibu merasakan rasa seperti ditarik pada
puting saat diisap, namun tanpa rasa nyeri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 15
(refleks let-down)
4. Ibu merasa sangat rileks dan mengantuk
setelah menyusui
1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7 12
5. Ibu merasakan haus setelah menyusui 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 14
6. Frekuensi menyusui bayi dalam sehari (6-
8 kali/hari) atau setiap saat bayi meminta
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12 14
7. Perlekatan / Latch On dengan baik dan
benar
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12
8. Ibu 0 memiliki luka pada puting (puting
lecet)
1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 14
9. Bayi 0 rewel, menangis, serta tertidur
pulas setelah menyusu
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 2 7
10 Bayi bergerak aktif, mata cerah, mulut
dan bibir tampak cerah
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 14
11. Bayi menyusu kurang lebih 15-30 menit
dan menunjukkan tanda-tanda haus
(menghisap jari dan mencai-cari 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 14 25
payudara) setelah interval kurang lebih 2-
3 jam kemudian
12. Bayi menelan susun1 dengan
memperdengarkan suara saat adan1
gerakan 1ng kuat dan berirama dari 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 15 27
rahang bawah bayi (mulut terbuka-jeda-
gerakan seperti menghisap)
13. Bayi memiliki 6-8 kali popok kain basah
atau lebih dari 5-6 kali pospak basah
setiap harin1dan mulai BAB teratur (hari 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 2 10 12
pertama feses gelap dan lengket lalu akan
berubah kuning)

Keterangan:

1. Karakteristik Responden
a) Jenis Persalinan : 1= Pervaginam
a) Suku 1= Makassar
2= SC
2=Bugis
b) Status Kesehatan 0=Tidak Sehat
3= Toraja
1=Sehat
4=Mandar
c) Pendidikan 1= Tidak tamat SD
5=Lainnya
2= SD
b) Pekerjaan
3= SMP
1=Tidak Bekerja
4=SMA
2=Bekerja
5=PT
2. Aspek Penilaian Menyusui
0= Tidak Efektif
1 = Efektif
Penilaian
Efektivitas Pre-test Post-test Total
menyusu Bayi
Kode Pre- Post-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Test test
responden
Frekuensi BAK 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 14
Karakteristik 15 15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
BAK
Frekuensi BAB 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 12
Karakteristik 15 14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
BAB
Frekuensi 12 14
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
Menyusui
Rata-rata Jam 2 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1
tidur
Berat Badan 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 15
Turgor Kulit 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 15

Keterangan :

Aspek Penilaian Menyusui

0 = Tidak Efektif
1 = Efektif
Data Demografi

FREQUENCIES VARIABLES=UMUR PARITAS PERSALINAN SKB SKI PENDIDIKAN SUKU


PEKERJAAN
/NTILES=4

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN


/ORDER=ANALYSIS.
Notes
Output Created 14-FEB-2018 19:22:31
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 15
Missing Value Definition of Missing User-defined missing values are treated as
Handling missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=UMUR
PARITAS PERSALINAN SKB SKI
PENDIDIKAN SUKU PEKERJAAN
/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM
MAXIMUM MEAN MEDIAN
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.01

[DataSet0]
Statistics
PERSALI PENDIDIK PEKERJAA
UMUR PARITAS NAN SKB SKI AN SUKU N
N Valid 15 15 15 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 30.27 2.67 1.20 1.00 1.00 3.53 2.07 1.33
Median 31.00 3.00 1.00 1.00 1.00 4.00 2.00 1.00
Std. Deviation 7.526 1.496 .414 .000 .000 .834 1.280 .488
Minimum 17 1 1 1 1 2 1 1
Maximum 44 6 2 1 1 5 5 2
Percentiles 25 23.00 1.00 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00 1.00
50 31.00 3.00 1.00 1.00 1.00 4.00 2.00 1.00
75 37.00 3.00 1.00 1.00 1.00 4.00 2.00 2.00
Frequency Table

UMUR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 17 1 6.7 6.7 6.7
22 1 6.7 6.7 13.3
23 2 13.3 13.3 26.7
24 1 6.7 6.7 33.3
28 1 6.7 6.7 40.0
29 1 6.7 6.7 46.7
31 2 13.3 13.3 60.0
33 1 6.7 6.7 66.7
36 1 6.7 6.7 73.3
37 2 13.3 13.3 86.7
39 1 6.7 6.7 93.3
44 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

PARITAS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 4 26.7 26.7 26.7
2 3 20.0 20.0 46.7
3 5 33.3 33.3 80.0
4 1 6.7 6.7 86.7
5 1 6.7 6.7 93.3
6 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

PERSALINAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PERVAGINAM 12 80.0 80.0 80.0
SEKSIO SESAREA 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

Status Kesehatan Bayi


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SEHAT 15 100.0 100.0 100.0

Status kesehatan ibu


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SEHAT 15 100.0 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 2 13.3 13.3 13.3
SMP 4 26.7 26.7 40.0
SMA 8 53.3 53.3 93.3
PT 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

SUKU
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BUGIS 5 33.3 33.3 33.3
MAKASSAR 8 53.3 53.3 86.7
JAWA 2 13.3 13.3 100.0
Total 15 100.0 100.0

PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK BEKERJA 10 66.7 66.7 66.7
BEKERJA 5 33.3 33.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
Uji Normalitas

EXAMINE VARIABLES=pre post

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT


/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

Explore

Notes
Output Created 14-FEB-2018 20:58:42
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 15
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent
variables are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing
values for any dependent variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=pre post
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:01.95
Elapsed Time 00:00:01.47

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre Test 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Post Test 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Pre Test Mean 7.40 .349
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 6.65
Upper Bound 8.15
5% Trimmed Mean 7.39
Median 7.00
Variance 1.829
Std. Deviation 1.352
Minimum 5
Maximum 10
Range 5
Interquartile Range 2
Skewness .144 .580
Kurtosis -.347 1.121
Post Test Mean 11.27 .441
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 10.32
Upper Bound 12.21
5% Trimmed Mean 11.46
Median 11.00
Variance 2.924
Std. Deviation 1.710
Minimum 6
Maximum 13
Range 7
Interquartile Range 1
Skewness -2.160 .580
Kurtosis 6.517 1.121

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Pre Test .150 15 .200 .960 15 .692
Post Test .305 15 .001 .753 15 .001
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji statistik non parametrik test uji wilcoxon

NPAR TESTS

/WILCOXON=Pretest WITH Posttest (PAIRED)


/SIGN=Pretest WITH Posttest (PAIRED)
/MCNEMAR=Pretest WITH Posttest (PAIRED)
/MH=Pretest WITH Posttest (PAIRED)
/STATISTICS DESCRIPTIVES QUARTILES
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(15).
NPar Tests
Descriptive Statistics
Percentiles
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 25th 50th (Median) 75th
Pretest 15 7.4000 1.35225 5.00 10.00 6.0000 7.0000 8.0000
Posttest 15 11.2667 1.70992 6.00 13.00 11.0000 11.0000 12.0000

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest - Pretest Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 15b 8.00 120.00
Ties 0c
Total 15
a. Posttest < Pretest
b. Posttest > Pretest
c. Posttest = Pretest
Test Statisticsa,c
Posttest - Pretest
Z -3.436b
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .000
95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .181
Monte Carlo Sig. (1-tailed) Sig. .000
95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .181
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
c. Based on 15 sampled tables with starting seed 926214481.
Sign Test

Frequencies
N
a
Posttest - Pretest Negative Differences 0
Positive Differencesb 15
c
Ties 0
Total 15
a. Posttest < Pretest
b. Posttest > Pretest
c. Posttest = Pretest

Marginal Homogeneity Test


Pretest & Posttest
Distinct Values 9
Off-Diagonal Cases 15
Observed MH Statistic 111.000
Mean MH Statistic 140.000
Std. Deviation of MH Statistic 8.031
Std. MH Statistic -3.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. (1-tailed) .000
Point Probability .000
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
efektivitas * pendidikan 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
efektivitas * paritas 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
efektivitas * suku 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
efektivitas * pekerjaan 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
efektivitas * jenis persalinan 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%

efektivitas * pendidikan
Crosstab
pendidikan
SD SMP SMA PT Total
efektivitas tidak efektif Count 1 1 2 0 4
% within efektivitas 25.0% 25.0% 50.0% 0.0% 100.0%
% within pendidikan 50.0% 25.0% 25.0% 0.0% 26.7%
% of Total 6.7% 6.7% 13.3% 0.0% 26.7%
Standardized Residual .6 -.1 -.1 -.5
efektif Count 1 3 6 1 11
% within efektivitas 9.1% 27.3% 54.5% 9.1% 100.0%
% within pendidikan 50.0% 75.0% 75.0% 100.0% 73.3%
% of Total 6.7% 20.0% 40.0% 6.7% 73.3%
Standardized Residual -.4 .0 .1 .3
Total Count 2 4 8 1 15
% within efektivitas 13.3% 26.7% 53.3% 6.7% 100.0%
% within pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 13.3% 26.7% 53.3% 6.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square .937a 3 .816
Likelihood Ratio 1.129 3 .770
Linear-by-Linear Association .630 1 .427
N of Valid Cases 15
a. 7 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .27.
Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
a b
Value Error Approximate T Significance
Interval by Interval Pearson's R .212 .251 .783 .448c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .191 .250 .703 .494c
N of Valid Cases 15
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

efektivitas * paritas
Crosstab
paritas
Primipara Multipara Grandmultipara Total
efektivitas tidak efektif Count 1 1 2 4
% within efektivitas 25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
% within paritas 25.0% 11.1% 100.0% 26.7%
% of Total 6.7% 6.7% 13.3% 26.7%
Standardized Residual -.1 -.9 2.0
efektif Count 3 8 0 11
% within efektivitas 27.3% 72.7% 0.0% 100.0%
% within paritas 75.0% 88.9% 0.0% 73.3%
% of Total 20.0% 53.3% 0.0% 73.3%
Standardized Residual .0 .5 -1.2
Total Count 4 9 2 15
% within efektivitas 26.7% 60.0% 13.3% 100.0%
% within paritas 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 26.7% 60.0% 13.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.619a 2 .037
Likelihood Ratio 6.620 2 .037
Linear-by-Linear Association 1.957 1 .162
N of Valid Cases 15
a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .53.
Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
Value Errora Approximate Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R -.374 .286 -1.454 .170c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.339 .312 -1.299 .217c
N of Valid Cases 15
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

efektivitas * suku
Crosstab
suku
Bugis Makassar 5.00 Total
efektivitas tidak efektif Count 2 2 0 4
% within efektivitas 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
% within suku 40.0% 25.0% 0.0% 26.7%
% of Total 13.3% 13.3% 0.0% 26.7%
Standardized Residual .6 -.1 -.7
efektif Count 3 6 2 11
% within efektivitas 27.3% 54.5% 18.2% 100.0%
% within suku 60.0% 75.0% 100.0% 73.3%
% of Total 20.0% 40.0% 13.3% 73.3%
Standardized Residual -.3 .1 .4
Total Count 5 8 2 15
% within efektivitas 33.3% 53.3% 13.3% 100.0%
% within suku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 53.3% 13.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 1.193 2 .551
Likelihood Ratio 1.670 2 .434
Linear-by-Linear Association 1.069 1 .301
N of Valid Cases 15
a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .53.
Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
Value Errora Approximate Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R .276 .135 1.037 .319c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .271 .221 1.015 .329c
N of Valid Cases 15
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

efektivitas * pekerjaan
Crosstab
pekerjaan
tidak bekerja bekerja Total
efektivitas tidak efektif Count 4 0 4
% within efektivitas 100.0% 0.0% 100.0%
% within pekerjaan 40.0% 0.0% 26.7%
% of Total 26.7% 0.0% 26.7%
Standardized Residual .8 -1.2
efektif Count 6 5 11
% within efektivitas 54.5% 45.5% 100.0%
% within pekerjaan 60.0% 100.0% 73.3%
% of Total 40.0% 33.3% 73.3%
Standardized Residual -.5 .7
Total Count 10 5 15
% within efektivitas 66.7% 33.3% 100.0%
% within pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.727 1 .099
b
Continuity Correction 1.065 1 .302
Likelihood Ratio 3.937 1 .047
Fisher's Exact Test .231 .154
Linear-by-Linear Association 2.545 1 .111
N of Valid Cases 15
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
a b
Value Error Approximate T Significance
Interval by Interval Pearson's R .426 .129 1.700 .113c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .426 .129 1.700 .113c
N of Valid Cases 15
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

efektivitas * jenis persalinan


Crosstab
jenis persalinan
pervaginam seksio sesarae Total
efektivitas tidak efektif Count 4 0 4
% within efektivitas 100.0% 0.0% 100.0%
% within jenis persalinan 33.3% 0.0% 26.7%
% of Total 26.7% 0.0% 26.7%
Standardized Residual .4 -.9
efektif Count 8 3 11
% within efektivitas 72.7% 27.3% 100.0%
% within jenis persalinan 66.7% 100.0% 73.3%
% of Total 53.3% 20.0% 73.3%
Standardized Residual -.3 .5
Total Count 12 3 15
% within efektivitas 80.0% 20.0% 100.0%
% within jenis persalinan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.364a 1 .243
b
Continuity Correction .192 1 .661
Likelihood Ratio 2.121 1 .145
Fisher's Exact Test .516 .363
Linear-by-Linear Association 1.273 1 .259
N of Valid Cases 15
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .80.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
Value Errora Approximate Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R .302 .110 1.140 .275c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .302 .110 1.140 .275c
N of Valid Cases 15
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Lampiran 6

DOKUMEN PERIZINAN
Lampiran 6

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai