Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pengkajian sampai dengan


pendokumentasian. Sehingga dapat diketahui adanya kesenjangan antara teori
dengan penatalaksanaan tindakan asuhan keperawatan dalam kasus nyata. Selain
itu pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor penghambat dan
pendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan An. H dengan kasus
hidrocefalus.

4.1.Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian kepada An. H pada tanggal 12 November


2018 dengan menggunakan metode observasi, anamnesa, pemeriksaan fisik
dan studi dokumentasi baik perawatan maupun medis. Pengkajian melalui
anamnesa dilakukan pada Ny.S selaku ibu An.H. Dari pengkajian didapatkan
data kepala klien yang semakin membesar dan tidak dapat menggerakan
kepalanya. Lingkar kepala klien adalah 45 cm. Menurut teori Rickham (2003)
manifestasi klinis hidrocefalus meliputi pembesaran kepala abnormal.
Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm. Dari hasil observasi
didapatkan kepala tampak menonjol. Hal ini juga sesuai dengan teori Darsono
(2005) yang mengatakan kepala bisa berukuran normal dengan fontanela
anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior-posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.

Menurut teori hidrosefalus terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu;


produksi cairan yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran cairan,
peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi dari tiga mekanisme diatas
adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi.Tanda – tanda peningkatan tekanan
intracranial antara lain muntah, gelisah, menangis dengan suara tinggi,
peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor, peningkatan
tonus otot ekstrimitas, dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-
pembuluh darah terlihat jelas, alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera
telihat seolah-olah di atas iris, bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”,
strabismus, nystagmus, atropi. Hal ini sesuai dengan keadaan An.A yang
tampak gelisah dan menangis.

4.2. Diagnosa

Pada kasus hidrocefalus ini penulis mengangkat diagnosa gangguan rasa


nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial,
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penumpukan cairan di kepala,
resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Sesuai teori, secara
umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di
bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari
ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila
ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran
normal. Makrokrania merupakan salah satu tanda dimana ukuran kepala lebih
besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal atau persentil 98 dari
kelompok usianya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial
dan menyebabkan empat gejala hipertensi intrakranial yaitu fontanel anterior
yang sangat tegang (37%), sutura tampak atau teraba melebar, kulit kepala
licin, dan sunset phenomenon dimana kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan
kelopak mata atas tertarik. Gejala hipertensi intrakranial ini mencakup nyeri
kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan gejala gangguan batang otak
(bradikardia, aritmia respirasi) (Darsono, 2005).

Menurut Santrock (2016) gangguan rasa nyaman: nyeri merupakan


fenomena kompleks yang paling sulit dipahami neonatus. Oleh sebab itu
diperlukan penanganan terhadap nyeri pada neonatus. nyeri dapat dilihat dari
respon nyeri dan lamanya tangisan neonatus. Rasa nyeri yang dirasakan
neonatus saat dilakukan prosedur invasif disampaikan melalui tangisan.
Perkembangan bahasa pada masa bayi masih sangat sederhana, sehingga bayi
masih sulit untuk mengkomunikasikan keinginannya. Oleh karena itu
neonatus menggunakan tangisan sebagai mekanisme yang paling penting
dalam berkomunikasi dengan dunia sekitar mereka. Menangis sehubungan
dengan nyeri lebih sering dan lama. Ekspresi wajah adalah karakter paling
konsisten dan spesifik. Kebanyakan bayi berespon dengan meningkatkan
gerak tubuh. Hal ini terlihat pada An. H bahwa klien tampak rewel dan selalu
menangis lebih sering dan lama sambil menjangkau ke daerah bekas operasi
dan klien tampak sering menarik infus.

Menurut Nurarif (2016) hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan


fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah dengan
batasan karakteristik antara lain kesulitan membolak-balik posisi,
keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar dan
ketidakstabilan postur. Hal ini sesuai dengan kondisi yang dialami An. H.
Klien mengalami keterbatasan dalam menggerakan kepalanya karena massa
kepala yang berat dan ukuran yang besar. Klien juga tampak terpasang kanul
vantrikulo peritoneal shunt, terpasang infus pada kaki kanan kurang lebih 5
hari yang lalu sehingga ekstremitas bawah juga mengalami keterbatasan.

4.3. Perencanaan
Rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien
sesuai dengan diagnosa yang di tegakkan, sehingga masalah keperawatan
pada klien dapat teratasi (Wilkinson, 2006).

4.4. Pelaksanaan
Nyeri adalah fenomena kompleks yang paling sulit dipahami neonatus
(Merestein & Gardner, 2002). Oleh sebab itu diperlukan penanganan terhadap
nyeri pada neonatus. Penanganan nyeri dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu farmakologi dan nonfarmakologi yang diperlukan untuk mengatasi
respon nyeri dari prosedur invasif yang diterima oleh bayi (American
Academy of Pediatric, 2006).
Tujuan dan kriteria hasil yang di buat penulis, setelah dilakukan tindakan
selama 1x24 jam diharapkan masalah gangguan rasa nyaman: nyeri dapat
berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil klien tidak rewel dan menangis.
Rencana keperawatan yang dilakukan oleh penulis yaitu,
4.5. Evaluasi

4.6. Pendokumentasian
Setiap pelaksanaan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi harus didokumentasikan dalam
catatan keperawatan sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat. Dalam pendokumentasian juga disertai nama dan tanda tangan
pelaksana tindakan. Tujuan dari pendokumentasian setiap tindakan yang
dilakukan yaitu agar tindakan dapat terstruktur dan terintegrasi. Dokumentasi
dilakukan selama 3 hari. Adapun faktor yang dapat mendukung tindakan
pendokumentasian keperawatan adalah kerjasama tim yang baik.

Anda mungkin juga menyukai